Laporan Pendahuluan / Lp Fibroadenoma Mammae Lengkap, Download Pdf Dan Doc

<div style="text-align: justify;"> Teman sejawat dimanapun berada, terima kasih telah berkunjung di bangsal sehat.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> kali ini kami bagikan laporan pendahuluan fibroadenoma mammae (FAM) lengkap pdf dan doc, mulai dari tinjauan teori hingga konsep asuhan keperawatan, yang kami susun dengan lengkap menurut beberapa refferensi terpercaya, dengan keinginan bisa membantu sobat perawat ataupun  bidan untuk pembuatan kiprah praktikum ataupun akademik.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Laporan pendahuluan / LP fibroadenoma mammae (FAM) ini tersedia dalam bentuk pdf dan doc sehingga memudahkan sobat sekalian, tinggal download dan edit sesuai dengan kebutuhan.\</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Untuk mendownload laporan pendahuluan / LP fibroadenoma (FAM) lengkap pdf dan doc telah kami sediakan link unduhan diakhir postingan yang sanggup digunakan. </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <h3 style="text-align: justify;"> <b>Laporan Pendahuluan Fibroadenoma mammae</b></h3> <div style="text-align: justify;"> <b><br /></b></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Definisi</b> </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Fibroadenoma ialah benjolan padat yang kecil dan jinak pada payudara yang teridiri dari jaringan kelenjar dan fibrosa. Benjolan ini biasanya ditemukan pada perempuan muda, seringkali ditemukan pada dewasa putri. (www.medicastore.com 2004)</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Fibroadenoma ialah tumor jinak payudara yang keras, bulat, dan sanggup digerakkan yang biasanya mengenai perempuan pada usia tamat belasan atau tamat tigapuluhan.  (Brunner & Suddarth, 2001)</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Tumor ialah untuk semua benjolan yang ada di payudara baik jinak maupun ganas. Sedangkan sebutan kanker payudara ialah tumor ganas pada payudara.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Jika dalam investigasi dokter terdahulu dikatakan tumor jinak payudara, sedikit kemungkinan berubah bentuk menjadi kanker payudara dalam jangka waktu 6(enam) bulan. Selain itu untuk mendiagnosa kanker payudara ada tanda - tanda lain seperti: terbentuknya luka (ulcus), rasa nyeri yang hebat, keluar darah dari putting susu, luka pada permukaan payudara berkerut menyerupai kulit jeruk (pear d'orange). (www.adihusada.com,2004)</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Etiologi </b></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Penyebabnya tidak diketahui</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Faktor predisposisi</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Siklus menstruasi yang tidak teratur</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> Faktor resiko dari penyakit tumor payudara adalah</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Nulliparitas</li> <li style="text-align: justify;">paritas yang rendah</li> <li style="text-align: justify;">Menopouse yang terlambat</li> <li style="text-align: justify;">Terapi estrogen</li> </ul> <br /> <div style="text-align: justify;"> <b>Patofisiologi </b></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Sampai dikala ini penyebab dari tumor jinak payudara belum diketahui (idiopatik). Namun, ada faktor predisposisi yang mendukung terjadinya tumor pada payudara ialah siklus menstruasi yang tidak teratur. Suatu teori menyatakan bahwa pada fase luteal dalam siklus menstruasi terjadi peningkatan kadar hormon estrogen dan penurunan kadar hormon progesteron. Sedangkan secara fisiologisnya pada dikala menstruasi hormon estrogen dan progesteron meningkat dan dua hari sebelum menstruasi berakhir hormon estrogen dan progesteron menurun. Secara normalnya, fungsi estrogen untuk perkembangan jaringan stroma pada payudara, pertumbuhan sistem duktus yang luas, dan untuk deposit lemak pada payudara. Sedangkan progesteron berfungsi untuk peningkatan perkembanagn dari lobulus dan alveoli payudara, menimbulkan sel-sel alveolar berproliferasi, membesar dan bersifat sekretorik. Pembesaran jaringan payudara terjadi tanggapan meningkatnya kadar estrogen dan defisiensi kadar hormon progesteron dari ketidakteraturan siklus menstruasi. Sehingga terjadi peningkatan deposit lemak dan perkembangan jaringan payudara. Dan juga penurunan pembentukan lobulus dan alveoli. Apabila bencana ini berlangsung secara terus-menerus sanggup menimbulkan tumor payudara.  (Guyten & Hall, 1997) </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Pathway FAM</div> <div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"> <img border="0" data-original-height="490" data-original-width="782" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjvPxsZW53_T5K4hXrP5W28OQufw5YbPW5MPt8KoqcAI_Qepj4saavJWiuOlIElnQU9hPCt3s5qszlRZr_ev6gAr2hH8qQcwWZ6c-g12YgywyKv8V2culeW1SM8LCw5bD7d2gSNtLDJKC8L/s640/pathway+Fam.png" width="640" /></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Untuk mendownload Pathway FAM doc, <span style="background-color: lime;"><a href="https://drive.google.com/file/d/1YNmDr3CB30KxXXcEPtHOpLYGL-ShPfcF/view?usp=sharing" target="_blank">DISINI</a></span></b></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b><br /></b> <b><br /></b> <b>Manifestasi Klinis</b></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Benjolan gampang digerakkan, batasnya terperinci dan bisa dirasakan pada SADARI (Pemeriksaan Payudara Sendiri). Teraba kenyal alasannya ialah mengandung kolagen (serat protein yan gkuat yang ditemukan di dalam tulang rawan, urat daging dan kulit). (www.medicastore.com 2004)</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Biasanya terjadi sebagai massa tunggal pada perempuan yang berusia antara 15 hingga 35 tahun. Biasanya tidak terasa nyeri tekan, mungkin lingkaran / lobular, keras, sanggup digerakkan, dan tidak terikat pada jaringan payudara atau dinding dada. (Brunner & Suddarth, 2001)</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Suatu tumor jinak tidak menunjukkan suatu keadaan yang berbahaya, mungkin hanya mencicipi tanda - tanda tumor sedikit membesar, tanda-tanda nyeri seringkali juga timbul, akan tetapi biasanya mengikuti siklus menstruasinya. (www.adihusada.com,2004)</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Komplikasi </b></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Bila pengangkatan tumor tidak sempurna, maka sisa dari tumor akan menimbulkan terjadinya sistosarkoma Filoides. (Sylvia A & Lorraine M, 1995)</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Pemeriksaan</b></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Pemeriksaan yang dilakukan adalah </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 1. SADARI (Pemeriksaan Payudara Sendiri) </div> <ul> <li style="text-align: justify;">Berdiri di depan cermin, perhatikan payudara. Dalam keadaan normal, ukuran payudara kiri dan kanan sedikit berbeda. Perhatikan perubahan perbedaan ukuran antara payudara kiri dan kanan dan perubahan pada puting susu (misalnya tertarik ke dalam) atau keluarnya cairan dari puting susu. Perhatikan apakah kulit pada puting susu berkerut. </li> <li style="text-align: justify;">Masih bangun di depan cermin, kedua telapak tangan diletakkan di belakang kepala dan kedua tangan ditarik ke belakang. Dengan posisi menyerupai ini maka akan lebih gampang untuk menemukan perubahan kecil tanggapan kanker. Perhatikan perubahan bentuk dan kontur payudara, terutama pada payudara serpihan bawah. </li> <li style="text-align: justify;">Kedua tangan di letakkan di pinggang dan tubuh agak condong ke arah cermin, tekan pundak dan sikut ke arah depan. Perhatikan perubahan ukuran dan kontur payudara. </li> <li style="text-align: justify;">Angkat lengan kiri. Dengan menggunakan 3 atau 4 jari tangan kanan, telusuri payudara kiri. Gerakkan jari-jari tangan secara memutar (membentuk lingkaran kecil) di sekeliling payudara, mulai dari tepi luar payudara kemudian bergerak ke arah dalam hingga ke puting susu. Tekan secara perlahan, rasakan setiap benjolan atau massa di bawah kulit. Lakukan hal yang sama terhadap payudara kanan dengan cara mengangkat lengan kanan dan memeriksanya dengan tangan kiri. Perhatikan juga kawasan antara kedua payudara dan ketiak. </li> <li style="text-align: justify;">Tekan puting susu secara perlahan dan perhatikan apakah keluar cairan dari puting susu. Lakukan hal ini secara bergantian pada payudara kiri dan kanan. </li> <li style="text-align: justify;">Berbaring terlentang dengan bantal yang diletakkan di bawah pundak kiri dan lengan kiri ditarik ke atas. Telusuri payudara kiri dengan menggunakan jari-jari tangan kanan. Dengan posisi menyerupai ini, payudara akan mendatar dan memudahkan pemeriksaan. Lakukan hal yang sama terhadap payudara kanan dengan meletakkan bantal di bawah pundak kanan dan mengangkat lengan kanan, dan penelusuran payudara dilakukan oleh jari-jari tangan kiri. </li> </ul> <div style="text-align: justify;"> Pemeriksaan ke 4 dan 5 akan lebih gampang dilakukan ketika mandi alasannya ialah dalam keadaan lembap tangan lebih gampang digerakkan dan kulit lebih licin. (www.medicastore.com 2004)</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 2. Mamografi</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Mamografi ialah suatu investigasi untuk mammae (payudara) dengan menggunakan sinar x-ray takaran rendah. Dipakai untuk mendeteksi dini tumor payudara pada wanita, tanpa disertai keluhan atau yang disertai keluhan. Keluhan menyerupai adanya benjolan pada payudara, cairan yang tidak normal keluar dari puting payudara atau adanya nyeri pada payudara (sebelum atau setelah menstruasi - untuk menyingkirkan bahwa nyeri yang ditimbulkan bukan dikarenakan sindroma pre menstrual). Skrining mamografi biasanya direkomendasi untuk setiap perempuan diatas 40 tahun atau dibawah usia 40 tahun jikalau memiliki faktor resiko terkena kanker payudara.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> a. Indikasi : </div> <ul> <li style="text-align: justify;">Skrining pada perempuan yang memiliki faktor resiko tinggi untuk menerima kanker payudara (ada 10 faktor resiko, lihat pembahasan diatas)</li> <li style="text-align: justify;">Jika massa / benjolan yang teraba pada payudara tidak jelas. </li> <li style="text-align: justify;">Jika dokter meraba adanya benjolan pada kelenjar getah bening aksila (ketiak) dan supra klavikula (diatas tulang klavikula / leher) walaupun tidak disertai terabanya massa / benjolan pada payudara .</li> <li style="text-align: justify;">Untuk usia 40 - 50 tahun dilakukan 2 tahun sekali, sedangkan lebih dai 50 tahun dilakukan setahun sekali.</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> b. Pada waktu melaksanakan mamografi : </div> <ul> <li style="text-align: justify;">Jangan menggunakan deodorant pada ketiak, talk / bedak pada ketiak atau payudara dan sekitarnya. Karena sanggup mengaburkan hasil pemeriksaan, berupa spots / bintik Kalsium </li> <li style="text-align: justify;">Beritahu semua keluhan / tanda-tanda yang dirasakan pada jago yang melaksanakan mamografi </li> <li style="text-align: justify;">Tanyakan dengan terperinci apa yang didapat dari hasil investigasi mamografi </li> <li style="text-align: justify;">Jangan menggunakan embel-embel atau baju diatas pinggang, Pasien akan mengenakan pakaian khusus yang telah disediakan</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> c. Keuntungan Mamografi :</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Pemeriksaan mamografi tergantung pada operator / jago yang melaksanakan pemeriksaan. Apakah bisa mendeteksi tumor payudara yang kecil tergantung dari kemampuan operator. Idealnya yang melaksanakan investigasi mamografi ialah dokter yang sebelumnya telah melaksanakan investigasi terhadap payudara pasien sehingga hasilnya lebih akurat. </li> <li style="text-align: justify;">Jika investigasi mamografi di lakukan oleh yang benar-benar ahli, maka mamografi sanggup mendeteksi adanya jenis tumor ductal carcinoma in situ (DCIS) - jenis tumor yang paling tidak membahayakan , yang pada investigasi fisik tidak akan bisa terdeteksi. </li> </ul> <div style="text-align: justify;"> d. Kerugian Mamografi : </div> <ul> <li style="text-align: justify;">Tidak boleh dilakukan jikalau hamil </li> <li style="text-align: justify;">Banyak yang mengalami false positive, artinya pada investigasi mamografi hasilnya positif (berarti pasien yang bersangkutan mengidap kanker), ternyata pada investigasi lanjutan yaitu biopsi (pemeriksaan dengan mengambil sedikit jaringan tersangka kanker untuk diperiksa di Lab.Patologi Anatomi) hasilnya negatif (pasien yang bersangkutan tadi tidak mengidap kanker payudara). Biopsi ini ialah investigasi invasif yang termasuk gold standard untuk investigasi tumor payudara (dilakukan dengan jalan melaksanakan tindakan / operasi) Kejadian false positif (hasil mamografi positif kanker tapi ternyata pada hasilnya tidak terbukti ganas), pada usia 40 - 49 tahun sebesar 30 % , sedangkan diatas usia 50 tahun, sebanyak 25 % . (sumber : American College of Radiology) </li> <li style="text-align: justify;">Tidak semua kanker payudara sanggup tervisualisasi dengan baik lewat investigasi Mamografi </li> <li style="text-align: justify;">Pemeriksaan mamografi dilakukan dengan cara menekan payudara. Untuk sebagian pasien, pemfokusan payudara dirasa sesuatu yang tidak menyenangkan bahkan menyakitkan terutama bagi mereka yang sebelumnya memiliki tanda-tanda nyeri pada payudara. </li> <li style="text-align: justify;">Hati-hati bagi pengguna payudara implant. Bagi perempuan yang telah menjalani operasi implant payudara terbuat dari silikon atau salin, maka jaringan payudara yang asing bisa tidak terdeteksi kalau jaringan implant tadi di letakkan diatas / di permukaan jaringan payudara tersangka kanker. Bahkan dengan metode menekan payudara pada investigasi mamografi ini sanggup menimbulkan ruptur / pecahnya implant payudara yang terbuat dari silikon atau salin. Sehingga bagi perempuan pemakai implant, harap memberitahu sebelumnya kepada operator yang melaksanakan mamografi. Akhirnya, mengingat keterbatasan dari investigasi mamografi ini maka tidak setiap perempuan wajib melaksanakan mamografi. </li> </ul> <div style="text-align: justify;"> Prosedur  :</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Prosedur ini membutuhkan waktu sekitar 20 menit dan sanggup dilakukan dibagian radiologi rumah sakit atau pada tempat-tempat praktek pencitraan swasta. Skining mamografi dikombinasikan dengan investigasi fisik. </div> <ul> <li style="text-align: justify;">Dilakukan dua posisi pemotretan untuk tiap payudara, yaitu kraniokaudal dan mediolateral. Untuk posisi kraniokaudal dosisnya 0,05 rad (radiation absorption dose) dan untuk posisi mediolateral 0,06 rad.</li> <li style="text-align: justify;">Setiap payudara dimampat dan diratakan yaitu dengan menekan dari atas ke bawah dan dari sisi ke sisi oleh alatan tertentu apabila imej sinar-X diambil.</li> <li style="text-align: justify;">Pemotretan dengan sinar X  sesuai dengan takaran radiasi mamografi yang dihitung ialah skin dose (dosis di permukaan kulit) menyerupai diatas.</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> 3. Biopsi</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Biopsi bedah biasanya dilakukan di unit rawat jalan dibawah anastesi lokal. Biopsi meliputi eksisi lesi dan mengirimkannya ke laboraturium untuk dilakukan investigasi patologis.</div> <div style="text-align: justify;">  <span style="white-space: pre;"> </span></div> <div style="text-align: justify;"> Bila ukuran tumor tidak terlalu besar, maka semua benjolan diangkat dengan cara operasi yang dilakukan dalam pembiusan total, disebut biopsi eksisi. Bila tumor ukurannya besar, biasanya diambil sampel atau pola yaitu dengan mengambil sebagian kecil saja dari benjolan yang ada, disebut biopsi insisi. Setelah dilakukan biopsi, jaringan tumor dikirim kepada seorang patolog, dan diperiksa , hasilnya berupa hasil investigasi patologi anatomi (PA) . Hasil investigasi PA ini biasanya membutuhkan waktu 4-7 hari.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Biopsi dilakukan untuk investigasi histopatologik yang merupakan investigasi jaringan. Kadang dilakukan investigasi sitologi untuk memilih diagnosis . Hasil investigasi PA inilah yang menjadi golden standart atau diagnosis niscaya apakah suatu benjolan itu jinak atau ganas (kanker).</div> <div style="text-align: justify;"> Pada proses ganas terdapat penyusupan sel ganas ke jaringan sehat sekitarnya. Sedangkan pada proses jinak tidak terdapat penyusupan ke jaringan sehat sekitarnya.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Tindakan biopsi itu sendiri sanggup merupakan tindakan pengobatan. Bila hasil PA jinak maka dengan pengangkatan tumor berarti pengobatan sudah selesai. Namun bila hasilnya ialah kanker , harus dilanjutkan oleh operasi kedua yaitu dengan tindakan bedah kuratif. </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Bedah kuratif yang mungkin dilakukan ialah mastektomi radikal (pengangkatan payudara dengan sebagian besar kulitnya, m.pektoralis mayor dan minor, serta semua kelenjar ketiak sekaligus), bedah radikal yang diubah (m. Pektoralis mayor dan minor dipertahankan jikalau tumor mamae terperinci bebas dari otot tersebut), dan bedah konservatif yang merupakan eksisi tumor luas. Biasanya badah konservatif selalu ditambah diseksi kelenjar aksila dan radioterapi pada (sisa) payudara tersebut. Ketiga tindakan tersebut merupakan satu paket terapi yang harus dilaksanakan serentak. (Copyright © 2002 Pontianak Post )</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Penatalaksanaan</b></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Fibroadenoma seringkali berhenti tumbuh atau bahkan mengecil dengan sendirinya. Pada masalah menyerupai ini, tumor biasanya tidak diangkat. Jika fibroadenoma terus membesar, maka harus dibuang melalui pembedahan</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 1. Pembekuan Cryoablation</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Teknik gres operasi tumor jinak payudara dilakukan dengan teknik beku cryoablation (Visica Treatment System). Dengan teknik gres ini, selain tanpa perlu dibius umum (narkose), sayatan yang dibentuk pun tak perlu lebar, cukup sekadar untuk memasukkan semacam instrumen jarum khusus yang ditusukkan mencapai lokasi tumornya. Sayatannya itu mungkin cuma 3 milimeter saja.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Agar jarum yang dimasukkan ke dalam jaringan payudara lebih akurat mencapai sasaran tumornya, memasukkan arah jarumnya perlu dipandu dengan proteksi USG (Ultrasonography). Pada dikala ujung jarumnya sudah menyentuh serpihan tumornya, instrumen tersebut melaksanakan proses pembekuan (cryoablation) terhadap tumornya, sehingga jaringan tumornya menjadi hancur. Oleh alasannya ialah yang berlangsung proses membekuan jaringan (freezing), tentu tak terasakan nyeri apa pun. Setelah jaringan tumornya hancur, instrumen kemudian dicabut, dan oleh alasannya ialah sayatannya hanya minimal, bekas sayatan tak memerlukan jahitan sebagaimana lazimnya pembedahan umumnya, melainkan cukup diberi plester khusus untuk merapatkan kembali bekas luka sayat yang minimal itu. Proses operasi dengan teknik ini rata-rata menghabiskan waktu sekitar 30 menit saja. </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Jaringan tumor yang sudah hancur oleh proses pembekuan dibiarkan tak dikeluarkan dari dalam payudara. Diharapkan dalam beberapa bulan kemudian sisa-sisa jaringan tumor yang hancur itu akan diserap sendiri oleh tubuh tanpa bersisa. (Copyright @ PT. Kompas Cyber Media, 2004)</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 2. Teknik Pemanasaan (heating)</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Teknik pemanasaan (heating) menggunakan alat ultrasound yang dipandu oleh MRI (Magnetic Resonance Imaging). Teknik ini dinamakan Magnetic Resonance guided Focus Ultrasound Therapy (RgFUS). Dengan teknik ini malah sama sekali tidak memerlukan sayatan pada payudara, namun perlu waktu operasi hingga 2-3 jam.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Dengan pemidaian MRI, selain untuk melihat di mana persis lokasi jaringan tumor payudaranya, juga untuk mengetahui apakah pada jaringan tumornya sudah berlangsung proses pemanasan yang dilakukan oleh efek ultrasound. Cara pemanasan ini yang akan menghancurkan jaringan tumornya. Sama halnya dengan teknik cryoablation, jaringan tumor yang sudah dihancurkan itu juga akan diserap sendiri oleh tubuh. (Copyright @ PT. Kompas Cyber Media, 2004)</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Konsep Asuhan Keperawatan </b></div> <div style="text-align: justify;"> <b><br /></b></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Pengkajian </b></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Inspeksi </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Pasien telanjang dari kepala hingga sebatas pinggang dan duduk dalam posisi yang nyaman menghadapi pemeriksa. Yang perlu diinspeksi adalah:</div> <div style="text-align: justify;"> a. Payudara </div> <ul> <li style="text-align: justify;">Ukuran</li> <li style="text-align: justify;">Kesimetrisan </li> </ul> <div style="text-align: justify;"> b. Kulit </div> <ul> <li style="text-align: justify;">Warna<span style="white-space: pre;"> </span>: eritema (kemerahan)<span style="white-space: pre;"> </span></li> <li style="text-align: justify;">Pola venosa<span style="white-space: pre;"> </span>:  menonjol</li> <li style="text-align: justify;">Edema<span style="white-space: pre;"> </span>: (-)</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> c. Puting susu<span style="white-space: pre;"> </span>: ulserasi, ruam, atau rabas puting susu dan adanya dimpling atau retraksi.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Palpasi</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Seluruh payudara, dari parasternal ke arah garis aksila belakang, dan dari subklavikular ke arah paling distal.</li> <li style="text-align: justify;">Area aksilaris dan klavikularis</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> Hal-hal yang perlu diperhatikan :</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Nodus limfe</li> <li style="text-align: justify;">Nodus sentral, lateral, subskapular, dan pektoralis</li> <li style="text-align: justify;">Konsistensi jaringan</li> <li style="text-align: justify;">Nyeri tekan</li> <li style="text-align: justify;">Adanya massa. (Brunner & Suddarth, 2001 & Wiknjosastro, 1999)</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Diagnosa Keperawatan</b></div> <div> <ol> <li style="text-align: justify;">Nyeri akut berafiliasi dengan kerusakan jaringan syaraf, suplay vaskularisasi atau efek samping therapy/tindakan</li> <li style="text-align: justify;">Gangguan ganbaran diri (body image) berafiliasi dengan tindakan pembedahan</li> <li style="text-align: justify;">Resiko tinggi gangguan integritas jaringan/kulit berafiliasi dengan efek treatment. Integritas jaringan/kulit adekuat</li> <li style="text-align: justify;">Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) ihwal penyakit, prognosis dan tindakan yang diperlukan berafiliasi dengan informasi yang kurang, interpretasi yang keliru</li> </ol> </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Intervensi Keperawatan</b></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Diagnosa Keperawatan. 1. </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Nyeri akut berafiliasi dengan kerusakan jaringan syaraf, suplay vaskularisasi atau efek samping therapy/tindakan, ditandai dengan :</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> DS : </div> <ul> <li style="text-align: justify;">Klien mengeluhkan rasa nyeri</li> <li style="text-align: justify;">Meringis alasannya ialah nyeri (facial mask of pain)</li> <li style="text-align: justify;">Lemah dan istirahat kurang</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> DO :</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Gangguan tonus otot</li> <li style="text-align: justify;">Gangguan prilaku</li> <li style="text-align: justify;">Respon autonomic</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> Nyeri berkurang/dapat teratasi dengan kriteria :</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Melaporkan rasa nyeri yang sudah teratasi (rasa nyeri berkurang)</li> <li style="text-align: justify;">Dapat mongontrol ADLs seminimal mungkin.</li> <li style="text-align: justify;">Dapat mendemontrasikan keterampilan relaksasi dan kegiatan diversional sesuai situasi individu. </li> </ul> <div style="text-align: justify;"> Intervensi</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Mandiri</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Kaji riwayat nyeri menyerupai lokasi; frekwensi ; durasi dan intensitas (skala 1 – 10) dan upaya untuk mengurangi nyeri.</li> <li style="text-align: justify;">Beri kenyamanan dengan mengatur posisi klien dan kegiatan diversional.</li> <li style="text-align: justify;">Dorong penggunaan stress management menyerupai tehnik relaksasi, visualisasi, komunikasi therapeutik melalui sentuhan.</li> <li style="text-align: justify;">Evaluasi/Kontrol berkurangnya rasa nyeri. Sesuaikan pemberian medikasi sesuai kebutuhannya</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> Kolaborasi :</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Kembangkan planning management penanganan sakit dengan klien dan dokter</li> <li style="text-align: justify;">Beri analgetik sesuai indikasi dan takaran yang tepat.</li> </ul> <br /> <div style="text-align: justify;"> Diagnosa Keperawatan. 2. </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Gangguan ganbaran diri (body image) berafiliasi dengan tindakan pembedahan ditandai dengan :</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> DS :</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Verbalisasi perubahan pola hidup.</li> <li style="text-align: justify;">Reaksi ketakutan dan menolak perubahan pada serpihan tubuh.</li> <li style="text-align: justify;">Tidak sanggup mendapatkan perubahan struktur dan fungsi tubuh</li> <li style="text-align: justify;">Perasaan/pandangan negatif terhadap tubuh</li> <li style="text-align: justify;">Mengungkapkan keputus asaan.</li> <li style="text-align: justify;">Mengungkapkan ketakutan ditolak</li> <li style="text-align: justify;">Mengungkapkan kelemahan</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> DO :</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Menolak untuk melihat dan menyentuh serpihan tubuh yang berubah</li> <li style="text-align: justify;">Mengurangi kontak sosial</li> <li style="text-align: justify;">Pre okupasi dengan serpihan tubuh/fungsi tubuh yang hilang</li> <li style="text-align: justify;">Menolak klarifikasi perubahan tubuh</li> <li style="text-align: justify;">Tidak mau turut bertanggung jawab dalam perawatan diri</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> Gambaran diri berkembang secara positif dengan kriteria :</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Mengerti ihwal perubahan pada tubuh.</li> <li style="text-align: justify;">Menerima situasi yang terjadi pada dirinya.</li> <li style="text-align: justify;">Mulai berbagi mekanisme koping pemecahan masalah.</li> <li style="text-align: justify;">Menunjukkan pembiasaan terhadap perubahan.</li> <li style="text-align: justify;">Dapat mendapatkan realita.</li> <li style="text-align: justify;">Hubungan interpersonal adekuat. </li> </ul> <div style="text-align: justify;"> Intervensi</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Mandiri</div> <div> <ul> <li style="text-align: justify;">Diskusi dengan klien ihwal diagnosa dan tindakan guna membantu klien supaya sanggup aktif kembali sesuai ADLs.</li> <li style="text-align: justify;">Review/antisipasi efek samping kaitan dengan tindakan yang dilakukan termasuk efek yang mengganggu kegiatan seksual</li> <li style="text-align: justify;">Dorong untuk melaksanakan diskusi dan mendapatkan pemecahan dilema dari efek yang terjadi.</li> <li style="text-align: justify;">Beri informasi/konseling sesering mungkin.</li> <li style="text-align: justify;">Beri dorongan/support psikologis.</li> <li style="text-align: justify;">Gunakan sentuhan perasaan selama melaksanakan interaksi (pertahankan kontak mata)</li> </ul> </div> <div style="text-align: justify;"> Kolaborasi :</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Refer klien pada kelompok acara tertentu.</li> <li style="text-align: justify;">Refer pada sumber/ahli lain sesuai indikasi. </li> </ul> <br /> <div style="text-align: justify;"> Diagnosa Keperawatan. 3. </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Resiko tinggi gangguan integritas jaringan/kulit berafiliasi dengan efek treatment. Integritas jaringan/kulit adekuat dengan kriteria :</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Indentifikasi intervensi pada kondisi-kondisi khusus.</li> <li style="text-align: justify;">Partisipasi aktif dalam tehnik guna pencegahan komplikasi/ meningkatkan penyembuhan. </li> </ul> <div style="text-align: justify;"> Intervensi </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Mandiri</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Kaji kondisi kulit dari efek samping : robekan, penyembuhan lambat.</li> <li style="text-align: justify;">Dorong klien untuk tidak menggaruk area yang terkena gangguan.</li> <li style="text-align: justify;">Sarankan klien untuk menghindari pemakaian cream kulit, salep dan powder jikalau bukan order/ijin dari dokter atau perawatnya.</li> <li style="text-align: justify;">Atur posisi sesuai kebutuhan.</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> Kolaborasi :</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Administrasi pemberian antidote sesuai indikasi.</li> <li style="text-align: justify;">Berikan therapi kompres hangat dan hirau taacuh sesuai petunjuk. </li> </ul> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Diagnosa Keperawatan. 4</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) ihwal penyakit, prognosis dan tindakan yang diperlukan berafiliasi dengan informasi yang kurang, interpretasi yang keliru, ditandai dengan :</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> DS :</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Bertanya ihwal dilema yang dirasakannya.</li> <li style="text-align: justify;">Meminta informasi ihwal keadaan penyakitnya.</li> <li style="text-align: justify;">Mengatakan konsepsi yang keliru ihwal penyakitnya.</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> DO :</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Tidak mengenal prognosa dan tindakan yang dilakukan.</li> <li style="text-align: justify;">Tidak tahu dampak bila tidak dilakukan tindakan pembedahan. Klien mengenal dan mengetahui informasi penyakit, prognosa, dan tindakan yang perlu dilakukan dengan kriteria :</li> <li style="text-align: justify;">Mengatakan keakuratan dari informasi yang didapat ihwal diagnosa, tindakan dan kesiapan /penerimaan diri atas perawatan.</li> <li style="text-align: justify;">Dapat membenarkan mekanisme yang dibutuhkan.</li> <li style="text-align: justify;">Menjelaskan dan merespon tindakan yang dilakukan.</li> <li style="text-align: justify;">Mengindentifikasi / menggunakan sumber /ahli dengan tepat.</li> <li style="text-align: justify;">Berpartisipasi pada kegiatan perawatan dan pengobatan. </li> </ul> <div style="text-align: justify;"> Intervensi </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Mandiri</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Review ihwal hal-hal yang khusus mengenai diagnosa, alternatif tindakan dan keinginan mendatang dengan persepsi yang adekuat.</li> <li style="text-align: justify;">Jelaskan, beri gambaran dan kaji persepsi klien ihwal neoplasma dan penanganannya. Kaitkan dengan pengalaman dari klien yang sama.</li> <li style="text-align: justify;">Jelaskan dan tanya klien untuk komunikasi (umpan balik) dan mengkoreksi konsepsi yang keliru ihwal penyakit yang dideritanya.</li> <li style="text-align: justify;">Review medikasi secara khusus dan cara-cara penggunaan obat.</li> <li style="text-align: justify;">Jelaskan cara perawatan kulit khususnya area incisi post neoplasma.</li> <li style="text-align: justify;">Dorong klien untuk menggunakan sumber / jago guna mengontrol status kesehatannya.</li> <li style="text-align: justify;">Lakukan pre discharge planning sesuai indikasi. </li> </ul> <br /> <div style="text-align: justify;"> Daftar Pustaka</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Doenges. M. et. all, (1993), Nursing Care Plans Guidelines for Planning and Documentating Patients</li> <li style="text-align: justify;">Care, Edition 3, F.A. Davis Company, Philadelphia.</li> <li style="text-align: justify;">Joyce & Esther, (1997), Medical Surgical Nursing : Clinical Management for Continuity of Care, Edition 5, W.B. Saunders Company, Philadelphia.</li> <li style="text-align: justify;">Robbins & Kumar, (1992), Basic Pathology, Part I –II, Edition 4, W.B. Saunders Company, Philadelphia.</li> <li style="text-align: justify;">Shirley E. Otto, (1994), Oncology Nursing, Edition 2, Mosby – Year Book-Inc, St. Louis Missouri.</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> Untuk mendownload laporan pendahuluan fibroadenoma mammae (FAM) pdf dan doc dibawah</div> <div> <ul> <li style="text-align: justify;"><b><span style="background-color: cyan;">Laporan pendahuluan fibroadenoma mammae doc</span>, <i><a href="https://drive.google.com/file/d/1vK8UKBqkwJ8jZHOSvx-RPqzBLyXNDJF6/view?usp=sharing" target="_blank">(Ambil File)</a></i></b></li> <li style="text-align: justify;"><b><span style="background-color: lime;">Laporan pendahuluan fibroadenoma mammae pdf</span>, <i><a href="https://drive.google.com/file/d/1pyn-jmyZT8RrTZAFG_YHPtn2KHfxHlTi/view?usp=sharing" target="_blank">(Ambil File)</a></i></b></li> </ul> <div style="text-align: justify;"> Link Alternatif</div> </div> <div> <ul> <li style="text-align: justify;"><b><a href="https://drive.google.com/file/d/1vK8UKBqkwJ8jZHOSvx-RPqzBLyXNDJF6/view?usp=sharing" target="_blank">LP Fibroadenoma mammae doc</a></b></li> </ul> <ul> <li style="text-align: justify;"><b><a href="https://drive.google.com/file/d/1pyn-jmyZT8RrTZAFG_YHPtn2KHfxHlTi/view?usp=sharing" target="_blank">LP Fibroadenoma mammae pdf</a></b></li> </ul> <div style="text-align: justify;"> Demikian laporan pendahuluan fibroadenoma mammae (FAM), download pdf dan doc kami bagikan, semoga bisa menjadi refferensi sobat sejawat sekalian dalam pembuatan kiprah keperawatan ataupun kebidanan, terima kasih.</div> </div>

Laporan Pendahuluan / Lp Fibroadenoma Mammae Lengkap, Download Pdf Dan Doc

Teman sejawat dimanapun berada, terima kasih telah berkunjung di bangsal sehat. kali ini kami bagikan laporan pendahuluan fibroadenoma ...

+ Baca selengkapnya »

Laporan Pendahuluan / Lp Stroke Non Hemoragik Atau Snh, Download Pdf Dan Doc

<div style="text-align: justify;"> Teman -teman perawat dimanapun berada, terima kasih telah setia mengunjungi bangsal sehat, biar kesehatan selalu menyertai.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Kebahagiaan tersendiri bagi kami hingga dikala ini bangsal sehat masih bisa share materi dan kiprah keperawatan, ibarat bahasan kita kali ini ialah <a href="https://caramembuatmaskerwajah.blogspot.com//search?q=laporan-pendahuluan-lp-stroke-lengkap" target="_blank">LP stroke</a>, kalau sebelumnya telah kami share <a href="https://caramembuatmaskerwajah.blogspot.com//search?q=laporan-pendahuluan-lp-stroke-lengkap" target="_blank">LP stroke hemoragik</a> kali ini kami bagikan lagi LP stroke non hemoragik.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Laporan pendahuluan / LP stroke non hemoragik ini telah kami susun dengan lengkap mulai tinjauan teori hingga konsep askep berdasarkan beberapa refferensi terpercaya yang telah kami lampirkan didaftar pustaka pecahan bawah.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Laporan pendahuluan / LP stroke non hemoragik atau SNH ini kami sediakan dalam format pdf dan doc yang sanggup didownload melalui link unduhan yang telah kami sediakan diakhir artikel.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <h3 style="text-align: justify;"> <b>Laporan Pendahuluan Stroke Non Hemoragik</b></h3> <div style="text-align: justify;"> <b><br /></b></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Pengertian</b></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Stroke yaitu disfungsi neurologis akut yang disebabkan oleh gangguan aliran darah yang timbul secara mendadak dengan tanda dan tanda-tanda sesuai dengan kawasan fokal pada otak yang terganggu (WHO, 1989).</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Cidera serebro vaskuler atau stroke mencakup awitan tiba-tiba defisit neurologis lantaran insufisiensi suplai darah kesuatu pecahan dari otak. Insufisiensi suplai darah disebabkan oleh thrombus, biasanya sekunder pada arteri sclerosis, terhadap embolisme barasal dari tempat lain dalam badan atau terhadap perdarahan akhir rupfur arteri (aneurisma). (Linda Juall Carpenito, 1995).</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Stroke non hemoregik yaitu sindroma klinis yang awalnya timbul mendadak, progresi cepat berupa deficit neurologis fokal atau global yang berlangsung 24 jam atau lebih atau pribadi menimbul maut yang disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak non straumatik (Arif Mansjoer, 2000, hal- 17).</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Stroke non hemoragik merupakan proses terjadinya iskemia akhir emboli dan trombosis serebral biasanya terjadi setelah usang beristirahat, gres bangkit tidur atau di pagi hari dan tidak terjadi perdarahan. Namun terjadi iskemia yang menimbulkan hipoksia dan selanjutnya sanggup timbul edema sekunder. (Arif Muttaqin, 2008, hlm. 130).</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Klasifikasi</b></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Secara non hemoragik, stroke sanggup dibagi berdasarkan manifestasi klinik dan proses patologik (kausal):</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 1. Berdasarkan manifestasi klinis</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> a. Serangan Iskemik Sepintas/Transient Ischemic Attack (TIA)</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Gejala neurologik yang timbul akhir gangguan peredaran darah di otak akan menghilang dalam waktu 24 jam.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> b. Defisit Neurologik Iskemik Sepintas/Reversible Ischemic Neurological Deficit (RIND)</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Gejala neurologik yang timbul akan menghilang dalam waktu lebih usang dari 24 jam, tapi tidak lebih dari seminggu.</div> <div style="text-align: justify;"> c. Stroke Progresif (Progressive Stroke/Stroke In Evaluation)</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Gejala neurologik makin usang makin berat.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> d. Stroke komplet (Completed Stroke/Permanent Stroke)</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Kelainan neurologik sudah menetap, dan tidak berkembang lagi.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 2. Berdasarkan kausal</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> a. Stroke Trombotik</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Stroke trombotik terjadi lantaran adanya penggumpalan pada pembuluh darah di otak. Trombotik sanggup terjadi pada pembuluh darah yang besar dan pembuluh darah yang kecil. Pada pembuluh darah besar trombotik terjadi akhir aterosklerosis yang diikuti oleh terbentuknya gumpalan darah yang cepat. Selain itu, trombotik juga diakibatkan oleh tingginya kadar kolesterol jahat atau Low Density Lipoprotein(LDL). Sedangkan pada pembuluh darah kecil, trombotik terjadi lantaran aliran darah ke pembuluh darah arteri kecil terhalang. Ini terkait dengan hipertensi dan merupakan indikator penyakit aterosklerosis.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> b. Stroke Emboli/Non Trombotik</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Stroke emboli terjadi lantaran adanya gumpalan dari jantung atau lapisan lemak yang lepas. Sehingga, terjadi penyumbatan pembuluh darah yang menjadikan darah tidak bisa mengaliri oksigen dan nutrisi ke otak.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Etiologi</b></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Berdasarkan Pendapat beberapa mahir stroke non hemoragik sanggup timbul akhir salah satu penyebab dibawah ini.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 1. Trombosis cerebral</div> <div style="text-align: justify;"> Thrombosit ini terjadi pada pembuluh darah yang mengalami oklusi sehingga menimbulkan iskemi jaringan otak yang sanggup menimbulkan oedema dan kongesti disekitarnya.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Keadaan yang sanggup menimbulkan thrombosit cerebral:</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Atherosklerosis/arterioskerosis</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> yaitu mengerasnya pembuluh darah serta berkurangnya ketentuan atau elastisitas pembuluh darah</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Hypercoagulasi pada polysitemia</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> Darah bertambah kental, peningkatan viskositas hematokrit meningkat sanggup melambatkan aliran darah serebral</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Arteritis (radang pada arteri)</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 2. Emboli</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Emboli serebral merupakan penyumbatan pembuluh darah otak oleh darah, lemak dan udara. Pada umumnya emboli berasal dari thrombus di jantung yang terlepas dan menyumbat sistem arteri serebral. Emboli tersebut berlangsung cepat dan tanda-tanda timbul kurang dari 10-30 detik.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 3. Haemortologi</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Perdarahan intrakranial atau intra serebral termasuk perdarahan dalam ruang sub arachnoid/kedalam jaringan otak sendiri. Ini terjadi lantaran atherosklerosis dan hypertensi. Akibat pecahnya pembuluh darah otak menimbulkan peresapan darah kedalam parenkim otak yang sanggup menjadikan penekanan, pengerasan dan pemisahan jaringan otak yang berdekatan sehingga otak akan membengkak, jaringan otak tertekan sehingga terjadi infark otak, oedema dan mungkin hemiasi otak.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 4. Hypoksia Umum</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Hipertensi yang parah</li> <li style="text-align: justify;">Cardiac pulmonary arrest</li> <li style="text-align: justify;">CO turun akhir aritmia</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> 5. Hypoksia setempat</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Spasme arteri serebral yang disertai perdarahan sub aradinoid</li> <li style="text-align: justify;">Vasokontriksi arteri otak disertai sakit kepala migran.</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Patofisiologi</b></div> <div style="text-align: justify;"> <span style="white-space: pre;"> </span></div> <div style="text-align: justify;"> Suplai darah ke otak sanggup berubah pada gangguan fokal (thrombus, emboli, perdarahan dan spasme vaskuler) atau oleh lantaran gangguan umum (Hypoksia lantaran gangguan paru dan jantung). Arterosklerosis sering/cenderung sebagai faktor penting trhadap otak. Thrombus sanggup berasal dari flak arterosklerotik atau darah sanggup beku pada area yang stenosis, dimana aliran darah akan lambat atau terjadi turbulensi. Oklusi pada pembuluh darah serebral oleh embolus menimbulkan oedema dan nekrosis diikuti thrombosis dan hypertensi pembuluh darah. Perdarahan intraserebral yang sangat luas akan menimbulkan maut dibandingkan dari keseluruhan penyakit cerebrovaskuler. Jika sirkulasi serebral terhambat, sanggup berkembang cerebral. Perubahan disebabkan oleh anoksia serebral sanggup revensibel untuk jangka waktu 4-6 menit. Perubahan irreversible sanggup anoksia lebih dari 10 menit. Anoksia serebral sanggup terjadi oleh lantaran gangguan yang bervariasi, salah satunya cardiac arrest.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"> <img border="0" data-original-height="643" data-original-width="510" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgwOGcL_X1omS88sWNuVZpVXEM3WK8ZtX-1r9NS4AbBtYpP3tELXnkpcfiaUhMn2t8rUpOJhoCGcKw6jMM6d8aiqKT07cHTzSAnX-rk0mMoOt1lK22XI_gn62-tmi_VJ-SjqGtVePNgEShS/s1600/Pathway+SNH.png" /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Untuk mendownload pathway SNH, <span style="background-color: cyan;"><a href="https://drive.google.com/file/d/17njFFV0HTQBKoRqQaRmQW8094q0NFEPV/view?usp=sharing" target="_blank">DISINI</a></span></b></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Manifestasi Klinik</b></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Gejala - tanda-tanda stroke muncul akhir kawasan tertentu tak berfungsi yang disebabkan oleh terganggunya aliran darah ke tempat tersebut. Gejala itu muncul bervariasi, bergantung pecahan otak yang terganggu.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Gejala-gejala itu antara lain bersifat:</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> a. Sementara</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Timbul hanya sebentar selama beberapa menit hingga beberapa jam dan hilang sendiri dengan atau tanpa pengobatan. Hal ini disebut Transient ischemic attack (TIA). Serangan bisa muncul lagi dalam wujud sama, memperberat atau malah menetap.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> b. Sementara,namun lebih dari 24 jam</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Gejala timbul lebih dari 24 jam dan ini dissebut reversible ischemic neurologic defisit (RIND)</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> c. Gejala makin usang makin berat (progresif)</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Hal ini desebabkan gangguan aliran darah makin usang makin berat yang disebut progressing stroke atau stroke inevolution</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> d. Sudah menetap/permanen (Harsono,1996, hal 67)</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Tanda dan tanda-tanda dari stroke berdasarkan Baughman, C Diane.dkk yaitu sebagai berikut:</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 1. Kehilangan motorik</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Disfungsi motorik paling umum yaitu hemiplegia (paralisis pada salah satu sisi) dan hemiparesis (kelemahan salah satu sisi) dan disfagia</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 2. Kehilangan komunikasi</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Disfungsi bahasa dan komunikasi yaitu disatria (kesulitan berbicara) atau afasia (kehilangan berbicara).</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 3. Gangguan persepsi</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Meliputi disfungsi persepsi visual humanus, heminapsia atau kehilangan penglihatan perifer dan diplopia, gangguan kekerabatan visual, Istimewa dan kehilangan sensori.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 4. Kerusakan fungsi kognitif parestesia (terjadi pada sisi yang berlawanan).</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 5. Disfungsi kandung kemih meliputi: inkontinensiaurinarius transier, inkontinensia urinarius peristen atau retensi urin (mungkin simtomatik dari kerusakan otak bilateral), Inkontinensia urinarius dan defekasiyang berlanjut (dapat mencerminkan kerusakan neurologi ekstensif).</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Tanda dan tanda-tanda yang muncul sangat tergantung dengan kawasan otak yang terkena:</div> <ol> <li style="text-align: justify;">Pengaruh terhadap status mental: tidak sadar, konfus, lupa badan sebelah</li> <li style="text-align: justify;">Pengaruh secara fisik: paralise, disfagia, gangguan sentuhan dan sensasi, gangguan penglihatan</li> <li style="text-align: justify;">Pengaruh terhadap komunikasi, bicara tidak jelas, kehilangan bahasa.</li> </ol> <div style="text-align: justify;"> Dilihat dari pecahan hemisfer yang terkena tanda dan tanda-tanda sanggup berupa:</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <table border="0" cellpadding="0" cellspacing="0" class="MsoNormalTable" style="background: rgb(127, 255, 212); border-collapse: collapse; margin-left: 22.5pt; text-align: justify;"> <tbody> <tr> <td style="border: solid black 1.0pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 239.4pt;" valign="top" width="319"><div class="MsoNormal"> Hemisfer kiri<o:p></o:p></div> </td> <td style="border-left: none; border: solid black 1.0pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 239.4pt;" valign="top" width="319"><div class="MsoNormal"> Hemisfer kanan<o:p></o:p></div> </td> </tr> <tr> <td style="border-top: none; border: solid black 1.0pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 239.4pt;" valign="top" width="319"><div class="MsoNormal"> ·         Mengalami hemiparese kanan<o:p></o:p></div> <div class="MsoNormal"> ·         Perilaku lambat dan hati-hati<o:p></o:p></div> <div class="MsoNormal"> ·         Kelainan lapan pandang kanan<o:p></o:p></div> <div class="MsoNormal"> ·         Disfagia global<o:p></o:p></div> <div class="MsoNormal"> ·         Afasia<o:p></o:p></div> <div class="MsoNormal"> ·         Mudah frustasi<o:p></o:p></div> </td> <td style="border-bottom: solid black 1.0pt; border-left: none; border-right: solid black 1.0pt; border-top: none; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 239.4pt;" valign="top" width="319"><div class="MsoNormal"> ·         Hemiparese sebelah kiri tubuh<o:p></o:p></div> <div class="MsoNormal"> ·         Penilaian buruk<o:p></o:p></div> <div class="MsoNormal"> ·         Mempunyai kerentanan terhadap sisi kontralateral sehingga memungkinkan terjatuh ke sisi yang berlawanan tersebut<o:p></o:p></div> </td> </tr> </tbody></table> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Pemeriksaan Penunjang</b></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 1. CT Scan<span style="white-space: pre;"> </span></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Memperlihatkan adanya edema , hematoma, iskemia dan adanya infark</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 2. Angiografi serebral</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> membantu memilih penyebab stroke secara spesifik ibarat perdarahan atau obstruksi arteri</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 3. Pungsi Lumbal</div> <ul> <li style="text-align: justify;">menunjukan adanya tekanan normal</li> <li style="text-align: justify;">tekanan meningkat dan cairan yang mengandung darah menunjukan adanya  perdarahan </li> </ul> <div style="text-align: justify;"> 4. MRI : Menunjukan kawasan yang mengalami infark, hemoragik.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 5. EEG: Memperlihatkan kawasan lesi yang spesifik</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 6. Ultrasonografi Dopler : Mengidentifikasi penyakit arteriovena</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 7. Sinar X Tengkorak : Menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pineal. (DoengesE, Marilynn,2000 hal 292)</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Penatalaksanaan</b></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Tujuan intervensi yaitu berusaha menstabilkan tanda-tanda vital dengan melaksanakan tindakan sebagai berikut:</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Mempertahankan kanal nafas yang paten yaitu lakukan pengisapan lendiryang sering, oksigenasi, kalau perlu lakukan trakeostomi, membantu pernafasan.</li> <li style="text-align: justify;">Mengendalikan tekanan darah berdasarkan kondisi pasien, termasuk untuk perjuangan memperbaiki hipotensi dan hipertensi.</li> <li style="text-align: justify;">Berusaha memilih dan memperbaiki aritmia jantung.</li> <li style="text-align: justify;">Menempatkan pasien dalam posisi yang tepat, harus dilakukan secepat mungkin pasien harus dirubah posisi tiap 2 jam dan dilakukan latihan-latihan gerak pasif.</li> <li style="text-align: justify;">Mengendalikan hipertensi dan menurunkan TIK, Dengan meninggikan kepala 15-30 menghindari flexi dan rotasi kepala yang berlebihan,</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> Pengobatan Konservatif</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Vasodilator meningkatkan aliran darah serebral (ADS) secara percobaan, tetapi maknanya: pada badan insan belum sanggup dibuktikan.</li> <li style="text-align: justify;">Dapat diberikan histamin, aminophilin, asetazolamid, papaverin intra arterial.</li> <li style="text-align: justify;">Anti agregasi thrombosis ibarat aspirin dipakai untuk menghambat reaksi pelepasan agregasi thrombosis yang terjadi setelah ulserasi alteroma.</li> <li style="text-align: justify;">Anti koagulan sanggup diresepkan untuk mencegah terjadinya/ memberatnya trombosis atau emboli di tempat lain di sistem kardiovaskuler.</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> Pengobatan Pembedahan</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Tujuan utama yaitu memperbaiki aliran darah serebral :</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Endosterektomi karotis membentuk kembali arteri karotis, yaitu dengan membuka arteri karotis di leher.</li> <li style="text-align: justify;">Revaskularisasi terutama merupakan tindakan pembedahan dan keuntungannya paling dirasakan oleh pasien TIA.</li> <li style="text-align: justify;">Evaluasi bekuan darah dilakukan pada stroke akut</li> <li style="text-align: justify;">Ugasi arteri karotis komunis di leher khususnya pada aneurisma</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Konsep Asuhan Keperawatan</b></div> <div style="text-align: justify;"> <b><br /></b></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Pengkajian</b></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> a. Pengkajian Primer</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Airway</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> Adanya sumbatan/obstruksi jalan napas oleh adanya penumpukan sekret akhir kelemahan reflek batuk</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Breathing</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> Kelemahan menelan/ batuk/ melindungi jalan napas, timbulnya pernapasan yang sulit dan / atau tak teratur, bunyi nafas terdengar ronchi /aspirasi</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Circulation</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> TD sanggup normal atau meningkat , hipotensi terjadi pada tahap lanjut, takikardi, bunyi jantung normal pada tahap dini, disritmia, kulit dan membran mukosa pucat, dingin, sianosis pada tahap lanjut</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> b. Pengkajian Sekunder</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 1. Aktivitas dan istirahat</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Data Subyektif:</div> <ul> <li style="text-align: justify;">kesulitan dalam beraktivitas ; kelemahan, kehilangan sensasi atau paralysis.</li> <li style="text-align: justify;">mudah lelah, kesulitan istirahat ( nyeri atau kejang otot )</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> Data obyektif:</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Perubahan tingkat kesadaran </li> <li style="text-align: justify;">Perubahan tonus otot  ( flaksid atau spastic),  paraliysis ( hemiplegia ) , kelemahan umum.</li> <li style="text-align: justify;">gangguan penglihatan</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> 2. Sirkulasi</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Data Subyektif:</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Riwayat penyakit jantung (  penyakit katup jantung, disritmia, gagal jantung , endokarditis bacterial ), polisitemia.</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> Data obyektif:</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Hipertensi arterial</li> <li style="text-align: justify;">Disritmia, perubahan EKG</li> <li style="text-align: justify;">Pulsasi : kemungkinan bervariasi </li> <li style="text-align: justify;">Denyut karotis, femoral dan arteri iliaka atau aorta abdominal</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> 3. Integritas ego</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Data Subyektif:</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Perasaan tidak berdaya, hilang harapan</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> Data obyektif:</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Emosi yang labil dan murka yang tidak tepat, kesediahan , kegembiraan</li> <li style="text-align: justify;">kesulitan berekspresi diri</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> 4. Eliminasi</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Data Subyektif:</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Inkontinensia, anuria</li> <li style="text-align: justify;">distensi abdomen ( kandung kemih sangat penuh ),  tidak adanya bunyi usus( ileus paralitik )</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> 5. Makan/ minum</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Data Subyektif:</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Nafsu makan hilang</li> <li style="text-align: justify;">Nausea / vomitus pertanda adanya PTIK</li> <li style="text-align: justify;">Kehilangan sensasi pengecap , pipi , tenggorokan, disfagia</li> <li style="text-align: justify;">Riwayat DM, Peningkatan lemak dalam darah</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> Data obyektif:</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Problem dalam mengunyah ( menurunnya reflek palatum dan faring )</li> <li style="text-align: justify;">Obesitas ( factor resiko )</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> 6. Sensori neural</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Data Subyektif:</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Pusing / syncope  (sebelum CVA / sementara selama TIA)</li> <li style="text-align: justify;">nyeri kepala : pada perdarahan intra serebral  atau perdarahan sub arachnoid.</li> <li style="text-align: justify;">Kelemahan, kesemutan/kebas, sisi yang terkena terlihat ibarat lumpuh/mati</li> <li style="text-align: justify;">Penglihatan berkurang</li> <li style="text-align: justify;">Sentuhan  : kehilangan sensor pada sisi kolateral pada ekstremitas dan pada muka ipsilateral ( sisi yang sama )</li> <li style="text-align: justify;">Gangguan rasa pengecapan dan penciuman</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> Data obyektif:</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Status mental ; koma biasanya menandai stadium perdarahan , gangguan tingkah laku (seperti: letergi, apatis, menyerang) dan gangguan fungsi kognitif</li> <li style="text-align: justify;">Ekstremitas : kelemahan / paraliysis ( kontralateral pada semua jenis stroke, genggaman tangan tidak imbang, berkurangnya reflek tendon dalam  ( kontralateral )</li> <li style="text-align: justify;">Wajah: paralisis / parese ( ipsilateral )</li> <li style="text-align: justify;">Afasia  ( kerusakan atau kehilangan fungsi bahasa, kemungkinan ekspresif/ kesulitan berkata kata, reseptif / kesulitan berkata kata komprehensif, global / kombinasi dari keduanya.</li> <li style="text-align: justify;">Kehilangan kemampuan mengenal atau melihat, pendengaran, stimuli taktil</li> <li style="text-align: justify;">Apraksia : kehilangan kemampuan memakai motorik</li> <li style="text-align: justify;">Reaksi dan ukuran pupil : tidak sama dilatasi dan tak bereaksi pada sisi ipsi lateral</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> 7. Nyeri / kenyamanan</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Data Subyektif:</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Sakit kepala yang bervariasi intensitasnya</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> Data obyektif:</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Tingkah laku yang tidak stabil, gelisah, ketegangan otot / fasial</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> 8. Respirasi</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Data Subyektif:</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Perokok ( factor resiko )</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> 9. Keamanan</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Data obyektif:</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Motorik/sensorik : problem dengan penglihatan</li> <li style="text-align: justify;">Perubahan persepsi terhadap tubuh, kesulitan untuk melihat objek, hilang kewasadaan terhadap pecahan badan yang sakit</li> <li style="text-align: justify;">Tidak bisa mengenali objek, warna, kata, dan wajah yang pernah dikenali</li> <li style="text-align: justify;">Gangguan berespon terhadap panas, dan dingin/gangguan regulasi suhu tubuh</li> <li style="text-align: justify;">Gangguan dalam memutuskan, perhatian sedikit terhadap keamanan, berkurang kesadaran diri</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> 10. Interaksi social</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Data obyektif:</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Problem berbicara, ketidakmampuan berkomunikasi (Doenges E, Marilynn,2000 hal 292)</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Diagnosa Keperawatan</b></div> <br /> <ol> <li style="text-align: justify;">Perubahan perfusi jaringan serebral b.d terputusnya aliran darah  : penyakit oklusi,  perdarahan, spasme pembuluh darah serebral, edema serebral</li> <li style="text-align: justify;">Ketidakefektifan bersihan jalan napas b.d kerusakan batuk, ketidakmampuan mengatasi lendir</li> <li style="text-align: justify;">Pola nafas tak efektif bekerjasama dengan adanya depresan sentra pernapasan</li> </ol> <br /> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Intervensi Keperawatan</b></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Diagnosa keperawatan. 1.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Perubahan perfusi jaringan serebral b.d terputusnya aliran darah  : penyakit oklusi,  perdarahan, spasme pembuluh darah serebral, edema serebral</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Dibuktikan oleh  :</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Perubahan tingkat kesadaran , kehilangan memori</li> <li style="text-align: justify;">Perubahan respon sensorik / motorik, kegelisahan</li> <li style="text-align: justify;">Deficit sensori , bahasa, intelektual dan emosional</li> <li style="text-align: justify;">Perubahan tanda tanda vital</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> Tujuan  Pasien / criteria penilaian ;</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Terpelihara dan meningkatnya tingkat kesadaran, kognisi dan fungsi sensori / motor</li> <li style="text-align: justify;">Menampakan stabilisasi tanda vital dan tidak ada PTIK</li> <li style="text-align: justify;">Peran pasien menampakan tidak adanya kemunduran  / kekambuhan</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> Intervensi ;</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Mandiri</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Tentukan factor factor yang bekerjasama dengan situasi  individu/ penyebab koma / penurunan perfusi serebral dan potensial PTIK</li> <li style="text-align: justify;">Monitor dan catat status neurologist secara  teratur </li> <li style="text-align: justify;">Monitor tanda tanda vital</li> <li style="text-align: justify;">Evaluasi pupil  (ukuran bentuk kesamaan dan reaksi terhadap cahaya )</li> <li style="text-align: justify;">Bantu untuk mengubah pandangan , misalnay pandangan kabur, perubahan lapang pandang  / persepsi lapang pandang</li> <li style="text-align: justify;">Bantu meningkatakan fungsi, termasuk bicara kalau pasien mengalami gangguan fungsi</li> <li style="text-align: justify;">Kepala dielevasikan perlahan lahan pada posisi netral . </li> <li style="text-align: justify;">Pertahankan tirah baring , sediakan lingkungan yang damai , atur kunjungan sesuai indikasi</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> Kolaborasi</div> <ul> <li style="text-align: justify;">berikan komplemen oksigen sesuai indikasi</li> <li style="text-align: justify;">berikan medikasi sesuai indikasi :Antifibrolitik, misal aminocaproic acid ( amicar ), Antihipertensi, Vasodilator perifer, missal cyclandelate,  isoxsuprine, Manitol</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Diagnosa Keperawatan. 2.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Ketidakefektifan bersihan jalan napas b.d kerusakan batuk, ketidakmampuan mengatasi lendir</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Kriteria hasil:</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Pasien menunjukkan kepatenan jalan napas</li> <li style="text-align: justify;">Ekspansi dada simetris</li> <li style="text-align: justify;">Bunyi napas higienis dikala auskultasi</li> <li style="text-align: justify;">Tidak terdapat tanda distress pernapasan</li> <li style="text-align: justify;">GDA dan tanda vital dalam batas normal</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> Intervensi:</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Kaji dan pantau pernapasan, reflek batuk dan sekresi</li> <li style="text-align: justify;">Posisikan badan dan kepala untuk menghindari obstruksi jalan napas dan menunjukkan pengeluaran sekresi yang optimal</li> <li style="text-align: justify;">Penghisapan sekresi</li> <li style="text-align: justify;">Auskultasi dada untuk mendengarkan bunyi jalan napas setiap 4 jam</li> <li style="text-align: justify;">Berikan oksigenasi sesuai advis</li> <li style="text-align: justify;">Pantau BGA dan Hb sesuai indikasi</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Diagnosa Keperawatan. 3</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Pola nafas tak efektif bekerjasama dengan adanya depresan sentra pernapasan</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Tujuan :</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Pola nafas efektif</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> Kriteria hasil:</div> <ul> <li style="text-align: justify;">RR 18-20 x permenit</li> <li style="text-align: justify;">Ekspansi dada normal</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> Intervensi :</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Kaji frekuensi, irama, kedalaman pernafasan.</li> <li style="text-align: justify;">Auskultasi  bunyi nafas.</li> <li style="text-align: justify;">Pantau penurunan bunyi nafas.</li> <li style="text-align: justify;">Pastikan kepatenan O2 binasal</li> <li style="text-align: justify;">Berikan posisi yang nyaman : semi fowler</li> <li style="text-align: justify;">Berikan instruksi untuk latihan nafas dalam</li> <li style="text-align: justify;">Catat kemajuan yang ada pada klien perihal pernafasan</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Daftar Pustaka</b></div> <ul> <li style="text-align: justify;">Long C, Barbara, Perawatan Medikal Bedah, Jilid 2, Bandung, Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran, 1996</li> <li style="text-align: justify;">Tuti Pahria, dkk, Asuhan Keperawatan  pada Pasien dengan Ganguan Sistem Persyarafan, Jakarta, EGC, 1993</li> <li style="text-align: justify;">Pusat pendidikan Tenaga Kesehatan Departemen Kesehatan, Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem Persarafan , Jakarta, Depkes, 1996</li> <li style="text-align: justify;">Smeltzer C. Suzanne, Brunner & Suddarth,   Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Jakarta, EGC ,2002</li> <li style="text-align: justify;">Marilynn E, Doengoes, 2000, Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, Jakarta,  EGC, 2000</li> <li style="text-align: justify;">Harsono, Buku Ajar : Neurologi Klinis,Yogyakarta, Gajah Mada university press, 1996.</li> </ul> <div> <div style="text-align: justify;"> Untuk mendownload laporan pendahuluan / LP stroke non hemoragik atau SNH pdf dan doc, dibawah.</div> </div> <div> <ul> <li style="text-align: justify;"><b><span style="background-color: cyan;">Laporan Pendahuluan stroke non hemoragik pdf</span>, <i><a href="https://drive.google.com/file/d/1mp17LTCjBC1GbMDkCbG5T23OInFnFMnH/view?usp=sharing" target="_blank">(Ambil File)</a></i></b></li> <li style="text-align: justify;"><b><span style="background-color: lime;">Laporan Pendahuluan stroke non hemoragik doc</span>, <i><a href="https://drive.google.com/file/d/1o9_BxZez9Loz7T8lgQoZnnlh4TYQ9Q2D/view?usp=sharing" target="_blank">(Ambil File)</a></i></b></li> </ul> <div> <div style="text-align: justify;"> Link Alternatif</div> </div> </div> <div> <ul> <li style="text-align: justify;"><b><a href="https://drive.google.com/file/d/1o9_BxZez9Loz7T8lgQoZnnlh4TYQ9Q2D/view?usp=sharing" target="_blank">LP Stroke Non Hemoragik doc</a></b></li> <li style="text-align: justify;"><b><a href="https://drive.google.com/file/d/1mp17LTCjBC1GbMDkCbG5T23OInFnFMnH/view?usp=sharing" target="_blank">LP Stroke Non Hemoragik pdf</a></b></li> </ul> <div> <div style="text-align: justify;"> Demikian laporan pendahuluan / LP stroke non hemoragik atau SNH, download pdf dan doc kami bagikan, biar bisa menjadi refferensi teman-teman perawat sekalian, terima kasih.</div> </div> </div>

Laporan Pendahuluan / Lp Stroke Non Hemoragik Atau Snh, Download Pdf Dan Doc

Teman -teman perawat dimanapun berada, terima kasih telah setia mengunjungi bangsal sehat, biar kesehatan selalu menyertai. Kebahagiaan...

+ Baca selengkapnya »

Patofisiologi Dan Pathway Pneumonia

<div style="text-align: justify;"> Pneumonia yaitu peradangan paru dimana asinus paru terisi cairan radang dengan atau tanpa disertai infiltrasi dari sel radang kedalam dinding alveoli dan rongga interstisium. (secara anatomis sanggup timbul pneumonia lobaris maupun lobularis / bronchopneumonia. </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Pneumonia merupakan salah satu penyakit jerawat kanal pernafasan yang terbanyak didapatkan dan sering merupakan penyebab janjkematian hampir di seluruh dunia. Di Indonesia menurut survei kesehatan rumah tangga tahun 1986 yang dilakukan Departemen Kesehatan, pneumonia tergolong dalam penyakit jerawat akut kanal nafas, merupakan penyakit yang banyak dijumpai.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Pneumonia sering terjadi pada anak usia 2 bulan – 5 tahun, pada usia dibawah 2 bulan pneumonia berat ditandai dengan frekuensi pernafasan sebanyak 60 kali/menit juga disertai penarikan besar lengan berkuasa pada dinding dada sebelah bawah kedalam.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Pada usia 2 bulan hingga kurang dari 1 tahun, frekuensi pernafasan sebanyak 50 kali/menit dan pada usia 1 tahun hingga kurang dari 5 tahun frekuensi pernafasan sebanyak 40 kali/menit.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Pneumonia berat ditandai dengan adanya tanda-tanda menyerupai anak tidak sanggup minum atau menetek, selalu memuntahkan semuanya, kejang dan terdapat tarikan dinding dada kedalam dan bunyi nafas bunyi krekels (suara nafas embel-embel pada paru) ketika inspirasi.</div> <h3 style="text-align: justify;"> <br />Patofisiologi Pneumonia</h3> <div style="text-align: justify;"> Pneumonia bakterial menyerang baik ventilasi maupun difusi. Suatu reaksi inflamasi yang dilakukan oleh pneumokokus terjadi pada alveoli dan menghasilkan eksudat, yang mengganggu gerakan dan difusi oksigen serta karbon dioksida. Sel-sel darah putih, kebanyakan neutrofil, juga bermigrasi ke dalam alveoli dan memenuhi ruang yang biasanya mengandung udara. Area paru tidak menerima ventilasi yang cukup sebab sekresi, edema mukosa, dan bronkospasme, mengakibatkan oklusi parsial bronki atau alveoli dengan mengakibatkan penurunan tahanan oksigen alveolar. Darah vena</div> <div style="text-align: justify;"> yang memasuki paru-paru lewat melalui area yang kurang terventilasi dan keluar ke sisi kiri jantung tanpa mengalami oksigenasi. Pada pokoknya, darah terpirau dari sisi kanan ke sisi kiri jantung. Percampuran darah yang teroksigenasi dan tidak teroksigenasi ini jadinya mengakibatkan hipoksemia arterial.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Sindrom Pneumonia Atipikal. Pneumonia yang berkaitan dengan mikoplasma, fungus, klamidia, demam-Q, penyakit Legionnaires’. Pneumocystis carinii, dan virus termasuk ke dalam sindrom pneumonia atipikal.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Pneumonia mikoplasma yaitu penyebab pneumonia atipikal primer yang paling umum. Mikoplasma yaitu organisme kecil yang dikelilingi oleh membran berlapis tiga tanpa dinding sel. Organisme ini tumbuh pada media kultur khusus tetapi berbeda dari virus. Pneumonia mikoplasma paling sering terjadi pada bawah umur yang sudah besar dan cukup umur muda.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Pneumonia kemungkinan ditularkan oleh droplet pernapasan yang terinfeksi, melalui kontak dari individu ke individu. Pasien sanggup diperiksa terhadap antibodi mikoplasma.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Inflamasi infiltrat lebih kepada interstisial ketimbang alveolar. Pneumonia ini menyebar ke seluruh kanal pernapasan, termasuk bronkiolus. Secara umum, pneumonia ini memiliki ciri-ciri bronkopneumonia. Sakit indera pendengaran dan miringitis bulous merupakan hal yang umum terjadi. Pneumonia atipikal sanggup menimbulkan masalah-masalah yang sama baik dalam ventilasi maupun difusi menyerupai yang diuraikan dalam pneumonia bakterial.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <h3 style="text-align: justify;"> Pathway Pneumonia</h3> <div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"> <img border="0" data-original-height="497" data-original-width="417" height="640" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgTr6isoUT0gvPF83sFT_pEygq_dh6KsOBFcOxRx6M_jeNo3M2EkQyAd5cXB9DhTeJ9IjTtn3K3YCyir6fZZUX5MswjDiuTMl24aoGwxdr2elpON7rNZ1Kcydm5cxr1Ga7t36Kz66XHN1ds/s640/Fathway+pneumonia.png" width="536" /></div> <div style="text-align: justify;">  Untuk mendownload pathway pneumonia doc,<b><a href="https://drive.google.com/file/d/1v6U0iP2If_SFu6kkGEyS09m505phRV1G/view?usp=sharing" target="_blank"> DISINI</a></b></div>

Patofisiologi Dan Pathway Pneumonia

Pneumonia yaitu peradangan paru dimana asinus paru terisi cairan radang dengan atau tanpa disertai infiltrasi dari sel radang kedalam dindi...

+ Baca selengkapnya »

Laporan Pendahuluan / Lp Pemfigus Vulgaris, Download Pdf Dan Doc

<div style="text-align: justify;"> Kami bagikan laporan pendahuluan / LP pemfigus vulgaris pdf dan doc.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Teman Sejawat sekalian dimanapun berada, kali ini kami posting LP pemfigus vulgaris, dengan tujuan bisa membantu teman-teman perawat dalam pembuatan kiprah keperawatan dengan kasus penyakit kulit yaitu pemfigus vulgaris.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Laporan pendahuluan / LP pemfigus vulgaris ini kami susun dengan lengkap dari tinjauan teori hingga konsep asuhan keperawatan, menurut beberapa refferensi yang telah kami cantumkan didaftar pustaka.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> LP pemfigus vulgaris ini sanggup didownload dalam pdf dan doc memakai link unduhan yang kami sematkan diakhir artikel ini.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <h3 style="text-align: justify;"> <b>Laporan Pendahuluan Pemfigus Vulgaris</b></h3> <div style="text-align: justify;"> <b>Pengertian</b></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Pemfigus yaitu penyakit kulit yang jarang terjadi yang ditandai dengan adanya lepuhan-lepuhan (bula)  dengan aneka macam ukuran pada permukaan kulit dan selaput lendir (selaput mulut, vagina, penis dan selaput lendir lainnya). (medicastore.com)</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Pemfigus vulgaris merupakan penyakit serius pada kulit yang ditandai oleh timbulnya bula (lepuh) dengan aneka macam ukuran (misalnya 1-10 cm) pada kulit yang tampak normal dan membran mukosa (misalnya mulut, vagina).</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Etiologi</b></div> <div style="text-align: justify;"> <span style="white-space: pre;"> </span></div> <div style="text-align: justify;"> Pemfigus Vulgaris merupakan suatu penyakit autoimun, dimana sistem kekebalan badan menghasilkan antibodi yang menyerang protein tertentu dipermukaan kulit dan selaput lendir, antibodi ini menjadikan suatu reaksi yang mengakibatkan pemisahan sel-sel epidermis kulit (akantolosis), penyebab yang niscaya dari pembentukan antibodi yang melawan jaringan tubuhnya sendiri tidak diketahui, beberapa kasus terjadi lantaran adanya reaksi terhadap obat. (Penicilinamin, Katropil)</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Patofisiologi </b></div> <div style="text-align: justify;"> <span style="white-space: pre;"> </span></div> <div style="text-align: justify;"> Karena penyebab yang niscaya dari pembentukan antibodi yang melawan jaringan tubuhnya belum diketahui sendiri tetapi yang disebabkan lantaran reaksi obat menyerupai penicilinamin dan katropil, obat tersebut bagi badan dianggap sebagai antigen / zat gila dalam badan sehingga sistem kekebalam badan terutama imunoglobulin G mengadakan suatu reaksi terhadap antigen dimana reaksi tersebut merusak protein tertentu dipermukaan kulit dan selaput lendir dan mengakibatkan lepuhan-lepuhan pada kulit.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Pathway</div> <div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"> <a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjs1Vfm7Iqg67uFIL9iCKIlIcpgnhpf9yJFzjDRlvt5MGVE4RWE8am2Ux2zmzZIXnzKyI-yPcPZZxN4QS6vWzQwG4QVr_op6wllp5N1Z3xk77udRX7fdeNWkPIzyTtrdE4-dL9rjOhAfE1Q/s1600/Pathway+pemfigus+vulgaris.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="542" data-original-width="541" height="640" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjs1Vfm7Iqg67uFIL9iCKIlIcpgnhpf9yJFzjDRlvt5MGVE4RWE8am2Ux2zmzZIXnzKyI-yPcPZZxN4QS6vWzQwG4QVr_op6wllp5N1Z3xk77udRX7fdeNWkPIzyTtrdE4-dL9rjOhAfE1Q/s640/Pathway+pemfigus+vulgaris.png" width="636" /></a></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Untuk mendownload pathway pemfigus vulgaris doc,<a href="https://drive.google.com/file/d/1akd5FeeHGsVj4m6iKElqZci1KPaKdtSd/view?usp=sharing" target="_blank"> <b style="background-color: cyan;">DISINI</b></a></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b><br /></b></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Tanda Dan Gejala</b></div> <div style="text-align: justify;"> <span style="white-space: pre;"> </span></div> <div style="text-align: justify;"> Ciri utama dari pemfigus yaitu lepuhan lembut berisi cairan dengan aneka macam ukuran, bentuknya irreguler, terasa nyeri, gampang berdarah dan sembuhnya lambat. Bila lepuhan tersebut pecah meninggalkan kawasan erosi yang lebar serta nyeri yang disertai dengan pembentukan krusta dan peresapan cairanm bacin dari cairan tersebut menusuk dan keras.</div> <div style="text-align: justify;"> <span style="white-space: pre;"> </span></div> <div style="text-align: justify;"> Lepuhan sering muncul pertama kali dimulut kemudian pecah dan membentuk luka terbuka yang menjadikan nyeri, kemudian akan muncul lepuhan dan luka lainnya hingga seluruh lapisan verbal terkena. Hal yang sama juga terjadi pada kulit. Lepuhan pertama kali muncul pada kulit yang normal kemudian pecah dan meninggalkan luka keropeng yang kasar,  lepuhan bisa menyebar luas dan lepuhan yang pecah bisa mengalami infeksi.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Komplikasi </b></div> <div style="text-align: justify;"> <span style="white-space: pre;"> </span></div> <div style="text-align: justify;"> Komplikasi yang sering terjadi pada pemfigus vulgaris terjadi ketika proses penyakit tersebut menyebar luas, sebelum ditemukannya kortikosteroid dan terapi imunosupresif pasien sangat rentan terhadap infeksi basil sekunder, basil kulit relatif gampang mencapai lepuhan pada dikala lepuhan pecah dan rembesan cairan dan meninggalkan kawasan terkelupas yang terbuka terhadap lingkungan.</div> <div style="text-align: justify;"> <span style="white-space: pre;"> </span></div> <div style="text-align: justify;"> Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit terjadi jawaban kehilangan cairan serta protein ketika lepuhan pecah. Hipoalbunemia sering dijumpai jikalau proses penyakitnya mencapai permukaan badan dan membran mukosa yang lebih luas.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Pemeriksaan Penunjang</b></div> <ol> <li style="text-align: justify;">Pemeriksaan visual oleh dermatologis</li> <li style="text-align: justify;">Biopsi lesi, dengan cara memecahkan bulla dan menciptakan apusan untuk diperiksa di bawah mikroskop atau investigasi immunofluoresent.</li> <li style="text-align: justify;">Tzank test, apusan dari dasar bulla yang memperlihatkan akantolisis</li> <li style="text-align: justify;">Nikolsky’s sign positif bila dilakukan penitikberatan minimal akan terjadi pembentukan lepuh dan pengelupasan kulit</li> </ol> <br /> <div style="text-align: justify;"> <b>Penatalaksanaan </b></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Tujuan Pengobatan :</div> <ol> <li style="text-align: justify;">Menghentikan pembentukan lepuhan (bula) yang gres yaitu dilakukan dengan cara penitikberatan parsial terhadap sistem imun badan dengan obat kortikosteroid  peroral dengan imbas samping badan menjadi lebih peka terhadap infeksi, obat lainnya yang bisa menekan sistem imun : methotrexat, lyclophosphamide, azothioprin, garam emas.</li> <li style="text-align: justify;">Tujuan lain dari terapi tadi mencegah hilangnya serum dan terjadinya infeksi sekunder dan meningkatkan pembentukan ulang epitelkulit untuk itu kortikosteroid diberikan dalam takaran yang tinggi samapi kesembuhan yang terang pada sebagian besar kasus, terapi kortikosteroid harus dipertahankan seumur hidup penderitanya.</li> </ol> <br /> <div style="text-align: justify;"> <b>Konsep Asuhan Keperawatan</b></div> <div style="text-align: justify;"> <b><br /></b></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Pengkajian</b></div> <ul> <li style="text-align: justify;">Kaji keadaan kelainan kulit yang muncul menyerupai timbulnya lepuhan / bula , warna, luas, lokasi , keluhan menyerupai nyeri.</li> <li style="text-align: justify;">Kaji tingkat umur penderita (pemfigus sering terjadi pada usia pertengahan/usia lanjut).</li> <li style="text-align: justify;">Kaji riwayat penyakit kulit yang pernah diderita, apakah tanda-tanda yang timbul kini merupakan lanjutan dari penyakit kulit yang pernah diderita sebelumnya.</li> <li style="text-align: justify;">Kaji apakah ada riwayat kelainan sistem imun terutama imunoglobulin G.</li> <li style="text-align: justify;">Kaji penggunaan obat-obat yang sanggup menjadikan pemfigus menyerupai penicilinamin dan katropil.</li> <li style="text-align: justify;">Kaji apakah ada gangguan keseimbangan cairan dan hipoalbuminemia.</li> <li style="text-align: justify;">Kaji status kesehatan keluarga, apakah ada keluarga yang menderita penyakit yang sama, kebersihan dalam keluarga, personal hygiene dan sanitasi lingkungan dalam upaya pencegahan terhadap infeksi sekunder.</li> <li style="text-align: justify;">Kaji tingkat kecemasan klien serta kemampuan koping sehubungan dengan penampilan kulit dan tidak adanya impian kesembuhan.</li> </ul> <br /> <div style="text-align: justify;"> <b>Diagnosa Keperawatan</b></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Diagnosa ditegakkan menurut tanda-tanda dan hasil pemerikasaan fisik, beberapa diagnosa keperawatan  yang bisa muncul :</div> <ol> <li style="text-align: justify;">Nyeri pada rongga verbal dan kulit yang berafiliasi dengan pembentukan bula serta erosi.</li> <li style="text-align: justify;">Kerusakan integritas kulit yang berafiliasi dengan ruptura bula dan kawasan kulit yang terbuka (terkelupas).</li> <li style="text-align: justify;">Ansietas dan kemampuan koping tidak efektif yang berafiliasi dengan penampilan kulit dan tidak adanya impian bagi kesembuhan.</li> </ol> <br /> <div style="text-align: justify;"> <b>Intervensi / Perencanaan</b></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Diagnosa Keperawatan. 1</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Nyeri pada rongga verbal dan kulit yang berafiliasi dengan pembentukan bula serta erosi.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Hasil yang dibutuhkan :</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Keluhan nyeri hilang.</li> <li style="text-align: justify;">Terkontrolnya rasa sakit.</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> Intervensi :</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Kaji keluhan nyeri, lokasi, intensitas, frekuensi dan waktu. Rasional : Mengidentifikasi kebutuhan untuk intervensi dan juga tanda-tanda perkembangan , komplikasi.</li> <li style="text-align: justify;">Berikan perawatan oral. Rasional : Ulserasi mungkin mengakibatkan ketidaknyamanan yang sangat.</li> <li style="text-align: justify;">Kaji membran mukosa. Rasional : catat seluruh lesi oral, perhatikan keluhan nyeri, bengkak, sulit mengunyah, lesi membran mukosa oral mengakibatkan rasa sakit dan sulit mengunyah.</li> <li style="text-align: justify;">Berikan perawatan oral setiap hari dan sehabis makan. Gunakan sikat gigi halus, pasta gigi non abrasif, obat pencuci verbal non alkohol. Rasional : Mengurangi rasa tidak nyaman, meningkatkan rasa sehat dan mencegah pembentukan asam yang dikaitkan dengan partikel  makanan yang tertinggal.</li> <li style="text-align: justify;">Cuci lesi mukosa oral dan memakai hidrogen peroksida / salin / larutan soda nue. Rasional : Mengurangi penyebaran lesi dan putus asa dari pemfigus dan meningkatkan kenyamanan.</li> </ul> <br /> <div style="text-align: justify;"> Diagnosa Keperawatan. 2</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Kerusakan integritas kulit berafiliasi dengan ruptura bula dan kawasan kulit yang terbuka (terkelupas).</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Hasil yang dibutuhkan :</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Kerusakan integritas kulit sanggup dicegah , memperlihatkan kemajuan pada luka/penyembuhan pada lesi.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Intervensi :</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Kaji kulit setiap hari catat warna, turgor, sirkulasi dan sensasi. Rasional : Menentukan garis dasar dimana perubahan pada status sanggup dibandingkan dan melaksanakan intervensi yang tepat.</li> <li style="text-align: justify;">Pertahankan hygiene kulit contohnya mandi kulit dikeringkan dengan hati-hati, ditaburi bedak yang tidak iritatif. Rasional : Kulit yang kotor sanggup menjadi sumber infeksi sekunder pada pecahan bula.</li> <li style="text-align: justify;">Beri kompres berair dan sejuk / terapi rendaman pada kulit. Rasional : Untuk mengurangi rasa nyeri.</li> <li style="text-align: justify;">Kolaborasi untuk pemberian analgetik sebelum perawatan kulit dilakukan. Rasional : Untuk mengurangi rsa nyeri.</li> </ul> <br /> <div style="text-align: justify;"> Diagnosa Keperawatan. 3</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Ansietas dan kemampuan koping tidak efektif berafiliasi dengan penampilan kulit dan tidak adanya impian bagi kesembuhan.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Hasil yang dibutuhkan :</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Kecemasan pada pasien berkurang.</li> <li style="text-align: justify;">Pasien memiliki impian untuk sembuh serta kooperatif dalam memilih serta pelaksanaan mekanisme keperawatan.</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> Intervensi :</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Jamin pasien perihal kerahasiaan penyakitnya dalam batasan situasi tertentu. Rasional : Memberikan penentraman hati lebih lanjut dan kesempatan bagi pasien untuk memecahkan problem pada situai yang diantisipasi.</li> <li style="text-align: justify;">Berikan informasi akurat dan konsisten mengenai prognosis. Hindari argumentasi mengenai persepsi pasien terhadap situasi tersebut. Rasional : Dapat mengurangi ansietas dan ketidakmampuan pasien untuk menciptakan keputusan menurut realita.</li> <li style="text-align: justify;">Waspada terhadap tanda-tanda penolakan / depresi. Rasional : Untuk mengidentifikasi adanya gangguan harga diri berafiliasi dengan perubahan penampilan kulit, tidak ada impian untuk sembuh.</li> <li style="text-align: justify;">Dukung pasien untuk mengekspresikan perasaannya sehubungan dengan kondisinya sekarang. Rasional : Membantu pasien untuk merasa diterima dengan kondisinya kini tanpa perasaan dikucilkan sehingga bisa mendapatkan keadaannya dengan realita.</li> <li style="text-align: justify;">Berikan informasi yang tepat, sanggup mendapatkan amanah dan konsisten juga dukungan untuk orang terdekat. Rasional: Menciptakan interaksi interpersonal yang lebih baik dan menurunkan ansietas dan rasa takut.</li> <li style="text-align: justify;">Libatkan orang  terdekat sesuai petunjuk pada pengambilan keputusan bersifat mayor. Rasional : Menjamin adanya sistem pendukung bagi pasien dan memperlihatkan kesempatan orang terdekat untuk berpartisipasi dalam pengobatan klien.</li> </ul> <br /> <div style="text-align: justify;"> <b>Evaluasi</b></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Hasil yang dibutuhkan :</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 1. Mencapai peredaan nyeri pada lesi oral :</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Mengidentifikasi terapi yang meredakan rasa nyeri.</li> <li style="text-align: justify;">Menggunakan obat kumur verbal dan semprotan aerosol verbal yang mengandung larutan antiseptik , anestetik.</li> <li style="text-align: justify;">Minum cairan yang hambar dengan interval 2 jam sekali.</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> 2. Mencapai kesembuhan kulit</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Menyatakan tujuan rejimen terapi.</li> <li style="text-align: justify;">Bekerja sama dalam menjalani rejimen terapi rendaman / mandi.</li> <li style="text-align: justify;">Mengingatkan petugas kesehatan untuk menaburkan bedak noriritatif dalam jumlah yang bebas pada seprei tempat mandi.</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> 3. Mengalami pengurangan perasaan cemas dan peningkatan kemampuan untuk mengatasi problem (kemampuan koping)</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Mengutarakan dengan kata-kata keprihatinan pasien terhadap keadaannya, dirinya sendiri dan hubungannya dengan orang lain.</li> <li style="text-align: justify;">Turut berpartisipasi dalam perawatan mandiri.</li> </ul> <br /> <div style="text-align: justify;"> <b>Daftar Pustaka</b></div> <ul> <li style="text-align: justify;">Smeltzer, Suzanno. (2001). Buku Ajar KMB . Brunner&Suddart. Edisi 8. vol.3. EGC : Jakarta</li> <li style="text-align: justify;">Doengoes, Marilyn E,.(1999). Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien.EGC : Jakarta.</li> <li style="text-align: justify;">Tarwoto dan Wartonah. (2000). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan. Salemba Medika : Jakarta.<span style="white-space: pre;"> </span></li> <li style="text-align: justify;">Smeltzer, Suzanne C. (2001). Buku Ajar KMB. Brunner & Suddarth. Edisi 8 Vol. 3. EGC : Jakarta</li> <li style="text-align: justify;">http://www.medicastore.com/med/subkategori</li> <li style="text-align: justify;">http://www.dermnetnz.org/immune/Phemphigus-vulgaris.html</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> Untuk mendownload laporan pendahuluan / LP pemfigus Vulgaris pdf dan doc, dibawah</div> <div> <ul> <li style="text-align: justify;"><b><span style="background-color: cyan;">Laporan pendahuluan pemfigus vulgaris pdf</span>, <i><a href="https://drive.google.com/file/d/1HXj78FAG749vqtiUaaNiQCr-9u_2pog5/view?usp=sharing" target="_blank">(Ambil File)</a></i></b></li> <li style="text-align: justify;"><b><span style="background-color: lime;">Laporan pendahuluan pemfigus vulgaris doc</span>, <i><a href="https://drive.google.com/file/d/16tXG9Lzb-NpIhIAhjJpwbHjApl65YkQ8/view?usp=sharing" target="_blank">(Ambil File)</a></i></b></li> </ul> <div style="text-align: justify;"> Link Alternatif</div> <ul> <li style="text-align: justify;"><b><a href="https://drive.google.com/file/d/1HXj78FAG749vqtiUaaNiQCr-9u_2pog5/view?usp=sharing" target="_blank">LP Pemfigus Vulgaris pdf</a></b></li> </ul> <ul> <li style="text-align: justify;"><b><a href="https://drive.google.com/file/d/16tXG9Lzb-NpIhIAhjJpwbHjApl65YkQ8/view?usp=sharing" target="_blank">LP Pemfigus Vulgaris doc</a></b></li> </ul> <div style="text-align: justify;"> Demikian laporan pendahuluan / LP pemfigus vulgaris, download pdf dan doc kami bagikan, biar bisa menjadi refferensi dalam pembuatan kiprah askep, makalah ataupun LP itu sendiri, terima kasih</div> </div>

Laporan Pendahuluan / Lp Pemfigus Vulgaris, Download Pdf Dan Doc

Kami bagikan laporan pendahuluan / LP pemfigus vulgaris pdf dan doc. Teman Sejawat sekalian dimanapun berada, kali ini kami posting LP ...

+ Baca selengkapnya »

Mpkp (Model Praktik Keperawatan Profesional), Pengertian, Langkah Pelaksanaan / Implementasi Sampai Kelebihan Dan Kekurangan

<div style="text-align: justify;"> Di masa globalisasi dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya dalam bidang kesehatan menuntut kita sebagai perawat semoga bisa menunjukkan pelayanan kesehatan yang optimal, adapun salah satu upaya yang bisa ditempuh ialah dengan menerapkan model praktik keperawatan professional atau lebih sering disingkat dengan MPKP.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Model praktik keperawatan yaitu diskripsi atau citra dari praktik keperawatan yang positif dan akurat menurut kepada filosofi, konsep dan teori keperawatan.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Sedangkan MPKP atau model praktik keperawatan professional ialah suatu sistem (struktur, proses dan nilai-nilai profesional), yang memfasilitasi perawat profesional, mengatur pemberian asuhan keperawatan, termasuk lingkungan kawasan asuhan tersebut diberikan. (Ratna Sitorus & Yulia (2006).<br /> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"> <a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhOKJmZEyKNplz1l5saUiiNLt-ZV2O8NgYMgd-4q0YWgnwWrwcXGtGNAXXEN0hYa8SKcIWURrn_y9a57EjbblmCNs4EtE0mNGqlYdCvQKcIMKN2Mh7GGltSWlYObhtrXkI8DXkMasFEMwZY/s1600/MPKP.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="300" data-original-width="539" height="353" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhOKJmZEyKNplz1l5saUiiNLt-ZV2O8NgYMgd-4q0YWgnwWrwcXGtGNAXXEN0hYa8SKcIWURrn_y9a57EjbblmCNs4EtE0mNGqlYdCvQKcIMKN2Mh7GGltSWlYObhtrXkI8DXkMasFEMwZY/s640/MPKP.png" width="640" /></a></div> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Tujuan Model praktik keperawatan professional  atau MPKP</b></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Adapun tujuan MPKP atau model praktik keperawatan professional ialah sebagai berikut :</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Menjaga konsistensi asuhan keperawatan.</li> <li style="text-align: justify;">Mengurangi konflik, tumpang tindih dan kekososongan pelaksanaan asuhan keperawatan oleh tim keperawatan.</li> <li style="text-align: justify;">Menciptakan kemandirian dalam menunjukkan asuhan keperawatan.</li> <li style="text-align: justify;">Memberikan pemikiran dalam memilih kebijakan dan keputusan.</li> <li style="text-align: justify;">Menjelaskan dengan tegas ruang lingkup dan tujuan asuhan keperawatan bagi setiap tim keperawatan</li> </ul> <br /> <div style="text-align: justify;"> <b>Karakteristik model praktik keperawatan professional atau MPKP</b></div> <ul> <li style="text-align: justify;">Penetapan jumlah tenaga keperawatan</li> <li style="text-align: justify;">Penetapan jenis tenaga keperawatan</li> <li style="text-align: justify;">Penetapan standar planning asuhan keperawatan</li> <li style="text-align: justify;">Penggunaan metode modifikasi keperawatan primer</li> </ul> <br /> <div style="text-align: justify;"> <b>Komponen-komponen dalam metode praktik keperawatan professional (MPKP)</b></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Hoffart & Woods (1996) menyimpulkan bahwa MPKP tediri lima komponen yaitu nilai–nilai professional yang merupakan inti MPKP, hubungan antar professional, metode pemberian asuhan keperawatan, pendekatan administrasi terutama dalam perubahan pengambilan keputusan serta sistem kompensasi dan penghargaan. </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <i>a. Nilai–nilai professional</i></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Pada model ini PP dan PA membangun kontrak dengan klien/keluarga, menjadi partner dalam menunjukkan asuhan keperawatan. Pada pelaksanaan dan penilaian renpra. PP memiliki otonomi dan akuntabilitas untuk mempertanggungjawabkan asuhan yang diberikan termasuk tindakan yang dilakukan oleh PA. hal ini berarti PP memiliki tanggung jawab membina performa PA semoga melaksanakan tindakan menurut nilai-nilai professional.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <i>b. Hubungan antar professional</i></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Hubungan antar profesional dilakukan oleh PP. PP yang paling mengetahui perkembangan kondisi klien semenjak awal masuk. Sehingga bisa memberi isu perihal kondisi klien kepada profesional lain khususnya dokter. Pemberian isu yang akurat akan membantu dalam penetapan planning tindakan medik.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <i>c. Metode pemberian asuhan keperawatan</i></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Metode pemberian asuhan keperawatan yang digunakan yaitu modifikasi keperawatan primer sehingga keputusan perihal renpra ditetapkan oleh PP, PP akan mengevaluasi perkembangan klien setiap hari dan membuat modifikasi pada renpra sesuai kebutuhan klien.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <i>d. Pendekatan manajemen</i></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Pada model ini diberlakukan administrasi SDM, yaitu ada garis koordinasi yang terang antara PP dan PA. performa PA dalam satu tim menjadi tanggung jawab PP. Dengan demikian, PP yaitu seorang manajer asuhan keperawatan. Sebagai seorang manajer, PP harus dibekali dengan kemampuan administrasi dan kepemimpinan sehingga PP sanggup menjadi manajer yang efektif dan pemimpin yang efektif.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <i>e. Sistem kompensasi dan panghargaan.</i></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> PP dan timnya berhak atas kompensasi serta penghargaan untuk asuhan keperawatan yang dilakukan sebagai asuhan yang profesional. Kompensasi dan penghargaan yang diberikan kepada perawat bukan cuilan dari asuhan medis atau kompensasi dan penghargaan menurut prosedur.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Pilar – pilar dalam Model Praktik Keperawatan Professional (MPKP)</b></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Dalam model praktik keperawatan professional terdiri dari empat pilar diantaranya adalah</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <i>a. Pilar I : pendekatan administrasi keperawatan</i></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Dalam model praktik keperawatan mensyaratkaan pendekatan administrasi sebagai pilar praktik perawatan professional yang pertama. Pada pilar I yaitu pendekatan administrasi terdiri dari</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Perencanaan dengan kegiatan perencanaan yang digunakan di ruang MPKP mencakup (perumusan visi, misi, filosofi, kebijakan dan planning jangka pendek ; harian,bulanan,dan tahunan)</li> <li style="text-align: justify;">Pengorganisasian dengan menyusun stuktur organisasi, aktivitas dinas dan daftar alokasi pasien.</li> <li style="text-align: justify;">Pengarahan, Dalam pengarahan terdapat kegiatan delegasi, supervise, membuat iklim motifasi, administrasi waktu, komunikasi efektif yang mencangkup pre dan post conference, dan administrasi konflik</li> <li style="text-align: justify;">pengawasan</li> <li style="text-align: justify;">pengendalian.</li> </ul> <br /> <div style="text-align: justify;"> <i>b. Pilar II: sistem penghargaan</i></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Manajemen sumber daya insan diruang model praktik keperawatan professional berfokus pada proses rekruitmen,seleksi kerja orientasi, penilaian kinerja, staf perawat.proses ini selalu dilakukan sebelum membuka ruang MPKP dan setiap ada penambahan perawatan baru.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <i>c. Pilar III: hubungan professional</i></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Hubungan professional dalam pemberian pelayanan keperawata (tim kesehatan) dalam peserta palayana keperawatan (klien dan keluarga). Pada pelaksanaan nya hubungan professional secara interal artinya hubungan yang terjadi antara pembentuk pelayanan kesehatan contohnya antara perawat dengan perawat, perawat dengan tim kesehatan dan lain – lain. Sedangkan hubungan professional secara eksternal yaitu hubungan antara pemberi dan peserta pelayanan kesehatan.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <i>d. Pilar IV : administrasi asuhan keperawatan</i></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Salah satu pilar praktik professional perawatan yaitu pelayanan keperawat dengan mengunakan administrasi asuhan keperawatan di MPKP tertentu. Manajemen asuhan keperawat yang diterapkan di MPKP yaitu asuhan keperawatan dengan menerapkan proses keperawatan</div> <div style="text-align: justify;"> <br /> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Macam-macam metode penugasan MPKP</b></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <i>1. Metode Kasus</i></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Metode kasus merupakan metode pemberian asuhan yang pertama kali digunakan. Sampai perang dunia II metode tersebut merupakan metode pemberian asuhan keperawatan yang paling banyak digunakan. Pada metode ini satu perawat akan menunjukkan asuhan keperawatan kepada seorang klien secara total dalam satu periode dinas. Jumlah klien yang dirawat oleh satu perawat bergantung pada kemampuan perawat tersebut dan kompleksnya kebutuhan klien. (Sitorus, 2006).</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <i>2. Metode Fungsional</i></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Pada metode ini, kepala ruang memilih kiprah setiap perawat dalam satu ruangan. Perawat akan melaporkan kiprah yang dikerjakannya kepada kepala ruangan dan kepala ruangan tersebut bertanggung jawab dalam pembuatan laporan klien. Metode fungsional mungkin efisien dalam menuntaskan tugas-tugas apabila jumlah perawat sedikit, tetapi klien tidak mendapat kepuasan asuhan yang diterimanya. (Sitorus, 2006).</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <i>3. Metode tim</i></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Metode tim merupakan metode pemberian asuhan keperawatan, yaitu seorang perawat profesional memimpin sekelompok tenaga keperawatan dalam menunjukkan asuhan keperawatan pada sekelompok klien melalui upaya kooperatif dan kolaboratif (Douglas, 1992). Metode tim didasarkan pada keyakinan bahwa setiap anggota kelompok memiliki donasi dalam merencanakan dan menunjukkan asuhan keperawatan sehingga mengakibatkan rasa tanggung jawab yang tinggi. (Sitorus, 2006).</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <i>4. Metode perawatan primer</i></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Menurrut Gillies (1989) “Keperawatan primer merupakan suatu metode pemberian asuhan keperawatan, dimana terdapat hubungan yang erat dan berkesinambungan antara klien dan seorang perawat tertentu yang bertanggungjawab dalam perencanaan, pemberian, dan koordinasi asuha keperawatan klien, selama klien dirawat.” (Sitorus, 2006).</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Pada metode keperawatan primer perawat yang bertanggung jawab terhadap pemberian asuhan keperawatan disebut perawat primer (primary nurse) disingkat dengan PP. (Sitorus, 2006).</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Metode keperawatan primer dikenal dengan ciri yaitu akuntabilitas, otonomi, otoritas, advokasi, ketegasan, dan 5K yaitu kontinuitas, komunikasi, kolaborasi, koordinasi, dan komitmen. (Sitorus, 2006).</div> <div style="text-align: justify;"> <br /> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Langkah-langkah Implementasi MPKP Agar Dapat Terealisasi Dengan Baik</b></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Agar sanggup terealisasi / terimplementasi dengan baik maka perlu dilakukan 3 tahapan dibawah ini</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <i>1. Tahap persiapan :</i></div> <ul> <li style="text-align: justify;">Pembentukan team</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> Terdiri dari coordinator departemen, kepala ruang rawat, perawat ruangan, ketua MPKP</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Rancangan penilaian mutu</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> Kelompok kerja yang membuat planning asuhan keperawatan yang mencakup kepuasan klien.</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Presentasi MPKP</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> Untuk mendapat nilai pemberian dari semua yang terlibat pada dikala presentasi.</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Penetapan kawasan implementasi</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> Dalam memilih kawasan implementasi perlu memperhatikan : dominan tenaga perawat apakah ada staf baru.</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Identifikasi jumlah klien</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> Kelompok klien terdiri dari 3 kriteria, yaitu : minimal, parsial, dan total)</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Penetapan tenaga keperawatan</li> <li style="text-align: justify;">Penetapan jenis tenaga : kepala ruang rawat, clinical care manager, perawat primer, perawat asociate</li> <li style="text-align: justify;">Pengembangan standar asuhan keperawatan</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> Bertujuan untuk mengurangi waktu perawat untuk menulis, sehingga waktunya habis untuk melaksanakan tindakan keperawatan</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Penetapan format dokumentasi keperawatan</li> <li style="text-align: justify;">Identifikasi kemudahan : Badge atau kartu  nama tim, Papan nama, Papan MPKP</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> <i>2. Tahap pelaksanaan :</i></div> <ul> <li style="text-align: justify;">Pelatihan MPKP</li> <li style="text-align: justify;">Memberikan bimbingan kepada PP dalam melaksanakan konferensi</li> <li style="text-align: justify;">Memberi bimbingan kepada PP dalam melaksanakan ronde PA</li> <li style="text-align: justify;">Memberi bimbingan kepada PP dalam memanfaatkan standar Renpra</li> <li style="text-align: justify;">Member bimbingan kepada PP dalam membuat kontrak dengan klien</li> <li style="text-align: justify;">Member bimbingan dalam melaksanakan presentasi dalam tim</li> <li style="text-align: justify;">Memberikan bimbingan kepada CCM dalam bimbingan PP dan PA</li> <li style="text-align: justify;">Memberi bimbingan perihal dokumentasi keperawatan</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> <i>3. Tahap penilaian :</i></div> <ul> <li style="text-align: justify;">Memberikan instrument penilaian kepuasan klien / keluarga untuk setiap klien pulang</li> <li style="text-align: justify;">Mengevaluasi kepatuhan perawat terhadap standar penilaian</li> <li style="text-align: justify;">Penilaian jerawat nasokominal di ruang rawat</li> <li style="text-align: justify;">Penilaian rata-rata usang hari rawat</li> </ul> <br /> <div style="text-align: justify;"> <b>Kelebihan Dan Kekurangan Metode Praktik Keperawatan Profesional</b></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Dalam setiap metode atau system niscaya ada kelebihan dan kekurangan termasuk pada MPKP</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <i>Kelebihan model praktek keperawatan professional :</i></div> <ul> <li style="text-align: justify;">Memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh. </li> <li style="text-align: justify;">Mendukung pelaksanaan proses keperawatan.</li> <li style="text-align: justify;">Memungkinkan komunikasi antar tim sehingga konflik gampang diatasi dan menunjukkan kepuasan pada anggota tim</li> <li style="text-align: justify;">bila diimplementasikan di RS sanggup meningkatkan mutu asuhan keperawatan</li> <li style="text-align: justify;">ruang MPKP merupakan lahan praktek yang baik untuk proses belajar</li> <li style="text-align: justify;">ruang rawat MPKP sangat menunjang aktivitas pendidikan Nursing</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> <i>Kekurangan model praktek keperawatan professional :</i></div> <ul> <li style="text-align: justify;">Komunikasi antar anggota tim terutama dalam bentuk konferensi tim, membutuhkan waktu dimana sulit melaksanakannya pada waktu-waktu sibuk.</li> <li style="text-align: justify;">Akuntabilitas pada tim.Konsep</li> <li style="text-align: justify;">beban kerja tinggi</li> <li style="text-align: justify;">pendelegasian kiprah terbatas</li> <li style="text-align: justify;">kelanjutan keperawatan klien hanya sebagian selama perawat penanggung jawab klien tugas</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> Untuk mendownload File MPKP diatas dalam bentuk doc, <b style="background-color: cyan;"><a href="https://drive.google.com/file/d/1640imltGf0M586J_ntReQ_4v4ZBnZNX5/view?usp=sharing" target="_blank">DISINI</a></b></div>

Mpkp (Model Praktik Keperawatan Profesional), Pengertian, Langkah Pelaksanaan / Implementasi Sampai Kelebihan Dan Kekurangan

Di masa globalisasi dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya dalam bidang kesehatan menuntut kita sebagai perawat semoga bisa ...

+ Baca selengkapnya »

Cara Menghitung Kebutuhan Tenaga Perawat Pershift Dalam Sebuah Ruangan Berdasarkan Douglas

<div style="text-align: justify;"> Sebagai seorang perawat tentu kita diharuskan untuk memahami bagaiman cara menghitung kebutuhan perawat yang ideal dalam setiap ruangan dan berapa jumlah yang harus jaga pershiftnya.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Terlebih lagi apabila seseorang perawat memegang peranan sebagai seorang kepala ruangan, sangat diwajibkan sekali untuk sanggup menghitung berapa kebutuhan perawat yang diharapkan untuk bertugas diruangan yang dikepalainya, semoga tidak terjadinya over kerja perawat atau minus kerja perawat.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"> <img border="0" data-original-height="270" data-original-width="408" height="263" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgU-B_GWnH7UhY5w8iptcpMlWpM2bE2VOx8bsARvANYoM8xZRnexRH7bESC_kO_LFPXwKd2e6WajgTiJdCSEgWRHnBspxLb_Po9NJGRoAHgIfibXKRZv8gbroZ6ldYxIROR7fvyPLd8jICJ/s400/Menghitung+Kebutuhan+Perawat.png" width="400" /></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Sebenarnya ada beberapa metode yang sanggup digunakan dalam memilih kebutuhan tenaga perawat perawat dalam suatu ruang rawat. Namun untuk bahasan kali ini kami akan mencoba menjelaskan wacana metode perhitungan kebutuhan perawat dalam sebuah ruang rawat berdasarkan douglas.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Menurut Douglas(1984) dalam suatu pelayanan profesional, jumlah tenaga yang diharapkan tergantung pada jumlah pasien dan derajat ketergantungan pasien. </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Menurut Loveridge & Cummings (1996) penjabaran derajat ketergantungan pasien dibagi 3 kategori, yaitu :</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> a. Perawatan minimal : memerlukan waktu 1 – 2 jam/24 jam ang terdiri atas :</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Kebersihan diri, mandi, ganti pakaian dilakukan sendiri.</li> <li style="text-align: justify;">Makan dan minum dilakukan sendiri</li> <li style="text-align: justify;">Ambulasi dengan pengawasan</li> <li style="text-align: justify;">Observasi gejala vital dilakukan setiap shift.</li> <li style="text-align: justify;">Pengobatan minimal, status psikologis stabil.</li> <li style="text-align: justify;">Persiapan mekanisme memerlukan pengobatan.</li> </ul> <br /> <div style="text-align: justify;"> b. Perawatan intermediet / Partial : memerlukan waktu 3 – 4 jam/24 jam yang terdiri atas :</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Kebersihan diri dibantu, makan minum dibantu</li> <li style="text-align: justify;">Observasi gejala vital tiap 4 jam</li> <li style="text-align: justify;">Ambulasi dibantu, pengobatan lebih dari sekali</li> <li style="text-align: justify;">Voley kateter/intake output dicatat</li> <li style="text-align: justify;">Klien dengan pemasangan infus, persiapan pengobatan, memerlukan prosedur</li> </ul> <br /> <div style="text-align: justify;"> c. Perawatan maksimal/total : memerlukan waktu 5 – 6 jam/24 jam :</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Segala diberikan/dibantu</li> <li style="text-align: justify;">Posisi yag diatur, observasi gejala vital setiap 2 jam</li> <li style="text-align: justify;">Makan memerlukan NGT, memakai terapi intravena</li> <li style="text-align: justify;">Pemakaian suction</li> <li style="text-align: justify;">Gelisah/disorientasi</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> Nah sesuai derajat ketergantungan pasien diatas, Douglas menetapkan penjabaran kebutuhan perawat berdasarkan 3 jenis ketergantungan pasien tersebut sebagai berikut :</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <table border="0" cellpadding="0" cellspacing="0" class="MsoNormalTable" style="background: white; border-collapse: collapse; margin-left: 22.5pt; text-align: justify;"> <tbody> <tr style="height: 20.3pt; mso-yfti-firstrow: yes; mso-yfti-irow: 0;"> <td style="border: solid black 1.0pt; height: 20.3pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt;" valign="top"><div class="MsoNormal"> Waktu Klasifikasi<o:p></o:p></div> </td> <td style="border-left: none; border: solid black 1.0pt; height: 20.3pt; mso-border-left-alt: solid black 1.0pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt;" valign="top"><div class="MsoNormal"> Pagi<o:p></o:p></div> </td> <td style="border-left: none; border: solid black 1.0pt; height: 20.3pt; mso-border-left-alt: solid black 1.0pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt;" valign="top"><div class="MsoNormal"> Sore<o:p></o:p></div> </td> <td style="border-left: none; border: solid black 1.0pt; height: 20.3pt; mso-border-left-alt: solid black 1.0pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt;" valign="top"><div class="MsoNormal"> Malam<o:p></o:p></div> </td> </tr> <tr> <td style="border-top: none; border: solid black 1.0pt; mso-border-top-alt: solid black 1.0pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt;" valign="top"><div class="MsoNormal"> Minimal<o:p></o:p></div> <div class="MsoNormal"> Partial<o:p></o:p></div> <div class="MsoNormal"> Total<o:p></o:p></div> </td> <td style="border-bottom: solid black 1.0pt; border-left: none; border-right: solid black 1.0pt; border-top: none; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt;" valign="top"><div class="MsoNormal"> 0,17<o:p></o:p></div> <div class="MsoNormal"> 0,27<o:p></o:p></div> <div class="MsoNormal"> 0,36<o:p></o:p></div> </td> <td style="border-bottom: solid black 1.0pt; border-left: none; border-right: solid black 1.0pt; border-top: none; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt;" valign="top"><div class="MsoNormal"> 0,14<o:p></o:p></div> <div class="MsoNormal"> 0,15<o:p></o:p></div> <div class="MsoNormal"> 0,30<o:p></o:p></div> </td> <td style="border-bottom: solid black 1.0pt; border-left: none; border-right: solid black 1.0pt; border-top: none; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt;" valign="top"><div class="MsoNormal"> 0,10<o:p></o:p></div> <div class="MsoNormal"> 0,07<o:p></o:p></div> <div class="MsoNormal"> 0,20<o:p></o:p></div> </td> </tr> </tbody></table> <br /> <div> </div> <div style="text-align: justify;"> Berdasarkan ketetapan diatas douglas merumuskan kebutuhan tenaga perawat dalam sebuah ruangan pershift adalah sebagai berikut :</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Jumlah kebutuhan tenaga perawat / shift = Jumlah pasien penjabaran x Ketetapan kebutuhan perawat/shift.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Contoh.</div> <div style="text-align: justify;"> Misalkan dalam sebuah ruangan terdapat 10 pasien dengan kriteria 5 minimal, 3 partial, dan 2 total, berapakah kebutuhan tenaga perawat pershift pagi, sore dan malam.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Maka :</div> <div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Kebutuhan tenaga perawat shift pagi.</div> </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> shift pagi = (5x0,17) + (3x0,27) + (2x0,36) = 0,85+0,81+0.72= 2,38 tenaga perawat.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Kaprikornus diperoleh 2,38 tenaga perawat yang dibutuhkan untuk jaga shift pagi berdasarkan banyaknya pasien yang ada pada teladan diatas.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Nah untuk kebutuhan tenaga perawat shift sore dan malam silahkan anda hitung sendiri berdasarkan rumus dan ketetapan douglas pada tabel diatas.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Untuk mondownload artikel diatas silahkan <b><a href="https://drive.google.com/file/d/1TfQXrk_9HTCmnt8_TEli-LVTur4TLFG_/view?usp=sharing" target="_blank">DISINI</a></b></div>

Cara Menghitung Kebutuhan Tenaga Perawat Pershift Dalam Sebuah Ruangan Berdasarkan Douglas

Sebagai seorang perawat tentu kita diharuskan untuk memahami bagaiman cara menghitung kebutuhan perawat yang ideal dalam setiap ruangan dan...

+ Baca selengkapnya »