Kami bagikan laporan pendahuluan delirium pdf dan doc

Teman-teman perawat sekalian, kali ini kami posting laporan pendahuluan / LP delirium lengkap dari tinjauan teori hingga konsep askep, disusun berdasarkan beberapa tumpuan terpercaya.

Bagi teman-teman yang sedang menjalani stase keperawatan jiwa, delirium menjadi salah satu pilihan perkara yang bisa diangkat, dari itu kali ini kami bagikan laporan pendahuluan delirium dalam format dan pdf.

Untuk mendownload laporan pendahuluan / LP delirium pdf dan doc telah kami sediakan link unduhan diakhir artikel ini.

Laporan Pendahuluan Delirium


Pengertian 

Delirium ialah sindroma otak organik lantaran fungsi atau metabolisme otak secara umum atau lantaran keracunan yan menghambat mnetabolisme otak.

Delirium ialah keadaan yang bersifat sementara dan biasanya terjadi secara mendadak, dimana penderita mengalami penurunan kemampuan dalam memusatkan perhatiannya dan menjadi linglung, mengalami disorientasi dan tidak bisa berfikir secara jernih. Sindrom klinis akut dan sejenak dengan ciri penurunan taraf kesadaran, gangguan kognitif, gangguan persepsi, termasuk halusinasi dan amp; ilusi, khas ialah visual juga di pancaindera lain, dan gangguan perilaku, menyerupai agitasi. Gangguan ini berlangsung pendek dan ber-jam hingga berhari-hari, taraf hebatnya berfluktuasi, bereaksi di malam hari, kegelapan menciptakan halusinasi visual dan amp; gangguan sikap meningkat. Biasanya reversibel. Penyebabnya termasuk penyakit fisik, intoxikasi obat (zat). Diagnosis klinis biasanya dengan laboratorium dan investigasi pencitraan (imaging) dan terapi untuk menemukan penyebabnya.


Etiologi

Penyebab delirium:
  • Alkohol, obat-obatan dan materi beracun
  • Efek toksik dari pengobatan
  • Kadar elektrolit, garam dan mineral (misalnya kalsium, natrium atau magnesium) yang tidak normal tanggapan pengobatan, kehilangan cairan tubuh atau penyakit tertentu.
  • Infeksi akut disertai demam
  • Hidrosefalus bertekanan normal, yaitu suatu keadaan dimana cairan yang membantali otak tidak diserap sebagaimana mestinya dan menekan otak.
  • Hematoma subdural, yaitu pengumpulan darah di bawah tengkorak yang sanggup menekan otak.
  • Meningitis, ensefalitis, sifilis (penyakit nanah yang menyerang otak).
  • Kekurangan tiamin dan vitamin B129. Hipotiroidisme maupun hipotiroidisme3.
  • Tumor otak (beberapa diantaranya kadang mengakibatkan linglung dengan gangguan ingatan)
  • Patah tulang panggul dan tulang-tulang panjang.
  • Fungsi jantung atau paru-paru yang buruk dan mengakibatkan rendahnya kadar oksigen atau tingginya kadar karbon dioksida di dalam darah
  • Stroke.

Patofisiologi
  • Banyak kondisi sistemik dan obat bisa mengakibatkan delirium, pola antikolinergika, psikotropika, dan opioida.
  • Mekanisme tidak jelas, tetapi mungkin terkait dengan gangguan reversibilitas dan metabolisme oxidatif otak, keanehan neurotransmiter multiple, dan pembentukan sitokines (cytokines).
  • Stress dari penyebab apapun bisa meningkatkan kerja saraf simpatik sehingga mengganggu fungsi cholinergic dan mengakibatkan delirium.
  • Usia lanjut memang dasarnya rentan terhadap penurunan transmisi cholinergic sehingga lebih gampang terjadi delirium. Apapun sebabnya, yang terang hemisfer otak dan prosedur (arousal mechanism) dari talamus dan sistem aktivasi retikular batang otak jadi terganggu.
  • Terdapat faktor predisposisi gangguan otak organik: menyerupai demensia, stroke. Penyakit parkinson, usia lanjut, gangguan sensorik, dan gangguan multipel.

Gejala

Gejala utama ialah kesadaran menurun. Kesadaran yang menurun ialah suatu keadaan dengan kemampuan persepsi perhatian dan anutan yan berkurang secara keseluruhan (secara kuantitatif).

Gejala-gejala lainnya penderita tidak bisa mengenal orang dan berkomunikasi dengan baik, ada yang galau atau cemas, gelisah dan panik, adanya  klien yan terutama halusinasi dan ada yang hanya berbicara komat-kamit dan inkohern.

Dari gejala-gejala psikiatrik tidak sanggup diketahui etiologi penyakit badaniah itu, tetapi perlu dilakukan investigasi intern dan nerologik yang teliti. Gejala tersebut lebih ditentukan oleh keadaan jiwa premorbidnya, prosedur pembelaaan psikologiknya, keadaan psikososial, sifat proteksi dari keluarga, sahabat dan petugas kesehatan, struktur sosial serta ciri-ciri kebudayaan sekelilingnya.


Psikopatologi

Delirium biasanya hilang bila penyakit badaniah yang mengakibatkan sudah sembuh, mungkin hingga kira-kira 1 bulan sesudahnya. Gangguan jiwa yang psikotik atau nonpsikotik yang disebabkan oleh gangguan jaringan fungsi otak. Gangguan fungsi jaringan otak ini sanggup disebabkan oleh penyakit badaniah yang terutama mengenai otak (meningoensephalitis, gangguan pembuluh darah ootak, tumur otak dan sebagainya) atau yang terutama di luar otak atau tengkorak (tifus, endometriasis, payah jantung, toxemia kehamilan, intoksikasi dan sebagainya). Bila kepingan otak yang terganggu itu luas, maka gangguan dasar mengenai fungsi mental sama saja, tidak tergantung pada penyakit yang menyebabkannya. Jika disebabkan oleh proses yang pribadi menyerang otak , bila proses itu sembuh maka gejala-gejalanya tergantung pada besarnya kerusakan yang ditinggalkan gejala-gejala neurologik dan atau gangguan mental dengan tanda-tanda utama gangguan intelegensi. Bisa juga didapatkan adanya febris. Terdapat tanda-tanda psikiatrik bila sangat mengganggu sanggup diberikan neroleptika, terutama yang mempunyai takaran efektif tinggi.


Pemeriksaan Diagnostik

Biasanya klinis. Semua pasien dengan tanda dan tanda-tanda gangguan fungsi kognitif perlu dilakukan investigasi kondisi mental formal. Kemampuan atensi bisa diperiksa dengan:
  • Pengulangan sebutan 3 benda
  • Pengulangan 7 angka ke depan dan 5 angka ke belakang (mundur)
  • Sebutkan nama hari dalam seminggu ke depan dan ke belakang (mundur)
  • Ikuti kriteria diagnostik dari lCD-10 atau DSM-IV-TR
  • Confusion Assessment Method (CAM)
  • Wawancarai anggota keluarga
  • Penggunaan obat atau zat psikoaktif overdosis atau penghentian mendadak.

Penatalaksanaan
  • Pengobatan etiologik harus sedini mungkin  dan di samping faal otak dibantu semoga tidak terjadi kerusakan otak yang menetap.
  • Peredaran darah harus diperhatikan (nadi, jantung dan tekanan darah), bila perlu diberi stimulansia.
  • Pemberian cairan harus cukup, lantaran tidak jarang terjadi dehidrasi. Hati-hati dengan sedativa dan narkotika (barbiturat, morfin) lantaran adakala tidak menolong, tetapi sanggup menjadikan imbas paradoksal, yaitu klien tidak menjadi tenang, tetapi bertambah gelisah.
  • Klien harus dijaga terus, lebih-lebih bila ia sangat gelisah, lantaran berbahaya untuk dirinya sendiri (jatuh, lari dan loncat keluar dari jendela dan sebagainya) ataupun untuk orang lain.
  • Dicoba menenangkan klien dengan kata-kata (biarpun kesadarannya menurun) atau dengan kompres es. Klien mungkin lebih hening bila ia sanggup melihat orang atau barang yang ia kenal dari rumah. Sebaiknya kamar jangan terlalu gelap , klien tidak tahan terlalu diisolasi.
  • Terdapat tanda-tanda psikiatrik bila sangat mengganggu sanggup diberikan neroleptika, terutama yang mempunyai takaran efektif tinggi.

Konsep Asuhan Keperawatan

Pengkajian

1. Identitas 

Indentias klien mencakup nama, umur, jenis kelamin, suku bangsa/latar belakang kebudayaan, status sipil, pendidikan, pekerjaan dan alamat. 

2. Keluhan utama 

Keluhan utama atau lantaran utama yang menyebbkan klien tiba berobat (menurut klien dan atau keluarga). Gejala utama ialah kesadaran menurun.

3. Faktor predisposisi

Menemukan gangguan jiwa yang ada sebagai dasar pembuatan diagnosis serta memilih tingkat gangguan serta menggambarkan struktur kepribadian yang mungkin sanggup menandakan riwayat dan perkembangan gangguan jiwa yang terdapat. Dari gejala-gejala psikiatrik tidak sanggup diketahui etiologi penyakit badaniah itu, tetapi perlu dilakukan investigasi intern dan nerologik yang teliti. Gejala tersebut lebih ditentukan oleh keadaan jiwa premorbidnya, prosedur pembelaaan psikologiknya, keadaan psikososial, sifat proteksi dari keluarga, sahabat dan petugas kesehatan, struktur sosial serta ciri-ciri kebudayaan sekelilingnya. Gangguan jiwa yang psikotik atau nonpsikotik yang disebabkan oleh gangguan jaringan fungsi otak. Gangguan fungsi jaringan otak ini sanggup disebabkan oleh penyakit badaniah yang terutama mengenai otak (meningoensephalitis, gangguan pembuluh darah ootak, tumur otak dan sebagainya) atau yang terutama di luar otak atau tengkorak (tifus, endometriasis, payah jantung, toxemia kehamilan, intoksikasi dan sebagainya).

4. Pemeriksaan fisik 

Kesadran yang menurun dan sesudahnya terdapat amnesia. Tensi menurun, takikardia, febris, BB menurun lantaran nafsu makan yang menurun dan tidak mau makan. 

5. Psikososial

a. Genogram Dari hasil penelitian ditemukan kembar monozigot memberi imbas lebih tinggi dari kembar dizigot .

b. Konsep diri
  • Ganbaran diri, tressor yang mengakibatkan berubahnya gambaran diri lantaran proses patologik penyakit.
  • Identitas, bervariasi sesuai dengan tingkat perkembangan  individu.
  • Peran, transisi kiprah sanggup dari sehat ke sakit, ketidak sesuaian antara satu kiprah dengan kiprah yang lain dan kiprah yang ragu diman aindividu tidak tahun dengan terang perannya, serta kiprah hiperbola sementara tidak mempunyai kemmapuan dan sumber yang cukup.
  • Ideal diri, keinginann yang tidak sesuai dengan kenyataan dan kemampuan yang ada.
  • Harga diri, tidakmampuan dalam mencapai tujuan sehingga klien merasa harga dirinya rendah lantaran kegagalannya.

c. Hubungan sosial

Berbagai faktor di masyarakat yang menciptakan seseorang disingkirkan atau kesepian, yang selanjutnya tidak sanggup diatasi sehingga timbul tanggapan berat menyerupai ilusi dan halusinasi. Konsep diri dibuat oleh pola kekerabatan sosial khususnya dengan orang yang penting dalam kehidupan individu. Jika kekerabatan ini tidak sehat  maka individu dalam kekosongan internal. Perkembangan kekerabatan sosial yang tidak adeguat mengakibatkan kegagalan individu untuk mencar ilmu mempertahankan komunikasi dengan orang lain, kesudahannya klien cenderung memisahkan diri dari orang lain dan hanya terlibat dengan pikirannya sendiri yang tidak memerlukan kontrol orang lain. Keadaa ini menjadikan kesepian, isolasi sosial, kekerabatan dangkal dan tergantung.

d. Spiritual

Keyakina klien terhadapa agama dan keyakinannya masih kuat.a tetapi tidak atau kurang bisa dalam melaksnakan ibadatnmya sesuai dengan agama dan kepercayaannya.

6. Status mental

a. Penampilan klien tidak rapi dan tidak bisa utnuk merawat dirinya sendiri.

b. Pembicaraan keras, cepat dan inkoheren.

c. Aktivitas motorik, Perubahan motorik sanggup dinmanifestasikan adanya peningkatan kegiatan motorik, gelisah, impulsif, manerisme, otomatis, steriotipi.

d. Alam perasaan, Klien nampak ketakutan dan putus asa.

e. Afek dan emosi. 

Perubahan afek terjadi lantaran klien berusaha menciptakan jarak dengan perasaan tertentu lantaran kalau pribadi mengalami perasaa tersebut sanggup menjadikan ansietas. Keadaan ini menjadikan perubahan afek yang digunakan klien untukj melindungi dirinya, lantaran afek yang telah berubahn memampukan kien mengingkari dampak emosional yang menyakitkan dari lingkungan eksternal. Respon emosional klien mungkin tampak bizar dan tidak sesuai lantaran tiba dari kerangka pikir yang telah berubah. Perubahan afek ialah tumpul, datar, tidak sesuai, hiperbola dan ambivalen.

f. Interaksi selama wawancara

Sikap klien terhadap pemeriksa kurawng kooperatif, kontak mata kurang.

g. Persepsi

Persepsi melibatkan proses berpikir dan pemahaman emosional terhadap suatu obyek. Perubahan persepsi sanggup terjadi pada satu atau kebiuh panca indera yaitu penglihatan, pendengaran, perabaan, penciuman dan pengecapan. Perubahan persepsi sanggup ringan, sedang dan berat atau berkepanjangan. Perubahan persepsi yang paling sering ditemukan ialah halusinasi.

h. Proses berpikir

Klien yang terganggu pikirannya sukar berperilaku kohern, tindakannya cenderung berdasarkan evaluasi pribadi klien terhadap realitas yang tidak sesuai dengan evaluasi yang umum diterima.
Penilaian realitas secara pribadi oleh klien merupakan evaluasi subyektif yang dikaitkan dengan orang, benda atau insiden yang tidak logis.(Pemikiran autistik). Klien tidak menelaah ulang kebenaran realitas. Pemikiran autistik dasar perubahan proses pikir yang sanggup dimanifestasikan dengan pemikian primitf, hilangnya asosiasi, anutan magis, ilusi (waham), perubahan linguistik (memperlihatkan gangguan pola pikir ajaib sehingga tampak klien regresi dan pola pikir yang sempit contohnya ekholali, clang asosiasi dan neologisme.

i. Tingkat kesadaran

Kesadran yang menurun, bingung. Disorientasi waktu, daerah dan orang.

j. Memori

Gangguan daya ingat yang gres saja terjadi )kejadian pada beberapa jam atau hari yang lampau) dan yang sudah usang berselang terjadi (kejadian beberapa tahun yang lalu).

k. Tingkat konsentrasi

Klien tidak bisa berkonsentrasi

l. Kemampuan penilaian

Gangguan ringan dalam evaluasi atau keputusan.

7. Kebutuhan klien sehari-hari

a. Tidur, klien sukar tidur lantaran cemas, gelisah, berbaring atau duduk dan gelisah . Kadang-kadang terbangun tengah malam dan sukar tidur kemabali. Tidurnya mungkin terganggu sepanjang malam, sehingga tidak merasa segar di pagi hari.

b. Selera makan, klien tidak mempunyai selera makan atau makannya hanya sedikit, karea putus asa, merasa tidak berharga, kegiatan terbatas sehingga bisa terjadi penurunan berat badan.

c. Eliminasi

Klien mungkin tergnaggu buang air kecilnya, kadang-kdang lebih sering dari biasanya, lantaran sukar tidur dan stres. Kadang-kadang sanggup terjadi konstipasi, tanggapan terganggu pola makan.

8. Mekanisme koping

Apabila klien merasa tridak berhasil, kegagalan maka ia akan menetralisir, mengingkari atau meniadakannya dengan menyebarkan banyak sekali pola koping mekanisme. Ketidak mampuan mengatasi secara konstruktif merupakan faktor penyebab primer terbentuknya pola tiungkah laris patologis. Koping prosedur yang digunakan seseorang dalam keadaan delerium ialah mengurangi kontak mata, menggunakan kata-kata yang cepat dan keras (ngomel-ngomel) dan menutup diri.

9. Dampak masalah

a. Individu
  • Perilaku, klien muningkin mengbaikan atau menerima kesulitan dalam melaksanakan kegiatas sehari-hari menyerupai kebersihan diri contohnya tidak mau mandi, tidak mau menyisir atau mengganti pakaian.
  • Kesejahateraan dan konsep diri, klien merasa kehilangan harga diri, harga diri rendah, merasa tidak berarti, tidak berkhasiat dan frustasi sehingga klien perlu diisolasi.
  • Kemadirian , klien kehilangan kemandirian adan hidup ketergantungan pada keluarga atau oorang yang merawat cukup tinggi, sehingga menjadikan stres fisik.

Diagnosa Keperawatan
  1. Risiko terhadap penyiksaan pada diri sendiri, orang lain dan lingkungan berafiliasi dengan berespon pada pikiran ilusi dan halusinasi.
  2. Koping individu yang tidak efektif berafiliasi dengan ketidakmampuan cara mengekspresikan secara konstruktif.
  3. Perubahahn proses berpikir berafiliasi dengan ketidakmampuan untuk mempercayai orang 
  4. Risiko terjadi perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berafiliasi dengan intake yang kurang, status emoosional yang meningkat.
  5. Kesukaran komunikasi mulut berafiliasi dengan pola komunikasi yang tak logis atau inkohern dan imbas samping obat-obatan, tekanan bicara dan hiperaktivitas.
  6. Kurangnya interaksi sosial (isolasi sosial) berafiliasi dengan sistem penbdukung yang tidak adequat.
  7. Kurangnya perawatan diri berhubugan dengan kemauan yang menurun
  8. Perubahan pola tidur berafiliasi dengan hiperaktivitas, respon tubuh pada halusinasi.
  9. Ketidaktahuan keluarga dan klien perihal imbas samping obat antipsikotik berafiliasi dengan kurangnya informasi.

Intervensi Keperawatan / Rencana Tindakan

Diagnosa Keperawatan. 1

Risiko terhadap penyiksaan pada diri sendiri, orang lain dan lingkungan berafiliasi dengan berespon pada pikiran ilusi dan halusinasi.

Batasan kriteria :

Sasaran jangka pendek :
  • Dalam 2 ahad klien sanggup mengenal tanda-tanda peningkatan kegelisahan dan melaprkan pada perwat agasr sanggup diberikan intervensi sesuai kebutuhan.
Sasaran jangka panjang :
  • Klien tidak akan membahayakan diri, orang lain dan lingkungan selama di rumah sakit.
Intervensi 1

INTERVENSI
RASIONAL
1. Pertahankan semoga lingkungan klien pada tingkat stimulaus yang rendah (penyinaran rendah, sedikit orang, dekorasi yang sederhana dan tingakat kebisingan yang rendah)
2. Ciptakan lingkungan psikososial :
·      sikap perawat yang bersahabat, penuh perhatian, lembuh dan hangat)
·      Bina kekerabatan saling percaya (menyapa klien dengan rama memanggil nama klien, jujur , sempurna janji, tenggang rasa dan menghargai.
·      Tunjukkan perwat yang  bertanggung jawab
3. Observasi secara ketat sikap klien (setiap 15 menit)


4. Kembangkan orientasi kenyataan :
·      Bantu kien untuk mengenal persepsinya
·      Beri umpan balik perihal sikap klien tanpa menyokong atau membantah kondoisinya
·      Beri kesempatan untuk mengungkapkan persepsi an daya orientasi
5. Lindungi klien dan keluarga dari ancaman halusinasi :
·      Kajiu halusinasi klien
·      Lakukan tindakan pengawasan ketat, upayakan tidak melaksanakan pengikatan.
6. Tingkatkan kiprah serta keluarga pada tiap tahap perawatan dan jelaskan prinsip-prinsip tindakan pada halusinasi.
7. Berikan obat-obatan antipsikotik sesuai dengan acara terapi (pantau keefektifan dan imbas samping obat).
1. Tingkat ansietas atau gelisah akan meningkat dalam lingkungan yang penuh stimulus.


2. Lingkungan psikososial yang terapeutik akan menstimulasi kemampuan perasaan kenyataan.





3. Observasi ketat merupakan hal yang penting, lantaran dengan demikian intervensi yang sempurna sanggup diberikan segera dan untuk selalu memastikan bahwa kien berada dalam keadaan aman
4. Klien perlu dikembangkan kemampuannya untuk menilai realita secara adequat semoga klien sanggup mengikuti keadaan dengan lingkungan.Klien yang berada dalam keadaan gelisah, bingung, klien tidak menggunakan benda-benda tersebut untuk membahayakan diri sendiri maupun orang lain.

5. Klien halusinasi pada faase berat tidak dapat  mengontrol perilakunya. Lingkungan yang kondusif dan pengawasan yang sempurna sanggup mencegah cedera.


6. Klien yang sudah sanggup mengontrol halusinasinya perlu sokongan keluarga untuk mempertahnkannya.

7. Obat ini digunakan untuk mengendalikan psikosis dan mengurangi tanda-tanda agitasi.


Diagnosa Keperawatan. 2

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berafiliasi dengan intake yang kurang, status emosional yang meningkat.

Batasan kriteria :
  • Penurunan berat badan, konjunctiva dan membran mukosa pucat, turgor kulit jelek, ketidakseimbangan elktrolit dan kelemahan)
Sasaran jangka pendek :
  • Klien sanggup mencapai pertambahan 0,9 kg t hari kemudian
  • Hasil laboratorium elektrolit sserum klien akan kembali dalam batas normal dalam 1 minggu
Sasaran jangka panjang :
  • Klien tidak menunjukkan tanda-tanda /gejala malnutrisi dikala pulang.
Intervensi 2

INTERVENSI
RASIONAL
1. Monitor masukan, haluaran dan jumlah kalori sesuai kebutuhan.
2. timbang berat tubuh setiap pagi sebelum bangun
3. Jelaskan pentingnya nutrisi yang cukup bagi kesehatan dan proses penyembuhan.

4. Kolaborasi
·      Dengan jago gizi untuk menyediakan kuliner dalam porsi yang cukup sesuai dengan kebutuhan
·      Pemberian cairan perparenteral (IV-line)
·      Pantau hasil laboraotirum (serum elektrolit)


5. Sertakan keluarga dalam memnuhi kebutuhan sehari-hari (makan dan kebutuhan fisiologis lainnya)
1. Informasi ini penting untuk menciptakan pengkajian nutrisi yang akurat dan mempertahankan keamanan klien.
2. Kehilangan berat tubuh merupakan informasi penting untuk mengethui perkembangan status nutrisi klien.
Klien mungkin tidak mempunyai pengetahuan yang cukup atau akurat berkenaan dengan donasi nutrisi yang baik untuk kesehatan.
4. Kolaborasi :
·      Klien lebih suka menghabiskan makan yang disukai oleh klien.

·      Cairan infus diberikan pada klien yang tidak, kurang dalam mengintake makanan.
·      Serrum elektrolit yang normal menyampaikan adanya homestasis dalam tubuh.
5. Perawat bersama keluarga harus memperhatikan pemenuhan kebutuhan secara adequat.



Diagnosa Keperawatan. 2

Kurangnya interaksi sosial (isolasi sosial) berafiliasi dengan sistem penbdukung yang tidak adequat.

Batasan kriteria :
  • Kurang rasa percaya pada orang lain, sukar berinteraksi dengan orang lain, komnuikasi yang tidak realistik, kontak mata kurang, berpikir perihal sesuatu berdasarkan pikirannya sendiri, afek emosi yang dangkal.
Sasaran jangka pendek :
  • Klien siap masuk dalam terapi kegiatan ditemani oleh seorang perawat yang dipercayai dalam 1 minggu.
Sasaran jangka panjang :
  • Klien sanggup secara sukarela meluangkan waktu bersama klien lainnya dan perawat dalam kegiatan kelompok di unit rawat inap.
Intervensi 3

INTERVENSI
RASIONAL
1. Ciptakan lingkungan terapeutik :
- bina kekerabatan saling percaya ((menyapa klien dengan rama memanggil nama klien, jujur , sempurna janji, tenggang rasa dan menghargai).
- tunjukkan perawat yang bertanggung jawab
- tingkatkan kontak klien dengan lingkungan sosial secara bertahap
2. Perlihatkan penguatan positif pada klien.
Temani klien untuk menunjukkan dukungan selama kegiatan kelompok yang mungkin mnerupakan hal yang sukar bagi klien.
3. Orientasikan klien pada waktu, daerah dan orang.
4. Berikan obat anti psikotik sesuai dengan acara terapi.
1. Lingkungan fisik dan psikososial yang terapeutik akan menstimulasi kemmapuan klien terhadap kenyataan.





2. hal ini akan menciptakan klien merasa menjado orang yang berguna.


3. kesadran diri yang meningkat dalam hubungannya dengan lingkungan waktu, daerah dan orang.
4. Obat ini digunakan untuk mengendalikan psikosis dan mengurangi tanda-tanda agitasi

Diagnosa Keperawatan. 4

Kurangnya perawatan diri berhubugan dengan kemauan yang menurun

Batasan kriteria :
  • Kemauan yang kurang untuk membersihkan tubuh, defekasi, be3rkemih dan kurang minat dalam berpakaian yang rapi.
Sasaran jangka pendek :
  • Klien sanggup menyampaikan impian untuk melaksanakan kegiatan hidup sehari-hari dalam 1 minggu
Sasaran jangka panjang :
  • Klien ampu melaksanakan kegiatan hidup sehari-hari secara berdikari dan mendemosntrasikan suatu impian untuk melakukannya.
Intervensi 4

INTERVENSI
RASIONAL
1. Dukung klien untuk melaksanakan kegiatan hidup sehari-hari sesuai dengan tingkat kemampuan kien.
2. Dukung kemandirina klien, tetapi beri proteksi kien dikala kurang bisa melaksanakan beberapa kegiatan.
3. Berikan ratifikasi dan penghargaan positif untuk kemampuan mandiri.

4. Perlihatkan secara konkrit, bagaimana melaksanakan kegiatan yang berdasarkan kien sulit untuk dilakukaknya.

1. Keberhasilan menampilkan kemandirian dalam melaksanakan suatu kegiatan akan meningkatkan harga diri.

2. Kenyamanan dan keamanan klien merupakan priotoritas dalam keperawatan.

3. Penguatan positif akan menignkatakan harga diri dan mendukung terjadinya pengulangan sikap yang diharapkan.
4. Karena berlaku pikiran yang konkrit, klarifikasi harus diberikan sesuai tingkat  pengetian yang nyata.

Diagnosa Keperawatan. 5

Ketidaktahuan keluarga dan klien perihal imbas samping obat antipsikotik berafiliasi dengan kurangnya informasi.

Batasan kriteria :
  • Adanya pertanyaan kurangnya pengetahuan, permintaaan untuk mendaptkan informasi dan mengastakan adanya permaslah yang dialami kien.
Sasaran jangka pendek :
  • Klien sanggup menyampaikan imbas terhadap tubuh yang diikuti dengan implemetasi rencana pengjaran.
Sasaran jangka panjang :
  • Klien sanggup mengatan pentingnya mengetahui  dan kolaborasi dalam memantau tanda-tanda dan tanda imbas samping obat.
Intervensi 5

INTERVENSI
RASIONAL
1. Pantau tanda-tanda vital

2. Tetaplah bersama klien ketika minum obat antipsikotik

3. Amati klien akan adanya EPS, 4. Pantau keluaran urine,dan glukosa urine




4. Beritahu klien bahwa sanggup terjadi perubahan yang berkaitandengan fungsi seksual dan menstruasi.
1. Hipotensi ortostatik mungikn terjadi pada pemakain obat antipsikotik, Pemeriksaan tekanan darah dalam posisi berbaring, dudujk dan berdiri.
2. Beberapa klien mungkin menyembusnyikan oabt-obat tersebut.
3. distonia akut (spame lidah, wajah, leher dan punggung), akatisia (gelisah, tidak sanggup duduk dengantenag, mengetuk-negetukan kaki,pseudoparkinsonisme (tremor otot, rifgiditas, berjalan dengan menyeret kaki) dan diskinesia tardif (mengecapkan bibir, menjulurkan pengecap dan gerakan mengunyah yang konstan).
4. Wanita sanggup mempunyai periode menstruasi yang tidak teratus atau amenorhea dan laki-laki mungkin mengalmi impotens atau ginekomastik.



Daftar Pustaka
  • Boyd dan Nihart. 1998. Psichiatric Nursing & Contenporary Practice . I Edition .       Lippincot . Philadelphia .
  • Carpenito , Lynda Juall. 1998. Buku Saku Diagnosa Keperawatan . EGC. Jakarta .
  • Schultz dan Videback. 1998. Manual Psychiatric Nursing Care Plan. 5 th Edition . Lippincott. Philadelphia .
  • Keliat , Budi Anna. 1998. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa . EGC. Jakarta.
  • Stuart dan sundeen . 1995. Buku Saku Keperawatan Jiwa . Edisi 3. EGC.Jakarta . 
  • Townsend . 1995. Nursing Diagnosis In Psychiatric Nursing a Pocket Guide For Care Plan Construction . Edisi 3 . EGC. Jakarta. 
Untuk mendownload Laporan pendahuluan / LP delirium lengkap pdf dan doc, dibawah
Link Alternatif
Demikian laporan pendahuluan / LP Delirium lengkap, download pdf dan doc kami bagikan, semoga bisa menjadi tumpuan dalam pembuatan kiprah keperawatan jiwa teman-teman perawat sekalian. Terima kasih.
 
Top