Kami Bagikan Asuhan Keperawatan (Askep) pasien jiwa dengan Gangguan Hubungan Sosial.

Askep gangguan korelasi sosial merupakan serangkaian tindakan keperawatan yang dilakukan pada pasien kejiwaan yaitu dimana seseorang mengalami gangguan dalam korelasi interpersonal dengan mahluk sosial (manusia) lainnya.

Bagi teman-teman perawat yang sedang dalam stase keperawatan jiwa disini kami sediakan askep pasien jiwa dengan gangguan korelasi sosial dalam format pdf dan doc, sehingga memudahkan sahabat sejawat sekalian dalam pembuatan kiprah askep ataupun makalah keperawatan jiwa tinggal diedit sesuai kebutuhan. dan sanggup didownload melalui link unduhan yang kami sematkan diakhir artikel ini.


Tinjauan Teori

Pengertian: 

Gangguan korelasi sosial Keadaan dimana seorang individu berpartisipasi  dalam kuantitas yang hiperbola atau tidak cukup atau ketidakefektifan kualitas pertukaran sosial (Townsend,1998).

Gangguan korelasi sosial merupakan suatu gangguan korelasi interpersonal yang terjadi akhir adanya kepribadian yang tidak fleksibel dan menjadikan sikap maladaptif dan mengganggu fungsi seseorang dalam bekerjasama sosial. Tiap individu memiliki potensi untuk terlibat dalam korelasi sosial pada aneka macam tingkat korelasi yaitu korelasi intim biasa hingga korelasi saling ketergantungan. Individu tidak bisa memenuhi kebutuhan tanpa adanya korelasi dengan lingkungan sosial. Oleh lantaran itu individu perlu membina hubungaN interpersonal (Teguh, 2009)


Rentang Responden Sosial


Perilaku yang bekerjasama dengan responden sosial maladaptif
                      
Perilaku
Karakteristik
Manipulasi
Orang lain diperlakukan menyerupai obyek korelasi terpusat pada duduk kasus pengendalian individu, berorientasi pada diri sediri atau pada tujuan, bukan berorintasi pada orang lain.
Narkisisme
Harga diri yang rapuh, secara terus menerus berusaha
Inplusif
Mendapatkan penghargaan, pujian, sikap egosentris, pencemburu, murka kalau orang lain tidak mendukung. Tak mampu  merencanakan sesuatu, tidak bisa berguru dari pengalaman , penilaian yang jelek tidak sanggup diandalkan
                                                     

 Perilaku menarik diri :

Adalah perjuangan menghidari  interaksi dengan orang lain dimana individu merasa bahwa kehilangan korelasi akrab, tidak memiliki kesempatan membagi rasa, fikiran, prestasi / kegagalan, ia mempunai kesulitan bekerjasama secara impulsif dengan orang lain yang dimanifestasikan dengan sikap memisahkan diri, tidak ada perhatian dan tak sanggup membagi pengalaman dengan orang lain.


Karakteristik sikap menarik diri
  • Gangguan contoh makan : tidak ada nafsu makan / minum berlebihan 
  • Berat tubuh menurun /meningkat dratis 
  • Kemunduran kesehatan fisik
  • Tidur berlebihan 
  • Tingal ditempat tidur dalam waktu yang lama
  • Banyak tidur siang
  • Kurang bergairah
  • Tak mempedulikan lingkungan
  • Aktivitas menurun
  • Mondar – mandir / sikap mematung, melaksanakan gerakan secra berulang (jalan mondar mandir)
  • Menurunnya kegiatan seksual

Tugas Perkembangan bekerjasama dengan pertumbuhan interpersonal

Tahap perkembangan
Tugas
Masa bayi
Menetapkan landasan percaya
Masa bermain
Mengembangkan otonomi dan awal sikap mandiri
Masa pra sekolah
Belajar menunjukkan  inisiatif dan rasa tanggung jawab dan hati nurani
Masa sekolah
Belajar berkompetisi, bekerja sama dan berkompromi
Masa pra remaja
Menjadi intim dengan sahabat homogen kelamin
Masa remaja
Menjadi intim dengan lawan jenis kelamin dan tidak tergantung pada orsng tua
Masa remaja muda
Menjadi saling tergantung dengan orang tua, teman, menikah dan memiliki anak
Masa tengah baya
Belajar menerima
Masa dewasa
Berduka lantaran kehilangan dan menyebarkan perasaan keterikatan dengan budaya.


Faktor-faktor penggagas gangguan korelasi sosial

1. Faktor perkembangan
  • Gangguan dalam pencapaian tingkat perkembangan 
  • Sistem kelarga yang terganggu
  • Norma keluarga kurang mendukung korelasi keluarga dengan pihak lain diluar keluarga.
2. Faktor biologik
  • Genetik, neurotransmiter masih perlu penelitian lebih lanjut.
3. Faktor sosio cultural
  • Isolasi akhir dari norma yang tidak mendukngHarapan yang tidak realistic terhadap hubungan 

Stressor pencetus

1. Stressor sosio cultural
  • Menurunya satabilitas unit keluarga
  • Berpisah dari orang yang berarti dalam kehidupannya
2. Stresor psikologik
  • Ansietas berat yang berkepenjangan dengan keterbatasan untuk mengatasi.

Sumber Koping
  • Keterlibatan dalam korelasi yang luas dalam keluarga dan teman.
  • Hubungan dengan binatang peliharaan
  • Gunakan kreatifitas utuk mengekspresikan stress interpersonalseerti kesenian,musik,tulisan.

Mekanisme koping

1. Koping  yang bekerjasama dengan gangguan kepribadian anti social
  •  Poyeksi
  • Pemisahan
  • Merendahkan orang lain 
2. Koping yang bekerjasama dengan gangguan kepribadian “border line”
  • Pemisahan
  • Reaksi formasi
  • Proyeksi
  • Isolasi
  • Idealisasi orang lain
  • Merendahkan orang lain                                                                                     

Asuhan Keperawatan Gangguan Hubungan Sosial

Pengkajian

1. Fraktor predisposisi
          
a. Faktor tumbuh kembang

Pada masa tumbuh kembang individu memiliki kiprah perkembangan yang harus dipenuhi, setiap tahap perkembangan memiliki spesifikasi tersendiri. Bila kiprah dalam perkembangan tidak terpenuhi akan menghambat tahap perkembangan selanjutnya dan sanggup terjadi  gangguan korelasi social.

b. Faktor komunikasi dalam keluarga
    
Gangguan komunikasi dalam keluarga merupakan faktor pendukung terjadinya gangguan korelasi sosial, termasuk komunikasi yang tidak terperinci (double blind komunikation), ekspresi emosi yang tinggi dalam keluarga dan contoh asuh keluarga yang tidak menganjurkan anggota keluarga untuk bekerjasama di luar lingkungan keluarga.
          
c. Isolasi sosial atau mengasingkan diri dari lingkungan sosial 

merupakan factor pendukung untuk terjadinaya ada gangguan korelasi sosial. Hal ini disebabkan oleh noma-norma yang dianut keluarga yang salah, dimana tiap anggota keluarga yang tidak produktif diasingkan dari korelasi sosialnya. contohnya : usia lanjut, penyakit kronis, penyandang cacat dan lain-lain.  

2. Faktor predisposisi
         
a. Struktur sosial budaya
             
Stres yang ditimbulkan oleh factor sosial budaya antara lain keluarga yang labil, berpisah dengan orang yang terdekat/berarti, perceraian dan lain-lain.
         
b. Faktor hormonal
             
Gangguan dari fungsi kelenjar bawah otak (gland pituitary ) mengakibatkan turunya hormon FSH dan LH. Kondisi ini terdapat pada pasien skizofrenia.
         
c. Hipotesa virus
           
Virus HIV sanggup mengakibatkan prilaku spikotik.
         
d. Model biological lingkungan sosisal
             
Tubuh akan menggambarkan ambang toleransi seseorang terhadap stress pada dikala terjadinya interaksi dengan interaksi sosial. 
          
e. Stressor psikologik Adanya kecemasan berat dengan terbatasnya kemampuan menyelasaikan kecemasan tersebut.
     
3. Prilaku
         
a. Tingkah laris yang bekerjasama dengan curiga
  • Tidak bisa mempercayai orang lain.
  • Bermusuhan.
  • Mengisolasi diri dalam korelasi sosial
  • Paranoia
b. Tingkah laris yang bekerjasama dengan dependen
  • Ekpresi perasaan tidak pribadi dengan tujuan.
  • Kurang asertif
  • mengisolasi diri dalam korelasi sosial
  • Harga diri rendah
  • Sangat tergantung dengan orang lain.
c. Tingkah laris yang bekerjasama dengan kepribadian anti sosial.
  • Hubungan interpersonal yang dangkal
  • Rendahnya motifasi untuk berubah
  • Berusaha untuk tampil menarik.
d. Tingkah laris yang bekerjasama dengan borderline.
  • Hubungan dengan orang lain sangat stabil
  • Percobaan bunuhdiri yang manipulatif
  • Susunan hati yang negatif (depresif)
  • Prestasi yang rendah
  • Abivalensi dalam korelasi dengan orang lain
  • Tidak tahan dengan sendirian
e. Tingkah laris yang bekerjasama dengan menarik diri
  • Kurang spontan
  • Apatis, ekpresi wajah kurang berseri
  • Tidak merawat diri dan tidak memperhatikan dirinya
  • Tidak mau komonikasi verbal
  • Mengisolasi diri
  • Kurang sadar dengan lingkungan sekitar
  • Kebutuhan fisiologis terganggu
  • Aktivitas menurun
  • Kurang energi, harga diri rendah, postur tubuh berubah.

Diagnosa Keperawatan
       
Diagnosa keperawatan pada klien dengan gangguan korelasi sosial ialah sebagai berikut:
  1. Kerusakan interaksi sosial bekerjasama dengan harga diri rendah
  2. Tidak efektifnya koping individu bekerjasama dengan ketidaktahuan klien dalam pemecahan masalah
  3. Potensial kambuh kembali penyakitnya bekerjasama dengan kurangnya pengetahuan
  4. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi bekerjasama dengan kurangnya minat
  5. Gangguan konsep diri: harga diri rendah bekerjasama dengan penilaian yang salah mengenai dirinya.

Intervensi / Perencanaan keperawatan

Diagnosa Keperawatan.1.

Kerusakan interaksi sosial bekerjasama dengan harga diri rendah

Tujuan jangka panjang
  • Pasien bisa mendemonstrasikan untuk berinteraksi dengan petugas dan pasien yang lain dibangsal tanpa merasa tidak nyaman.
Tujuan jangka pendek
  • Terbinanya korelasi saling percaya antara perawat dengan klien.
  • Klien mengetahui dan mengerti ihwal interaksi social.
  • Klien bisa terlibat aktif dalam kegiatan kelompok
Kriteria hasil

Dalam satu minggu:
  • Klien mau berkenalan dengan perawat
  • Klien mau tersenyum dengan perawat
  • Klien mau menyapa dan disapa
  • Klien sanggup menyebutkan pengertian interaksi social, manfaat, cara dan hasilnya bila tidak melaksanakan interaksi social
  • Klien mau terlibat dalam kegiatan kelompok
Intervensi dan rasional
  • Lakukan pendekatan dan bina rasa percaya klien terhadap perawat: dengan melaksanakan pendekatan secara terapetik akan menumbuhkan dan membina rasa saling percaya sehingga klien mau mengungkapkan perasaannya pada perawat.
  • Beri klarifikasi pada klien mengenai interaksi social, mulai dari pengertian, manfat, cara-cara melaksanakan interaksi, unsir-unsur penting dalam berinteraksi serta akhir yang ditimbulkan: dengan memperlihatkan kejelasan mengenai interaksi social maka pengetahuan klien akan meningkat.
  • Ajak klien dalam melaksanakan aktifitas yang bekerjasama dengan klien lain: dengan mengajak klien melaksanakan kegiatan maka klien akan merasa diperhatikan dan diberi kepercayaan sehingga klien mau bergaul dengan orang lain.

Diagnosa Keperawatan. 2

Tidak efektifnya koping individu bekerjasama dengan ketidaktahuan klien dalam pemecahan masalah

Tujuan jangka panjang
  • Klien bisa memakai koping yang efektif.
Tujuan jangka pendek
  • Terbinanya korelasi saling percaya
  • Klien mengetahui dan mengerti koping individu yang efektif dan destruktif
  • Klien bisa memakai koping gres yang efektif dalam mengatasi masalah
Kriteria evaluasi

Dalam satu minggu:
  • Klien mau mengenal perawat
  • Klien mau disapa dan menyapa
  • Klien sanggup menentukan dan memakai koping yang efektif
Intervensi dan rasional
  • Lakukan pendekatan dengan klien dan bina rasa percaya antara klien dengan perawat: menumbuhkan dan membian rasa percaya klien pada perawat.
  • Beri klarifikasi pada klien mengenai koping yang efektif dan tidak efektif dalam mengatasi permasalahan serta akibat-akibat penggunaan koping yang tidak efektif: pengetahuan klien akan meningkat.
  • Bantu klien dalam mengenal dan mencari alternative penggunaan koping gres yang efektif dalam menuntaskan masalah: klien menjadi tahu koping gres yang efektif.
  • Beri tunjangan yang konkret terhadap klien: untuk meningkatkan rasa percaya diri sehingga klien mau memakai koping yang efektif.

Diagnosa Keperawatan. 3

Potensial kambuh kembali penyakitnya bekerjasama dengan kurangnya pengetahuan.

Tujuan jangka panjang
  • Penyakit klien tidak kambuh lagi.
Tujuan jangka pendek
  • Terbinanya korelasi saling percaya
  • Pengetahuan klien dan keluarga mengenai perawatan klien dirumah meningkat.
  • Pengetahuan klien dan keluarga mengenai lingkungan yang terapetik bertambah.
Kriteria evaluasi.

Dalam waktu satu minggu:
  • Keluarga dan klien percaya dan mau berkenalan.
  • Keluarga dan klien mengetahui penyebab dan gejala kambuh.
  • Keluarga dan klien sanggup menyebutkan cara perawatan klien di rumah.
  • Keluarga dan klien sanggup menyebutkan mengenai lingkungan yang terapeutik.
Intervensi dan rasional
  • Lakukan pendekatan pada klien dan keluarga: semoga terbina korelasi saling percaya.
  • Beri klarifikasi ihwal penyebab dan gejala kambuh: sanggup menambah pengetahuan klien dan keluarga.
  • Beri klarifikasi kepada keluarga dan klien mengenai lingkungan terapeutik: akan meningkatkan pengetahuan keluarga dan klien.

Diagnosa Keperawatan. 4

Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi bekerjasama dengan kurangnya minat.

Tujuan jangka panjang
  • Kebutuhan nutrisi terpenuhi.
Tujuan jangka pendek
  • Terbinanya korelasi saling percaya.
  • Klien mengetahui dan mengerti manfaat makan bagi tubuh.
  • Klien mengetahui hasilnya apabila tidak makan.
  • Klien berminat untuk makan.
Kriteria evaluasi

Dalam satu minggu:
  • Klien mau berkenalan
  • Klien sanggup menyebutkan pengertian makan, manfaat makan dan hasilnya apabila kekurangan makan.
  • Porsi makan yang disediakan habis.
  • Berat tubuh klien bertambah.
Intervensi and rasional
  • Lakukan pendekatan dengan klien dan bina korelasi saling percaya: untuk menumbuhkan rasa percaya terhadap perawat sehingga klien bisa mengungkapkan perasaannya.
  • Beri klarifikasi pada klien ihwal pentingnya makan bagi tubuh: sanggup meningkatkan pengetahuan klien ihwal pentingnya makan.
  • Ciptakan suasana lingkungan yang nyaman dan aman: akan merangsang minat klien untuk makan.
  • Beri kesempatan pada klien untuk menentukan masakan yang disukainya : semoga klien makan masakan tersebut.
  • Timbang berat tubuh klien tiap satu ahad sekali: untuk sanggup mengetahui peningkatan dan penurunan berat badan.

Diagnosa Keperawatan. 5

Gangguan konsep diri: harga diri rendah bekerjasama dengan penilaian yang salah mengenai dirinya.

Tujuan jangka panjang
  • Harga diri klien meningkat.
Tujuan jangka pendek
  • Klien bisa mengungkapkan perasaannya pada perawat.
  • Klien mau mengetahui penyebab penilaiannya yang salah pada dirinya.
  • Pengetahuan klien meningkat mengenai konsep diri terutama ihwal harga diri.
  • Rasa percaya diri klien meningkat.
Kriteria evaluasi

Dalam satu minggu
  • Klien mau mengenal perawat.
  • Klien mau disapa dan menyapa.
  • Klien mau bercerita pada perawat.
  • Klien menyebutkan mengenai konsep diri.
Intervensi dan rasional
  • Lakukan pendekatan dengan klien dan bina saling percaya: akan menumbuhkan dan membina saling percaya.
  • Bantu klien dalam mengidentifikasi hal-hal yang mengakibatkan merasa salah pada dirinya: lantaran sanggup dicari alternatif pemecahan masalah.
  • Beri klarifikasi mengenai konsep diri klien, mencakup pengertian unsur-unsur konsep diri, pentingnya konsep diri: maka pengetahuan klien mengenai konsep diri meningkat.
  • Beri tunjangan atas keberhasilan yang telah dilakukan oleh klien: sanggup meningkatkan rasa percaya diri klien.

Implementasi

Dalam melaksanakan intervensi yang telah dibentuk maka perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
  1. Menetapkan korelasi saling percaya.
  2. Berkomunikasi dengan pasien secara terperinci dan terbuka.
  3. Kenal dan dukung kelebihan pasien.
  4. Membatasi orang yang bekerjasama dengan pasien pada awal terapi.
  5. Melakukan interaksi dengan pasien sesering mungkin.
  6. Membicarakan dengan pasien mengenai insiden yang mengakibatkan pasien menarik diri.
  7. Menerangkan impian dari tindakan secara bahu-membahu dengan klien.
  8. Menganjurkan kepada keluarga untuk tetap melaksanakan korelasi dengan pasien.
  9. Melibatkan klien dalam kegiatan kelompok.
  10. Memperhatikan kebutuhan fisiologis klien
  11. Membantu pasien dalam melaksanakan kebersihan diri hingga melaksanakannya sendiri.
  12. Memberikan obat sesuai dengan acara medik dengan prinsip lima benar.
  13. Memfasilitasi pasien untuk berperan serta dalam terapi kelompok.

Evaluasi

Evaluasi Diagnosa I
  • klien sanggup membina korelasi saling percaya dengan perawat dan pasien lain.
  • Klien sanggup memahami pengertian interaksi sosial, manfaat interaksi sosial, cara-cara melaksanakan interaksi sosial, unsur-unsur penting dalam interaksi sosial, dan hasilnya bila tidak melaksanakan interaksi sosial.
Evaluasi Diagnosa II
  • Klien sanggup membina korelasi saling percaya.
  • Klien sanggup mengetahui dan mengerti mengenai koping yang efektif.
  • Klien sanggup memakai dan mempraktekan koping yang efektif dalam mengatasi masalah.
Evaluasi Diagnosa III
  • Penyakit klien tidak kambuh lagi.
  • Klien dan keluarganya sanggup memahami cara-cara perawatan klien di rumah.
  • Pengetahuan klien dan keluarga mengenai cara-cara perawatan klien di rumah bertambah.
  • Klien sanggup merawat dirinya secara kontinyu dan mandiri.
  • Klien sanggup memahami cara-cara perawatan diri dan hasilnya bila tidak merawat diri.
Evaluasi Diagnosa IV
  • Kebutuhan nutrisi terpenuhi
  • Klien sanggup memahami manfaat makan dan guna makan bagi tubuh.
  • Berat tubuh meningkat.
Evaluasi Diagnosa V
  • Harga diri klien meningkat
  • Klien sanggup memahami pengertian konsep diri.

Untuk mendownload asuhan keperawatan (askep) pasien jiwa dengan gangguan korelasi sosial pdf dan doc, dibawah.
Sampai disini askep gangguan korelasi sosial selesai kami bagikan semoga bisa membantu sahabat sejawat sekalian sebagai refferensi dalam pembuatan kiprah keperawatan jiwa. terima kasih.
 
Top