Teman-teman perawat dimanapun berada, selamat tiba di blog sederhana kami, kali ini kami bagikan laporan pendahuluan atresia ani yaitu sebuah konsep teori hingga konsep asuhan keperawatan ihwal penyakit atresia ani.

Pada kesempatan kali ini kami share lp atresia ani dalam format doc dan pdf, dengan tujuan mempermudah teman-teman perawat sekalian dalam pembuatan kiprah makalah ataupun askep atresia ani, tinggal edit beberapa belahan sesuai dengan kebutuhan teman-teman perawat sekalian,

Diakhir telah kami sediakan link unduhan untuk mendownload file laporan pendahuluan atresia ani pdf dan doc.

Laporan Pendahuluan Atresia Ani

Pengertian

Atresia berasal dari bahasa Yunani, a artinya tidak ada, trepis artinya nutrisi atau makanan. Dalam istilah kedokteran atresia itu sendiri yakni keadaan tidak adanya atau tertutupnya lubang tubuh normal atau organ tubular secara kongenital disebut juga clausura. Dengan kata lain tidak adanya lubang di tempat yang seharusnya berlubang atau buntunya kanal atau rongga tubuh, hal ini bisa terjadi lantaran bawaan semenjak lahir atau terjadi kemudian lantaran proses penyakit yang mengenai kanal itu. Atresia sanggup terjadi pada seluruh kanal tubuh, contohnya atresia ani. Atresia ani yaitu tidak berlubangnya dubur. Atresia ani mempunyai nama lain yaitu anus imperforata. Jika atresia terjadi maka hampir selalu memerlukan tindakan operasi untuk menciptakan kanal ibarat keadaan normalnya

Atresia Ani / Atresia Rekti yakni ketiadaan atau tertutupnya rectal secara congenital (Dorland, 1998).

Atresia Ani yakni kelainan kongenital yang dikenal sebagai anus imperforate mencakup anus, rectum atau keduanya (Betz, 2002).

Atresia ini atau anus imperforate yakni tidak terjadinya perforasi membran yang memisahkan belahan entoderm menimbulkan pembentukan lubang anus yang tidak sempurna. Anus tampak rata atau sedikit cekung ke dalam atau kadang berbentuk anus namun tidak bekerjasama eksklusif dengan rectum (Purwanto, 2001)

Atresia Ani merupakan kelainan bawaan (kongenital), tidak adanya lubang atau kanal anus (Donna L. Wong, 2003: 205).

Suatu perineum tanpa apertura anal diuraikan sebagai inperforata. Ladd dan Gross (1966) membagi anus inperforata dalam 4 golongan, yaitu:
  1. Stenosis rectum yang lebih rendah atau pada anus
  2. Membran anus menetap
  3. Anus inperforata dan ujung rectum yang buntu terletak pada majemuk jarak dari peritoneum
  4. Lubang anus yang terpisah dengan ujung rectum yang buntu
Pada golongan 3 hampir selalu disertai fistula, pada bayi perempuan yang sering ditemukan fisula rektovaginal (bayi buang air besar lewat vagina) dan jarang rektoperineal, tidak pernah rektobrinarius. Sedang pada bayi pria sanggup terjadi fistula rektourinarius dan berakhir dikandung kemih atau uretra serta jarang rektoperineal.


Etiologi

Atresia ani sanggup disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain:
  1. Putusnya kanal pencernaan dari atas dengan tempat dubur sehingga bayi lahir tanpa lubang dubur.
  2. Kegagalan pertumbuhan dikala bayi dalam kandungan berusia 12 minggu/3 bulan.
  3. Adanya gangguan atau berhentinya perkembangan embriologik didaerah usus, rektum belahan distal serta traktus urogenitalis, yang terjadi antara ahad keempat hingga keenam usia kehamilan.

Patofisiologi
     
Terjadinya anus imperforata lantaran kelainan congenital dimana dikala proses perkembangan embrionik tidak lengkap pada proses perkembangan anus dan rectum. Dalam perkembangan selanjutnya ujung ekor dari belakang berkembang jadi kloaka yang juga akan berkembang jadi genitor urinary dan struktur anoretal.
     
Atresia ani ini terjadi lantaran tidak sempurnanya migrasi dan perkembangan kolon antara 12 ahad atau tiga bulan selama perkembangan janin. Kegagalan tersebut terjadi lantaran keanehan pada tempat uterus dan vagina, atau juga pada proses obstruksi. Anus imperforate ini terjadi lantaran tidak adanya pembukaan usus besar yang keluar anus sehingga mengakibatkan feses tidak sanggup dikeluarkan.
     
Manifestasi klinis diakibatkan adanya obstuksi dan adanya 'fistula. Obstuksi ini menimbulkan distensi abdomen, sekuestrasi cairan, muntah dengan segala karenanya Apabila urin mengalir melalui fistel menuju rektum, maka urin akan diabsorbsi sehingga terjadi asidosis hiperchloremia, sebaliknya feses mengalir kearah traktus urinarius mengakibatkan abses berulang. Pada keadaan ini biasanya akan terbentuk fistula antara rectum dengan organ sekitarnya. Pada perempuan 90% dengan fistula ke vagina (rektovagina) atau perineum (rektovestibuler). Pada laki- laki biasanya letak tinggi, umumnya fistula menuju ke vesika urinaria atau ke prostate (rektovesika) pada letak rendah fistula menuju ke urethra (rektourethralis)

Fathway Atresia Ani
Untuk mendownload Fathway atresia ani format doc, DISINI


Gambaran Klinik
Pada sebagian besar anomati ini neonatus ditemukan dengan obstruksi usus. Tanda berikut merupakan indikasi beberapa abnormalitas:
  1. Tidak adanya apertura anal
  2. Mekonium yang keluar dari suatu orifisium abnormal
  3. Muntah dengan abdomen yang kembung
  4. Kesukaran defekasi,  contohnya dikeluarkannya feses ibarat mirip stenosis
Untuk mengetahui kelainan ini secara dini, pada semua bayi gres lahir harus dilakukan colok anus dengan menggunakan termometer yang dimasukkan hingga sepanjang 2 cm ke dalam anus. Atau sanggup juga dengan jari kelingking yang menggunakan sarung tangan. Jika terdapat kelainan, maka termometer atau jari tidak sanggup masuk. Bila anus terlihat normal dan penyumbatan terdapat lebih tinggi dari perineum. Gejala akan timbul dalam 24-48 jam setelah lahir berupa perut kembung, muntah berwarna hijau.


Komplikasi         

Komplikasi yang sanggup terjadi pada penderita atresia ani antara lain :
1.      Asidosis hiperkioremia.
2.      Infeksi kanal kemih yang bisa berkepanjangan.
3.      Kerusakan uretra (akibat mekanisme bedah).
4.      Komplikasi jangka panjang.
a.       Eversi mukosa anal
b.      Stenosis (akibat kontriksi jaringan perut dianastomosis)
5.       Masalah atau kelambatan yang bekerjasama dengan toilet training.
6.      Inkontinensia (akibat stenosis awal atau impaksi)
7.      Prolaps mukosa anorektal.
8.      Fistula kambuan (karena ketegangan diare pembedahan dan infeksi)n (Ngastiyah, 1997 : 248)


Pemeriksaan Penunjang
  1. X-ray, ini memperlihatkan adanya gas dalam usus
  2. Pewarnaan radiopak dimasukkan kedalam traktus urinarius, contohnya suatu sistouretrogram mikturasi akan memperlihatkan korelasi rektourinarius dan kelainan urinarius
  3. Pemeriksaan urin, perlu dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat mekonium 

Penatalaksanaan
  • Medis:
1. Eksisi membran anal
2. Fistula, yaitu dengan melaksanakan kolostomi sememtara dan setelah umur 3 bulan dilakukan koreksi sekaligus

  • Keperawatan
Kepada orang bau tanah perlu diberitahukan mengenai kelainan pada anaknya dan keadaan tersebut sanggup diperbaiki dengan jalan operasi. Operasi akan dilakukan 2 tahap yaitu tahap pertama hanya dibuatkan anus buatan dan setelah umur 3 bulan dilakukan operasi tahapan ke 2, selain itu perlu diberitahukan perawatan anus buatan dalam menjaga kebersihan untuk mencegah infeksi. Serta memperhatikan kesehatan bayi.


Konsep Asuhan Keperawatan

Pengkajian
  1. Biodata klien
  2. Riwayat keperawatan
  3. Riwayat keperawatan/kesehatan sekarang
  4. Riwayat kesehatan masa lalu
Riwayat tumbuh kembang
  1. BB lahir abnormal
  2. Kemampuan motorik halus, motorik kasar, kognitif dan tumbuh kembang pernah mengalami stress berat dikala sakit
  3. Sakit kehamilan mengalami abses intrapartal
  4. Sakit kehamilan tidak keluar mekonium
Pola nutrisi – Metabolik

Anoreksia, penurunan BB dan malnutrisi umu terjadi pada pasien dengan atresia ani post kolostomi. Keinginan pasien untuk makan mungkin terganggu oleh mual dan munta dampak dari anestesi.

Pola Eliminasi

Dengan pengeluaran melalui kanal kencing, usus, kulit dan paru maka tubuh dibersihkan dari materi – materi yang melebihi kebutuhan dan dari produk buangan. Oleh lantaran pada atresia ani tidak terdapatnya lubang pada anus, sehingga pasien akan mengalami kesulitan dalam defekasi

Pola Aktivitas dan Latihan

Pola latihan dan kegiatan dipertahankan untuk menhindari kelemahan otot.

Pola Persepsi Kognitif

Menjelaskan ihwal fungsi penglihatan, pendengaran, penciuman, daya ingatan masa kemudian dan ketanggapan dalam menjawab pertanyaan.

Pola Tidur dan Istirahat

Pada pasien mungkin tumpuan istirahat dan tidur terganggu lantaran nyeri pada luka inisisi.

Konsep Diri dan Persepsi Diri

Menjelaskan konsep diri dan persepsi diri contohnya body image, body comfort. Terjadi sikap distraksi, gelisah, penolakan lantaran dampak luka jahitan operasi

Peran dan Pola Hubungan

Bertujuan untuk mengetahui kiprah dan korelasi sebelum dan setelah sakit. Perubahan tumpuan biasa dalam tanggungjawab atau perubahan kapasitas fisik untuk melaksanakan peran

Pola Reproduktif dan Sexual

Pola ini bertujuan menjelaskan fungsi sosial sebagi alat reproduksi

Pola Pertahanan Diri, Stress dan Toleransi, Adanya faktor stress lama, imbas hospitalisasi, persoalan keuangan,

Pola Keyakinan dan Nilai

Untuk menandakan sikap, keyakinan klien dalam melaksanakan agama yang dipeluk dan konsekuensinya dalam keseharian. Dengan ini diperlukan perawat dalam memperlihatkan motivasi dan pendekatan terhadap klien dalam upaya pelaksanaan ibadah (Mediana,1998).

Pemeriksaan fisik

Hasil investigasi fisik yang didapatkan pada pasien atresia ani yakni anus tampak merah, usus melebar, kadang – kadang tampak ileus obstruksi, termometer yang dimasukkan melalui anus tertahan oleh jaringan, pada auskultasi terdengan hiperperistaltik, tanpa mekonium dalam 24 jam setelah bayi lahir, tinja dalam urin dan vagina. Doengoes Merillyn, E. 2000.


Diagnosa Keperawatan
  1. Gangguan eliminasi BAK b.d Dysuria
  2. Gangguan rasa nyaman b.d vistel rektovaginal, Dysuria
  3. Resti abses b.d feses masuk ke uretra, mikroorganisme masuk kanal kemih
  4. Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan b.d mual, muntah, anoreksia
  5. Gangguan rasa nyaman, nyeri b.d stress berat jaringan post operasi
  6. Resti abses b.d perawatan tidak adekuat, stress berat jaringan post operasi
  7. Resti kerusakan integritas kulit b.d perubahan tumpuan defekasi, pengeluaran tidak terkontrol

Intervensi Keperawatan

Diagnosa Perawat Tujuan Intervensi
Gangguan eliminasi BAK b.d vistel rektovaginal, Dysuria Tidak terjadi perubahan tumpuan eliminasi BAK setelah dilakukan tindakan keperawatan dengan KH:
  • Pasien sanggup BAK dengan normal 
  • tidak ada perubahan pada jumlah urine 

  • Kaji tumpuan eliminasi BAK pasien 
  • Awasi pemasukan dan pengeluaran serta karakteristik urine 
  • Selidiki keluhan kandung kemih penuh 
  • Awasi/observasi hasil laborat 
  • Kolaborasi santunan obat sesuai indikasi
Gangguan rasa nyaman, nyeri b.d vistel rektovaginal, Dysuria Pasien merasa nyaman setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam dengan KH:

  • Nyeri berkurang 
  • Pasien merasa tenang

  • kaji tingkat nyeri yang dirasakan pasien 
  • Ajarkan teknik relaksasi distraksi 
  • Berikan posisi yang nyaman pada pasien 
  • Jelaskan penyebab nyeri dan awasi perubahan kejadian 
  • Kolaborasi santunan obat sesuai indikasi
Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan b.d mual, muntah, anoreksia Tidak terjadi kekurangan nutrisi setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam dengan KH :

  • Pasien tidak mengalami penurunan berat tubuh Turgor pasien baik 
  • Pasien tidak mual, muntah 
  • Nafsu makan bertambah

  • Kaji KU pasien 
  • Timbang berat tubuh pasien 
  • Catat frekuensi mual, muntah pasien 
  • Catat masukan nutrisi pasien 
  • Beri motivasi pasien untuk meningkatkan asupan nutrisi 
  • Kolaborasi dengan jago gizi dalam pengaturan menu
Nyeri b.d stress berat jaringan post operasi (Kolostomi) Nyeri berkurang setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 24 jam pertama dengan KH:

  • Nyeri berkurang 
  • Pasien merasa tenang 
  • Tidak ada perubahan tanda vital

  • Kaji tingkat nyeri yang dirasakan pasien 
  • Berikan klarifikasi pada pasien ihwal nyeri yang terjadi 
  • Berikan tindakan kenyamanan, yakinkan pada pasien bahwa perubahan posisi tidak menciderai stoma 
  • Ajarkan teknik relaksasi, distraksi 
  • Bantu melaksanakan latihan rentang gerak 
  • Awasi adanya kekakuan otot abdominal 
  • Kolaborasi santunan analgetik
Resti kerusakan integritas kulit b.d perubahan tumpuan defekasi, pengeluaran tidak terkontrol Tidak terjadi kerusakan integritas kulit setalah dilakukan tindakan keperawatan 24 jam pertama dengan KH:

  • Mempertahankan integritas kulit 
  • Tidak terdapat gejala kerusakan integritas kulit 
  • Mengindentifisikasi faktor resiko individu

  • Lihat stoma/area kulit peristomal pada setiap penggantian kantong 
  • Ukur stoma secara periodik contohnya tia perubahan kantong 
  • Berikan proteksi kulit yang efektif 
  • Kosongkan irigasi dan kebersihan dengan rutin 
  • Awasi adanya rasa gatal disekitar stoma 
  • Kolaborasi dengan jago terapi.


Daftar Pustaka
  • Brunner and Suddarth. (1996). Text book of Medical-Surgical Nursing. EGC. Jakarta.
  • Doengoes Merillynn. (1999) (Rencana Asuhan Keperawatan). Nursing care plans. Guidelines for planing and documenting patient care. Alih bahasa : I Made Kariasa, Ni Made Sumarwati. EGC. Jakarta.
  • Dorland. (1998). Kamus Saku Kedokteran Dorlana. Alih Bahasa: Dyah Nuswantari Ed. 25. Jakarta: EGC 
  • Prince A Sylvia. (1995). (patofisiologi). Clinical Concept. Alih bahasa : Peter Anugrah EGC. Jakarta.
  • Long, Barbara. C. (1996). Perawatan Medikal Bedah. Terjemahan: Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan. USA: CV Mosby
Untuk mendownload laporan pendahuluan atresia ani pdf dan doc, dibawah :
Link Alternatif
Demikian laporan pendahuluan atresia ani lengkap, pdf dan doc kami bagikan, biar bermanfaat dan terima kasih.

 
Top