Kami bagikan laporan pendahuluan preeklamsia pdf dan doc.

Pada kesempatan kali ini kembali kami bagikan kiprah keperawatan atau kebidanan yakni laporan pendahuluan, pada postingan kali ini akan kami share perihal preeklamsia yaitu sekumpulan tanda-tanda yang timbul pada waktu perempuan hamil, bersalin ataupun nifas.

Laporan pendahuluan / LP preeklamsia ini kami susun dengan lengkap menurut beberapa rujukan yang diharapkan sanggup membantu memudahkan teman-teman perawat dalam pembuatan askep, makalah ataupun laporan pendahuluan itu sendiri.

Laporan pendahuluan / LP preeklamsia ini juga kami sediakan dalam bentuk dua format yaitu pdf dan doc, yang sanggup di download melalui link unduhan yang telah kami sematkan diakhir artikel ini.

Laporan Pendahuluan Preeklamsia


Pengertian

Pre eklampsia ialah sekumpulan tanda-tanda yang timbul pada perempuan hamil, bersalin dan nifas yang terdiri dari hipertensi, edema dan protein uria tetapi tidak menjukkan tanda-tanda kelainan vaskuler atau hipertensi sebelumnya, sedangkan gejalanya biasanya muncul sesudah kehamilan berumur 28 ahad atau lebih ( Rustam Muctar, 1998 ).

Pre eklamsia ialah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan edema akhir kehamilan sesudah usia kehamilan 20 ahad atau segera sesudah persalinan.  ( Taufan, 2011).

Pre eklamsi ialah suatu sindroma klinis dalam kehamilan viable ( usia kehamilan > 20 ahad dan / berat janin 500 gram ) yang ditandai dengan hipertensi, proteinuria dan edema. Gejala ini sanggup timbul sebelum kehamilan 20 ahad bila terjadi penyakit trofoblastik.  ( Taufan, 2011)

Pre eklamsi ialah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, proteinuria dan edema yang timbul lantaran kehamilan. Penyakit ini umumnya terjadi dalam tri wulan ke 3 pada kehamilan, tetapi sanggup terjadi sebelumnya misalnyan mola hidatidosa. (Prawirohardjo, 2005).


Klasifikasi

Pre eklamsia Dibagi menjadi 2 golongan, yaitu sebagai berikut :

1. Preeklampsia Ringan, bila disertai keadaan sebagai berikut:
  • Tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih yang diukur pada posisi berbaring terlentang; atau kenaikan diastolik 15 mmHg atau lebih; atau kenaikan sistolik 30 mmHg atau lebih .Cara pengukuran sekurang-kurangnya pada 2 kali investigasi dengan jarak periksa 1 jam, sebaiknya 6 jam
  • Edema umum, kaki, jari tangan, dan muka, atau kenaikan berat 1 kg atau lebih per minggu.
  • Proteinuria kwantatif 0,3 gr atau lebih per liter; kwalitatif 1 + atau 2 + pada urin kateter.

2. Preeklampsia Berat, ditunjukan dengan tanda-tanda sebagai berikut :
  • Tekanan darah 160/110 mmHg atau lebih.
  • Proteinuria 5 gr atau lebih per liter.
  • bila timbul komplikasi berat sebagai berikut :Oliguria, yaitu jumlah urin kurang dari 500 cc per 24 jam, Adanya gangguan serebral, gangguan visus, dan rasa nyeri pada epigastrium, Terdapat edema paru dan sianosis, Nyeri epigastrum, kuadran kanan atas abdomen, Gangguan fungsi hepar. (Icesmi dkk, 2013)

Etiologi

Etiologi penyakit ini hingga dikala ini belum diketahui. Banyak teori – teori dikemukakan oleh para jago yang mencoba mengambarkan penyebabnya. Oleh lantaran itu disebut “penyakit teori” namun belum ada memperlihatkan balasan yang memuaskan. Di Indonesia, sesudah perdarahan dan bisul pre eklampsia masih merupakan alasannya ialah utama ajal ibu, dan alasannya ialah ajal perinatal yang tinggi. Oleh lantaran itu diagnosis dini preeklampsia yang merupakan tingkat pendahuluan eklampsia, serta penanganannya perlu segera dilaksanakan untuk menurunkan angka ajal ibu dan anak.

Penyebab preeklampsia hingga kini belum diketahui. Tetapi ada teori yang sanggup menjelaskan perihal penyebab preeklamsia, yaitu :
  • Bertambahnya frekuensi pada primigraviditas, kehamilan ganda, hidramnion, dan mola hidatidosa.
  • Bertambahnya frekuensi yang makin tuanya kehamilan.
  • Dapat terjadinya perbaikan keadaan penderita dengan ajal janin dalam uterus.
  • Timbulnya hipertensi, edema, proteinuria, kejang dan koma.
Beberapa teori yang menyampaikan bahwa asumsi etiologi dari kelainan tersebut sehingga kelainan ini sering dikenal sebagai the diseases of theory. Adapun teori-teori tersebut antara lain :
  • Peran Prostasiklin dan Tromboksan .
  • Peran faktor imunologis.
  • Beberapa studi juga mendapatkan adanya aktivasi system tambahan pada pre-eklampsi/eklampsia.
  • Peran faktor genetik
  • Terdapatnya kecenderungan meningkatnya frekuensi preeklampsi/ eklampsi pada bawah umur dari ibu yang menderita preeklampsi/eklampsi.
  • Kecenderungan meningkatnya frekuensi pre-eklampsi/eklampspia dan anak dan cucu ibu hamil dengan riwayat pre-eklampsi/eklampsia dan bukan pada ipar mereka.

Patofisiologi

Pada preeklampsia terdapat penurunan  ajaran darah. Perubahan ini menyebabkan  prostaglandin plasenta menurun dan menimbulkan iskemia uterus. Keadaan iskemia pada uterus , merangsang pelepasan materi tropoblastik yaitu akhir hiperoksidase lemak dan pelepasan renin uterus. Bahan tropoblastik menimbulkan terjadinya endotheliosis menimbulkan pelepasan tromboplastin. Tromboplastin yang dilepaskan menimbulkan pelepasan tomboksan dan aktivasi / agregasi trombosit deposisi fibrin. Pelepasan tromboksan akan menimbulkan terjadinya vasospasme sedangkan aktivasi/ agregasi trombosit deposisi fibrin akan menimbulkan koagulasi intravaskular yang menimbulkan perfusi darah menurun dan konsumtif koagulapati. Konsumtif koagulapati menimbulkan trombosit dan faktor pembekuan darah menurun dan menimbulkan gangguan faal hemostasis.  Renin uterus yang di keluarkan akan mengalir bersama darah hingga organ hati dan bersama- sama angiotensinogen menjadi angiotensi I dan selanjutnya menjadi angiotensin II. Angiotensin II bersama tromboksan akan menimbulkan terjadinya vasospasme. Vasospasme menimbulkan lumen arteriol menyempit. Lumen arteriol yang menyempit menimbulkan lumen hanya sanggup dilewati oleh satu sel darah merah. Tekanan perifer akan meningkat semoga oksigen mencukupi kebutuhab sehingga menimbulkan terjadinya hipertensi. Selain menimbulkan vasospasme, angiotensin II akan merangsang glandula suprarenal untuk mengeluarkan aldosteron. Vasospasme bersama dengan koagulasi intravaskular akan  menimbulkan gangguan perfusi darah dan gangguan multi organ.
      
Gangguan multiorgan terjadi pada organ- oragan tubuh diantaranya otak, darah, paru- paru, hati/ liver, renal dan plasenta. Pada otak akan sanggup menimbulkan terjadinya edema serebri dan selanjutnya terjadi peningkatan tekanan intrakranial. Tekanan intrakranial yang meningkat menimbulkan terjadinya gangguan perfusi serebral , nyeri dan terjadinya kejang sehingga menimbulkan diagnosa keperawatan risiko cedera. Pada darah akan terjadi enditheliosis menimbulkan sel darah merah dan pembuluh darah pecah. Pecahnya pembuluh darah akan menimbulkan terjadinya pendarahan,sedangkan sel darah merah yang pecah akan menimbulkan terjadinya anemia hemolitik. Pada paru- paru, LADEP akan meningkat menimbulkan terjadinya kongesti vena pulmonal, perpindahan cairan sehingga akan menimbulkan terjadinya oedema paru. Oedema paru akan menimbulkan terjadinya kerusakan pertukaran gas. Pada hati, vasokontriksi pembuluh darah menimbulkan akan menimbulkan gangguan kontraktilitas miokard sehingga menimbulkan payah jantung dan memunculkan diagnosa keperawatan penurunan curah jantung. Pada ginjal, akhir efek aldosteron, terjadi peningkatan reabsorpsi natrium dan menimbulkan retensi cairan dan sanggup menimbulkan terjadinya edema sehingga sanggup memunculkan diagnosa keperawatan kelebihan volume cairan. Selin itu, vasospasme arteriol pada ginjal akan meyebabkan penurunan GFR dan permeabilitas terrhadap protein akan meningkat. Penurunan GFR tidak diimbangi dengan peningkatan reabsorpsi oleh tubulus sehingga menimbulkan diuresis menurun sehingga menimbulkan terjadinya oligouri dan anuri. Oligouri atau anuri akan memunculkan diagnosa keperawatan gangguan eliminasi urin. Permeabilitas terhadap protein yang meningkat akan menimbulkan banyak protein akan lolos dari filtrasi glomerulus dan menyenabkan proteinuria. Pada mata, akan terjadi spasmus arteriola selanjutnya menimbulkan oedem diskus optikus dan retina. Keadaan ini sanggup menimbulkan terjadinya diplopia dan memunculkan diagnosa keperawatan risiko cedera. Pada plasenta penurunan perfusi akan menimbulkan hipoksia/anoksia sebagai pemicu timbulnya gangguan pertumbuhan plasenta sehinga sanggup berakibat terjadinyaIntra Uterin Growth Retardation serta memunculkan diagnosa keperawatan risiko gawat janin.
      
Hipertensi akan merangsang medula oblongata dan sistem saraf parasimpatis akan meningkat. Peningkatan saraf simpatis mempengaruhi traktus gastrointestinal dan ekstrimitas. Pada traktus gastrointestinal sanggup menimbulkan terjadinya hipoksia duodenal dan penumpukan ion H menimbulkan HCl meningkat sehingga sanggup menimbulkan nyeri epigastrik. Selanjutnya akan terjadi akumulasi gas yang meningkat, merangsang mual dan timbulnya muntah sehingga muncul diagnosa keperawatan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. Pada ektrimitas sanggup terjadi metabolisme anaerob menimbulkan ATP diproduksi dalam jumlah yang sedikit yaitu 2 ATP dan pembentukan asam laktat. Terbentuknya asam laktat dan sedikitnya ATP yang diproduksi akan menimbulkan keadaan cepat lelah, lemah sehingga muncul diagnosa keperawatan intoleransi aktivitas. Keadaan hipertensi akan menimbulkan seseorang kurang terpajan informasi dan memunculkan diagnosa keperawatan kurang pengetahuan. 

Pathway Preeklamsia


Untuk mendownload pathway preeklamsia format doc, DISINI


Tanda dan Gejala

Diagnosis eklampsia ditegakkan menurut gejala-gejala preaklampsia disertai kejang atau koma, sedangkan bila terdapat tanda-tanda preeklampsia berat disertai salah satu gejalanya, yaitu sebagai berikut:
  1. Nyeri kepala hebat pada penggalan depan atau belakang kepala yang diikuti dengan peningkatan tekanan darah yang abnormal. Sakit kepala tersebut terus menerus dan tidak berkurang dengan pemberian aspirin atau obat sakit kepala lain.
  2. Gangguan penglihatan pasien akan melihat kilatan-kilatan cahaya, pandangan kabur, dan terkadang bisa terjadi kebutaan sementara.
  3. Iritabel ibu merasa gelisah dan tidak bisa bertoleransi dengan bunyi berisik atau gangguan lainnya.
  4. Nyeri perut pada penggalan ulu hati yang kadang disertai dengan muntah
  5. Gangguan pernafasan hingga cyanosis.
  6. Terjadi gangguan kesadaran

Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan darah lengkap dengan hapusan darah
  • Penurunan hemoglobin ( nilai rujukan atau kadar normal hemoglobin untuk perempuan hamil ialah 12-14 gr% )
  • Hematokrit meningkat ( nilai rujukan 37 – 43 vol% )
  • Trombosit menurun ( nilai rujukan 150 – 450 ribu/mm3)
Urinalisis
  • Ditemukan protein dalam urine.
Pemeriksaan Fungsi hati
  • Bilirubin meningkat ( N= < 1 mg/dl )
  • LDH ( laktat dehidrogenase ) meningkat
  • Aspartat aminomtransferase ( AST ) > 60 ul.
  • Serum Glutamat pirufat transaminase ( SGPT ) meningkat ( N= 15-45 u/ml )
  • Serum glutamat oxaloacetic trasaminase ( SGOT ) meningkat ( N= <31 u/l )
  • Total protein serum menurun ( N= 6,7-8,7 g/dl )
Tes kimia darah
  • Asam urat meningkat ( N= 2,4-2,7 mg/dl )
2. Radiologi

Ultrasonografi

Ditemukan retardasi pertumbuhan janin intra uterus. Pernafasan intrauterus lambat, acara janin lambat, dan volume cairan ketuban sedikit.

Kardiotografi

Diketahui denyut jantung janin bayi lemah.


Komplikasi

Tergantung pada derajat preeklampsi yang dialami. Namun yang termasuk komplikasi antara lain:

1. Pada Ibu
  • Eklapmsia
  • Solusio plasenta
  • Pendarahan subkapsula hepar
  • Kelainan pembekuan darah ( DIC )
  • Sindrom HELPP ( hemolisis, elevated, liver,enzymes dan low platelet count )
  • Ablasio retina
  • Gagal jantung hingga syok dan kematian.

2. Pada Janin
  • Terhambatnya pertumbuhan dalam uterus
  • Prematur
  • Asfiksia neonatorum
  • Kematian dalam uterus
  • Peningkatan angka ajal dan kesakitan perinatal

Penatalaksanaan

Penatalaksanaan Pre-Eklamsia

1. Penatalaksanaan Pre-Eklampsia Ringan
  • Dapat dikatakan tidak memiliki risiko bagi ibu maupun janin
  • Tidak perlu segera diberikan obat antihipertensi atau obat lainnya, tidak perlu dirawat kecuali tekanan darah meningkat terus (batas kondusif 140-150/90-100 mmhg).
  • Istirahat yang cukup (berbaring / tiduran minimal 4 jam pada siang hari dan minimal 8 jam pada malam hari)
  • Pemberian luminal 1-2 x 30 mg/hari bila tidak bisa tidur
  • Pemberian asam asetilsalisilat (aspirin) 1 x 80 mg/hari.
  • Bila tekanan darah tidak turun, dianjurkan dirawat dan diberi obat antihipertensi : metildopa 3 x 125 mg/hari (max.1500 mg/hari), atau nifedipin 3-8 x 5-10 mg/hari, atau nifedipin retard 2-3 x 20 mg/hari, atau pindolol 1-3 x 5 mg/hari (max.30 mg/hari).
  • Diet rendah garam dan diuretik tidak perlu
  • Jika maturitas janin masih lama, lanjutkan kehamilan, periksa tiap 1 minggu
  • Indikasi rawat : jikalau ada perburukan, tekanan darah tidak turun sesudah 2 ahad rawat jalan, peningkatan berat tubuh melebihi 1 kg/minggu 2 kali berturut-turut, atau pasien memperlihatkan tanda-tanda pre-eklampsia berat. Berikan juga obat antihipertensi.
  • Jika dalam perawatan tidak ada perbaikan, tatalaksana sebagai pre-eklampsia berat. Jika perbaikan, lanjutkan rawat jalan.
  • Pengakhiran kehamilan : dinantikan hingga usia 40 minggu, kecuali ditemukan pertumbuhan janin terhambat, gawat janin, solusio plasenta, eklampsia, atau indikasi terminasi lainnya. Minimal usia 38 minggu, janin sudah dinyatakan matur.
  • Persalinan pada pre-eklampsia ringan sanggup dilakukan spontan, atau dengan pemberian ekstraksi untuk mempercepat kala II.

2. Penatalaksanaan Pre-Eklampsia Berat

Dapat ditangani secara aktif atau konservatif.  Aktif berarti : kehamilan diakhiri / diterminasi bersama dengan pengobatan medisinal. Konservatif berarti : kehamilan dipertahankan bersama dengan pengobatan medisinal. Prinsip : Tetap PEMANTAUAN JANIN dengan klinis, USG, kardiotokografi !!!


Konsep Asuhan Keperawatan

Pengkajian

Data yang dikaji pada ibu dengan pre eklampsia ialah :

1. Data subyektif :
  • Umur biasanya sering terjadi pada primi gravida , < 20 tahun atau > 35 tahun
  • Riwayat kesehatan ibu kini : terjadi peningkatan tensi, oedema, pusing, nyeri epigastrium, mual muntah, penglihatan kabur.
  • Riwayat kesehatan ibu sebelumnya : penyakit ginjal, anemia, vaskuler esensial, hipertensi kronik, DM.
  • Riwayat kehamilan : riwayat kehamilan ganda, mola hidatidosa, hidramnion serta riwayat kehamilan dengan pre eklamsia atau eklamsia sebelumnya
  • Pola nutrisi : jenis makanan yang dikonsumsi baik makanan pokok maupun selingan
  • Psiko sosial spiritual : Emosi yang tidak stabil sanggup menimbulkan kecemasan, oleh karenanya perlu kesiapan moril untuk menghadapi resikonya

2. Data Obyektif :
  • Inspeksi : edema yang tidak hilang dalam kurun waktu 24 jam
  • Palpasi : untuk mengetahui TFU, letak janin, lokasi edema
  • Auskultasi : mendengarkan DJJ untuk mengetahui adanya fetal distress
  • Perkusi : untuk mengetahui refleks patella sebagai syarat pemberian SM ( jikalau refleks + )
  • Pemeriksaan penunjang : Tanda vital yang diukur dalam posisi terbaring atau tidur, diukur 2 kali dengan interval 6 jam, Laboratorium : protein uri dengan kateter atau midstream ( biasanya meningkat hingga 0,3 gr/lt atau +1 hingga +2 pada skala kualitatif ), kadar hematokrit menurun, BJ urine meningkat, serum kreatini meningkat, uric acid biasanya > 7 mg/100 ml, Berat tubuh : peningkatannya lebih dari 1 kg/minggu, Tingkat kesadaran ; penurunan GCS sebagai tanda adanya kelainan pada otak, USG ; untuk mengetahui keadaan janin, NST : untuk mengetahui kesejahteraan janin

Diagnosa Keperawatan
  1. Resiko tinggi terjadinya kejang pada ibu berafiliasi dengan penurunan fungsi organ ( vasospasme  dan peningkatan tekanan darah ).
  2. Resiko tinggi terjadinya foetal distress pada janin berafiliasi dengan perubahan pada plasenta.
  3. Gangguan rasa nyaman ( nyeri ) berafiliasi dengan kontraksi uterus dan pembukaan jalan lahir.
  4. Gangguan psikologis ( cemas ) berafiliasi dengan koping yang tidak efektif terhadap proses persalinan

Intervensi / Rencana Keperawatan

Diagnosa keperawatan I : 

Resiko tinggi terjadinya kejang pada ibu berafiliasi dengan penurunan fungsi organ (vasospasme dan peningkatan tekanan darah).

Tujuan : 
  • Setelah dilakukan tindakan perawatan tidak terjadi kejang pada ibu
Kriteria Hasil :
  • Kesadaran : compos mentis, GCS : 15 ( 4-5-6 )
  • Tanda-tanda vital normal
Intervensi :
  • Monitor tekanan darah tiap 4 jam. R/. Tekanan diastole > 110 mmHg dan sistole 160 atau lebih merupkan indikasi dari PIH.
  • Catat tingkat kesadaran pasien. R/. Penurunan kesadaran sebagai indikasi penurunan ajaran darah otak.
  • Kaji adanya tanda-tanda eklampsia ( hiperaktif, reflek patella dalam, penurunan nadi,dan respirasi, nyeri epigastrium dan oliguria ). R/. Gejala tersebut merupakan manifestasi dari perubahan pada  otak, ginjal, jantung dan paru yang mendahului status kejang.
  • Monitor adanya tanda-tanda dan tanda-tanda persalinan atau adanya kontraksi uterus. R/. Kejang akan meningkatkan kepekaan uterus yang akan memungkinkan terjadinya persalinan
  • Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian anti hipertensi dan SM. R/. Anti hipertensi untuk menurunkan tekanan darah dan SM untuk mencegah terjadinya kejang 

Diagnosa keperawatan II :

Resiko tinggi terjadinya foetal distress pada janin berafiliasi dengan perubahan pada plasenta

Tujuan : 
  • Setelah dilakukan tindakan perawatan tidak terjadi foetal distress pada janin
Kriteria Hasil :
  • DJJ ( + ) : 12-12-12
  • Hasil NST : Normal
  • Hasil USG ; Normal
Intervensi :
  • Monitor DJJ sesuai indikasi. R/. Peningkatan DJJ sebagai indikasi terjadinya hipoxia, prematur dan solusio plasenta.
  • Kaji perihal pertumbuhan janin. R/. Penurunan fungsi plasenta mungkin diakibatkan lantaran hipertensi sehingga timbul IUGR.
  • Jelaskan adanya tanda-tanda solutio plasenta ( nyeri perut,  perdarahan, rahim tegang, aktifitas janin turun ). R/. Ibu sanggup mengetahui tanda dan tanda-tanda solutio plasenta dan tahu akhir hipoxia bagi janin.
  • Kaji respon janin pada ibu yang diberi SM. R/. Reaksi terapi sanggup menurunkan pernafasan janin dan fungsi jantung serta aktifitas janin
  • Kolaborasi dengan medis dalam investigasi USG dan NST. R/. USG dan NST untuk mengetahui keadaan/kesejahteraan janin

Diagnosa keperawatan III :

Gangguan rasa nyaman ( nyeri ) berafiliasi dengan kontraksi uterus dan pembukaan jalan lahir

Tujuan :
  • Setelah dilakukan tindakan perawatan ibu mengerti penyebab nyeri dan sanggup mengantisipasi rasa nyerinya
Kriteria Hasil :
  • Ibu mengerti penyebab nyerinya
  • Ibu bisa menyesuaikan diri terhadap nyerinya
Intervensi :
  • Kaji tingkat intensitas nyeri pasien. R/. Ambang nyeri setiap orang berbeda ,dengan demikian akan sanggup memilih tindakan perawatan yang sesuai dengan respon pasien terhadap nyerinya
  • Jelaskan penyebab nyerinya. R/. Ibu sanggup memahami penyebab nyerinya sehingga bisa kooperatif.
  • Ajarkan ibu mengantisipasi nyeri dengan nafas dalam bila HIS timbul. R/. Dengan nafas dalam otot-otot sanggup berelaksasi , terjadi vasodilatasi pembuluh darah, expansi paru optimal sehingga kebutuhan 02 pada jaringan terpenuhi
  • Bantu ibu dengan mengusap/massage pada penggalan yang nyeri
  • R/. untuk mengalihkan perhatian pasien

Diagnosa keperawatan IV :

Gangguan psikologis ( cemas ) berafiliasi dengan koping yang tidak efektif terhadap proses persalinan

Tujuan :
  • Setelah dilakukan tindakan perawatan kecemasan ibu berkurang atau hilang
Kriteria Hasil :
  • Ibu tampak tenang
  • Ibu kooperatif terhadap tindakan perawatan
  • Ibu sanggup mendapatkan kondisi yang dialami sekarang
Intervensi :
  • Kaji tingkat kecemasan ibu. R/. Tingkat kecemasan ringan dan sedang bisa ditoleransi dengan pemberian pengertian sedangkan yang berat diharapkan tindakan medikamentosa.
  • Jelaskan prosedur proses persalinan. R/. Pengetahuan terhadap proses persalinan diharapkan sanggup mengurangi emosional ibu yang maladaptif.
  • gali dan tingkatkan prosedur koping ibu yang efektif. R/. Kecemasan akan sanggup teratasi jikalau prosedur koping yang dimiliki ibu efektif.
  • Beri support system pada ibu. R/. ibu sanggup memiliki motivasi untuk menghadapi keadaan yang kini secara nrimo asehingga sanggup membawa ketenangan hati 

Implementasi
  • Pelaksanaan diubahsuaikan dengan intervensi yang telah ditentukan.

Evaluasi
  • Evaluasi diubahsuaikan dengan criteria hasil yang telah ditentukan.

Daftar Pustaka
  • Yasmin Asih, (1995) Dasar-Dasar Keperawatan maternitas, Penerbit EGC , Jakarta
  • JNPKKR – POGI (2000), Pelayanan Kesehatan maternal dan Neonatal, Yayasan Bina Pustaka, Jakarta
  • Taber Ben-Zion, MD (1994) Kapita Selekta : Kedaruratan Obstetri dan Ginekologi, Penerbit EGC, Jakarta
  • Icesmi dkk, 2013.
Untuk mendownload laporan pendahuluan preeklamsia pdf dan doc, dibawah :
Link Alternatif
Demikian Laporan pendahuluan / LP preeklamsia pdf dan doc kami bagikan, semoga bisa membantu teman-teman perawat sekalian dalam pembuatan kiprah keperawatan. terima kasih.
 
Top