Asuhan Keperawatan (Askep) Berat Tubuh Lahir Rendah (Bblr) Lengkap, Doc Dan Pdf

<div style="text-align: justify;"> Kami bagikan Askep BBLR lengkap, tersedia dalam format doc dan pdf.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Salam sobat sejawat sekalian, pada kesempatan kali ini akan kami bagikan askep pada keperawatan maternitas yaitu askep BBLR.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Membuat askep merupakan sebuah kiprah yang selalu menjadi rutinitas seorang perawat dikala melaksanakan praktik keperawatan dalam rumah sakit, puskes ataupun yankes lainnya, untuk itu kali ini kami mencoba share askep BBLR lengkap dalam format doc dan pdf, yang bisa didownload diakhir artikel ini.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Askep BBLR biasanya dibentuk oleh seorang perawat dan merupakan kiprah praktik keperawatan maternitas dikala melaksanakan dinas di rumah sakit tepat nya diruangan kebidananan atau maternitas.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> untuk melihat askep BBLR silahkan lihat dibawah ini</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Definisi BBLR</b></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Berat tubuh lahir rendah (BBLR) yaitu bayi gres lahir dengan berat tubuh pada dikala kelahiran kurang dari 2500 gr atau lebih rendah (WHO, 1961).</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Berat tubuh lahir rendah (BBLR) Merupakan bayi (neonatus) yang lahir dengan mempunyai berat tubuh kurang dari 2500 gram atau hingga dengan 2499 gram. (Hidayat, 2005).</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) yaitu bayi yang lahir dengan berat tubuh kurang dari 2.500 gram tanpa memperhatikan usia gestasi (Wong, 2009).</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Berdasarkan beberapa pengertian diatas, sanggup disimpulkan bahwa bayi berat lahir rendah (BBLR) yaitu bayi gres lahir dengan berat tubuh kurang dari 2500 gram tanpa melihat apakah prematur atau dismatur yang sanggup mengakibatkan terjadinya gangguan pertumbuhan dan pematangan (maturitas) organ serta menimbulkan kematian.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Klasifikasi BBLR</b></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Berdasarkan penyebabnya BBLR sanggup dibagi menjadi dua golongan, yaitu:</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> a. Prematuritas murni</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Prematuritas murni merupakan bayi yang lahir dengan masa kehamilan kurang dari 37 ahad dan berat bayi sesuai dengan gestasi atau yang disebut neonatus kurang bulan sesuai untuk masa kehamilan.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> b. Bayi small for gestational age (SGA)</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Berat bayi lahir sesuai dengan masa kehamilan. SGA sendiri terdiri atas tiga jenis:</div> <ul> <li style="text-align: justify;">simetris ( intrauterus for gestatational age ) yaitu terjadi gangguan nutrisi pada awal kehamilan dan dalam jangka waktu yang lama</li> <li style="text-align: justify;">Asimetris ( intrauterus growth retardation ) yaitu terjadi defisit nutrisi pada fase simpulan kehamilan</li> <li style="text-align: justify;">Dismaturitas yaitu bayi yang lahir kurang dari berat tubuh yang seharusnya untuk masa gestasi dan si bayi mengalami retardasi pertumbuhan intrauteri serta merupakan bayi kecil untuk masa kehamilan. (Mitayani, 2009)</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <br /> <div style="text-align: justify;"> <b>Etiologi BBLR</b></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Etiologi atau penyebab dari BBLR maupun usia bayi belum sesuai dengan masa gestasinya, yaitu </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> a. Komplikasi obstetrik</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Multipel gestation</li> <li style="text-align: justify;">Incompetence</li> <li style="text-align: justify;">Pro ( premature rupture of membran ) dan kirionitis</li> <li style="text-align: justify;">Pregnancy induce hypertention ( PIH )</li> <li style="text-align: justify;">Plasenta previa</li> <li style="text-align: justify;">Ada riwayat kelahiran prematur</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> b. Komplikasi medis</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Diabetes maternal</li> <li style="text-align: justify;">Hipertensi kronis</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> c.       Faktor ibu</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Penyakit : hal yang berafiliasi dengan kehamilan menyerupai toksemia gravidarum, perdarahan antepartum, stress berat fisik dan psikologis, bisul akut, serta kelainan kardiovaskular.</li> <li style="text-align: justify;">Usia ibu : angka kejadian prematurnitas tertinggi ialah pada usia ibu dibawah 20 tahun dan multi gravida yang jarak kelahirannya terlalu dekat.</li> <li style="text-align: justify;">Keadaan sosial ekonomi : keadaan ini sangat besar lengan berkuasa terhadap timbulnya prematuritas, kejadian yang tinggi terdapat pada golongan sosial ekonomi rendah. Hal ini disebabkan oleh keadaan yang kurang baik dan pengawasan antenatal yang kurang.</li> <li style="text-align: justify;">Kondisi ibu dikala hamil: peningkatan berat bdan yang tidak adekuat dan ibu yang perokok. (Mitayani, 2009)</li> </ul> <br /> <div style="text-align: justify;"> Beberapa faktor yang mempengaruhi BBLR antara lain :</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 1. Pengaruh umur ibu dikala hamil terhadap kejadian BBLR</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Hendaknya ibu merencanakan kehamilannya pada kurun waktu umur produksi sehat yaitu 20-35 tahun. Dari segi biologis, perempuan pada umur muda (kurang dari 20 tahun) mempunyai perkembangan organ-organ reproduksi yang belum matang. Keadaan ini akan mengakibatkan kompetisi dalam mendapatkan nutrisi antara ibu yang masih dalam tahap perkembangan dan janinnya. Dari segi kejiwaan, belum siap dalam menghadapi tuntutan beban moril, mental, dan emosional yan mengakibatkan stress psikologis yang sanggup mengganggu perkembangan janin. </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Usia cukup umur memperlihatkan risiko terjadinya kelahiran BBLR empat kali lebih besar dibandingkan dengan kelahiran pada usia reproduktif sehat. Para peneliti juga menemukan bahwa kelahiran BBLR pada usia cukup umur ternyata tidak hanya disebabkan oleh umur ibu yang masih muda tetapi juga disebabkan oleh faktor lain yang berafiliasi dengan usia cukup umur menyerupai tingkat pendidikan, perawatan antenatal, berat tubuh sebelum hamil, kesiapan psikologik dalam mendapatkan kehamilan, penerimaan lingkungan sekitar terhadap kehamilannya, yang nantinya akan menimbulkan stress.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Kehamilan pada umur lebih dari 35 tahun juga mempunyai resiko lebih tinggi untuk terjadinya kelahiran BBLR sehubungan dengan alat reproduksinya telah berdegenerasi dan terjadi gangguan keseimbangan hormonal. Fungsi plasenta yang tidak adekuat sehingga mengakibatkan kurangnya produksi progesterone dan mempengaruhi iritabilitas uterus, mengakibatkan perubahan-perubahan serviks yang pada kesudahannya akan memicu kelahiran prematur. Umur ibu hamil yang lebih renta juga dihubungkan dengan adanya penyakit-penyakit yang menyertainya.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 2. Pengaruh pendidikan ibu terhadap kejadian BBLR</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Tingkat pendidikan seorang ibu akan sangat besar lengan berkuasa dalam penerimaan informasi yang diterima. Ibu dengan pendidikan yang cukup akan melaksanakan hal-hal yang diharapkan oleh bayi. Misalnya kesadaran untuk memenuhi gizi, imunisasi, investigasi bersiklus (antenatal care). Sebaliknya pendidikan yang rendah akan sulit bagi seorang ibu untuk mendapatkan penemuan dan sebagian besar kurang bisa membuat kebahagiaan dalam keluarganya, selain itu kurang menyadari betapa pentingnya perawatan sebelum melahirkan. </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Pemerintah telah berupaya untuk meningkatkan pengetahuan ibu hamil melalui aktivitas kesehatan ibu dan anak, penyuluhan-penyuluhan kesehatan selama ibu hamil. Dengan demikian para ibu hamil, diharapkan sanggup menentukan masakan yang bergizi, guna menghindari lahirnya bayi dengan berat tubuh lahir rendah. Hal ini terang besar lengan berkuasa positif terhadap pertumbuhan janin dalam kandungannya. Selain itu dengan pendidikan dan informasi cukup yang dimiliki ibu diharapkan pelaksanaan Keluarga Berencana sanggup berhasil sehingga sanggup membatasi jumlah anak, menjarangkan kehamilan, dan sanggup menunda kehamilan jikalau menikah pada usia muda.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 3. Pengaruh paritas terhadap risiko kejadian BBLR</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Paritas yaitu jumlah anak yang telah dilahirkan oleh seorang ibu baik lahir hidup maupun lahir mati. Jumlah paritas yang tinggi mempunyai risiko yang lebih besar untuk melahirkan bayi BBLR.</div> <div style="text-align: justify;"> Hal ini sanggup diterangkan bahwa pada setiap kehamilan yang disusul dengan persalinan akan mengakibatkan perubahan-perubahan pada uterus. Kehamilan yang berulang akan menimbulkan kerusakan pada pembuluh darah dinding uterus yang mempengaruhi sirkulasi nutrisi ke janin dimana jumlah nutrisi akan berkurang bila dibandingkan dengan kehamilan sebelumnya. Keadaan ini mengakibatkan gangguan pertumbuhan janin.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 4. Pengaruh umur kehamilan terhadap risiko kejadian BBLR</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Untuk mengetahui umur kehamilan dengan mengetahui hari pertama haid terakhir (HPHT), sedangkan secara klinik umur kehamilan sanggup diketahui dengan mengukur berat lahir, panjang badan, bundar kepala. Bayi dengan berat tubuh lahir rendah sanggup merupakan hasil dari umur gestasi yang pendek dengan kecepatan pertumbuhan janin yang normal, umur gestasi yang normal dengan kecepatan pertumbuhan janin yang terganggu, atau umur gestasi yang pendek dengan kecepatan pertumbuhan janin yang terganggu.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 5.      Pengaruh status gizi ibu terhadap kejadian BBLR</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Bila ibu mengalami kekurangan gizi selama hamil akan menimbulkan masalah, baik pada ibu maupun janin, menyerupai diuraikan berikut ini :</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> a. Terhadap Ibu</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Gizi kurang pada ibu hamil sanggup mengakibatkan risiko dan komplikasi pada ibu antara lain : anemia, perdarahan, berat tubuh ibu tidak bertambah secara normal, dan terkena penyakit bisul contohnya TORCH.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> b. Terhadap Persalinan</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Pengaruh gizi kurang terhadap proses persalinan sanggup menimbulkan persalinan sulit dan lama, persalinan sebelum waktunya (prematur), perdarahan setelah persalinan, serta persalinan dengan operasi cenderung meningkat.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> c. Terhadap Janin</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Kekurangan gizi pada ibu hamil sanggup mempengaruhi proses pertumbuhan janin. Malnutrisi pada awal kehamilan menimbulkan terbentuknya organ-organ yang lebih kecil dengan ukuran sel normal dan jumlah sel yang kurang secara permanen, sedangkan malnutrisi pada kehamilan lanjut menimbulkan terbentuk organ yang lebih kecil dengan jumlah sel yang cukup dan ukuran sel yang lebih kecil, sehingga sanggup menimbulkan cacat bawaan. Tetapi hal ini refersibel dan akan memperlihatkan respon yang baik apabila nutrisi diperbaiki. Kekurangan gizi juga sanggup menimbulkan keguguran, abortus, bayi lahir mati, kematian neonatal, anemia pada bayi, asfiksia intra partum (mati dalam kandungan), dan lahir dengan berat tubuh lahir rendah (BBLR).</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Keadaan status gizi ibu hamil sangat besar lengan berkuasa terhadap kondisi janin. Pada masa kehamilan seorang ibu memerlukan masakan lebih banyak dibandingkan perempuan tidak hamil. Ganggua yang mengakibatkan tidak terpenuhinya gizi akan mengakibatkan gangguan pada janin dan beresiko untuk melahirkan bayi BBLR.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 6. Pengaruh kadar haemogloin ibu terhadap kejadian BBLR</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Anemia sanggup didefenisikan sebagai kondisi dengan kadar Hb berada dibawah normal. Di Indonesia anemia umumnya disebabkan oleh kekurangan zat besi, sehingga lebih dikenal dengan istilah Anemia Gizi Besi. Anemia defisiensi besi merupakan salah satu gangguan yang paling sering terjadi selama kehamilan. Ibu hamil umumnya mengalami deplesi besi sehingga hanya memberi sedikit besi kepada janin yang dibutuhkan untuk metabolisme besi yang normal. Selanjutnya mereka akan menjadi anemia pada dikala kadar hemoglobin ibu turun hingga dibawah 11 gr/dl selama trimester III.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Kekurangan zat besi sanggup menimbulkan gangguan atau kendala pada pertumbuhan janin baik sel tubuh maupun sel otak. Anemia gizi sanggup menimbulkan kematian janin didalam kandungan, abortus, cacat bawaan, BBLR, anemia pada bayi yang dilahirkan, hal ini mengakibatkan morbiditas dan mortalitas ibu dan kematian perinatal secara bermakna lebih tinggi. Karena selama hamil zat-zat gizi akan terbagi untuk ibu dan untuk janin yang dikandungnya. Pada ibu hamil yang menderita anemia berat sanggup meningkatkan resiko morbiditas maupun mortalitas ibu dan bayi, kemungkinan melahirkan bayi BBLR dan premature juga lebih besar.6 Pada perempuan hamil, anemia meningkatkan frekuensi komplikasi pada kehamilan dan persalinan. </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Resiko kematian maternal, angka prematuritas, berat tubuh bayi lahir rendah, dan angka kematian perinatal meningkat. Soeprono menyebutkan bahwa dampak anemia pada kehamilan bervariasi dari keluhan yang sangat ringan hingga terjadinya gangguan kelangsungan kehamilan abortus, partus (imatur/prematur), dan kadar Hb ibu bisa dipengaruhi oleh paritas, yang mana seorang ibu yang sering melahirkan mempunyai risiko mengalami anemia pada kehamilan berikutnya apabila tidak memperhatikan kebutuhan nutrisi.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 7. Pengaruh penyakit yang diderita ibu terhadap kejadian BBLR</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Beberapa jenis penyakit baik secara pribadi maupun tidak pribadi sanggup mempengaruhi sirkulasi darah janin. Pada hipertensi dan penyakit ginjal kronik misalnya, terjadi gangguan peredaran darah dari ibu ke janin lantaran gangguan sirkulasi sistemik, sehingga nutrisi untuk janin berkurang dan mengakibatkan pertumbuhan janin yang terhambat. Penyakit yang berafiliasi pribadi dengan kehamilan contohnya toksemia gravidarum, perdarahan antepartum, stress berat fisis dan psikologis.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 8. Pengaruh faktor kehamilan ganda terhadap kejadian BBLR</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Pada ibu dengan kehamilan ganda membutuhkan asupan masakan yang lebih dibandingkan ibu yang hamil tunggal, sehingga apabila kebutuhan janin tidak tercukupi secara merata maka menimbulkan bayi yang lahir mempunyai berat tubuh yang rendah.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 9. Pengaruh sosial ekonomi terhadap kejadian BBLR</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Pengaruh sosial ekonomi merupakan hal yang cukup besar lengan berkuasa dalam kejadian BBLR, walaupun secara tidak langsung. Pendapatan yang rendah akan menyulitkan seorang ibu untuk memenuhi kebutuhan bayi terutama dalam hal gizi. Hal ini pada kesudahannya akan mengakibatkan bayi dengan BBLR. Mc Carthy dan Maine memperlihatkan bahwa angka kematian ibu sanggup diturunkan secara tidak pribadi dengan memperbaiki status sosial ekonomi yang mempunyai imbas terhadap salah satu dari seluruh faktor pribadi yaitu sikap kesehatan dan sikap reproduksi, status kesehatan dan keterjangkauan pelayanan kesehatan.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 10. Pengaruh pelayanan antenatal terhadap kejadian BBLR</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Pelayanan antenatal ini diperuntukkan guna memantau perkembangan kehamilan ibu, frekuensi minimal 4 kali selama kehamilan. Pemeriksaan antenatal yang teratur akan memperlihatkan kesempatan untuk sanggup mendiagnosis secara dini masalah-masalah yang sanggup menyulitkan kehamilan maupun persalinan, sehingga sanggup dilakukan tindakan yang tepat secepatnya.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 11.  Pengaruh kebiasaan merokok dan minum alkohol terhadap kejadianBBLR</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Merokok dan minum alkohol merupakan salah satu kebiasaan jelek bagi ibu hamil yang akan besar lengan berkuasa terhadap janin yang dikandungnya. Menurut penelitian Haworth dkk, bahwa berat tubuh bayi yang lahir dari ibu perokok lebih rendah dari ibu yang bukan perokok, walaupun penambahan berat tubuh selama hamil dan asupan energi sama. </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Beberapa penulis mengemukakan bahwa ibu hamil yang merokok lebih sering melahirkan bayi yang lebih kecil dibanding ibu hamil yang tidak merokok. Hal ini disebabkan beberapa hal :</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Karbonmonoksida dan inaktifasi fungsionalnya pada hemoglobin janin dan ibu.</li> <li style="text-align: justify;">Aksi vasokonstriksi dan nikotin mengakibatkan menurunnya perfusi darah ke plasenta.</li> <li style="text-align: justify;">Merokok mengakibatkan menurunnya selera makan ibu sehingga asupan energi ibu hamil berkurang, walaupun ada beberapa ibu perokok yang selera makannya tidak berubah.</li> <li style="text-align: justify;">Berkurangnya volume plasma akhir hipoksia kronik.</li> <li style="text-align: justify;">Ibu hamil peminum alkohol mempunyai risiko untuk melahirkan bayi dengan fetal alcohol syndrome. Sindrom ini meliputi kelahiran prematur, retardasi pertumbuhan janin, cacat lahir dan retardasi mental. Risiko ini berafiliasi dengan jumlah alkohol yang diminum setiap harinya, usia kehamilan dikala ibu hamil minum alkohol dan lamanya ibu tersebut mengkonsumsi minuman beralkohol. Makin banyak alkohol yang dikonsumsi, semakin besar resiko terganggunya pertumbuhan janin; sebaliknya semakin kurang mengkonsumsi alkohol, resiko terganggunya janin akan semakin kecil, tetapi masih ada. Bila ibu hamil mengkonsumsi alkohol pada trimester pertama kehamilan dikala berlangsung organogenesis janin, maka resiko abortus akan lebih besar. Bila mengkonsumsi alkohol pada trimester kedua dikala terjadi perkembangan ukuran sel, maka akan besar lengan berkuasa pada berat janin yang dikandungnya.</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> 12. Pengaruh jenis kelamin terhadap kejadian BBLR</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Perbedaan jenis kelamin ikut berperan pada berat tubuh lahir. rata-rata berat tubuh lahir bayi laki-laki 150 gram lebih berat dibanding bayi perempuan. Setelah ahad ke-20 mulai terdapat perbedaan antara pertumbuhan janin laki-laki dan perempuan. Menurut Kloosterman (1969) perbedaan ini sanggup mencapai 135 gram pada kehamilan 40 minggu. Makara bayi laki-laki seringkali lebih berat dari bayi perempuan.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 13. Pengaruh Riwayat Melahirkan BBLR Sebelumnya Terhadap KejadianBBLR</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Ibu dengan riwayat melahirkan BBLR pada partus sebelumnya mempunyai kemungkinan untuk melahirkan anak berikutnya dengan BBLR.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Patofisiologi BBLR</b></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Menurunnya simpanan zat gizi. Hampir semua lemak, glikogen, dan mineral, menyerupai zat besi, kalsium, fosfor dan seng dideposit selama 8 ahad terakhir kehamilan. Dengan demikian bayi preterm mempunyai peningkatan potensi terhadap hipoglikemia, rikets dan anemia. Meningkatnya kkal untuk bertumbuh. BBLR memerlukan sekitar 120 kkal/ kg/hari, dibandingkan neonatus aterm sekitar 108 kkal/kg/hari.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Belum matangnya fungsi mekanis dari jalan masuk pencernaan. Koordinasi antara isap dan menelan, dengan penutupan epiglotis untuk mencegah aspirasi pneumonia, belum berkembang dengan baik hingga kehamilan 32-42 minggu. Penundaan pengosongan lambung dan buruknya motilitas usus sering terjadi pada bayi preterm. Kurangnya kemampuan untuk mencerna makanan. Bayi preterm mempunyai lebih sedikit simpanan garam empedu, yang diharapkan untuk mencerna dan mengabsorbsi lemak , dibandingkan bayi aterm. Produksi amilase pankreas dan lipase, yaitu enzim yang terlibat dalam pencernaan lemak dan karbohidrat juga menurun. Kadar laktase juga rendah hingga sekitar kehamilan 34 minggu. Paru-paru yang belum matang dengan peningkatan kerja bernafas dan kebutuhan kalori yang meningkat. Masalah pernafasan juga akan mengganggu masakan secara oral.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Potensial untuk kehilangan panas akhir luasnya permukaan tubuh dibandingkan dengan berat badan, dan sedikitnya lemak pada jaringan bawah kulit memperlihatkan insulasi. Kehilangan panas ini meningkatkan keperluan kalori. (Moore, 1997)</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Fathway BBLR</b></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody> <tr><td style="text-align: center;"><img border="0" data-original-height="534" data-original-width="876" height="390" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgM6Om1PcSBBPZsN-GT-7q8AlnHtLZ0-nJWQGDkjVIxpbhJsMXlvFXjin3dVeSMmoq0OGW_AIVrvQiWZ5HfIZpfqVTPi1nZ2hBhq2jfZQ8bxVDrUXeat1le7mbLwMo3g-RhKegNgd4ChkwF/s640/Fathway+BBLR.png" style="margin-left: auto; margin-right: auto;" width="640" /></td></tr> <tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Fathway BBLR</td></tr> </tbody></table> <br /> <div style="text-align: justify;"> <span style="font-weight: 700;"><br /></span></div> <b></b><br /> <div style="text-align: justify;"> <b><b>Manifestasi Klinik BBLR</b></b></div> <b> </b><br /> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Secara umum citra klinis pada bayi berat tubuh lahir rendah sebagai berikut:</div> <ol> <li style="text-align: justify;">Berat tubuh lahir< 2500 gram, panjang badan? 45 Cm, lingkar dada< 30 Cm, lingkar kepala< 33 Cm.</li> <li style="text-align: justify;">Masa gestasi< 37 minggu.</li> <li style="text-align: justify;">Penampakan fisik sangat tergantung dari maturitas atau lamanya gestasi; kepala relatif lebih besardari badan, kulit tipis, transparan, banyak lanugo, lemak sub kutan sedikit, osifikasi tengkoraksedikit, ubun-ubun dan sutu lebar, genetalia immatur, otot masih hipotonik sehingga tungkaiabduksi, sendi lutut dan kaki fleksi, dan kepala menghadap satu jurusan.</li> <li style="text-align: justify;">Lebih banyak tidur daripada bangun, tangis lemah, pernafasan belum teratur dan sering terjadi  apnea, refleks menghisap, menelan, dan batuk belum sempurna.</li> </ol> <br /> <div style="text-align: justify;"> Manifestasi klinis yang lain yaitu :</div> <ol> <li style="text-align: justify;">Berat tubuh kurang dari 2.500 gram</li> <li style="text-align: justify;">Kulit tipis, transparan, lanugo banyak, ubun-ubun dan sutura lebar</li> <li style="text-align: justify;">Genetalia imatur, rambut tipis halus teranyam, elastisitas daun indera pendengaran kurang</li> <li style="text-align: justify;">Tangis lemah, tonus otot leher lemah.</li> <li style="text-align: justify;">Reflek moro (+), reflek menghisap, menelan, batuk, belum sempurna.</li> <li style="text-align: justify;">Bila lapar menangis, gelisah, aktifitas bertambah</li> <li style="text-align: justify;">Tidak tampak bayi menderita infeksi/perdarahan intrakranial</li> <li style="text-align: justify;">Nafas belum teratur</li> <li style="text-align: justify;">Pembuluh darah kulit diperut terlihat banyak</li> <li style="text-align: justify;">Jaringan mamae belum sempurna, putting susu belum terbentuk dengan baik.</li> </ol> <br /> <div style="text-align: justify;"> Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam BBLR adalah:</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 1. Suhu Tubuh</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Pusat pengatur napas tubuh masih belum sempurna</li> <li style="text-align: justify;">Luas tubuh bayi relatif besar sehingga penguapannya bertambah</li> <li style="text-align: justify;">Otot bayi masih lemah</li> <li style="text-align: justify;">Lemak kulit dan lemak coklat kurang, sehingga cepat kehilangan panas badan</li> <li style="text-align: justify;">Kemampuan metabolisme panas masih rendah, sehingga bayi dengan berat tubuh lahir rendah perlu diperhatikan semoga tidak terlalu banyak kehilangan panas tubuh dan sanggup dipertahankan.</li> </ul> <br /> <div style="text-align: justify;"> 2. Pernapasan</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Fungsi pengaturan pernapasan belum sempurna</li> <li style="text-align: justify;">Surfaktan paru-paru masih kurang, sehingga perkembangannya tidak sempurna</li> <li style="text-align: justify;">Otot pernapasan dan tulang iga lemah</li> <li style="text-align: justify;">Dapat disertai penyakit : penyakit hialin membrane, gampang bisul paru-paru dan gagal pernapasan.</li> </ul> <br /> <div style="text-align: justify;"> 3. Alat pencernaan makanan</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Belum berfungsi tepat sehingga peresapan masakan dengan lemah / kurang baik</li> <li style="text-align: justify;">Aktifitas otot pencernaan masakan masih belum tepat , sehingga pengosongan lambung berkurang</li> <li style="text-align: justify;">Mudah terjadi regurgitasi isi lambung dan sanggup menimbulkan aspirasi pneumonia</li> </ul> <br /> <div style="text-align: justify;"> 4. Hepar yang belum matang (immatur)</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Praktis menimbulkan gangguan pemecahan bilirubin, sehingga gampang terjadi hyperbilirubinemia (kuning) samai ikterus</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 5. Ginjal masih belum matang</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Kemampuan mengatur pembuangan sisa metabolisme dan air masih belum tepat sehingga gampang terjadi oedema</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 6. Perdarahan dalam otak</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Pembuluh darah bayi BBLR masih ringkih dan gampang pecah</li> <li style="text-align: justify;">Sering mengalami gangguan pernapasan, sehingga memudahkan terjadinya perdarahan dalam otak</li> <li style="text-align: justify;">Perdarahan dalam otak memperburuk keadaan dan mengakibatkan kematian bayi</li> <li style="text-align: justify;">Pemberian O2 belum bisa diatur sehingga mempermudah terjadi perdarahan dan nekrosis.</li> </ul> <br /> <div style="text-align: justify;"> <b>Perawatan BBLR</b></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Dengan memperhatikan citra klinis diatas dan banyak sekali kemungkinan yang sanggup terjadi pada bayio BBLR, maka perawatan dan pengawasan bayi BBLR ditujukan pada pengaturan panas badan, menghindari infeksi, sumbangan masakan bayi dan pernapasan.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 1. Pengaturan Suhu Tubuh BBLR</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Bayi BBLR gampang dan cepat sekali menderita Hypotermia bila berada di lingkungan yang dingin. Kehilangan panas disebabkan oleh permukaan tubuh bayi yang realtif lebih luas bila dibandingkan dengan berat badan, kurangnyua jaringan lemak dibawah kulit, dan kekurangan lemak coklat (Brown Fat). Untuk mencegah hypotermi, perlu diusahakan lingkungan yang cukup hangat untuk bayi dan dalam keadaan istrahat konsumsi oksigen paling sedikit, sehingga suhu tubuh bayi tetap normal. Bila bayi dirawat dalam inkubator, maka suhunya untuk nayi dengan berat tubuh kurang dari 2000 gram yaitu 35 0C dan untuk bayi dengan BB 2000 gram hingga 2500 gram 34 0C, semoga ia sanggup mempertahankan suhu tubuh sekitar 37 0C. Kelembaban inkubator berkisar antara 50 – 60 persen. </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Kelembaban yang lebih tinggi diharapkan pada bayi dengan syndroma gangguan pernapasan. Suhu inkubator sanggup diturunkan 1 0C per ahad untuk bayi dengan berat tubuh 2000 gram dan secara berangsur – angsur ia sanggup diletakkan didalam tempat tidur bayi dengan suhu lingkungan 27 0C-29 0C. Bila inkubator tidak ada, pemanasan sanggup dilakukan dengan membungkus bayi dan meletakkan botol-botol hangat disekitarnya atau dengan memasang lampu petromaks di bersahabat tempat tidur bayi atau dengan menggunakan metode kanguru.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Cara lain untuk mempertahankan suhu tubuh bayi sekitar 36 0C - 37 0C yaitu dengan menggunakan alat perspexheat shield yang diselimuti pada bayi didalam inkubator. Alat ini berkhasiat untuk mengurangi kehilangan panas lantaran radiasi. Akhir-akhir ini telah dimulai digunakan inkubator yang dilengkapi dengan alat temperatur sensor (Thermistor probe). Alat ini ditempelkan dikulit bayi. Suhu inkubator dikontrol oleh alat servomechanism. Dengan cara ini suhu kulit bayi sanggup dipertahankan pada derajat yang telah ditetapkan sebelumnya. Alat ini sangat bermanfaat untuk bayi dengan berat lahir yang sangat rendah.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Bayi dalam inkubator hanya dipakaikan popok. Hal ini penting untuk memudahkan pengawasan mengenai keadan umum, perubahan tingkah laku, warna kulit, pernapasan, kejang dan sebagainya sehingga penyakit yang diderita sanggup dikenal sedini mungkin dan tindakan serta pengobatan sanggup dilaksanakan secepat-cepatnya.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 2. Pernapasan</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Jalan napas merupakan jalan udara melalui hidung, pharing, trachea, bronchiolus, bronchiolus respiratorius, dan duktus alveoleris ke alveoli. Terhambatnya jalan napas akan menimbulkan asfiksia, hipoksia dan kesudahannya kematian. Selain itu bayi BBLR tidak sanggup mengikuti keadaan dengan asfiksia yang terjadi selama proses kelahiran sehingga sanggup lahir dengan asfiksia perinatal. Bayi BBLR berisiko mengalami serangan apneu dan defisiensi surfakatan, sehingga tidak sanggup memperoleh oksigen yang cukup yang sebelumnya diperoleh dari plasenta. </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Dalam kondisi menyerupai ini diharapkan pembersihan jalan napas segera setelah lahir (aspirasi lendir), dibaringkan pada posisi miring, merangsang pernapasan dengan menepuk atau menjentik tumit. Bila tindakan ini gagal, dilakukan ventilasi, intubasi endotrakheal, pijatan jantung dan sumbangan oksigen dan selama sumbangan intake dicegah terjadinya aspirasi. Dengan tindakan ini sanggup dicegah sekaligus mengatasi asfiksia sehingga memperkecil kematian bayi BBLR.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 3. Pencegahan Infeksi</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Infeksi yaitu masuknya bibit penyakit atau kuman kedalam tubuh, khususnya mikroba. Bayi BBLR sangat gampang menerima infeksi. Infeksi terutama disebabkan oleh bisul nosokomial. Kerentanan terhadapa bisul disebabkan oleh kadar imunoglobulinserum pada bayi BBLR masih rendah, aktifitas bakterisidal neotrofil, imbas sitotoksik limfosit juga masih rendah dan fungsi imun belum berpengalaman.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Infeksi lokal bayi cepat menjalar menjadi bisul umum. Tetapi diagnosis dini sanggup ditegakkan jikalau cukup waspada terhadap perubahan (kelainan) tingkah laris bayisering merupakan tanda bisul umum. Perubahan tersebut antara laian : malas menetek, gelisah, letargi, suhu tyubuh meningkat, frekwensi pernapasan meningkat, muntah, diare, berat tubuh mendadak turun.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Fungsi perawatan disini yaitu memberi proteksi terhadap bayi BBLR dari infeksi. Oleh lantaran itu, bayi BBLR dihentikan kontak dengan penderita bisul dalam bentuk apapun. Digunakan masker dan baju khusus dalam penanganan bayi, perawatan luka tali pusat, perawatan mata, hidung, kulit, tindakan aseptic dan antiseptic alat-alat yang digunakan, isolasi pasien, jumlah pasien dibatasi, rasio perawat pasien ideal, mengatur kunjungan, menghindari perawatan yang yang terlalu lama, mencegah timbulnya asfiksia dan sumbangan antibiotic yang tepat.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 4. Pengaturan Intake</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Pengaturan intake yaitu menentukan pilihan susu, cara sumbangan dan aktivitas sumbangan yang sesuai dengan kebutuhan bayi BBLR.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> ASI (Air Susu Ibu) merupakan pilihan pertama jikalau bayi bisa mengisap. ASI juga sanggup dikeluaekan dan diberikan pada bayi yang tidak cukup mengisap. Jika ASI tidak ada atau tidak mencukupi khususnya pada bayi BBLR sanggup digunakan susu Formula yang komposisinya menyerupai ASI atau susu formula khusus bayi BBLR.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Cara sumbangan masakan bayi BBLR harus diikuti tindakan pencegahan khusus untuk mencegah terjadinya regurgitasi dan masuknya udara dalam usus. Pada bayi dalam incubator dengan kontak yang minimal, tempat tidur atau kasur incubator harus diangkat dan bayi dibalik pada sisi kanannya. Sedangkan pada bayi lebih besar sanggup diberi makan dalam posisi dipangku. Pada bayi BBLR yang lebih kecil, kurang ulet dan mengisap dan sianosis ketika minum melalui botol atau menetek pada ibunya, masakan diberikam melalui NGT</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Jadwal sumbangan masakan diadaptasi dengan kebutuhan dan berat tubuh bayi BBLR. Pemberian masakan interval tiap jam dilakukan pada bayi dengan Berat Badan lebih rendah.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 5. Ikterus</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Semua bayi prematur menjadi ikterus lantaran sistem enzim hatinya belum matur dan bilirubin tak berkonjugasi tidak dikonjugasikan secara efisien hingga 4-5 hari berlalu . Ikterus sanggup diperberat oleh polisetemia, memar hemolisias dan bisul lantaran hperbilirubinemia sanggup mengakibatkan kernikterus maka wama bayi harus sering dicatat dan bilirubin diperiksa, bila ikterus muncul dini atau lebih cepat bertambah coklat.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 6. Perawatan kulit</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Kulit bayi prematur sangat imatur dibandingkan bayi yang cukup bulan. Karena sangat sensitif dan rapuh, maka sabun yang berbasis alkalis yang sanggup merusakmantel asam dihentikan digunakan. Semua produk kulit (misal: alkohol, povidone iodine) harus dipergunakan secara hati-hati: kulit harus segaera dibilas dengan air sesudahnya lantaran zat-zat tersebut sanggup menimbulkan iritasi berat dan luka bakar kimia pada bayi.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Kulit sangat gampang mengalami eksoriasi dan terkelupas; harus diperhatikan jangan hingga merusak struktur yang halus tersebut. Oleh lantaran itu, ikatannya jauh lebih longgar diantara lapisan kulit tipis tersebut. Penggunaan perekat setelah penusukan tumit atau untuk melekatkan alat pemantau atau infus IV sanggup eksoriasi kulit atau menempel erat pada permukaan kulit sehingga epidermis sanggup terkelupas dari dermis dan tertarik bersama plester sama sekali tidak kondusif menggunakan gunting untuk mengelupas balutan atau plester dari ekstremitas bayi imatur yang sangat kecil, lantaran bis memotong ekstremitas yang kecil tersebut atau melepas klit yang terikat longgar. Pelarut yang digunakan untuk mengelupas plester juga harus dihindari lantaran cenderung mengeringkan dan aben kulit lembut. </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Komplikasi</b></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> berdasarkan Mitayani, 2009, ada beberapa komplikasi yang sanggup muncul bila tidak menerima penanganan yang tepat dengan cepat :</div> <ol> <li style="text-align: justify;">Sindrom aspirasi mekonium (menyebabkan kesulitan bernapas pada bayi)</li> <li style="text-align: justify;">Hipoglikemia simptomatik, terutama pada laki-laki</li> <li style="text-align: justify;">Penyakit membran hialin: disebabkan lantaran surfaktan paru belum sempurna/ cukup, sehingga olveoli kolaps. Sesudah bayi mengadakan inspirasi, tidak tertinggal udara residu dalam alveoli, sehingga selalu dibutuhkan tenaga negatif yang tinggi untuk yang berikutnya</li> <li style="text-align: justify;">Asfiksia neonetorum</li> <li style="text-align: justify;">Hiperbilirubinemia</li> </ol> <br /> <div style="text-align: justify;"> Bayi dismatur sering mendapatkan hiperbilirubinemia, hal ini mungkin disebabkan lantaran gangguan pertumbuhan hati.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b><br /></b></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Prognosis</b></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Tergantung dari berat ringannya problem perinatal, seperti; masa gestasi (semakin muda dan semakin rendah berat tubuh bayi makin tinggi angka kematiannya), komplikasi yang menyertai (asfiksia/iskemia, sindrom gangguan pernafasan, perdarahan intra ventrikuler, infeksi, gangguan metabolik, dll).</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Prognosis bayi berat lahir rendah ini tergantung dari berat ringannya problem perinatal contohnya masa gestasi ( makin muda masa gestasi / makin rendah berat bayi, makin tinggi angka kematian), asfiksia/iskemia otak , sindroma gangguan pernapasan , perdarahan intrafentrikuler , displasia bronkopulmonal, retrolental fibroplasia, infeksi, gangguan metabolik (asidosis, hipoglikemi, hiperbilirubinemia). Prognosis ini juga tergantung dari keadaan sosial ekonomi, pendidikan orang renta dan perawatan pada dikala kehamilan persalinan dan post natal (pengaturan suhu lingkungan, resusitasi, nutrisi, mencegah infeksi, mengatasi gangguan pernapasan, asfiksia hiperbilirubinemia, hipoglikemia dan lain – lain).</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Pengamatan Lebih Lanjut</b></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Bila bayi berat lahir rendah sanggup mengatasi problematik yang dideritanya perlu diamati selanjutnya oleh lantaran kemungkinan bayi ini akan mengalami gangguan pendengaran, penglihatan, kognitif, fungsi motor susunan saraf pusat dan penyakit penyakit menyerupai Hidrosefalus, Cerebral palsy dan sebagainya.</div> <h3 style="text-align: justify;"> <b><br /></b></h3> <h3 style="text-align: justify;"> <b>ASUHAN KEPERAWATAN PADA BBLR</b></h3> <div style="text-align: justify;"> <b>Pengkajian</b></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> I. Biodata</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> A. Identitas Klien</div> <ol> <li style="text-align: justify;">Nama/Nama panggilan      : ……………………………………</li> <li style="text-align: justify;">Tempat tgl lahir/usia          : ……………………………………</li> <li style="text-align: justify;">Jenis kelamin                     : ……………………………………</li> <li style="text-align: justify;">A g a m a                           : ……………………………………</li> <li style="text-align: justify;">Pendidikan                        : ……………………………………</li> <li style="text-align: justify;">Alamat                               : ……………………………………</li> <li style="text-align: justify;">Tgl masuk                          : ................................. (jam ............)</li> <li style="text-align: justify;">Tgl pengkajian                   : ……………………………………</li> <li style="text-align: justify;">Diagnosa medik                : ……………………………………</li> <li style="text-align: justify;">Rencana terapi                  : ……………………………………</li> </ol> <div style="text-align: justify;"> B. Identitas Orang tua<br /> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 1. Ayah</div> <ul> <li style="text-align: justify;">N a m a                  : ……………………………………</li> <li style="text-align: justify;">U s i a                    : ……………………………………</li> <li style="text-align: justify;">Pendidikan                        : ……………………………………</li> <li style="text-align: justify;">Pekerjaan/sumber penghasilan : ………………………</li> <li style="text-align: justify;">A g a m a               : ……………………………………</li> <li style="text-align: justify;">Alamat                  : ……………………………………</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> 2. Ibu</div> <ul> <li style="text-align: justify;">N a m a                  : ……………………………………</li> <li style="text-align: justify;">U s i a                    : ……………………………………</li> <li style="text-align: justify;">Pendidikan                        : ……………………………………</li> <li style="text-align: justify;">Pekerjaan/Sumber penghasilan: ………………………</li> <li style="text-align: justify;">Agama                   : ……………………………………</li> <li style="text-align: justify;">Alamat                  : ……………………………………</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> II. Riwayat kesehatan masa sekarang</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Bayi dengan berat tubuh < 2.500 gram</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> III. Riwayat kesehatan keluarga</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Apakah anggota keluarga pernah mengalami sakit keturunan menyerupai kelainan kardiovaskular</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Apakah ibu pernah mengalami sakit kronis</li> <li style="text-align: justify;">Apakah ibu pernah mengalami gangguan pada kehamilan sebelumnya</li> <li style="text-align: justify;">Apakah ibu seorang perokok</li> <li style="text-align: justify;">Jarak kehamilan atau kelahiran terlalu dekat</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> IV. Apgar skore</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> System penilaian ini untuk mengevaluasi status kardiopulmonal dan persarafan bayi. Penilaian dilakukan 1 menit setelah lahir dengan penilaian 7-10 (baik), 4-6 (asfiksia ringan hingga sedang), dan 0-3 (asfiksia berat) dan diulang setiap 5 meint hingga bayi dalam keadaan stabil.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <table border="1" cellpadding="0" cellspacing="0" class="MsoNormalTable" style="border-collapse: collapse; margin-left: 12.5pt; text-align: justify;"> <tbody> <tr> <td style="border: solid windowtext 1.0pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 103.0pt;" valign="top" width="137"><div class="MsoNormal"> <span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Tanda<o:p></o:p></span></div> </td> <td style="border-left: none; border: solid windowtext 1.0pt; mso-border-left-alt: solid windowtext 1.0pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 115.5pt;" valign="top" width="154"><div class="MsoNormal"> <span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">0<o:p></o:p></span></div> </td> <td style="border-left: none; border: solid windowtext 1.0pt; mso-border-left-alt: solid windowtext 1.0pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 115.55pt;" valign="top" width="154"><div class="MsoNormal"> <span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">1<o:p></o:p></span></div> </td> <td style="border-left: none; border: solid windowtext 1.0pt; mso-border-left-alt: solid windowtext 1.0pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 105.4pt;" valign="top" width="141"><div class="MsoNormal"> <span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">2<o:p></o:p></span></div> </td> </tr> <tr style="height: 21.4pt; mso-yfti-irow: 1;"> <td style="border-top: none; border: solid windowtext 1.0pt; height: 21.4pt; mso-border-top-alt: solid windowtext 1.0pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 103.0pt;" valign="top" width="137"><div class="MsoNormal"> <span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Frekwensi jantung<o:p></o:p></span></div> </td> <td style="border-bottom: solid windowtext 1.0pt; border-left: none; border-right: solid windowtext 1.0pt; border-top: none; height: 21.4pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 115.5pt;" valign="top" width="154"><div class="MsoNormal"> <span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Tidak ada<o:p></o:p></span></div> </td> <td style="border-bottom: solid windowtext 1.0pt; border-left: none; border-right: solid windowtext 1.0pt; border-top: none; height: 21.4pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 115.55pt;" valign="top" width="154"><div class="MsoNormal"> <span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">< 100<o:p></o:p></span></div> </td> <td style="border-bottom: solid windowtext 1.0pt; border-left: none; border-right: solid windowtext 1.0pt; border-top: none; height: 21.4pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 105.4pt;" valign="top" width="141"><div class="MsoNormal"> <span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">> 100<o:p></o:p></span></div> </td> </tr> <tr style="height: 28.8pt; mso-yfti-irow: 2;"> <td style="border-top: none; border: solid windowtext 1.0pt; height: 28.8pt; mso-border-top-alt: solid windowtext 1.0pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 103.0pt;" valign="top" width="137"><div class="MsoNormal"> <span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Usaha bernapas<o:p></o:p></span></div> </td> <td style="border-bottom: solid windowtext 1.0pt; border-left: none; border-right: solid windowtext 1.0pt; border-top: none; height: 28.8pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 115.5pt;" valign="top" width="154"><div class="MsoNormal"> <span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Tidak ada<o:p></o:p></span></div> </td> <td style="border-bottom: solid windowtext 1.0pt; border-left: none; border-right: solid windowtext 1.0pt; border-top: none; height: 28.8pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 115.55pt;" valign="top" width="154"><div class="MsoNormal"> <span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Lambat<o:p></o:p></span></div> </td> <td style="border-bottom: solid windowtext 1.0pt; border-left: none; border-right: solid windowtext 1.0pt; border-top: none; height: 28.8pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 105.4pt;" valign="top" width="141"><div class="MsoNormal"> <span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Menangis kuat<o:p></o:p></span></div> </td> </tr> <tr> <td style="border-top: none; border: solid windowtext 1.0pt; mso-border-top-alt: solid windowtext 1.0pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 103.0pt;" valign="top" width="137"><div class="MsoNormal"> <span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Tonus otot<o:p></o:p></span></div> </td> <td style="border-bottom: solid windowtext 1.0pt; border-left: none; border-right: solid windowtext 1.0pt; border-top: none; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 115.5pt;" valign="top" width="154"><div class="MsoNormal"> <span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Lumpuh<o:p></o:p></span></div> </td> <td style="border-bottom: solid windowtext 1.0pt; border-left: none; border-right: solid windowtext 1.0pt; border-top: none; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 115.55pt;" valign="top" width="154"><div class="MsoNormal"> <span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Ekstremitas fleksi sedikit<o:p></o:p></span></div> </td> <td style="border-bottom: solid windowtext 1.0pt; border-left: none; border-right: solid windowtext 1.0pt; border-top: none; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 105.4pt;" valign="top" width="141"><div class="MsoNormal"> <span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Gerakan katif<o:p></o:p></span></div> </td> </tr> <tr style="height: 36.8pt; mso-yfti-irow: 4;"> <td style="border-top: none; border: solid windowtext 1.0pt; height: 36.8pt; mso-border-top-alt: solid windowtext 1.0pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 103.0pt;" valign="top" width="137"><div class="MsoNormal"> <span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Refleks<o:p></o:p></span></div> </td> <td style="border-bottom: solid windowtext 1.0pt; border-left: none; border-right: solid windowtext 1.0pt; border-top: none; height: 36.8pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 115.5pt;" valign="top" width="154"><div class="MsoNormal"> <span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Tidak bereaksi<o:p></o:p></span></div> </td> <td style="border-bottom: solid windowtext 1.0pt; border-left: none; border-right: solid windowtext 1.0pt; border-top: none; height: 36.8pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 115.55pt;" valign="top" width="154"><div class="MsoNormal"> <span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Gerakan sedikit<o:p></o:p></span></div> </td> <td style="border-bottom: solid windowtext 1.0pt; border-left: none; border-right: solid windowtext 1.0pt; border-top: none; height: 36.8pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 105.4pt;" valign="top" width="141"><div class="MsoNormal"> <span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Reaksi melawan<o:p></o:p></span></div> </td> </tr> <tr style="height: 54.45pt; mso-yfti-irow: 5; mso-yfti-lastrow: yes;"> <td style="border-top: none; border: solid windowtext 1.0pt; height: 54.45pt; mso-border-top-alt: solid windowtext 1.0pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 103.0pt;" valign="top" width="137"><div class="MsoNormal"> <span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Warna kulit<o:p></o:p></span></div> </td> <td style="border-bottom: solid windowtext 1.0pt; border-left: none; border-right: solid windowtext 1.0pt; border-top: none; height: 54.45pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 115.5pt;" valign="top" width="154"><div class="MsoNormal"> <span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Seluruh tubuh biru atau pucat<o:p></o:p></span></div> </td> <td style="border-bottom: solid windowtext 1.0pt; border-left: none; border-right: solid windowtext 1.0pt; border-top: none; height: 54.45pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 115.55pt;" valign="top" width="154"><div class="MsoNormal"> <span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Tubuh kemeraha, ekstremitas biru<o:p></o:p></span></div> </td> <td style="border-bottom: solid windowtext 1.0pt; border-left: none; border-right: solid windowtext 1.0pt; border-top: none; height: 54.45pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 105.4pt;" valign="top" width="141"><div class="MsoNormal"> <span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Seluruh tubuh kemerahan<o:p></o:p></span></div> </td> </tr> </tbody></table> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> V. Pemeriksaan cairan amnion</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Pemeriksaan ini dilakukan untuk menilai ada tidaknya kelainan pada cairan amnion wacana jumlah volumenya, apabila volumenya > 2000 ml bayi mengalami polihidramnion atau disebut hidramnion sedangkan apabila jumlahnya < 500 ml maka bayi mengalami oligohidramnion</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> VI. Pemeriksaan plasenta</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Pemeriksaan ini dilakukan untuk menentukan keadaan plasenta menyerupai adanya pengapuran, nekrosis, beratnya dan jumlah korion. Pemeriksaan ini penting dalam menentukan kembar identik atau tidak.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> VII. Pemeriksaan tali pusat</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Pemeriksaan ini dilakukan untuk menilai ada tidaknya kelainan dalam tali pusat menyerupai adanya vena dan arteri, adanya tali simpul atau tidak.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> VIII. Pengkajian fisik</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> a. Aktifitas/istirahat</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Status sadar, bayi tampak semi koma dikala tidur malam, meringis atau tersenyum yaitu bukti tidur dengan gerakan mata cepat (REM), tidur sehari rata-rata 20 jam.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> b. Sirkulasi</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Nadi apikal mungkin cepat dan tidak teratur dalam batas normal (120 – 160 detik per menit). Murmur jantung yang sanggup didengar sanggup membuktikan duktus arterious (PDA)</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> c. Pernapasan</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Mungkin dangkal, tidak teratur, dan pernapasan diafragmatik intermiten atau periodik (40 – 60 kali/menit), Pernapsan cuping hidung, retraksi suprasternal atau substernal, juga derajat sianosis yang mungkin ada. Adanya suara ampela pada auskultasi, membuktikan sindrom distres pernapasan (RDS)</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> d. Neurosensori</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Sutura tengkorak dan fontanel tampak melebar, penonjolan lantaran ketidakadekuatan pertumbuhan mungkin terlihat Kepala kecil dengan dahi menonjol, batang hidung cekung, hidung pendek mencuat, bibir atas tipis, dan dagu maju, tonus otot sanggup tampak kencang dengan fleksi ekstremitas bawah dan atas serta keterbatasan gerak, Pelebaran tampilan mata.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> e. Makanan/cairan</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Disproporsi berat tubuh dibandingkan dengan panjang dan lingkar kepala</li> <li style="text-align: justify;">Kulit kering pecah-pecah dan terkelupas dan tidak adanya jaringan subkutan</li> <li style="text-align: justify;">Penurunan massa otot, khususnya pada pipi, bokong, dan paha</li> <li style="text-align: justify;">Ketidakstabilan metabolik dan hipoglikemia / hipokalsemia</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> f. Genitounaria</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Jelaskan setiap keanehan genitalia. Jelaskan jumlah (dibandingkan engnaberta badan), warna, pH, temuan lab-stick, dan berat jenis kemih (untuk menyaring kecukupan hidrasi) Periksa berat tubuh (pengukuran yang paling akurat dalam mengkaji hidrasi).</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> g. Keamanan</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Suhu berfluktuasi dengan mudah</li> <li style="text-align: justify;">Tidak terdapat garis alur pada telapak tangan</li> <li style="text-align: justify;">Warna mekonium mungkin terang pada jari tangan dan dasar pada tali pusat dengan warna kehijauan</li> <li style="text-align: justify;">Menangis mungkin lemah</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> h. Seksualitas</div> <div style="text-align: justify;"> <br /> <ul> <li>Labia monira perempuan mungkin lebih besar dari labia mayora dengan klitoris menonjol</li> <li>Testis laki-laki mungkin tidak turun, ruge mungkin banyak atau tidak pada skrotum.</li> </ul> </div> <div style="text-align: justify;"> i. Suhu tubuh</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Tentukan suhu kulit dan aksila.</li> <li style="text-align: justify;">Tentukan dengan suhu lingkungan.</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> j. Pengkajian kulit</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Terangkan adanya perubahan warna, tempat yang memerah, tanda irirtasi, lepuh, abrasi, atau tempat terkelupas, terutama dimana peralatan pemantau, infuse atau alat lain bersentuhan dengan kulit; periks, dan tempat juga dan catat setiap preparat kulit yang digunakan (misal: plester povidone – iodine).</li> <li style="text-align: justify;">Tentukan tekstur dan turgor kulit: kering, lembut, bersisik, terkelupas, dll.</li> <li style="text-align: justify;">Terngkan adanya ruam, lesi kulit, atau tanda lahir</li> <li style="text-align: justify;">Tentukan apakah kateter infuse IV atau jarum terpasang dengan benar, dan periksa adanya tanda infiltrasi.</li> <li style="text-align: justify;">jelaskan pipa infus parenteral: lokasi, tipe (arterial, vena, perifer, umbilicus, sentral, vena perifer sentral); tipe infuse (obat, salin, dekstrosa, elektrolit, lipid, nutrisi parenteral total); tipe pompa infuse dan kecepatan aliran; tipe kateter atau jarum; dan tempat insersinya.</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> IX. Pengkajian psikologis</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Orang renta klien tampak cemas dan khawatir melihat kondisi bayinya, dan orang renta klien berharap bayinya cepat sembuh.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> X. Pemeriksaan refleks</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Refleks berkedip: dijumpai namun belum sempurna</li> <li style="text-align: justify;">Tanda babinski: jari kaki mengembang dan ibu jari kaki sedikit dorsofleksi</li> <li style="text-align: justify;">Merangkak: bayi membuat gerakan merangkak dengan lengan dan kaki, namun belum sempurna</li> <li style="text-align: justify;">Melangkah: kaki sedikt bergerak keatas dan kebawah dikala disentuhkan ke permukaan</li> <li style="text-align: justify;">Ekstrusi: pengecap ekstensi kearah luar dikala disentuh dengan spatel lidah</li> <li style="text-align: justify;">Gallant’s: punggung sedikti bergerak kearah samping dikala diberikan ukiran pada punggungnya</li> <li style="text-align: justify;">Morro’s: dijumpai namun belum sempurna</li> <li style="text-align: justify;">Neck righting : belum ditemukan</li> <li style="text-align: justify;">Menggengngam: bayi memperlihatkan refleks menggenggam namun belum sempurna</li> <li style="text-align: justify;">Rooting: byi memperlihatkan gerakan memutar kearah pipi yang diberikan sedikit goresan</li> <li style="text-align: justify;">Kaget (stratle) : bayi memperlihatkan respon ekstensi dan fleksi lengan yang belum sempurna</li> <li style="text-align: justify;">Menghisap: bayi memperlihatkan respon menghisap yang belum sempurna</li> <li style="text-align: justify;">Tonick neck: belum dilakukan lantaran refleks ini hanya terdapat pada bayi yang berusia > 2 bulan</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> XI.  Pemeriksaan diagnostik</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Jumlah darah lengkap: penurunan pada Hb/Ht mungkin dihubungkan dengan anemia atau kehilangan darah</li> <li style="text-align: justify;">Dektrosik: menyatakan hipoglikemia</li> <li style="text-align: justify;">AGD: menentukan derajat keparahan distres bila ada</li> <li style="text-align: justify;">Elektrolit serum: mengkaji adanya hipokalsemia</li> <li style="text-align: justify;">Bilirubin: mungkin meningkat pada polisitemia</li> <li style="text-align: justify;">Urinalis : mengkaji homeostasis</li> <li style="text-align: justify;">Jumlah trombosit: trombositopenia mungkin meyertai sepsis</li> <li style="text-align: justify;">EKG, EEG, USG, angiografik: defek kongenital atau komplikasi</li> <li style="text-align: justify;">Diagnosa Keperawatan</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Diagnosa Keperawatan BBLR</b></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Diagnosa yang bisa ditegakkan oleh seorang perawat pada bayi dengan BBLR yaitu:</div> <ol> <li style="text-align: justify;">Pola nafas tidak efektif yang berafiliasi dengan imaturitas pusat pernapasan, keterbatasan perkembangan otot penurunan otot atau kelemahan, dan ketidakseimbangan metabolik</li> <li style="text-align: justify;">Resiko termoregulasi inefektif yang berafiliasi dengan SSP imatur (pusat regulasi residu, penurunan massa tubuh terhadap area permukaan, penurunan lemak sebkutan, ketidakmampuan mencicipi cuek dan berkeringat, cadangan metabolik buruk)</li> <li style="text-align: justify;">Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan yang berafiliasi dengan penurunan simpanan nutrisi, imaturitas produksi enzim, otot abdominal lemah, dan refleks lemah.</li> <li style="text-align: justify;">Resiko bisul yang berafiliasi dengan pertahanan imunologis yang tidak efektif</li> <li style="text-align: justify;">Resiko kekurangan volume cairan yang berafiliasi dengan usia dan berat ekstrem, kehilangan cairan hiperbola (kulit tipis), kurang lapisan lemak, ginjal imatur/ kegagalan mengonsentrasikan urine.</li> <li style="text-align: justify;">Resiko cedera akhir bervariasinya fatwa darah otak, hipertensi atau hipotensi sistemik, dan berkurangnya nutrient seluler (glukosa dan oksigen) yang berafiliasi dengan system sraf sentral dan respons stress fisiologis imatur.</li> <li style="text-align: justify;">Nyeri yang berafiliasi dengan prosedur, diagnosis dan tindakan.</li> <li style="text-align: justify;">Resiko gangguan pertumbuhan dan perkembangan yang berafiliasi dengan kelahiran premature, lingkungan NICU tidak alamiah, perpisahan dengan orang tua.</li> <li style="text-align: justify;">Resiko gangguan integritas kulit yang berafiliasi dengan imobilitas, kelembaban kulit.</li> <li style="text-align: justify;">Kecemasan orang renta berafiliasi dengan kondisi penyakit bayinya ditandai dengan orang renta klien tampak cemas dan khawatir malihat kondisi bayinya, dan berharap semoga bayinya cepat sembuh.</li> </ol> <br /> <div style="text-align: justify;"> <b>Intervensi Keperawatan BBLR</b></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Diagnosa. 1. </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Pola nafas tidak efektif yang berafiliasi dengan imaturitas pusat pernapasan, keterbatasan perkembangan otot penurunan otot atau kelemahan, dan ketidakseimbangan metabolik</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Tujuan : setelah dilakukan tindakan, teladan napas kembali efektif</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Kriteria hasil:</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Neonatus akan mempertahankan teladan pernapasan periodik</li> <li style="text-align: justify;">Membran mukosa merah muda</li> </ul> <table border="1" cellpadding="0" cellspacing="0" class="MsoNormalTable" style="border-collapse: collapse; margin-left: 12.5pt; text-align: justify;"> <tbody> <tr> <td style="border: solid windowtext 1.0pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 218.55pt;" valign="top" width="291"><div class="MsoNormal"> <span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Intervensi<o:p></o:p></span></div> </td> <td style="border-left: none; border: solid windowtext 1.0pt; mso-border-left-alt: solid windowtext 1.0pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 220.9pt;" valign="top" width="295"><div class="MsoNormal"> <span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Rasional<o:p></o:p></span></div> </td> </tr> <tr> <td style="border-top: none; border: solid windowtext 1.0pt; mso-border-top-alt: solid windowtext 1.0pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 218.55pt;" valign="top" width="291"><div class="MsoNormal"> <span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Mandiri:<o:p></o:p></span></div> <div class="MsoNormal"> <span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Ø  Kaji frekwensi dan teladan pernapasan, perhatikan adanya apnea dan perubahan frekwensi jantung<o:p></o:p></span></div> <div class="MsoNormal"> <span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Ø  Isap jalan napas sesuai kebutuhan<o:p></o:p></span></div> <div class="MsoNormal"> <span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Ø  Posisikanm bayi pada abdomen atau posisi telentang dengan gulungan popok dibawah pundak untuk menghasilkan hiperekstensi<o:p></o:p></span></div> <div class="MsoNormal"> <span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Ø  Tinjau ulang riwayat ibu terhadap obat-obatan yang akan memperberat depresi pernapasan pada bayi  <o:p></o:p></span></div> <div class="MsoNormal"> <span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Kolaborasi :<o:p></o:p></span></div> <div class="MsoNormal"> <span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Ø  Pantau investigasi laboratorium sesuai indikasi<o:p></o:p></span></div> <div class="MsoNormal"> <span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Ø  Berikan oksigen sesuai indikasi<o:p></o:p></span></div> <div class="MsoNormal"> <span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Ø  Berikan obat-obatan yang sesuai indikasi<o:p></o:p></span></div> </td> <td style="border-bottom: solid windowtext 1.0pt; border-left: none; border-right: solid windowtext 1.0pt; border-top: none; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 220.9pt;" valign="top" width="295"><div class="MsoNormal"> <span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Ø  Membantu dalam membedakan periode perputaran pernapasan normal dari serangan apnetik sejati, terutama sering terjadi pad gestasi ahad ke-30<o:p></o:p></span></div> <div class="MsoNormal"> <span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Ø  Menghilangkan mukus yang neyumbat jalan napas<o:p></o:p></span></div> <div class="MsoNormal"> <span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Ø  Posisi ini memudahkan pernapasan dan menurunkan episode apnea, khususnya bila ditemukan adanya hipoksia, asidosis metabolik atau hiperkapnea<o:p></o:p></span></div> <div class="MsoNormal"> <span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Ø  Magnesium sulfat dan narkotik menekan pusat pernapasan dan aktifitas SSP<o:p></o:p></span></div> <div class="MsoNormal"> <span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Ø  Hipoksia, asidosis netabolik, hiperkapnea, hipoglikemia, hipokalsemia dan sepsis memperberat serangan apnetik<o:p></o:p></span></div> <div class="MsoNormal"> <span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Ø  Perbaikan kadar oksigen dan karbondioksida sanggup meningkatkan funsi pernapasan<o:p></o:p></span></div> </td> </tr> </tbody></table> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Diagnosa. 2</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Resiko termoregulasi inefektif yang berafiliasi dengan SSP imatur (pusat regulasi residu, penurunan massa tubuh terhadap area permukaan, penurunan lemak sebkutan, ketidakmampuan mencicipi cuek dan berkeringat, cadangan metabolik buruk).</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Tujuan : termoregulasi menjadi efektif sesuai dengan perkembangan</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Kriteria hasil :</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Mempertahankan suhu kulit atau aksila (35 – 37,50C)</li> </ul> <table border="1" cellpadding="0" cellspacing="0" class="MsoNormalTable" style="border-collapse: collapse; margin-left: 12.5pt; text-align: justify;"> <tbody> <tr> <td style="border: solid windowtext 1.0pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 219.7pt;" valign="top" width="293"><div class="MsoNormal"> <span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Intervensi<o:p></o:p></span></div> </td> <td style="border-left: none; border: solid windowtext 1.0pt; mso-border-left-alt: solid windowtext 1.0pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 219.75pt;" valign="top" width="293"><div class="MsoNormal"> <span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Rasional<o:p></o:p></span></div> </td> </tr> <tr> <td style="border-top: none; border: solid windowtext 1.0pt; mso-border-top-alt: solid windowtext 1.0pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 219.7pt;" valign="top" width="293"><div class="MsoNormal"> <span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Mandiri :<o:p></o:p></span></div> <div class="MsoNormal"> <span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Ø Kaji suhu dengan menilik suhu rektal pada awalnya, selanjutnya periksa suhu aksila atau gunakan alat termostat dengan dasar terbuka dan penyebar hangat.<o:p></o:p></span></div> <div class="MsoNormal"> <span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Ø tempatkan bayi pada inkubator atau dalam keadaan hangat<o:p></o:p></span></div> <div class="MsoNormal"> <span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Ø pantau sistem pengatur suhu , penyebar hangat (pertahankan batas atas pada 98,6°F, bergantung pada ukuran dan usia bayi)<o:p></o:p></span></div> <div class="MsoNormal"> <span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Ø kaji haluaran dan berat jenis urine<o:p></o:p></span></div> <div class="MsoNormal"> <span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Ø pantau penambahan berat tubuh berturut-turut. Bila penambahan berat tubuh tidak adekuat, tingkatkan suhu lingkungan sesuai indikasi. <o:p></o:p></span></div> <div class="MsoNormal"> <span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Ø Perhatikan perkembangan takikardia, warna kemerahan, diaforesis, letargi, apnea atau aktifitas kejang.<o:p></o:p></span></div> <div class="MsoNormal"> <br /></div> <div class="MsoNormal"> <br /></div> <div class="MsoNormal"> <br /></div> <div class="MsoNormal"> <br /></div> <div class="MsoNormal"> <br /></div> <div class="MsoNormal"> <br /></div> <div class="MsoNormal"> <br /></div> <div class="MsoNormal"> <br /></div> <div class="MsoNormal"> <br /></div> <div class="MsoNormal"> <br /></div> <div class="MsoNormal"> <span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Kolaborasi :<o:p></o:p></span></div> <div class="MsoNormal"> <span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Ø pantau investigasi laboratorium sesuai indikasi (GDA, glukosa serum, elektrolit dan kadar bilirubin)<o:p></o:p></span></div> <div class="MsoNormal"> <span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Ø berikan obat-obat sesuai dengan indikasi<o:p></o:p></span></div> <div class="MsoNormal"> <span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">·         fenobarbital<o:p></o:p></span></div> </td> <td style="border-bottom: solid windowtext 1.0pt; border-left: none; border-right: solid windowtext 1.0pt; border-top: none; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 219.75pt;" valign="top" width="293"><div class="MsoNormal"> <span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Ø  Hipotermia membuat bayi cenderung merasa stres lantaran dingin, penggunaan simpanan lemak tidak sanggup diperbaruai bila ada dan penurunan sensivitas  untuk meningkatkan kadar CO2 atau penurunan kadar O2.<o:p></o:p></span></div> <div class="MsoNormal"> <span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Ø  Mempertahankan lingkungan termonetral, membantu mencegah stres lantaran dingin<o:p></o:p></span></div> <div class="MsoNormal"> <span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Ø   Hipertermi dengan peningkatan laju metabolisme kebutuhan oksigen dan glukosa serta kehilangan air sanggup terjadi bila suhu lingkungan terlalu tinggi.<o:p></o:p></span></div> <div class="MsoNormal"> <span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Ø  Penurunan keluaran dan peningkatan berat jenis urine dihubungkan dengan penurunan perfusi ginjal selama periode stres lantaran rasa dingin<o:p></o:p></span></div> <div class="MsoNormal"> <span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Ø  Ketidakadekuatan  penambahan berat tubuh meskipun masukan kalori adekuat sanggup membuktikan bahwa kalori digunakan untuk mempertahankan suhu lingkungan tubuh, sehingga memerlukan peningkatan suhu lingkungan.<o:p></o:p></span></div> <div class="MsoNormal"> <span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Ø  Tanda-tanda hip[ertermi ini sanggup berlanjut pada kerusakan otak bila tidak teratasi.<o:p></o:p></span></div> <div class="MsoNormal"> <span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Ø  Stres cuek meningkatkan kebutuhan terhadap glukosa dan oksigen serta sanggup menimbulkan problem asam basa bila bayi mengalami metabolisme anaerobik bila kadar oksigen yang cukup tidak tersedia. Peningkjatan kadar bilirubin indirek sanggup terjadi lantaran pelepasan asam lemak dari meta bolisme lemak coklat dengan asam lemak bersaing dengan bilirubin pada pada pecahan ikatan di albumin.<o:p></o:p></span></div> <div class="MsoNormal"> <span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Ø  Membantu mencegah kejang berkenaan dengan perubahan fungsi SSP yang disebabkan hipertermi<o:p></o:p></span></div> <div class="MsoNormal"> <span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Ø  Memperbaiki asidosis yang sanggup terjadi pada hiportemia dan hipertermia<o:p></o:p></span></div> </td> </tr> </tbody></table> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Diagnosa. 3</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan yang berafiliasi dengan penurunan simpanan nutrisi, imaturitas produksi enzim, otot abdominal lemah, dan refleks lemah.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Tujuan : nutrisi terpenuhi sesuai kebutuhan</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Kriteria hasil :</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Bayi menerima kalori dan nutrien esensial yang adekuat</li> <li style="text-align: justify;">Mempertahankan pertumbuhan dan peningkatan berat badan  dalam kurva normal dengan penambahan berat tubuh tetap, sedikitnya 20-30 gram/hari.</li> </ul> <table border="1" cellpadding="0" cellspacing="0" class="MsoNormalTable" style="border-collapse: collapse; margin-left: 12.5pt; text-align: justify;"> <tbody> <tr> <td style="border: solid windowtext 1.0pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 219.7pt;" valign="top" width="293"><div class="MsoNormal"> <span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Intervensi<o:p></o:p></span></div> </td> <td style="border-left: none; border: solid windowtext 1.0pt; mso-border-left-alt: solid windowtext 1.0pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 219.75pt;" valign="top" width="293"><div class="MsoNormal"> <span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Rasional<o:p></o:p></span></div> </td> </tr> <tr> <td style="border-top: none; border: solid windowtext 1.0pt; mso-border-top-alt: solid windowtext 1.0pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 219.7pt;" valign="top" width="293"><div class="MsoNormal"> <span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Mandiri :<o:p></o:p></span></div> <div class="MsoNormal"> <span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Ø Kaji maturitas refleks berkenaan dengan sumbangan makan (misalnya : mengisap, menelan, dan batuk)<o:p></o:p></span></div> <div class="MsoNormal"> <span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Ø Auskultasi adanya bising usus, kaji status fisik dan statuys pernapasan<o:p></o:p></span></div> <div class="MsoNormal"> <span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Ø Kaji berat tubuh dengan menimbang berat tubuh setiap hari, kemudian dokumentasikan pada grafik pertumbuhan bayi<o:p></o:p></span></div> <div class="MsoNormal"> <span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Ø Pantau masuka dan dan pengeluaran. Hitung konsumsi kalori dan elektrolit setiap hari<o:p></o:p></span></div> <div class="MsoNormal"> <span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Ø Kaji tingkat hidrasi, perhatikan fontanel, turgor kulit, berat jenis urine, kondisi membran mukosa, fruktuasi berat badan.<o:p></o:p></span></div> <div class="MsoNormal"> <span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Ø Kaji gejala hipoglikemia; takipnea dan pernapasan tidak teratur, apnea, letargi, fruktuasi suhu, dan diaphoresis. Pemberian makan buruk, gugup, menangis, nada tinggi, gemetar, mata terbalik, dan aktifitas kejang.<o:p></o:p></span></div> <div class="MsoNormal"> <br /></div> <div class="MsoNormal"> <span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Kolaborasi :<o:p></o:p></span></div> <div class="MsoNormal"> <span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Ø Pantau investigasi laboratorium sesuai indikasi<o:p></o:p></span></div> <div class="MsoNormal"> <span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">·         Glukas serum<o:p></o:p></span></div> <div class="MsoNormal"> <span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">·         Nitrogen urea darah, kreatin, osmolalitas serum/urine, elektrolit urine<o:p></o:p></span></div> <div class="MsoNormal"> <span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Ø Berikan perhiasan elektrolit sesuai indikasi contohnya kalsium glukonat 10%<o:p></o:p></span></div> </td> <td style="border-bottom: solid windowtext 1.0pt; border-left: none; border-right: solid windowtext 1.0pt; border-top: none; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 219.75pt;" valign="top" width="293"><div class="MsoNormal"> <span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Ø  Menentukan metode sumbangan makan yang tepat untuk bayi<o:p></o:p></span></div> <div class="MsoNormal"> <span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Ø  Pemberian makan pertama bayi stabil mempunyai peristaltik sanggup dimulai 6-12 jam setelah kelahiran. Bila distres pernapasan ada  cairan parenteral di indikasikan dan cairan peroral harus ditunda<o:p></o:p></span></div> <div class="MsoNormal"> <span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Ø  Mengidentifikasikan adanya resiko derajat dan resiko terhadap teladan pertumbuhan. Bayi SGA dengan kelebihan cairan ekstrasel kemungkinan kehilangan 15% BB lahir. Bayi SGA mungkin telah mengalami penurunan berat tubuh dealam uterus atau mengalami penurunan simpanan lemak/glikogen.<o:p></o:p></span></div> <div class="MsoNormal"> <span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Ø  Memberikan informasi wacana masukan faktual dalam hubungannya dengan asumsi kebutuhan untuk digunakan dalam penyesuaian diet.<o:p></o:p></span></div> <div class="MsoNormal"> <span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Ø  Peningkatan kebutuhan metabolik dari bayi SGA sanggup meningkatkan kebutuhan cairan. Keadaan bayi hiperglikemia sanggup menimbulkan diuresi pada bayi. Pemberian cairan intravena mungkin diharapkan untuk memenuhi peningkatan kebutuhan, tetapi harus dengan hati-hati ditangani untuk menghindari kelebihan cairan<o:p></o:p></span></div> <div class="MsoNormal"> <span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Ø  Karena glukosa yaitu sumber utama dari materi bakar untuk otak, kekurangan sanggup mengakibatkan kerusakan SSP permanen.hipoglikemia secara bermakna meningkatkan mobilitas mortalitas serta imbas berat yang usang bergantung pada durasi masing-masing episode.<o:p></o:p></span></div> <div class="MsoNormal"> <span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Kolaborasi :<o:p></o:p></span></div> <div class="MsoNormal"> <span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Ø Hipoglikemia sanggup terjadi pada awal 3 jam lahir bayi SGA dikala cadangan glikogen dengan cepat berkurang dan glukoneogenesis tidak adekuat lantaran penurunan simpanan protein obat dan lemak.<o:p></o:p></span></div> <div class="MsoNormal"> <span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Ø Mendeteksi perubahan fungsi ginjal berafiliasi dengan penurunan simpanan nutrien dan kadar cairan akibat  malnutrisi.<o:p></o:p></span></div> <div class="MsoNormal"> <span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Ø Ketidakstabilan metabolik pada bayi SGA/LGA sanggup memerlukan perhiasan untuk mempertashankan homeostasis.<o:p></o:p></span></div> </td> </tr> </tbody></table> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Diagnosa. 4</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Resiko bisul yang berafiliasi dengan pertahanan imunologis yang tidak efektif</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Tujuan : pasien tidak memperlihatkan adanya tanda infeksi</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Kriteri hasil :</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Suhu 36C</li> <li style="text-align: justify;">Tidak ada gejala infeksi</li> <li style="text-align: justify;">Leukosit 5.000 – 10.000</li> </ul> <table border="1" cellpadding="0" cellspacing="0" class="MsoNormalTable" style="border-collapse: collapse; margin-left: 12.5pt; text-align: justify;"> <tbody> <tr> <td style="border: solid windowtext 1.0pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 218.55pt;" valign="top" width="291"><div class="MsoNormal"> <span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Intervensi<o:p></o:p></span></div> </td> <td style="border-left: none; border: solid windowtext 1.0pt; mso-border-left-alt: solid windowtext 1.0pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 220.9pt;" valign="top" width="295"><div class="MsoNormal"> <span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Rasional<o:p></o:p></span></div> </td> </tr> <tr> <td style="border-top: none; border: solid windowtext 1.0pt; mso-border-top-alt: solid windowtext 1.0pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 218.55pt;" valign="top" width="291"><div class="MsoNormal"> <span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Mandiri :<o:p></o:p></span></div> <div class="MsoNormal"> <span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Ø  Kaji adanya tanda – tanda infeksi<o:p></o:p></span></div> <div class="MsoNormal"> <span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Ø  Lakukan isolasi bayi lain yang menderita bisul sesuai kebijakan insitusi<o:p></o:p></span></div> <div class="MsoNormal"> <span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Ø  Sebelum dan setelah menangani bayi, lakukan pembersihan tangan<o:p></o:p></span></div> <div class="MsoNormal"> <span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Ø  Yakinkan semua peralatan yang kontak dengan bayi higienis dan steril<o:p></o:p></span></div> <div class="MsoNormal"> <span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Ø  Cegah personal yang mengalami bisul menular untuk tidak kontak pribadi dengan bayi.<o:p></o:p></span></div> </td> <td style="border-bottom: solid windowtext 1.0pt; border-left: none; border-right: solid windowtext 1.0pt; border-top: none; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 220.9pt;" valign="top" width="295"><div class="MsoNormal"> <span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Ø  Untuk mengetahui lebih dini adanya gejala terjadinya infeksi<o:p></o:p></span></div> <div class="MsoNormal"> <span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Ø  Tindakan yang dilakukan untuk meminimalkan terjadinya infeksi  yang lebih luas<o:p></o:p></span></div> <div class="MsoNormal"> <span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Ø  Untuk mencegah terjadinya infeksi<o:p></o:p></span></div> <div class="MsoNormal"> <span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Ø  Untuk mencegah terjadinya infeksi<o:p></o:p></span></div> <div class="MsoNormal"> <span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Ø  Untuk mencegah terjadinya bisul yang berlanjut pada bayi<o:p></o:p></span></div> </td> </tr> </tbody></table> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Diagnosa. 5</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Resiko kekurangan volume cairan yang berafiliasi dengan usia dan berat ekstrem, kehilangan cairan hiperbola (kulit tipis), kurang lapisan lemak, ginjal imatur/ kegagalan mengonsentrasikan urine.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Tujuan : cairan terpenuhi</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Kriteria hasil :</div> <ul> <li style="text-align: justify;">bebas dari tanda dehidrasi.</li> <li style="text-align: justify;">Menunjukkan penambahan berat tubuh 20-30 gram/hari.</li> </ul> <table border="1" cellpadding="0" cellspacing="0" class="MsoNormalTable" style="border-collapse: collapse; margin-left: 12.5pt; text-align: justify;"> <tbody> <tr> <td style="border: solid windowtext 1.0pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 219.7pt;" valign="top" width="293"><div class="MsoNormal"> <span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Intervensi<o:p></o:p></span></div> </td> <td style="border-left: none; border: solid windowtext 1.0pt; mso-border-left-alt: solid windowtext 1.0pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 219.75pt;" valign="top" width="293"><div class="MsoNormal"> <span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Rasional<o:p></o:p></span></div> </td> </tr> <tr> <td style="border-top: none; border: solid windowtext 1.0pt; mso-border-top-alt: solid windowtext 1.0pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 219.7pt;" valign="top" width="293"><div class="MsoNormal"> <span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Mandiri :<o:p></o:p></span></div> <div class="MsoNormal"> <span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Ø Bandingkan masukan dan pengeluaran urine setiap shift dan keseimbangan kumulatif setiap periodik 24 jam<o:p></o:p></span></div> <div class="MsoNormal"> <span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Ø Pantau berat jenis urine setiap selesai berkemih atau setiap 2-4 jam dengan menginspirasi urine dari popok bayi bila bayi tidak tahan dengan kantong penampung urine.<o:p></o:p></span></div> <div class="MsoNormal"> <span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Ø Evaluasi turgor kulit, membran mukosa, dan keadaan fontanel anterior.<o:p></o:p></span></div> <div class="MsoNormal"> <span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Ø Pantau tekanan darah, nadi, dan tekanan arterial rata-rata (TAR)<o:p></o:p></span></div> <div class="MsoNormal"> <span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Kolaborasi :<o:p></o:p></span></div> <div class="MsoNormal"> <span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Ø  Pantau investigasi laboratorium sesuai dengan indikasi Ht<o:p></o:p></span></div> <div class="MsoNormal"> <span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Ø  Berikan infus parenteral dalam jumlah lebih besar dari 180 ml/kg, khususnya pada PDA, displasia bronkopulmonal (BPD), atau entero coltis nekrotisan (NEC)<o:p></o:p></span></div> <div class="MsoNormal"> <span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Ø  Berikan tranfusi darah.<o:p></o:p></span></div> </td> <td style="border-bottom: solid windowtext 1.0pt; border-left: none; border-right: solid windowtext 1.0pt; border-top: none; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 219.75pt;" valign="top" width="293"><div class="MsoNormal"> <span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Ø Pengeluaran harus 1-3 ml/kg/jam, sementara kebutuhan terapi cairan kira-kira 80-100 ml/kg/hari pada hari pertama, meningkat hingga 120-140 ml/kg/hari pada hari ketiga postpartum. Pengambilan darah untuk tes mengakibatkan penurunan kadar Hb/Ht.<o:p></o:p></span></div> <div class="MsoNormal"> <span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Ø Meskipun imaturitas ginjal dan ketidaknyamanan untuk mengonsentrasikan urine biasanya menimbulkan berat jenis yang rendah pada bayi preterm ( rentang normal1,006-1,013). Kadar yang rendah membuktikan volume cairan hiperbola dan kadar lebih besar dari 1,013 membuktikan ketidakmampuan masukan cairan dan dehidrasi.<o:p></o:p></span></div> <div class="MsoNormal"> <span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Ø Kehialangan atau perpindahan cairan yang minimal sanggup dengan cepat menimbulkan dehidrasi, terlihat oleh turgor kulit yang buruk, membran mukosa kering, dan fontanel cekung.<o:p></o:p></span></div> <div class="MsoNormal"> <span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Ø Kehilangan 25% volume darah mengakibatakan trauma dengan TAR < 25 mmHg membuktikan hipotensi.<o:p></o:p></span></div> <div class="MsoNormal"> <span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Ø Dehidrasi meningkatkan kadar Ht diatas normal 45-53% kalium serum<o:p></o:p></span></div> <div class="MsoNormal"> <span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Ø Hipoglikemia sanggup terjadi lantaran kehilangan melalui selang nasogastrik diare atau muntah.<o:p></o:p></span></div> <div class="MsoNormal"> <span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Ø Penggantian cairan darah menambah volume darah, membantu mengenbalikan vasokonstriksi akhir dengan hipoksia, asidosis, dan pirau kanan ke kiri melalui PDA dan telah membantu dalam penurunan komplikasi enterokolitis nekrotisan dan displasia bronkopulmonal.<o:p></o:p></span></div> <div class="MsoNormal"> <span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Ø Mungkin perlu untuk mempertahankan kadar Ht/Hb optimal dan menggantikan kehilangan darah.<o:p></o:p></span></div> </td> </tr> </tbody></table> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Diagnosa. 6</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Resiko cedera akhir bervariasinya fatwa darah otak, hipertensi atau hipotensi sistemik, dan berkurangnya nutrient seluler (glukosa dan oksigen) yang berafiliasi dengan system sraf sentral dan respons stress fisiologis imatur.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Tujuan : pasien mendapatkan asuhan untuk mencegah cedera dan memeprtahankan fatwa darah sistemik dan otak memadai, glukosa dan oksigen otak adekuat; tidak memperlihatkan adanya perdarahan intaventrikular.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Kriteria hasil:</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Pasien tidak memperlihatkan tanda peningkatan tekanan intrakranial atau perdarahan intraventrikel.</li> </ul> <table border="1" cellpadding="0" cellspacing="0" class="MsoNormalTable" style="border-collapse: collapse; margin-left: 12.5pt; text-align: justify;"> <tbody> <tr> <td style="border: solid windowtext 1.0pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 218.55pt;" valign="top" width="291"><div class="MsoNormal"> <span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Intervensi<o:p></o:p></span></div> </td> <td style="border-left: none; border: solid windowtext 1.0pt; mso-border-left-alt: solid windowtext 1.0pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 220.9pt;" valign="top" width="295"><div class="MsoNormal"> <span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Rasional<o:p></o:p></span></div> </td> </tr> <tr> <td style="border-top: none; border: solid windowtext 1.0pt; mso-border-top-alt: solid windowtext 1.0pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 218.55pt;" valign="top" width="291"><div class="MsoNormal"> <span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Ø  Kurangi rangsangan lingkungan<o:p></o:p></span></div> <div class="MsoNormal"> <span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Ø  Organisasikan asuhan selama jamsibuk normal sebanyak mungkin<o:p></o:p></span></div> <div class="MsoNormal"> <span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Ø  Tutup dan buka kelambu dan lampu tidur<o:p></o:p></span></div> <div class="MsoNormal"> <span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Ø  Tutup inkubator dengan kain dan pasang tanda “jangan diganggu”<o:p></o:p></span></div> <div class="MsoNormal"> <span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Ø  Kaji dan tangani nyeri menggunakan metode farmakologis dan non-farmakologis<o:p></o:p></span></div> <div class="MsoNormal"> <span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Ø  Kenali tanda stres fisik dan stimulasi berlebih<o:p></o:p></span></div> <div class="MsoNormal"> <span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Ø  Hindari obat dan larutan hipertonis<o:p></o:p></span></div> <div class="MsoNormal"> <span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Ø  Pertahankan oksigenasi yang adekuat<o:p></o:p></span></div> <div class="MsoNormal"> <span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Ø  Hindari memutar kepala ke samping tiba-tiba<o:p></o:p></span></div> </td> <td style="border-bottom: solid windowtext 1.0pt; border-left: none; border-right: solid windowtext 1.0pt; border-top: none; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 220.9pt;" valign="top" width="295"><div class="MsoNormal"> <span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Ø  Respons stres, terutama peningkatan tekanan darah, sanggup miningkatkan resiko peningkatan TIK<o:p></o:p></span></div> <div class="MsoNormal"> <span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Ø  Untuk meminimalkan gangguan tidur dan kebisingan intermiten yang sering<o:p></o:p></span></div> <div class="MsoNormal"> <span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Ø  Untuk memungkinkan aktivitas siang dan malam<o:p></o:p></span></div> <div class="MsoNormal"> <span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Ø  Untuk mengurangi cahaya dan tidak membangunkan periode istirahat bayi<o:p></o:p></span></div> <div class="MsoNormal"> <span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Ø  Nyeri meningkatkan tekanan darah<o:p></o:p></span></div> <div class="MsoNormal"> <span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Ø  Untuk segera memberi intervensi yang memadai<o:p></o:p></span></div> <div class="MsoNormal"> <span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Ø  Akan meningkatkan tekanan darah otak<o:p></o:p></span></div> <div class="MsoNormal"> <span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Ø  Hipoksia akan meningkatkan fatwa darah otak tekanan intrakranial<o:p></o:p></span></div> <div class="MsoNormal"> <span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Ø  Akan mengurangi fatwa arteri karotis dan oksigenasi ke otak<o:p></o:p></span></div> </td> </tr> </tbody></table> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Diagnosa 7</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Nyeri yang berafiliasi dengan prosedur, diagnosis dan tindakan.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Tujuan: pasien tidak memperlihatkan adanya nyeri yang dirasakan</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Kriteria hasil :</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Pasien tidak merintih/menangis kesakitan</li> <li style="text-align: justify;">Pasien tidak memperlihatkan tanda nyeri atau tanda nyeri yang minimal</li> </ul> <table border="1" cellpadding="0" cellspacing="0" class="MsoNormalTable" style="border-collapse: collapse; margin-left: 12.5pt; text-align: justify;"> <tbody> <tr> <td style="border: solid windowtext 1.0pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 218.55pt;" valign="top" width="291"><div class="MsoNormal"> <span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Intervensi<o:p></o:p></span></div> </td> <td style="border-left: none; border: solid windowtext 1.0pt; mso-border-left-alt: solid windowtext 1.0pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 220.9pt;" valign="top" width="295"><div class="MsoNormal"> <span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Rasional<o:p></o:p></span></div> </td> </tr> <tr> <td style="border-top: none; border: solid windowtext 1.0pt; mso-border-top-alt: solid windowtext 1.0pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 218.55pt;" valign="top" width="291"><div class="MsoNormal"> <span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Ø  Kaji keefektifan upaya kontrol nyeri non farmakologis<o:p></o:p></span></div> <div class="MsoNormal"> <span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Ø  Dorong orang renta untuk memperlihatkan upaya kenyamanan bila mungkin<o:p></o:p></span></div> <div class="MsoNormal"> <span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Ø  Tunjukkan sikap sensitif dan kasih sayang pada bayi<o:p></o:p></span></div> </td> <td style="border-bottom: solid windowtext 1.0pt; border-left: none; border-right: solid windowtext 1.0pt; border-top: none; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 220.9pt;" valign="top" width="295"><div class="MsoNormal"> <span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Ø  Beberapa upaya (misalnya menggosok) sanggup meningkatkan distres bayi prematur<o:p></o:p></span></div> <div class="MsoNormal"> <span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Ø  Sebagai orang renta bayi, kenyamanan lebih efektif diberikan pribadi oleh orang renta kepada bayinya<o:p></o:p></span></div> <div class="MsoNormal"> <span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Ø  Seorang bayi sangat membutuhkan kasih sayang, khususnya dari orang tua<o:p></o:p></span></div> </td> </tr> </tbody></table> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Diagnosa. 8</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Resiko gangguan pertumbuhan dan perkembangan yang berafiliasi dengan kelahiran premature, lingkungan NICU tidak alamiah, perpisahan dengan orang tua.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <table border="1" cellpadding="0" cellspacing="0" class="MsoNormalTable" style="border-collapse: collapse; margin-left: 12.5pt; text-align: justify;"> <tbody> <tr> <td style="border: solid windowtext 1.0pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 218.55pt;" valign="top" width="291"><div class="MsoNormal"> <span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Intervensi<o:p></o:p></span></div> </td> <td style="border-left: none; border: solid windowtext 1.0pt; mso-border-left-alt: solid windowtext 1.0pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 220.9pt;" valign="top" width="295"><div class="MsoNormal"> <span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Rasional<o:p></o:p></span></div> </td> </tr> <tr> <td style="border-top: none; border: solid windowtext 1.0pt; mso-border-top-alt: solid windowtext 1.0pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 218.55pt;" valign="top" width="291"><div class="MsoNormal"> <span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Ø  Berikan nutrisi yang maksimal<o:p></o:p></span></div> <div class="MsoNormal"> <span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Ø  Berikan periode istrahat yang teratur tanpa gangguan<o:p></o:p></span></div> <div class="MsoNormal"> <span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Ø  Kenali tanda stimulus yang hiperbola (terkejut, menguap, aversi aktif, menangis)<o:p></o:p></span></div> <div class="MsoNormal"> <span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Ø  Tingkatkan interaksi orang tua-bayi<o:p></o:p></span></div> </td> <td style="border-bottom: solid windowtext 1.0pt; border-left: none; border-right: solid windowtext 1.0pt; border-top: none; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 220.9pt;" valign="top" width="295"><div class="MsoNormal"> <span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Ø  Untuk menjamin penambahan berat tubuh dan pertunbuhan otak yang tetap<o:p></o:p></span></div> <div class="MsoNormal"> <span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Ø  Untuk mengurangi panggunaan O2 dan kalori yang tidak perlu<o:p></o:p></span></div> <div class="MsoNormal"> <span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Ø  Untuk membiarkan istirahat bayi denagn tenang<o:p></o:p></span></div> <div class="MsoNormal"> <span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Ø  Sangat penting untuk pertumbuhan dan perkembangan normal<o:p></o:p></span></div> </td> </tr> </tbody></table> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Diagnosa. 9</div> <div style="text-align: justify;"> Resiko gangguan integritas kulit yang berafiliasi dengan imobilitas, kelembaban kulit.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Tujuan: bayi mempertahanmkan integritas kulit</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Kriteria hasil:</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Kulit tetap higienis dan utuh</li> <li style="text-align: justify;">Tidak terlihat adanya gejala terjedinya iritasi</li> </ul> <table border="1" cellpadding="0" cellspacing="0" class="MsoNormalTable" style="border-collapse: collapse; margin-left: 12.5pt; text-align: justify;"> <tbody> <tr> <td style="border: solid windowtext 1.0pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 218.55pt;" valign="top" width="291"><div class="MsoNormal"> <span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Intervensi<o:p></o:p></span></div> </td> <td style="border-left: none; border: solid windowtext 1.0pt; mso-border-left-alt: solid windowtext 1.0pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 220.9pt;" valign="top" width="295"><div class="MsoNormal"> <span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Rasional<o:p></o:p></span></div> </td> </tr> <tr> <td style="border-top: none; border: solid windowtext 1.0pt; mso-border-top-alt: solid windowtext 1.0pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 218.55pt;" valign="top" width="291"><div class="MsoNormal"> <span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Ø  Observasi tekstur dan warna kulit.<o:p></o:p></span></div> <div class="MsoNormal"> <span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Ø  Jaga kebersihan kulit bayi.<o:p></o:p></span></div> <div class="MsoNormal"> <span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Ø  Ganti pakaian setiap basah.<o:p></o:p></span></div> <div class="MsoNormal"> <span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Ø  Jaga kebersihan tempat tidur.<o:p></o:p></span></div> <div class="MsoNormal"> <span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Ø  Lakukan mobilisasi tiap 2 jam.<o:p></o:p></span></div> </td> <td style="border-bottom: solid windowtext 1.0pt; border-left: none; border-right: solid windowtext 1.0pt; border-top: none; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 220.9pt;" valign="top" width="295"><div class="MsoNormal"> <span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Ø  Untuk mengetahui adanya kelainan pada kulit secara dini<o:p></o:p></span></div> <div class="MsoNormal"> <span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Ø  Meminimalkan kontak kulit bayi dengan zat-zat yang sanggup merusak kulit pada bayi<o:p></o:p></span></div> <div class="MsoNormal"> <span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Ø  Untuk meminimalisir terjadinya iritasi pada kulit bayi<o:p></o:p></span></div> <div class="MsoNormal"> <span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Ø  Untuk mencegah kerusakan kulit pada bayi<o:p></o:p></span></div> </td> </tr> </tbody></table> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Diagnoas. 10</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Kecemasan orang renta berafiliasi dengan kondisi penyakit bayinya ditandai dengan orang renta klien tampak cemas dan khawatir malihat kondisi bayinya, dan berharap semoga bayinya cepat sembuh.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Tujuan: keluarga menerima informasi wacana kemajuan kondisi bayinya</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Kriteria hasil:</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Orang tua/ keluarga mengekpresikan perasaan dan keprihatinan mengenai bayi dan prognosis serta memperlihatkan pemahaman dan kjeterlibatan dalan asuhan</li> </ul> <table border="1" cellpadding="0" cellspacing="0" class="MsoNormalTable" style="border-collapse: collapse; margin-left: 12.5pt; text-align: justify;"> <tbody> <tr> <td style="border: solid windowtext 1.0pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 219.7pt;" valign="top" width="293"><div class="MsoNormal"> <span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Intervensi<o:p></o:p></span></div> </td> <td style="border-left: none; border: solid windowtext 1.0pt; mso-border-left-alt: solid windowtext 1.0pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 229.9pt;" valign="top" width="307"><div class="MsoNormal"> <span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Rasional<o:p></o:p></span></div> </td> </tr> <tr> <td style="border-top: none; border: solid windowtext 1.0pt; mso-border-top-alt: solid windowtext 1.0pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 219.7pt;" valign="top" width="293"><div class="MsoNormal"> <span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Ø  Kaji tingkat pemahaman klien berikan instruksi /informasi pada klien maupun keluarga wacana penyakitnya, baik tertulis atau lisan.<o:p></o:p></span></div> <div class="MsoNormal"> <span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Ø  Jelaskan proses penyakit individu. Dorong orang terdekat menanyakan pertanyaan<o:p></o:p></span></div> <div class="MsoNormal"> <span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Ø  Jelaskan wacana takaran obat, frekwensi, tujuan pengobatan dan alasan wacana sumbangan obat kepeda keluarga<o:p></o:p></span></div> <div class="MsoNormal"> <span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Ø  Kaji potensial imbas samping pengobatan<o:p></o:p></span></div> </td> <td style="border-bottom: solid windowtext 1.0pt; border-left: none; border-right: solid windowtext 1.0pt; border-top: none; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 229.9pt;" valign="top" width="307"><div class="MsoNormal"> <span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Ø  Belajar tergantung pada emosi dan kesiapan fisik dan diingatkan pada tahapan individu<o:p></o:p></span></div> <div class="MsoNormal"> <span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Ø  Menurunkan ansietas dan sanggup menimbulkan perbaikan partisipasi pada planning pengobatan.<o:p></o:p></span></div> <div class="MsoNormal"> <span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Ø  Meningkatkan kerjasama dalam aktivitas pengobatan dan mencegah penghentian obatsesuai perbaikan kondisi pasien.<o:p></o:p></span></div> <div class="MsoNormal"> <span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Ø  Mencegah/menurunkan ketidaknyaman sehubungan dengan terapi dan meningkatkan kerjasam dalam program<o:p></o:p></span></div> </td> </tr> </tbody></table> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b><br /></b> <b>Implementasi</b></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Implementasi merupakan tindakan yang sesuai denga yang telah direncanakan, meliputi tindakan berdikari dan kolaborasi.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Tindakan berdikari yaitu tindakan keperawatan berdasarkan analisis dan kesimpulan perawat dan bukan atas petunjuk tenaga kesehatan lain.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Tindakan kerja sama yaitu tindakan keperawatan yang didasarakan oleh hasil keputusan bersama dengan dokter atau petugas kesehatan lain.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Evaluasi</b></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Merupakan penilaian dari hasil intervensi yang kemudian diimplementasikan kepada pasien dengan pedoman kriteria hasil yang ingin dicapai.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <br /> <b>Daftar Pustaka</b></div> <ul> <li style="text-align: justify;">Betz, L C dan Sowden, L A. 2002. Keperawatan Pediatri Edisi 3. Jakarta : EGC.</li> <li style="text-align: justify;">Doenges, E. Marilynn. (1999), Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3. Jakarta: EGC.</li> <li style="text-align: justify;">Mansjoer, Arif, dkk. (2001). Kapita Selekta Kedokteran Edisi ketiga Jilid 1. Jakarta : EGC.</li> <li style="text-align: justify;">Tambayong, (2000) . Patofisiologi Untuk Keperawatan. Jakarta : EGC.</li> <li style="text-align: justify;">Direktorat Bina Kesehatan Keluarga. 2008. Paket Pelatihan Pelayanan Obstetri dan Neonatal Emergensi Dasar (PONED). Jakarta: Depkes RI</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> Silahkan download asuhan keperawatan BBLR lengkap dalam format doc dan pdf siap edit melalui link dibawah ini :</div> <div> <ul> <li style="text-align: justify;"><b><span style="background-color: cyan;">Askep BBLR doc</span> <i><a href="https://drive.google.com/file/d/1Q6CVv7Zy41bZAs8AVHCXCsMXmZt9Yadu/view?usp=sharing" target="_blank">(Ambil File)</a></i></b></li> </ul> <ul> <li style="text-align: justify;"><b><span style="background-color: lime;">Askep BBLR pdf</span> <i><a href="https://drive.google.com/file/d/1UH4T33djKEfL5mqbWqbCRz3hLnvxV_Au/view?usp=sharing" target="_blank">(Ambil File)</a></i></b></li> </ul> <div style="text-align: justify;"> link alternatif </div> </div> <div> <ul> <li style="text-align: justify;"><b><span style="background-color: cyan;">Alternatif Askep BBLR doc 1</span> <i><a href="https://drive.google.com/file/d/1Q6CVv7Zy41bZAs8AVHCXCsMXmZt9Yadu/view?usp=sharing" target="_blank">(Ambil File)</a></i></b></li> <li style="text-align: justify;"><b><span style="background-color: lime;">Alternatif Askep BBLR pdf 1</span> <i><a href="https://drive.google.com/file/d/1UH4T33djKEfL5mqbWqbCRz3hLnvxV_Au/view?usp=sharing" target="_blank">(Ambil File)</a></i></b></li> <li style="text-align: justify;"><b><span style="background-color: orange;">Alternatif Askep BBLR doc 2</span> <i><a href="https://drive.google.com/file/d/1Q6CVv7Zy41bZAs8AVHCXCsMXmZt9Yadu/view?usp=sharing" target="_blank">(Ambil File)</a></i></b></li> <li style="text-align: justify;"><b><span style="background-color: #ffd966;">Alternatif Askep BBLR pdf 2</span> <i><a href="https://drive.google.com/file/d/1UH4T33djKEfL5mqbWqbCRz3hLnvxV_Au/view?usp=sharing" target="_blank">(Ambil File)</a></i></b></li> </ul> <div style="text-align: justify;"> Demikian Asuhan keperawatan berat tubuh lahir rendah (BBLR) kami bagikan, semoga bermanfaat.</div> </div>

Asuhan Keperawatan (Askep) Berat Tubuh Lahir Rendah (Bblr) Lengkap, Doc Dan Pdf

Kami bagikan Askep BBLR lengkap, tersedia dalam format doc dan pdf. Salam sobat sejawat sekalian, pada kesempatan kali ini akan kami ba...

+ Baca selengkapnya »

Pengertian, Manfaat, Tujuan Dan Format (Komponen) Dokumentasi Keperawatan (Askep)

<div style="text-align: justify;"> Sebagai seorang perawat tentulah faham dan mengerti betul bagaimana cara pembuatan dokumentasi keperawatan (askep), hal ini telah menjadi kiprah wajib kita disaat melaksanakan proses akademik.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Namun sudahkah teman-teman sekalian tahu apa bekerjsama manfaat dan tujuannya serta bagaimana format yang benar pembuatan dokumentasi keperawatan.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Berikut kami coba paparkan ihwal pengertian, tujuan, manfaat dan format (komponen) dalam pembuatan dokumentasi keperawatan (askep)</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody> <tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhrfPISDymQLB-2_IyHTxAo4w_Rwqwq1fbd6ZLU_Txwhi-n4K0B4-ojNB6eISIXX2ZMYwUZ9m602gWgywVqVBtRm0_qH-X-Cz_kaTOWiSJnp0sW2cWrFBJLnQFe-buSzfcEcoTTXH0P1HM_/s1600/dokumentasi+perawat.png" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="284" data-original-width="285" height="398" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhrfPISDymQLB-2_IyHTxAo4w_Rwqwq1fbd6ZLU_Txwhi-n4K0B4-ojNB6eISIXX2ZMYwUZ9m602gWgywVqVBtRm0_qH-X-Cz_kaTOWiSJnp0sW2cWrFBJLnQFe-buSzfcEcoTTXH0P1HM_/s400/dokumentasi+perawat.png" width="400" /></a></td></tr> <tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Dokumentasi Keperawatan</td></tr> </tbody></table> <div style="text-align: justify;"> Asuhan keperawatan merupakan hal sangat penting bagi seorang perawat. Kemampuan proteksi pelayanan yang baik serta komunikasi ihwal perawatan pasien tergantung pada seberapa baik kualitas isu yang diberikan serta dokumentasi yang disediakan untuk dimanfaatkan oleh semua profesional kesehatan dan antar bidang pelayanan kesehatan, Häyrinena (2010).</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Pengertian dokumentasi keperawatan berdasarkan Carpenito (1999), merupakan suatu rangkaian aktivitas yang rumit dan sangat bermacam-macam serta memerlukan waktu yang cukup banyak dalam proses pembuatannya. Perkiraan waktu pembuatan dokumentasi asuhan keperawatan sanggup mencapai 35-40 menit, hal ini dikarenakan seringnya perawat melaksanakan pencatatan yang berulang¬ulang atau duplikatif. Walaupun demikian, terkadang dokumentasi keperawatan yang dihasilkan masih sering kurang berkualitas.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Dokumentasi asuhan keperawatan ialah Suatu dokumen atau catatan yang berisi data ihwal keadaan pasien yang dilihat tidak saja dari tingkat kesakitan akan tetapi juga dilihat dari jenis, kualitas dan kuantitas dari layanan yang telah diberikan perawat dalam memenuhi kebutuhan pasien (Ali, 2010).</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Dokumentasi Asuhan keperawatan merupakan Rangkaian aktivitas yang dilakukan oleh perawat dimulai dari proses pengkajian, diagnosa, planning tindakan, tindakan keperawatan dan penilaian yang dicatat baik berupa elektronik maupun manual serta sanggup dipertanggungjawabkan oleh perawat.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Dokumentasi asuhan keperawatan merupakan bab dari proses asuhan keperawatan yang dilakukan secara sistematis dengan cara mencatat tahap-tahap proses perawatan yang diberikan kepada pasien. Dokumentasi asuhan keperawatan merupakan catatan penting yang dibentuk oleh perawat baik dalam bentuk elektronik maupun manual berupa rangkaian aktivitas yang dikerjakan oleh perawat mencakup lima tahap yaitu: </div> <ol> <li style="text-align: justify;">pengkajian, </li> <li style="text-align: justify;">penentuan diagnosa keperawatan, </li> <li style="text-align: justify;">perencanaan tindakan keperawatan, </li> <li style="text-align: justify;">pelaksanaan/implementasi planning keperawatan,</li> <li style="text-align: justify;">evaluasi perawatan.</li> </ol> <br /> <div style="text-align: justify;"> Tujuan pendokumentasian keperawatan, antara lain sebagai berikut:</div> <ol> <li style="text-align: justify;">Sebagai media untuk mendefinisikan fokus keperawatan bagi klien dan kelompok.</li> <li style="text-align: justify;">Untuk membedakan tanggung gugat perawat dengan anggota tim kesehatan lainnya.</li> <li style="text-align: justify;">Sebagai sarana untuk melaksanakan penilaian terhadap tindakan yang telah diberikan kepada klien.</li> <li style="text-align: justify;">Sebagai data yang dibutuhkan secara administratif dan legal formal.</li> <li style="text-align: justify;">Memenuhi persyaratan hukum, pengakuan dan professional.</li> <li style="text-align: justify;">Untuk memperlihatkan data yang berkhasiat dalam bidang pendidikan dan penelitian.</li> </ol> <br /> <div style="text-align: justify;"> Komponen dokumentasi asuhan keperawatan yang konsisten harus mencakup beberapa hal berikut ini:</div> <ol> <li style="text-align: justify;">Riwayat keperawatan yang terdiri dari masalah-masalah yang sedang terjadi maupun yang diperkirakan akan terjadi.</li> <li style="text-align: justify;">Masalah-masalah yang positif maupun potensial,.</li> <li style="text-align: justify;">Perencanaan serta tujuan ketika ini dan yang akan datang.</li> <li style="text-align: justify;">Pemeriksaan, pengobatan dan promosi kesehatan untuk membantu pasien mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.</li> <li style="text-align: justify;">Evaluasi dari tujuan keperawatan serta modifikasi planning tindakan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.</li> </ol> <br /> <div style="text-align: justify;"> Secara spesifik lingkup dokumentasi asuhan keperawatan secara spesifik antara lain :</div> <ol> <li style="text-align: justify;">Data awal pasien berupa identitas diri, keluhan yang dirasakan.</li> <li style="text-align: justify;">Riwayat keperawatan dan pemeriksaan.</li> <li style="text-align: justify;">Diagnosis keperawatan yang ditetapkan.</li> <li style="text-align: justify;">Rencana asuhan keperawatan yang terdiri dari planning tindakan, tujuan, planning intervensi serta penilaian dari tindakan keperawatan.</li> <li style="text-align: justify;">Pendidikan kepada pasien.</li> <li style="text-align: justify;">Dokumentasi parameter pemantauan dan intervensi keperawatan lain nya.</li> <li style="text-align: justify;">Perkembangan dari hasil yang telah ditetapkan dan yang diharapkan.</li> <li style="text-align: justify;">Evaluasi perencanaan.</li> <li style="text-align: justify;">Rasionalisasi dari proses intervensi kalau diperlukan.</li> <li style="text-align: justify;">Sistem rujukan.</li> <li style="text-align: justify;">Persiapan pasien pulang.</li> </ol> <br /> <div style="text-align: justify;"> Sedangkan manfaat dokumentasi asuhan keperawatan berdasarkan Nursalam (2008), dokumentasi asuhan keperawatan berdasarkan beberapa aspek berikut :</div> <ol> <li style="text-align: justify;">Aspek aturan : Dokumentasi keperawatan yang dibentuk merupakan aspek legal didepan hukum. Dokumentasi merupakan bukti catatan dari tindakan yang diberikan dan sebagai dasar untuk melindungi pasien, perawat dan institusi.</li> <li style="text-align: justify;">Kualitas pelayanan, komunikasi: Melalui audit keperawatan dokumentasi keperawatan dijadikan alat untuk mengukur dalam membandingkan antara tindakan yang diberikan dengan standar yang dijadikan rujukan. Dengan demikian sanggup diketahui apakah dalam bekerja telah sesuai dengan standar yang ditetapkan.</li> <li style="text-align: justify;">Keuangan: Dokumentasi yang baik dan teliti akan menjadi bukti bahwa tindakah telah dilakukan oleh perawat. Dan dengan dokumentasi ini maka besarnya jasa yang diberikan akan diberikan sesuai dengan aturan yang ditetapkan ditempat masing-masing.</li> <li style="text-align: justify;">Pendidikan: Dokumentasi keperawatan sanggup dijadikan sebagai referensi bagi siswa-siswa perawat.</li> <li style="text-align: justify;">Penelitian: Penelitian keperawatan dengan menggunkan data-data sekunder akan sangat bergantung dengan kualitas dari dokumentasi keperawatan yang dibuat. Kesalahan dalam menciptakan atau pengisian dokumentasi yang tidak lengkap akan menciptakan isu ihwal riwayat pasien menjadi kabur.</li> </ol> <br /> <div style="text-align: justify;"> Terdapat tiga komponen penting yang berperan dalam pembuatan dokumentasi asuhan keperawatan yaitu:</div> <ol> <li style="text-align: justify;">Sarana komunikasi: Komunikasi yang baik antara perawat dengan klien atau keluarganya akan diperoleh isu yang akurat sehingga dokumentasi keperawatan akan dilaksanakan dengan optimal. Dengan komunikasi yang baik akan memudahkan dalam proses pengumpulan data serta tercipta hubungan yang serasi antara perawat dan klien sehingga akan membantu dalam memecahkan duduk masalah yang dihadapi oleh klien.</li> <li style="text-align: justify;">Dokumentasi proses keperawatan: Proses keperawatan merupakan inti dari praktik keperawatan dan juga sebagai isi pokok dokumentasi keperawatan. Beberapa tahap proses keperawatan mencakup beberapa pengelompokan dokumentasi keperawatan : a) dokumentasi pengkajian keperawatan, b) dokumentasi diagnosa    keperawatan,    c)    perencanaan    keperawatan, dokumentasi tindakan keperawatan, e) dokumentasi penilaian keperawatan.</li> <li style="text-align: justify;">Standar keperawatan: Standar keperawatan merupakan citra dari kualitas, karakteristik, sifat, dan kompetensi yang diharapkan dari beberapa aspek dalam praktik keperawatan. Standar keperawatan dibutuhkan oleh perawat alasannya ialah sebagai dasar memilih arah atau petunjuk dalam dokumentasi aktivitas serta dalam pembuatan format pencatatan yang tepat.</li> </ol> <br /> <div style="text-align: justify;"> Terkait dengan model dalam pendokumentasian asuhan keperawatan, berdasarkan Nursalam (2008),terdapat beberapa model dari penerapan dokumentasi asuhan keperawatan yang sering diterapkan di kawasan praktik yaitu: </div> <ol> <li style="text-align: justify;">catatan yang berorientasi pada sumber (source oriented record), </li> <li style="text-align: justify;">catatan yang berorientasi pada perkembangan/kemaj uan pasien (progress oriented record),</li> <li style="text-align: justify;">charting by exception (CBE), </li> <li style="text-align: justify;">Problem Intervention Evaluation (PIE), </li> <li style="text-align: justify;">Process Oriented Sistem (pocus).</li> </ol> <br /> <div style="text-align: justify;"> Agar pelaksanaan aktivitas dokumentasi asuhan keperawatan berjalan efektif hendaknya memperhatikan hal di bawah ini:</div> <ol> <li style="text-align: justify;">Harus memakai standar terminologi yang terdiri dari pengkajian, diagnosis, perencanaan, pelaksanaan/implementasi dan terakhir penilaian dari proses perawatan yang diberikan.</li> <li style="text-align: justify;">Mengumpulan serta mendokumentasikan data yang diperoleh sesuai dengan keadaan yang terjadi pada pasien ke dalam catatan yang permanen.</li> <li style="text-align: justify;">Menegakkan diagnosa keperawatan berdasarkan data yang telah dianalisis dengan cermat dan akurat.</li> <li style="text-align: justify;">Mendokumentasikan hasil observasi secara akurat, lengkap sesuai dengan urutan waktu kejadiannya.</li> <li style="text-align: justify;">Merevisi planning asuhan keperawatan berdasarkan hasil yang diharapkan dan yang ditemukan terhadap pasien</li> </ol> <br /> <div style="text-align: justify;"> Demikian juga dengan pengembangan dokumentasi asuhan keperawatan, yang telah diuji coba dan dikembangkan, dari penilaian yang telah dilakukan terhadap pengguna didapatkan respon yang baik, perawat menjadi terbiasa dan merasa lebih nyaman bekerja dengan memakai komputer (Ammenwerth et al., 2003). Studi yang dilakukan di Kenya terhadap 107 perawat manajer, memperlihatkan bahwa 98% dari perawat manajer tersebut mempunyai perilaku yang positif terhadap penggunaan komputer dalam penyediaan layanan kesehatan, perawat pada umumnya mempunyai perilaku positif terhadap penggunaan sistem komputer (Kivuti-Bitok, 2009). Perawat meyakini bahwa dengan elektronik dokumentasi keperawatan akan sanggup meningkatkan pelayanan dan respon yang positif diberikan terhadap penggunaan dokumentasi elektronik tersebut (De Veer and Francke, 2010).</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Daftar Pustaka</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Ali, Z. 2010. Dasar-Dasar Dokumentasi Keperawatan. EGC. Jakarta</li> <li style="text-align: justify;">Carpenito, L. J. 1999. Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan : Diagnosa Keperawatan dan Masalah Kolaboratif., EGC. Jakarta.</li> <li style="text-align: justify;">Depkes, R.I. 1997.Instrumen Evaluasi Penerapan Standar Asuhan Keperawatan di Rumah Sakit. Jakarta.</li> <li style="text-align: justify;">Hannah, K. J.et al. 2009. Standardizing Nursing Information in Canada for Inclusion in Electronic Health Record : C-HOBIC. Journal of The American Medical Informatic Assotiation</li> <li style="text-align: justify;">Kristiina Häyrinena, J. L., Kaija Saranto. 2010. Evaluation of electronic nursing documentation—Nursing process model and standardized terminologies as keys to visible and transparent nursing.</li> </ul>

Pengertian, Manfaat, Tujuan Dan Format (Komponen) Dokumentasi Keperawatan (Askep)

Sebagai seorang perawat tentulah faham dan mengerti betul bagaimana cara pembuatan dokumentasi keperawatan (askep), hal ini telah menjadi k...

+ Baca selengkapnya »

Laporan Pendahuluan / Lp Pneumonia Lengkap, Download Pdf Dan Doc

<div style="text-align: justify;"> Selamat tiba kembali teman-teman perawat seIndonesia, terima kasih masih setia mengunjungi blog kecil kami ini, semoga selalu sehat dan sejahtera.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Pada kesenmpatan kali ini akan kami bagikan laporan pendahuluan / LP Pneumonia lengkap dan disusun menurut referensi terbaru, yang bertujuan untuk membantu teman-teman sejawat sekalian dalam menuntaskan kiprah laporan pendahuluan, askep ataupun makalah dalam menjalani proses akademik keperawatan.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Laporan pendahuluan / LP pneumonia yang kami bagikan ini sangat lengkap hingga konsep asuhan keperawatan, jadi teman-teman sekalian hanya tingga mengeditnya saja sesuai dengan kebutuhan.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Laporan pendahuluan / LP pneumonia ini kami bagikan dalam dua format, yaitu doc dan pdf. Yang bisa teman-teman sejawat sekalian download diakhir artikel ini pada link tautan yang telah kami sediakan.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Laporan Pendahuluan Pneumonia</b></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Definisi</b></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Pneumonia yaitu peradangan paru dimana asinus paru terisi cairan radang dengan atau tanpa disertai infiltrasi dari sel radang kedalam dinding alveoli dan rongga interstisium. (secara anatomis sanggup timbul pneumonia lobaris maupun lobularis / bronchopneumonia.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Pneumonia merupakan salah satu penyakit infeksi saluran pernafasan yang terbanyak didapatkan dan sering merupakan penyebab janjkematian hampir di seluruh dunia. Di Indonesia menurut survei kesehatan rumah tangga tahun 1986 yang dilakukan Departemen Kesehatan, pneumonia tergolong dalam penyakit infeksi akut saluran nafas, merupakan penyakit yang banyak dijumpai.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Faktor-faktor yang mengakibatkan terjadinya pneumonia :</b></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Diketahui beberapa faktor yang mensugesti terjadinya pneumonia yaitu :</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 1. Mekanisme pertahanan paru</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Paru berusaha untuk mengeluarkan aneka macam organisme yang terhirup menyerupai partikel debu dan bahan-bahan lainnya yang terkumpul di dalam paru. Beberapa bentuk prosedur ini antara lain: bentuk anatomis saluran pernafasan, reflek batuk, system mukosilier, juga system fagositosis yang dilakukan oleh sel-sel tertentu dengan memakan partikel-partikel yang mencapai permukaan alveoli.</div> <div style="text-align: justify;"> Bila fungsi ini berjalan baik, maka materi infeksi yang bersifat infeksius sanggup dikeluarkan dare saluran nafas, sehingga pada orang sehat tidak akan terjadi infeksi serius. Infeksi saluran nafas berulang terjadi aakibat aneka macam komponen system pertahanan paru yang tidak bekerja dengan baik.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 2. Kolonisasi basil di saluran nafas</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Di dalam saluran nafas atas banyak basil yang bersifat kosal. Bila jumlah mereka semakin meningkat dan mencapai suatu konsentrasi yang cukup, kuman ini kemudian masuk ke saluran nafas bawah dan paru, dan jawaban kegagalan prosedur pencucian saluran nafas keadaan ini akan bermanifestasi sebagai penyakit.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Mikroorganisme yang tidak sanggup melekat pada permukaan mukosa saluran nafas akan ikut dengan sekresi saluran nafas dan terbawa bersama prosedur pembersihan, sehingga tidak terjadi kolonisasi. Proses penempelan organisme pada permukaan mukosa saluran nafas tergantung dare system pangemalan mikroorganisme tersebut oleh sel eputel.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 3. Pembersihan saluran nafas terhadap materi infeksius</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Saluran nafas bawah dan paru berulangkali dimasuki oleh aneka macam mikroorganisme dare saluran nafas atas, akan tetapi tidak menimbulkan sakit, ini meninjukkan adanya suatu prosedur pertahanan paru yang efisien sehingga sanggup menyapu higienis mikroorganisme sebelum mereka bermultiplikasi dan menimbulkan penyakit.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Pertahanan paru terhadap hal-hal yang berbahaya dan infeksius berupa reflek batuk, penyempitan saluran nafas dengan kontraksi otot polos bronkus pada awal terjadinya proses peradangan, juga dibantu oleh respon imunitas humoral.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Etiologi</b></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Sebagian besar disebabkan oleh mikroorganisme, akan tetapi sanggup juga oleh bahan-bahan lain, sehingga dikenal:</div> <ol> <li style="text-align: justify;">Lipid pneumonia : oleh lantaran aspirasi minyak mineral</li> <li style="text-align: justify;">Chemical pneumonitis : inhalasi bahan-bahan organic atau uap kimia menyerupai berilium</li> <li style="text-align: justify;">Extrinsik Allergik Alveolitis : inhalasi bahan-bahan debu yang mengandung allergen, menyerupai debu dare parik-pabrik gula yang mengandung spora dare actynomicetes thermofilik.</li> <li style="text-align: justify;">Drug Reaction Pneumonitis : nitrofurantion, busulfan, methotrexate</li> <li style="text-align: justify;">Pneumonia lantaran radiasi sinar rontgen</li> <li style="text-align: justify;">Pneumonia yang sebabnya tidak terang : desquamative interstitial pneumonia, eosinofilik pneumonia</li> <li style="text-align: justify;">Microorganisme</li> </ol> <div> <table border="1" cellpadding="0" cellspacing="0" class="MsoNormalTable" style="border-collapse: collapse; border: none; margin-left: 14.4pt; text-align: justify; width: 546px;"> <tbody> <tr> <td style="border: solid windowtext 1.0pt; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 116.25pt;" valign="top" width="155"><div class="MsoNormal" style="text-align: center;"> GROUP<o:p></o:p></div> </td> <td style="border-left: none; border: solid windowtext 1.0pt; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-left-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 151.15pt;" valign="top" width="202"><div class="MsoNormal" style="text-align: center;"> PENYEBAB<o:p></o:p></div> </td> <td style="border-left: none; border: solid windowtext 1.0pt; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-left-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 142.3pt;" valign="top" width="190"><div class="MsoNormal" style="text-align: center;"> TYPE PNEUMONIA<o:p></o:p></div> </td> </tr> <tr> <td style="border-top: none; border: solid windowtext 1.0pt; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-top-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 116.25pt;" valign="top" width="155"><div class="MsoNormal"> Bacteri <o:p></o:p></div> <div class="MsoNormal"> <br /></div> <div class="MsoNormal"> <br /></div> <div class="MsoNormal"> <br /></div> <div class="MsoNormal"> <br /></div> <div class="MsoNormal"> <br /></div> <div class="MsoNormal"> <br /></div> <div class="MsoNormal"> <br /></div> <div class="MsoNormal"> Aktinomyctes<o:p></o:p></div> <div class="MsoNormal"> <br /></div> <div class="MsoNormal"> <br /></div> <div class="MsoNormal"> Fungi<o:p></o:p></div> <div class="MsoNormal"> <br /></div> <div class="MsoNormal"> <br /></div> <div class="MsoNormal"> <br /></div> <div class="MsoNormal"> <br /></div> <div class="MsoNormal"> <br /></div> <div class="MsoNormal"> Riketsia <o:p></o:p></div> <div class="MsoNormal"> <br /></div> <div class="MsoNormal"> Klamidia<o:p></o:p></div> <div class="MsoNormal"> <br /></div> <div class="MsoNormal"> Mikoplasma<o:p></o:p></div> <div class="MsoNormal"> <br /></div> <div class="MsoNormal"> Virus<o:p></o:p></div> <div class="MsoNormal"> <br /></div> <div class="MsoNormal"> <br /></div> <div class="MsoNormal"> Protozoa  <o:p></o:p></div> </td> <td style="border-bottom: solid windowtext 1.0pt; border-left: none; border-right: solid windowtext 1.0pt; border-top: none; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-left-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-top-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 151.15pt;" valign="top" width="202"><div class="MsoNormal"> Streptococcos pneumonia<o:p></o:p></div> <div class="MsoNormal"> Streptococcus piogenes<o:p></o:p></div> <div class="MsoNormal"> Stafilococcus aureus<o:p></o:p></div> <div class="MsoNormal"> Klebsiella pneumonia<o:p></o:p></div> <div class="MsoNormal"> Eserikia koli<o:p></o:p></div> <div class="MsoNormal"> Yersinia pestis<o:p></o:p></div> <div class="MsoNormal"> Legionnaires bacillus<o:p></o:p></div> <div class="MsoNormal"> <br /></div> <div class="MsoNormal"> A. Israeli<o:p></o:p></div> <div class="MsoNormal"> Nokardia asteroids<o:p></o:p></div> <div class="MsoNormal"> <br /></div> <div class="MsoNormal"> Kokidioides imitis<o:p></o:p></div> <div class="MsoNormal"> Histoplasma kapsulatum<o:p></o:p></div> <div class="MsoNormal"> Blastomises dermatitidis<o:p></o:p></div> <div class="MsoNormal"> Aspergillus<o:p></o:p></div> <div class="MsoNormal"> Fikomisetes <o:p></o:p></div> <div class="MsoNormal"> <br /></div> <div class="MsoNormal"> Koksiella Burnetty<o:p></o:p></div> <div class="MsoNormal"> <br /></div> <div class="MsoNormal"> Chlamidia psittaci <o:p></o:p></div> <div class="MsoNormal"> <br /></div> <div class="MsoNormal"> Mikoplasma pneumonia<o:p></o:p></div> <div class="MsoNormal"> <br /></div> <div class="MsoNormal"> Infulensa virus, adenovirus respiratory syncytial<o:p></o:p></div> <div class="MsoNormal"> Pneumosistis karini<o:p></o:p></div> </td> <td style="border-bottom: solid windowtext 1.0pt; border-left: none; border-right: solid windowtext 1.0pt; border-top: none; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-left-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-top-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 142.3pt;" valign="top" width="190"><div class="MsoNormal"> Pneumonia bacteri<o:p></o:p></div> <div class="MsoNormal"> <br /></div> <div class="MsoNormal"> <br /></div> <div class="MsoNormal"> <br /></div> <div class="MsoNormal"> <br /></div> <div class="MsoNormal"> <br /></div> <div class="MsoNormal"> Legionnaires disease<o:p></o:p></div> <div class="MsoNormal"> <br /></div> <div class="MsoNormal"> Aktinomikosis pulmonal<o:p></o:p></div> <div class="MsoNormal"> Nokardiosis pulmonal<o:p></o:p></div> <div class="MsoNormal"> <br /></div> <div class="MsoNormal"> Kokidioidomikosis<o:p></o:p></div> <div class="MsoNormal"> Histoplasmosis<o:p></o:p></div> <div class="MsoNormal"> Blastomikosis<o:p></o:p></div> <div class="MsoNormal"> Aspergilosis<o:p></o:p></div> <div class="MsoNormal"> Mukormikosis<o:p></o:p></div> <div class="MsoNormal"> <br /></div> <div class="MsoNormal"> Q  Fever<o:p></o:p></div> <div class="MsoNormal"> <br /></div> <div class="MsoNormal"> Psitakosis,Ornitosis<o:p></o:p></div> <div class="MsoNormal"> <br /></div> <div class="MsoNormal"> Pneumonia mikoplasmal<o:p></o:p></div> <div class="MsoNormal"> <br /></div> <div class="MsoNormal"> Pneumonia virus<o:p></o:p></div> <div class="MsoNormal"> <br /></div> <div class="MsoNormal"> <br /></div> <div class="MsoNormal"> <span lang="FI">Pneumonia pneumistis (pneumonia plasma sel)<o:p></o:p></span></div> </td> </tr> </tbody></table> </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Gambaran Klinis</b></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Gambaran klinis biasanya didahului olek infeksi saluran nafas akut penggalan atas selama beberapa hari, kemudian diikuti dengan demam, suhu tubuh kadang kala melebihi 40 derajat C, sakit tenggorok, nyeri otot dan sendi. Juga disertai batuk, dengan sputum mukoid atau purulen, kadang kala berdarah.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Pada investigasi fisik dada terlihat penggalan sakit tertinggal waktu bernafas dengan bunyi nafas bronchial kadang kala melemah. Didapatkan ronki berair halus, yang kemudian menjadi ronki berair berangasan pada stadium resolusi.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <ol> <li style="text-align: justify;">Community Acquired Pneumonia yaitu, pneumonia yang didapatkan di masyarakat, terjadinya infeksi di luar rumah sakit.</li> <li style="text-align: justify;">Hospital Acquirted Pneumonia yaitu, pneumonia yang didapat selama penderita dirawat di rumah sakit. Hampir 1 % dare penderita yang dirawat di rumah sakit mendapatkan pneumonia selama dalam perawatan dan 1/3nya mungkin akan meninggal. Demikian pula halnya dengan penderita yang dirawat di ICU lebih dare 60 % menderita pneumonia.</li> <li style="text-align: justify;">Pneumonia in the immunocompromised host yaitu, yang terjadi jawaban terganggunya system kekebalan tubuh. Macula ini semakin meningkat dengan penggunaan obat-obatan sitotoksik dan imunosupresif, hal ini jawaban dare merningkatnya kemajuan di bidang pengobatan penyakit keganasan dan transplantasi organ.</li> </ol> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Gambaran Patogenesis<span style="white-space: pre;"> </span></b></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Dalam keadaan sehat, paru tidak akan terjadi pertumbuhan mikroorganisme, keadan ini disebabkan oleh adanya mekanismer pertahanan paru. Terdapatnya basil di dalam paru merupakan jawaban ketidakseimbangan antara daya than tubuh, mikroorganisme, dan lingkuingan sehingga mikroorganisme sanggup berkembang biak dan berakibat timbulnya sakit.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Masuknya mikroorganisme ke saluran nafas dan paru sanggup melalui aneka macam cara, yaitu :</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Inhalsi eksklusif dare udara</li> <li style="text-align: justify;">Aspirasi dare bahan-bahan yang ada di nasofaring dan orfaring</li> <li style="text-align: justify;">Perluasan eksklusif dare tempat-tempat lain</li> <li style="text-align: justify;">Penyebaran secara hematogen</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Gambaran patologis dalam batas-batas tertentu, tergantung pada penyebabnya. Di antaranya yaitu :</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 1. Pneumonia bakteri</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Ditandai oleh eksudat intra alveolar supuratif disertai konsolidasi. Proses infeksi sanggup diklasifikasikan menurut anatomi. Terdapat konsolidasi dare seluruh lobus pada pneumonia lobaris, sedangkan pneumonia lobularis atau broncopneumonia memperlihatkan penyebaran tempat infeksi yang berbecak dengan diameter sekitar 3-4 cm, mengelilingi dan mengenai broncus.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 2. Pneumonia Pneumokokus</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Pneumokokus mencapai alveolus-alveolus dalam bentuk percikan mucus atau saliva. Lobus paru bawah paling sering terserrang, lantaran dampak gaya tarik bumi. Bila sudah mencapai dan menetap di alveolus, maka pneumokokus menimbulkan patologis yang khas yang terdiri dare 4 stadium yang berurutan :</div> <ul> <li style="text-align: justify;">kongesti (4-12 jam pertama)eksudat serusa masuk dalam alveolus-alveolus dare pembuluh darah yang bocor dan dilatasi</li> <li style="text-align: justify;">hepatisasi merah (48 jam berikutnya) paru-paru tampak merah dan tampak bergranula lantaran sel darah merah, fibrin, dan leukosit polimorfonuklear mengisi alveolus-alveolus</li> <li style="text-align: justify;">hepatisasi kelabu (3-8 hari) paru-parub tampak abu-abu lantaran leukosit dan fibrin mengalami konsolidasi dalam alveolus yang terserang.</li> <li style="text-align: justify;">Resolusi (7-11 hari) eksudat mengalami lisis dan direabsorbsi oleh mikrofag sehingga jaringan kembali pada strukturnya semula.</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Timbulnya pneumonia pneumokokus merupakan suatu tragedi yang tiba-tiba, disertai menggigil, demam, rasa sakit pleuritik, batuk dan sputum yang berwarna menyerupai karat. Pneumonia pneumokokus biasanya tidak disertai komplikasi dan jaringan yang rusak sanggup diperbaiki kemabali. Komplikasi wacana sering terjadi yaitu efusi plura ringan. Adanya bakterimia mensugesti prognosis pneumonia. Adanya bakterimia menduga adanya lokalisasi proses paru-paru yang tidak efektif. Akibat bakterimia mungkin berupa lesi metastatik yang sanggup menimbulkan keadaan menyerupai meningitis, endokariditis bacterial dan peritonitis. Sudah ada vaksin untuk merlawan pneumonia pneumokokus. Biasanya diberikan pada mereka yang memiliki resiko fatal yang tinggi, menyerupai anemia sickle-sell, multiple mietoma, sindroma nefrotik, atau diabetes mellitus.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 3. Pneumonia Stafilokokus</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Mempunyai prognosis buruk walaupun diobati dengan antibiotika. Pneumonia ini menimbulkan kerusakan parenkim paru-paru yang berat dan sering timbul komplikasi menyerupai abuh paru-paru dan empiema. Merupakan infeksi sekunder yang sering menyerang pasien yang dirawat di rumah sakit, pasien lemah dan paling sering mengakibatkan broncopneumonia.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 4. Pneumonia Klebsiella / Friedlander</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Penderita ini berhasil mempertahankan hidupnya, risikonya menderita pneumonia kronik disertai obstruksi progresif paru-paru yang risikonya menimbulkan kelumpuhan pernafasannya. Jenis ini yang khas yaitu, pembentukan sputum kental menyerupai sele kismis merah (red currant jelly). Kebanyakan terjadi pada lelaki usia pertengahan atau tua, pecandu alcohol kronik atau yang menderita penyakit kronik lainnya.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 5. Pneumonia pseudomonas</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Sering ditemukan pada orang yang sakit parah yang dirawat di rumah sakit atau yang mnenderita supresi system pertahanan tubuh (misalnya mereka yang menderita leukemia atau transplantasi ginjal yang mendapatkan obat imunosupresif takaran tinggi). Seringkali disebabkan lantaran tercemar peralatan ventilasi.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 6. Pneumonia Virus</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Ditandai dengan peradangan interstisial disertai penimbunan infiltrat dalam dinding alveolus meskipun rongga alveolar sendiri bebas dare eksudat dan tidak ada konsolidasi. Pneumonia virus 50 % dare semua pneuminia akut ditandai oleh tanda-tanda sakit kepala, demam dan rasa sakit pada otot-otot yang menyeluruh, rasa lelah sekali dan batuk kering. Kebanyakan pneumonia ini ringan dan tidak membutuhkan perawatan di rumah sakit dan tidak menimbulkan kerusakan paru-paru yang permanen. Pengobatan pneumonia virus bersifat sympomatik dan paliatif, lantaran antibiotik tidak efektif terhadap virus. Juga sanggup menimbulkan pneumonitis berbecak yang fatal atau pneumonitis difus.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 7. Pneumonia Mikoplasma</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Serupa dengan pneumonia virus influenza, disertai adanya pneumonitis interstitial. Sangat gampang menular tidak menyerupai pneumonia virus, sanggup menawarkan respon terhadap tetrasiklin atau eritromisin.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 8. Pneumonia Aspirasi</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Merupakan pneumonia yang disebabkan oleh aspirasi isi lambung. Pneumonia yang diakibatkannya sebagian bersifat kimia, lantaran diakibatkan oleh reaksi terhadap asam lambung, dan sebagian bersifat bacterial, lantaran disebabkan oleh organisme yang mendiami lisan atau lambung. Aspirasi paling sering terjadi selama atau setelah anestesi (terutama pada pasien obstretik dan pembedahan darurat lantaran kurang persiapan pembedahan), pada bawah umur dan pada setiap pasien yang disertai pementingan reflek batuk atau reflek muntah. Inhalasi isi lambung dalam jumlah yang cukup banyak sanggup menimbulkan janjkematian yang tiba-tiba, lantaran adanya obstruksi, sedangkan aspirasi isi lambung dalam jumlah yang sedikit sanggup menimbulkan oedema paru-paru yang menyebar luas dan kegagalan pernafasan. Beratnya respon peradangan lebih tergantung dare pH dare zaat yang diaspirasikan. Aspirasi pneumonia selalu terjadi apabila pH dan zat yang diaspirasi 2,5 atau kurang. Aspirasi pneumpnia sering menimbulkan kompliokasi abses, bronchiectase, dan gangrean. Muntah bukan sarat masuknya isi lambung kedalam cabang tracheobronchial, lantaran regurgitasi sanggup juga terjadi secara belakang layar pada pasien yang diberi anestesi. Paling penting pasien harus ditempatkan pada posisi yang sempurna semoga secret orofarengeal sanggup keluar dare mulut.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 9. Pneumonia Hypostatik</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Pneumonia yang sering timbul pada dasar paru yang disebabkan oleh nafas yang dangkal dan terus menerus dalam posisi yang sama.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Daya tarik bumi mengakibatkan darah tertimbun pada penggalan bawah paru dan infeksi membantu timbulnya pneumonia yang sesungguhnya</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 10. Pneumonia Jamur</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Tidak sesering bakteri. Beberapa jamur sanggup mengakibatkan penyakit paru supuratif granulomentosa yang seringkali disalah tafsirkan sebagai TBC. Banyak dare infeksi jamur bersifat endemic pada tempat tertentu. Contohnya di US, hystoplasmosis (barat penggalan tengah dan timur), koksibiodomikosis (barat daya) dan blastomikosis (tenggara). Spora jamur ini ditemukan dalam tanah dan terinhalasi. Spora yang terbawa masuk kebagian paru yang lebih difagositosis terjadi reaksi peradangan disertai pembentukan kaverne. Semua perubahan patologis ini menyerupai sekali dengan TBC sehingga perbedaan kurang sanggup ditentukan dengan menemukan dan pembiakan jamur dare jaringan paru.tes serologi serta tes hypersensitifitas kulit yang lambat belum menerangkan tanda kasatmata hingga beberapa ahad setelah terjadi infeksi, bahkan pada penyakit yang berat tes mungkin negatif. Pneumonia jamur sering menimbulkan komplikasi pada stadium terakhir penyakit tersebut, terutama pada penyakit yang sangat berat, contohnya Ca atau leukemia, candida alicans yaitu homogen ragi yang sering ditemukan pada sputum orang yang sehat dan sanggup menyerang jaringan paru. Penggunaan antibiotik yang usang juga sanggup mengubah tumbuhan normal tubuh dan memungkinkan infasi candida. Amfotinsin B merupakan obat terpilih untuk infeksi jamur pada paru.  </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Patofisiologi</b></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Pneumonia bakterial menyerang baik ventilasi maupun difusi. Suatu reaksi inflamasi yang dilakukan oleh pneumokokus terjadi pada alveoli dan menghasilkan eksudat, yang mengganggu gerakan dan difusi oksigen serta karbon dioksida. Sel-sel darah putih, kebanyakan neutrofil, juga bermigrasi ke dalam alveoli dan memenuhi ruang yang biasanya mengandung udara. Area paru tidak menerima ventilasi yang cukup lantaran sekresi, edema mukosa, dan bronkospasme, mengakibatkan oklusi parsial bronki atau alveoli dengan menimbulkan penurunan tahanan oksigen alveolar. Darah vena yang memasuki paru-paru lewat melalui area yang kurang terventilasi dan keluar ke sisi kiri jantung tanpa mengalami oksigenasi. Pada pokoknya, darah terpirau dari sisi kanan ke sisi kiri jantung. Percampuran darah yang teroksigenasi dan tidak teroksigenasi ini risikonya menimbulkan hipoksemia arterial.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Sindrom Pneumonia Atipikal. Pneumonia yang berkaitan dengan mikoplasma, fungus, klamidia, demam-Q, penyakit Legionnaires’. Pneumocystis carinii, dan virus termasuk ke dalam sindrom pneumonia atipikal.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Pneumonia mikoplasma yaitu penyebab pneumonia atipikal primer yang paling umum. Mikoplasma yaitu organisme kecil yang dikelilingi oleh membran berlapis tiga tanpa dinding sel. Organisme ini tumbuh pada media kultur khusus tetapi berbeda dari virus. Pneumonia mikoplasma paling sering terjadi pada bawah umur yang sudah besar dan sampaumur muda.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Pneumonia kemungkinan ditularkan oleh droplet pernapasan yang terinfeksi, melalui kontak dari individu ke individu. Pasien sanggup diperiksa terhadap antibodi mikoplasma.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Inflamasi infiltrat lebih kepada interstisial ketimbang alveolar. Pneumonia ini menyebar ke seluruh saluran pernapasan, termasuk bronkiolus. Secara umum, pneumonia ini memiliki ciri-ciri bronkopneumonia. Sakit indera pendengaran dan miringitis bulous merupakan hal yang umum terjadi. Pneumonia atipikal sanggup menimbulkan masalah-masalah yang sama baik dalam ventilasi maupun difusi menyerupai yang diuraikan dalam pneumonia bakterial. </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Fathway</b></div> <div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"> <img border="0" data-original-height="497" data-original-width="417" height="640" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiCPc0XoJRXAUikII95yZVPV_ReRK4Q3GDRnNH7M2kPFqiHwfFJzEdqPQMWD8uHKaGXUKMR_a6LFUu1gilOsfQwuzww-piDCS-4RaQhj7-YkJAmXeC7h_YYQ6CAlYKLgAnffXn0t7ynETPg/s640/Fathway+pneumonia.png" width="536" /></div> <br /> <div style="text-align: justify;"> <span style="font-weight: 700;"><br /></span></div> <div style="text-align: justify;"> Untuk file fathway dalam bentuk ms word bisa edit silahkan ambil<b> <span style="background-color: cyan;"><a href="https://caramembuatmaskerwajah.blogspot.com//search?q=patofisiologi-dan-pathway-pneumonia" target="_blank">DISINI</a></span></b></div> <br /> <br /> <div style="text-align: justify;"> <span style="font-weight: 700;"><br /></span></div> <b></b><br /> <div style="text-align: justify;"> <b><b>Pemeriksaan Laboratorium</b></b></div> <b> </b><br /> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Pada investigasi laboratorium terdapat peningkatan jumlah leucosit, biasanya > 10.000/µl kadang mencapai 30.000 kalau disebabkan virus atau mikoplasma jumlah leucosit sanggup normal, atau menurun dan pada hitung jenis leucosit terdapat pergeseran kekiri juga terjadi peningkatan LED. Kultur darah sanggup kasatmata pada 20 – 25 pada penderita yang tidak diobatai. Kadang didapatkan peningkatan ureum darah, akan tetapi kteatinin masih dalah batas normal. Analisis gas darah menerangkan hypoksemia dan hypercardia, pada stadium lanjut sanggup terjadi asidosis respiratorik.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <br /> <div style="text-align: justify;"> <span style="font-weight: 700;"><br /></span></div> <b></b><br /> <div style="text-align: justify;"> <b><b>Gambaran Radiologi</b></b></div> <b> </b><br /> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Foto toraks merupakan investigasi penunjang yang sangat penting. Foto toraks saja tidak sanggup secara khas memilih penyebab pneumonia, hanya merupakan petunjuk kearah diagnosis etiologi. Gambaran konsolidasi dengan air bronchogram (pneumonia lobaris), tersering disebabkan oleh streptococcus pneumonia. Gambaran radiologis pada pneumonia yang disebabkan clebsibella sering menunjukan  adanya konsolidasi yang terjadi pada lobus atas kanan, kadang sanggup mengenai beberapa lobus. Gambaran lainya sanggup berupa bercak daan cavitas. Kelainan radiologis lain yang khas yaitu penebalan (bulging) fisura inter lobar. Pneumonia yang disebabkan kuman pseudomonas sering memperlihatkan adanya infiltrasi bilateral atau citra bronchopneumonia. Firus dan mycoplasma sering mengakibatkan pneumonia interstisial terutama radang sptum alveola. Pada investigasi radiologis terlihat citra retikuler yang difus.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Penatalaksanaan</b></div> <ol> <li style="text-align: justify;">Koreksi kelainan yang mendasari.</li> <li style="text-align: justify;">Tirah baring.</li> <li style="text-align: justify;">Obat-obat simptomatis seperti: parasetamol (pada hipereksia), morfin (pada nyeri hebat).</li> <li style="text-align: justify;">Jaga keseimbangan cairan dan elektrolit dengan batuan infus, dekstrose 5%,normal salin atau RL.</li> <li style="text-align: justify;">Pemilihan obat-obat anti infeksi: tergantung kuman penyebab.</li> <li style="text-align: justify;">Pertahankan jalan nafas</li> <li style="text-align: justify;">oksigenasi</li> </ol> <div style="text-align: justify;"> <b><br /></b></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Konsep Asuhan Keperawatan Pneumonia</b></div> <div style="text-align: justify;"> <b><br /></b></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Pengkajian</b></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Aktivitas/istirahat</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Gejala: Kelemahan, kelelahan, insomnia.</li> <li style="text-align: justify;">Tanda: Letargi, penurunan toleransi terhadap aktivitas.</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Sirkulasi</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Gejala: Riwayat adany/GJK kronis.</li> <li style="text-align: justify;">Tanda: Takikardia, penampilan kemerahan atau pucat.</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Integritas ego</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Gejala: Banyaknya stresor, duduk kasus finansial.</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Makanan/cairan</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Gejala: Kehilangan nafsu makan, mual/muntah, riwayat diabetes melitus.</li> <li style="text-align: justify;">Tanda: Distensi abdomen, hiperaktif bunyi usus, kulit kering dengan turgor buruk, penampilan kakeksia (malnutrisi).</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Neurosensori</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Gejala: Sakit kepala tempat frontal (influenza).</li> <li style="text-align: justify;">Tanda: Perubahan mental (bingung, somnolen).</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Nyeri/keamanan</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Gejala: Sakit kepala, nyeri dada (pleuritik), meningkat oleh batuk; nyeri dada substernal (influenza), mialgia, artralgia.</li> <li style="text-align: justify;">Tanda: Melindungi area yang sakit (pasien umumnya tidur pada sisi yang sakit untuk membatasi gerakan).</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Pernapasan</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Gejala: Riwayat adanya/ISK kronis, PPOM, merokok sigaret, takpnea, dispnea progresif, pernapasan dangkal, penggunaan otot aksesori, pelebaran nasal.</li> <li style="text-align: justify;">Tanda: Sputum: merah muda, berkarat, atau purulen, perkusi: pekak di atas area yang konsolidasi, fremitus: taktil dan vokal sedikit demi sedikit meningkat dengan konsolidasi, ukiran friksi pleural, bunyi napas: menurun atau tak ada di atas area yang terlibat, atau napas bronkial, warna: pucat atau sianosis bibir/kuku.</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Keamanan</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Gejala: Riwayat gangguan sistem imun, mis: SLE, AIDS, penggunaan steroid atau kemoterapi, institusionalisasi, ketidakmampuan umum, demam (mis: 38, 5-39,6oC).</li> <li style="text-align: justify;">Tanda: Berkeringat, menggigil berulang, gemetar, kemerahan mungkin ada pada masalah rubeola atau varisela.</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Penyuluhan/pembelajaran</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Gejala: Riwayat mengalami pembedahan; penggunaan alkohol kronis. </li> <li style="text-align: justify;">Pertimbangan: DRG memperlihatkan rerata usang dirawat: 6,8 hari. </li> <li style="text-align: justify;">Rencana pemulangan: Bantuan dengan perawatan diri, kiprah pemeliharaan rumah, oksigen mungkin diharapkan bila ada kondisi pencetus.</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <b></b> <div style="text-align: justify;"> <b><b>Diagnosa Keperawatan</b></b></div> <br /> <ol> <li style="text-align: justify;">Bersihan jalan nafas tidak efektif  bekerjasama dengan inflamasi trakeobronkial, pembentukan edema, peningkatan produksi sputum. (Doenges, 1999 : 166)</li> <li style="text-align: justify;">Gangguan pertukaran gas bekerjasama dengan perubahan membran alveolus kapiler, gangguan kapasitas pembawa aksigen darah, ganggguan pengiriman oksigen. (Doenges, 1999 : 166)</li> <li style="text-align: justify;">Pola nafas tidak efektif  bekerjasama dengan proses inflamasi dalam alveoli. (Doenges, 1999 :177)</li> <li style="text-align: justify;">Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit bekerjasama dengan kehilangan cairan berlebih, penurunan masukan oral. (Doenges, 1999 : 172)</li> <li style="text-align: justify;">Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh bekerjasama dengan kebutuhan metabolik sekunder terhadap demam dan proses infeksi, anoreksia yang bekerjasama dengan toksin basil wangi dan rasa sputum, distensi abdomen atau gas.( Doenges, 1999 : 171)</li> <li style="text-align: justify;">Intoleransi aktifitas bekerjasama dengan insufisiensi oksigen untuk aktifitas sehari-hari. (Doenges, 1999 : 170)</li> </ol> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Intervensi</b></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Diagnosa.1</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Bersihan jalan nafas tidak efektif bekerjasama dengan inflamasi trakeobronkial, pembentukan edema, peningkatan produksi sputum</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Tujuan :</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Jalan nafas efektif dengan bunyi nafas higienis dan jelas</li> <li style="text-align: justify;">Pasien sanggup melaksanakan batuk efektif untuk mengeluarkan sekret</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> Hasil yang diharapkan :</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Mempertahankan jalan nafas paten dengan bunyi nafas bersih/ jelas</li> <li style="text-align: justify;">Menunjukkan sikap untuk memperbaiki bersihan jalan nafas </li> <li style="text-align: justify;">Misalnya: batuk efektif dan mengeluarkan sekret.</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> Intervensi :</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Auskultasi bunyi nafas, catat adanya bunyi nafas. Misalnya: mengi, krekels dan ronki. Rasional: Bersihan jalan nafas yang tidak efektif sanggup dimanifestasikan dengan adanya bunyi nafas adventisius</li> <li style="text-align: justify;">Kaji/ pantau frekuensi pernafasan, catat rasio inspirasi/ ekspirasi. Rasional: Takipnea biasanya ada pada beberapa derajat dan sanggup ditemukan pada penerimaan atau selama stres/ adanya proses infeksi akut. Pernafasan sanggup melambat dan frekuensi ekspirasi memanjang dibanding inspirasi.</li> <li style="text-align: justify;">Berikan posisi yang nyaman buat pasien, contohnya posisi semi fowler. Rasional: Posisi semi fowler akan mempermudah pasien untuk bernafas</li> <li style="text-align: justify;">Dorong/ bantu latihan nafas abdomen atau bibir. Rasional: Memberikan pasien beberapa cara untuk mengatasi dan mengontrol dipsnea dan menurunkan jebakan udara</li> <li style="text-align: justify;">Observasi karakteristik batik, bantu tindakan untuk memoerbaiki keefektifan upaya batuk. Rasional: Batuk sanggup menetap, tetapi tidak efektif. Batuk paling efektif pada posisi duduk tinggi atau kepala di bawah setelah perkusi dada.</li> <li style="text-align: justify;">Berikan air hangat sesuai toleransi jantung. Rasional: Hidrasi menurunkan kekentalan sekret dan mempermudah pengeluaran.</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Diagnosa. 2</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Gangguan pertukaran gas bekerjasama dengan perubahan membran alveolus kapiler, gangguan kapasitas pembawa oksigen darah, gangguan pengiriman oksigen.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Tujuan :</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan dengan GDA dalam rentang normal dan tidak ada distres pernafasan.</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> Hasil yang diharapkan :</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Menunjukkan adanya perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan</li> <li style="text-align: justify;">Berpartisispasi pada tindakan untuk memaksimalkan oksigenasi</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> Intervensi :</div> <ul> <li style="text-align: justify;">kaji frekuensi, kedalaman, dan akomodasi pernafasan. Rasional :Manifestasi distres pernafasan tergantung pada derajat keterlibatan paru dan status kesehatan umum</li> <li style="text-align: justify;">Observasi warna kulit, membran mukosa dan kuku. Catat adanya sianosis. Rasional :Sianosis memperlihatkan vasokontriksi atau respon tubuh terhadap demam/ menggigil dan terjadi hipoksemia.</li> <li style="text-align: justify;">Kaji status mental. Rasional :Gelisah, gampang terangsang, galau sanggup memperlihatkan hipoksemia.</li> <li style="text-align: justify;">Awsi frekuensi jantung/ irama. Rasional :Takikardi biasanya ada lantaran jawaban adanya demam/ dehidrasi.</li> <li style="text-align: justify;">Awasi suhu tubuh. Bantu tindakan kenyamanan untuk mengurangi demam dan menggigil. Rasional :Demam tinggi sangat meningkatkan kebutuhan metabolik dan kebutuhan oksigen dan mengganggu oksigenasi seluler.</li> <li style="text-align: justify;">Tinggikan kepala dan dorong sering mengubah posisi, nafas dalam, dan batuk efektif. Rasional :Tindakan ini meningkatkan wangsit maksimal, meningkatkan pengeluaran sekret untuk memperbaiaki ventilasi.</li> <li style="text-align: justify;">Kolaborasi pemberian oksigen dengan benar sesuai dengan indikasi. Rasional :Mempertahankan PaO2 di atas 60 mmHg.</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Diagnosa. 3</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Pola nafas tidak efektif bekerjasama dengan proses inflamasi dalam alveoli</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Tujuan:</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Pola nafas efektif dengan frekuensi dan kedalaman dalam rentang normal dan paru jelas/ bersih</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> Intervensi :</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Kaji frekuensi, kedalaman pernafasan dan perluasan dada. Rasional :Kecepatan biasanya meningkat, dispnea, dan terjadi peningkatan kerja nafas, kedalaman bervariasi, perluasan dada terbatas.</li> <li style="text-align: justify;">Auskultasi bunyi nafas dan catat adanya bunyi nafas adventisius. Rasional :Bunyi nafas menurun/ tidak ada bila jalan nafas terdapat obstruksi kecil.</li> <li style="text-align: justify;">Tinggikan kepala dan bentu mengubah posisi. Rasional :Duduk tinggi memungkinkan perluasan paru dan memudahkan pernafasan.</li> <li style="text-align: justify;">Observasi pola batuk dan aksara sekret. Rasional :Batuk biasanya mengeluarkan sputum dan mengindikasikan adanya kelainan.</li> <li style="text-align: justify;">Bantu pasien untuk nafas dalam dan latihan batuk efektif. Rasional :Dapat meningkatkan pengeluaran sputum.</li> <li style="text-align: justify;">Kolaborasi pemberian oksigen tambahan. Rasional :Memaksimalkan bernafas dan menurunkan kerja nafas.</li> <li style="text-align: justify;">Berikan humidifikasi tambahan. Rasional :Memberikan kelembaban pada membran mukosa dan membantu pengenceran sekret untuk memudahkan pembersihan.</li> <li style="text-align: justify;">Bantu fisioterapi dada, postural drainage. Rasional :Memudahkan upaya pernafasan dan meningkatkan drainage sekret dari segmen paru ke dalam bronkus.</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Diagnosa. 4</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit bekerjasama dengan kehilngan cairan berlebih, penurunan masukan oral.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Tujuan : Menunjukkan keseimbangan cairan dan elektrolit</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Intervensi :</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Kaji perubahan tanda vital, referensi :peningkatan suhu, takikardi,, hipotensi. Rasional :Untuk memperlihatkan adnya kekurangan cairan sisitemik</li> <li style="text-align: justify;">Kaji turgor kulit, kelembaban membran mukosa (bibir, lidah). Rasional :Indikator eksklusif keadekuatan masukan cairan</li> <li style="text-align: justify;">Catat lapporan mual/ muntah. Rasional :Adanya tanda-tanda ini menurunkan masukan oral</li> <li style="text-align: justify;">Pantau masukan dan haluaran urine. Rasional :Memberikan informasi wacana keadekuatan volume cairan dan kebutuhan penggantian</li> <li style="text-align: justify;">Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi. Rasional :Memperbaiki ststus kesehatan</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Diagnosa. 5</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh bekerjasama dengan peningkatan kebutuhan metabolik sekunder terhadap demam dan proses infeksi, anoreksia, distensi abdomen.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Tujuan :</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Menunjukkan peningkatan nafsu makan</li> <li style="text-align: justify;">Mempertahankan/ meningkatkan berat badan</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> Intervensi :</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Identifikasi faktor yang menimbulkan mual/ muntah. Rasional :Pilihan intervensi tergantung pada penyebab masalah</li> <li style="text-align: justify;">Berikan wadah tertutup untuk sputum dan buang sesering mungkin, bantu kebersihan mulut. Rasional :Menghilangkan bahaya, rasa, bau,dari lingkungan pasien dan sanggup menurunkan mual.</li> <li style="text-align: justify;">Jadwalkan pengobatan pernafasan sedikitnya 1 jam sebelum makan. Rasional :Menurunkan imbas mual yang bekerjasama dengan pengobatan ini.</li> <li style="text-align: justify;">Auskultasi bunyi usus, observasi/ palpasi distensi abdomen. Rasional :Bunyi usus mungkin menurun bila proses infeksi berat, distensi abdomen terjadi sebagai jawaban menelan udara dan memperlihatkan dampak toksin basil pada saluran gastro intestinal</li> <li style="text-align: justify;">Berikan makan porsi kecil dan sering termasuk masakan kering atau masakan yang menarik untuk pasien. Rasional :Tindakan ini sanggup meningkatkan masukan meskipun nafsu makan mungkin lambat untuk kembali</li> <li style="text-align: justify;">Evaluasi status nutrisi umum, ukur berat tubuh dasar. Rasional :Adanya kondisi kronis sanggup menimbulkan malnutrisi, rendahnya tahanan terhadap infeksi, atau lambatnya responterhadap terapi </li> </ul> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Diagnosa. 6</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Intoleransi aktifitas bekerjasama dengan insufisiensi oksigen untuk aktifitas hidup sehari-hari.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Tujuan : Peningkatan toleransi terhadap aktifitas.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Intervensi :</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Evakuasi respon pasien terhadap aktivitas. Rasional :Menetapkan kemampuan/ kebutuhan pasien dan memudahkan pilihan intervensi </li> <li style="text-align: justify;">Berikan lingkungan yang hening dan batasi pengunjung selama fase akut. Rasional :Menurunkan stres dan rangsangan berlebihan, meningkatkan istirahat</li> <li style="text-align: justify;">Jelaskan pentingnya istitahat dalam planning pengobatan dan perlunya keseimbamgan acara dan istirahat. Rasional :Tirah baring dipertahankan untuk menurunkan kebutuhan metabolik</li> <li style="text-align: justify;">Bantu acara perawatan diri yang diperlukan. Rasional :Meminimalkan kelelahan dan membantu keseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Daftar Pustaka</b></div> <ul> <li style="text-align: justify;">Barbara Engram (1998), Rencana Asuhan Keperawatan Medikal – Bedah Jilid I, Peneribit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.</li> <li style="text-align: justify;">Barbara C. Long (1996), Perawatan Medikal Bedah: Suatu Pendekatan Proses Keperawatan, The C.V Mosby Company St. Louis, USA.</li> <li style="text-align: justify;">Hudak & Gallo (1997), Keperawatan Kritis: Pendekatan Holistik Volume I, Penerbit Buku Kedoketran EGC, Jakarta.</li> <li style="text-align: justify;">Jan Tambayonmg (2000), Patofisiologi Unutk Keperawatan, Penerbit Buku Kedoketran EGC, Jakarta.</li> <li style="text-align: justify;">Marylin E. Doenges (2000), Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien edisi 3, Penerbit Buku Kedoketran EGC, Jakarta.</li> <li style="text-align: justify;">Sylvia A. Price (1995), Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-proses Penyakit Edisi 4 Buku 2, Penerbit Buku Kedoketran EGC, Jakarta</li> <li style="text-align: justify;">Guyton & Hall (1997), Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 9, Penerbit Buku Kedoketran EGC, Jakarta</li> </ul> <div> <div style="text-align: justify;"> Silahkan download file laporan pendahuluan pneumonia lengkap format doc dan pdf melalui link dibawah :</div> </div> <div> <ul> <li style="text-align: justify;"><b><span style="background-color: lime;">File Laporan Pendahuluan Pnemonia doc</span> <i><a href="https://drive.google.com/file/d/1vhSAvMrjBll5mHGOAitYprMy2LlWIH4a/view?usp=sharing" target="_blank">(Ambil File)</a></i></b></li> <li style="text-align: justify;"><b><span style="background-color: cyan;">File Laporan Pendahuluan Pnemonia pdf</span> <i><a href="https://drive.google.com/file/d/12kJ5aUu80GzFbIpGzF40PmVeZtWmrvkb/view?usp=sharing" target="_blank">(Ambil File)</a></i></b></li> </ul> <div> <div style="text-align: justify;"> <b><i>Link Alternatif</i></b></div> </div> </div> <div> <ul> <li style="text-align: justify;"><b><span style="background-color: orange;">Alternatif Pendahuluan Pnemonia doc 1</span> <i><a href="https://drive.google.com/file/d/1vhSAvMrjBll5mHGOAitYprMy2LlWIH4a/view?usp=sharing" target="_blank">(Ambil File)</a></i></b></li> <li style="text-align: justify;"><b><span style="background-color: red;">Alternatif Pendahuluan Pnemonia pdf 1</span> <i><a href="https://drive.google.com/file/d/12kJ5aUu80GzFbIpGzF40PmVeZtWmrvkb/view?usp=sharing" target="_blank">(Ambil File)</a></i></b></li> <li style="text-align: justify;"><b><span style="background-color: #ea9999;">Alternatif Pendahuluan Pnemonia doc 2</span> <i><a href="https://drive.google.com/file/d/1vhSAvMrjBll5mHGOAitYprMy2LlWIH4a/view?usp=sharing" target="_blank">(Ambil File)</a></i></b></li> <li style="text-align: justify;"><b><span style="background-color: #f6b26b;">Alternatif Pendahuluan Pnemonia pdf 2</span> <i><a href="https://drive.google.com/file/d/12kJ5aUu80GzFbIpGzF40PmVeZtWmrvkb/view?usp=sharing" target="_blank">(Ambil File)</a></i></b></li> </ul> <div> <div style="text-align: justify;"> Demikian Laporan pendahuluan Pneumonia lengkap, pdf dan doc semoga sanggup membantu sahabat sejawat sekalian. terima kasih</div> </div> </div>

Laporan Pendahuluan / Lp Pneumonia Lengkap, Download Pdf Dan Doc

Selamat tiba kembali teman-teman perawat seIndonesia, terima kasih masih setia mengunjungi blog kecil kami ini, semoga selalu sehat dan sej...

+ Baca selengkapnya »

Laporan Pendahuluan Thypoid Pada Anak, Download Format Doc Dan Pdf

<div style="text-align: justify;"> Teman-teman Perawat dimanapun berada, kali ini kami bagikan laporan pendahuluan thypoid pada anak lengkap dengan format doc dan pdf.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> laporan pendahuluan thypoid pada anak ini telah kami susun sedemikian rupa, guna mempermudah sahabat - sahabat perawat dalam pembuatan tugas, baik yang masih mencar ilmu diakademik ataupun sebagai materi teman-teman perawat yang sudah bekerja.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Jika teman-teman perawat sekalian sedang mencari materi untuk pembuatan makalah keperawatan dengan judul thypoid  maka kalian tiba pada daerah yang tepat. Karena laporan pendahuluan thypiod pada anak ini sanggup kalian gunakan dan hanya tinggal sedikit mengedit saja sesuai dengan kebutuhan masing- masing.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Untuk mendownload laporan pendahuluan thypoid pada anak ini telah kami sediakan link diakhir artikel yang sanggup teman-teman gunakan untuk mengambil file ini dalam bentuk doc dan pdf.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <h3 style="text-align: justify;"> <b>Laporan Pendahuluan Thypoid Pada Anak</b></h3> <div style="text-align: justify;"> <b>Pengertian</b></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Thypoid ialah penyakit menular yang bersifat akut, yang ditandai dengan bakterimia, perubahan pada sistem retikuloendotelial yang bersifat difus, pembentukan mikroabses dan ulserasi Nodus peyer di distal ileum. (Soegeng Soegijanto, 2002)</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Typhoid ialah penyakit infeksi mengenai terusan pencernaan dengan tanda-tanda demam yang lebih dari satu minggu, gangguan pada pencernaan dan gangguan kesadaran. ( Ngastiyah, 1997).</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Thypoid ialah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai terusan cerna dengan tanda-tanda demam lebih dari 7 hari, ganggun pada terusan cerna, dan gangguan kesadaran (Rampengan, 1990)</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Penyebab / Etiologi</b></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Salmonella typhi yang menjadikan infeksi invasif yang ditandai oleh demam, toksemia, nyeri perut, konstipasi/diare. Komplikasi yang sanggup terjadi antara lain: perforasi usus, perdarahan, toksemia dan kematian. (Ranuh, Hariyono, dan dkk. 2001)</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Etiologi demam tifoid dan demam paratipoid ialah S.typhi, S.paratyphi A, S.paratyphi b dan S.paratyphi C. (Arjatmo Tjokronegoro, 1997) </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Patofisiologi</b></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Transmisi terjadi melalui kuliner dan minuman yang tercemar urin/feses dari penderita thypoid akut dan para pembawa kuman/karier.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Empat F (Finger, Files, Fomites dan fluids) sanggup berbagi kuman ke makanan, susu, buah dan sayuran yang sering dimakan tanpa dicuci/dimasak sehingga sanggup terjadi penularan penyakit terutama terdapat dinegara-negara yang sedang berkembang dengan kesulitan pengadaan pembuangan kotoran (sanitasi) yang andal. (Samsuridjal D dan heru S, 2003)</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Masa inkubasi demam thyfoid berlangsung selama 7-14 hari (bervariasi antara 3-60 hari) bergantung jumlah dan strain kuman yang tertelan. Selama masa inkubasi penderita tetap dalam keadaan asimtomatis. (Soegeng soegijanto, 2002)</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Fathway Thypoid pada Anak.</div> <div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"> <img border="0" data-original-height="513" data-original-width="499" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgdiTJ4F1HhLyKk3_65_GloDt1zA9h3gswJc94OAoP4nKt4NNY3sdrsB64cEN-30dSBJTINE98vsN-OoM_6-rzYRr-csPs4q50sYs8mVAJNl_gEDi2QXDNwtfZyb9NogibW7jvr_2rb3ZNX/s1600/Fathway+thypoid+pada+anak.png" /></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Untuk mendownload fathway thypoid pada anak dalam format doc <span style="background-color: cyan;"><b><a href="https://drive.google.com/file/d/1m4Y4riWx8mt3vYdD8kHvwUSB3SI8IUFo/view?usp=sharing" target="_blank">DISINI</a></b></span></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Gejala Klinis</b></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Gejala klinis pada anak umumnya lebih ringan dan lebih bervariasi dibandingkan dengan orang dewasa. Walaupun tanda-tanda demam tifoid pada anak lebih bervariasi, tetapi secara garis besar terdiri dari demam satu minggu/lebih, terdapat gangguan terusan pencernaan dan gangguan kesadaran. Dalam ahad pertama, keluhan dan tanda-tanda ibarat penyakit infeksi akut pada umumnya mirip demam, nyeri kepala, anoreksia, mual, muntah, diare, konstipasi, serta suhu tubuh yang meningkat.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Pada ahad kedua maka gejala/tanda klinis menjadi makin jelas, berupa demam remiten, pengecap tifoid, pembesaran hati dan limpa, perut kembung, sanggup disertai gangguan kesadaran dari ringan hingga berat. Lidah tifoid dan tampak kering, dilapisi selaput kecoklatan yang tebal, di belahan ujung tepi tampak lebih kemerahan. (Ranuh, Hariyono, dan dkk. 2001)</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Sejalan dengan  perkembangan penyakit, suhu tubuh meningkat dengan citra ‘anak tangga’. Menjelang selesai ahad pertama, pasien menjadi bertambah toksik. (Vanda Joss & Stephen Rose, 1997)</div> <div style="text-align: justify;">       </div> <div style="text-align: justify;"> Gambaran klinik tifus abdominalis</div> <div style="text-align: justify;">   </div> <div style="text-align: justify;"> Keluhan:</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Nyeri kepala (frontal) : 100%</li> <li style="text-align: justify;">Kurang lezat di perut  : 50%</li> <li style="text-align: justify;">Nyeri tulang, persendian, dan otot : 50%</li> <li style="text-align: justify;">Berak-berak : 50%</li> <li style="text-align: justify;">Muntah        : 50%</li> </ul> <br /> <div style="text-align: justify;">   Gejala:</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Demam : 100%</li> <li style="text-align: justify;">Nyeri tekan perut : 75%</li> <li style="text-align: justify;">Bronkitis<span style="white-space: pre;"> </span> : 75%</li> <li style="text-align: justify;">Toksik : 60%</li> <li style="text-align: justify;">Letargik : 60%</li> <li style="text-align: justify;">Lidah tifus (“kotor”) : 40% (Sjamsuhidayat,1998)</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <br /> <div style="text-align: justify;"> <b>Pemeriksaan Penunjang</b></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 1. Pemeriksaan Darah Perifer Lengkap</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Dapat ditemukan leukopeni, sanggup pula leukositosis atau kadar leukosit normal. Leukositosis sanggup terjadi walaupun tanpa disertai infeksi sekunder. </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 2. Pemeriksaan SGOT dan SGPT</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> SGOT dan SGPT sering meningkat, tetapi akan kembali normal sesudah sembuh. Peningkatan SGOT dan SGPT ini tidak memerlukan penanganan khusus</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 3. Pemeriksaan Uji Widal</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Uji Widal dilakukan untuk mendeteksi adanya antibodi terhadap basil Salmonella typhi. Uji Widal dimaksudkan untuk memilih adanya aglutinin dalam serum penderita Demam Tifoid. Akibat adanya infeksi oleh Salmonella typhi maka penderita menciptakan antibodi (aglutinin) yaitu:</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Aglutinin O: alasannya ialah rangsangan antigen O yang berasal dari tubuh bakteri</li> <li style="text-align: justify;">Aglutinin H: alasannya ialah rangsangan antigen H yang berasal dari flagela bakteri</li> <li style="text-align: justify;">Aglutinin Vi: alasannya ialah rangsangan antigen Vi yang berasal dari simpai bakter.</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglitinin O dan H yang dipakai untuk diagnosis Demam Tifoid. Semakin tinggi titernya semakin besar kemungkinan menderita Demam Tifoid. (Widiastuti Samekto, 2001)</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Penatalaksanaan / Therapi</b></div> <ol> <li style="text-align: justify;">Kloramfenikol. Dosis yang diberikan ialah 4 x 500 mg perhari, sanggup diberikan secara oral atau intravena, hingga 7 hari bebas panas</li> <li style="text-align: justify;">Tiamfenikol. Dosis yang diberikan 4 x 500 mg per hari. </li> <li style="text-align: justify;">Kortimoksazol. Dosis 2 x 2 tablet (satu tablet mengandung 400 mg sulfametoksazol dan 80 mg trimetoprim)</li> <li style="text-align: justify;">Ampisilin dan amoksilin. Dosis berkisar 50-150 mg/kg BB, selama 2 minggu</li> <li style="text-align: justify;">Sefalosporin Generasi Ketiga. takaran 3-4 gram dalam dekstrosa 100 cc, diberikan selama ½ jam per-infus sekali sehari, selama 3-5 hari</li> <li style="text-align: justify;">Golongan Fluorokuinolon : Norfloksasin : takaran 2 x 400 mg/hari selama 14 hari, Siprofloksasin : takaran 2 x 500 mg/hari selama 6 hari, Ofloksasin<span style="white-space: pre;"> </span>: takaran 2 x 400 mg/hari selama 7 hari, Pefloksasin : takaran 1 x 400 mg/hari selama 7 hari dan Fleroksasin : takaran 1 x 400 mg/hari selama 7 hari</li> <li style="text-align: justify;">Kombinasi obat antibiotik. Hanya diindikasikan pada keadaan tertentu seperti: Tifoid toksik, peritonitis atau perforasi, syok septik, dikarenakan telah terbukti sering ditemukan dua macam organisme dalam kultur darah selain kuman Salmonella typhi. (Widiastuti S, 2001)</li> </ol> <br /> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Komplikasi</b></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Perdarahan usus, peritonitis, meningitis, kolesistitis, ensefalopati, bronkopneumonia, hepatitis. (Arif mansjoer & Suprohaitan 2000)</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Perforasi usus terjadi pada 0,5-3% dan perdarahan berat pada 1-10% penderita demam tifoid. Kebanyakan komplikasi terjadi selama stadium ke-2 penyakit dan umumnya didahului oleh penurunan suhu tubuh dan tekanan darah serta kenaikan denyut jantung.Pneumonia sering ditemukan selama stadium ke-2 penyakit, tetapi seringkali sebagai tanggapan superinfeksi oleh organisme lain selain Salmonella. Pielonefritis, endokarditis, meningitis, osteomielitis dan arthritis septik jarang terjadi pada hospes normal. Arthritis septik dan osteomielitis lebih sering terjadi pada penderita hemoglobinopati. (Behrman Richard, 1992)</div> <div style="text-align: justify;">     </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Konsep Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Demam Thypoid</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Pengkajian</b></div> <ol> <li style="text-align: justify;"> Riwayat keperawatan</li> <li style="text-align: justify;">Kaji adanya tanda-tanda dan tanda meningkatnya suhu tubuh terutama pada malam hari, nyeri kepala, pengecap kotor, tidak nafsu makan, epistaksis, penurunan kesadaran</li> </ol> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Diagnosa Keperawatan</b></div> <ol> <li style="text-align: justify;">Hipertermi berafiliasi dengan proses infeksi</li> <li style="text-align: justify;">Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berafiliasi dengan tidak ada nafsu makan, mual, dan kembung</li> <li style="text-align: justify;">Risiko kurangnya volume cairan berafiliasi dengan kurangnya intake cairan, dan peningkatan suhu tubuh</li> </ol> <br /> <div style="text-align: justify;"> <b>Intervensi Keperawatan</b></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 1. Mempertahankan suhu dalam batas normal</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Kaji pengetahuan klien dan keluarga wacana hipertermia</li> <li style="text-align: justify;">Observasi suhu, nadi, tekanan darah, pernafasan</li> <li style="text-align: justify;">Berri minum yang cukup</li> <li style="text-align: justify;">Berikan kompres air biasa</li> <li style="text-align: justify;">Lakukan tepid sponge (seka)</li> <li style="text-align: justify;">Pakaian (baju) yang tipis dan menyerap keringat</li> <li style="text-align: justify;">Pemberian obat antipireksia</li> <li style="text-align: justify;">Pemberian cairan parenteral (IV) yang adekuat</li> </ul> <br /> <div style="text-align: justify;">  2. Meningkatkan kebutuhan nutrisi dan cairan</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Menilai status nutrisi anak</li> <li style="text-align: justify;">Ijinkan anak untuk memakan kuliner yang sanggup ditoleransi anak, rencanakan untuk memperbaiki kualitas gizi pada ketika selera makan anak meningkat.</li> <li style="text-align: justify;">Berikan kuliner yang disertai dengan embel-embel nutrisi untuk meningkatkan kualitas intake nutrisi</li> <li style="text-align: justify;">Menganjurkan kepada orang bau tanah untuk memperlihatkan kuliner dengan teknik porsi kecil tetapi sering</li> <li style="text-align: justify;">Menimbang berat tubuh setiap hari pada waktu yang sama, dan dengan skala yang sama</li> <li style="text-align: justify;">Mempertahankan kebersihan lisan anak</li> <li style="text-align: justify;">Menjelaskan pentingnya intake nutrisi yang adekuat untuk penyembuhan penyakit</li> <li style="text-align: justify;">Kolaborasi untuk proteksi kuliner melalui parenteral kalau proteksi kuliner melalui oral tidak memenuhi kebutuhan gizi anak</li> </ul> <br /> <div style="text-align: justify;">  3. Mencegah kurangnya volume cairan</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Mengobservasi tanda-tanda vital (suhu tubuh) paling sedikit setiap 4 jam</li> <li style="text-align: justify;">Monitor tanda-tanda meningkatnya kekurangan cairan: turgor tidak elastis,  ubun-ubun cekung, produksi urin menurun, memberan mukosa kering, bibir pecah-pecah</li> <li style="text-align: justify;">Mengobservasi dan mencatat berat tubuh pada waktu yang sama dan dengan skala yang sama </li> <li style="text-align: justify;">Memonitor proteksi cairan melalui intravena setiap jam</li> <li style="text-align: justify;">Mengurangi kehilangan cairan yang tidak terlihat (Insensible Water Loss/IWL) dengan memperlihatkan kompres hambar atau dengan tepid sponge</li> <li style="text-align: justify;">Memberikan antibiotik sesuai program</li> </ul> <div style="text-align: justify;">  (Suriadi & Rita Y, 2001)</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Discharge Planning</b></div> <ol> <li style="text-align: justify;">Penderita harus sanggup diyakinkan basuh tangan dengan sabun sesudah defekasi</li> <li style="text-align: justify;">Mereka yang diketahui sebagai karier dihindari  untuk mengelola makanan</li> <li style="text-align: justify;">Lalat perlu dicegah menghinggapi kuliner dan minuman.</li> <li style="text-align: justify;">Penderita memerlukan istirahat </li> <li style="text-align: justify;">Diet lunak yang tidak merangsang dan rendah serat. (Samsuridjal D dan Heru S, 2003)</li> <li style="text-align: justify;">Berikan isu wacana kebutuhan melaksanakan acara sesuai dengan tingkat perkembangan dan kondisi fisik anak</li> <li style="text-align: justify;">Jelaskan terapi yang diberikan: dosis, dan imbas samping</li> <li style="text-align: justify;">Menjelaskan gejala-gejala kekambuhan penyakit dan hal yang harus dilakukan untuk mengatasi tanda-tanda tersebut</li> <li style="text-align: justify;">Tekankan untuk melaksanakan kontrol sesuai waktu yang ditentukan. (Suriadi & Rita Y, 2001) </li> </ol> <br /> <div style="text-align: justify;"> <b>Daftar Pustaka</b></div> <ul> <li style="text-align: justify;">Arif Mansjoer, Suprohaitan, Wahyu Ika W, Wiwiek S. Kapita Selekta Kedokteran. Penerbit Media Aesculapius. FKUI Jakarta. 2000.</li> <li style="text-align: justify;">Arjatmo Tjokronegoro & Hendra Utama. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I. Edisi ke Tiga. FKUI. Jakarta. 1997.</li> <li style="text-align: justify;">Behrman Richard. Ilmu Kesehatan Anak. Alih bahasa: Moelia Radja Siregar & Manulang. Editor: Peter Anugrah. EGC. Jakarta. 1992.</li> <li style="text-align: justify;">Joss, Vanda dan Rose, Stephan. Penyajian Kasus pada Pediatri. Alih bahasa Agnes Kartini. Hipokrates. Jakarta. 1997. </li> <li style="text-align: justify;">Ranuh, Hariyono dan Soeyitno, dkk. Buku Imunisasi Di Indonesia, edisi pertama. Satgas Imunisasi Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jakarta. 2001.</li> <li style="text-align: justify;">Samsuridjal Djauzi dan Heru Sundaru. Imunisasi Dewasa. FKUI. Jakarta. 2003.</li> <li style="text-align: justify;">Sjamsuhidayat. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi revisi. EGC. Jakarta. 1998.</li> <li style="text-align: justify;">Soegeng Soegijanto. Ilmu Penyakit Anak, Diagnosa dan Penatalaksanaan. Salemba Medika. Jakarta. 2002.</li> <li style="text-align: justify;">Suriadi & Rita Yuliani. Buku Pegangan Praktek Klinik Asuhan Keperawatan pada Anak. Edisi I. CV Sagung Seto. Jakarta. 2001.</li> <li style="text-align: justify;">Widiastuti Samekto. Belajar Bertolak dari Masalah Demam Typhoid. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang. 2001.</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Download Laporan Pendahuluan Thypoid pada Anak dibawah :</div> <div> <ul> <li style="text-align: justify;"><b><span style="background-color: cyan;">Laporan Pendahuluan Thypoid pada anak doc</span> <i><a href="https://drive.google.com/file/d/1wyHA45zl_fM92p4sWPV4qexymeuSSGHz/view?usp=sharing" target="_blank">(Ambil File)</a></i></b></li> <li style="text-align: justify;"><b><span style="background-color: lime;">Laporan Pendahuluan Thypoid pada anak pdf</span> <i><a href="https://drive.google.com/file/d/1UMQEHlYj-hQmpTJM2PIyVRQHX8O_5V9l/view?usp=sharing" target="_blank">(Ambil File)</a></i></b></li> </ul> <div style="text-align: justify;"> <b><i>link Alternatif</i></b></div> </div> <div> <ul> <li style="text-align: justify;"><b><span style="background-color: orange;">Alternatif LP Thypoid pada Anak doc 1</span><i> <a href="https://drive.google.com/file/d/1wyHA45zl_fM92p4sWPV4qexymeuSSGHz/view?usp=sharing" target="_blank">(Ambil File)</a></i></b></li> <li style="text-align: justify;"><b><span style="background-color: red;">Alternatif LP Thypoid pada Anak pdf 1</span><i> <a href="https://drive.google.com/file/d/1UMQEHlYj-hQmpTJM2PIyVRQHX8O_5V9l/view?usp=sharing" target="_blank">(Ambil File)</a></i></b></li> </ul> <ul> <li style="text-align: justify;"><b><span style="background-color: #f9cb9c;">Alternatif LP Thypoid pada Anak doc 2</span><i> <a href="https://drive.google.com/file/d/1wyHA45zl_fM92p4sWPV4qexymeuSSGHz/view?usp=sharing" target="_blank">(Ambil File)</a></i></b></li> <li style="text-align: justify;"><b><span style="background-color: #f4cccc;">Alternatif LP Thypoid pada Anak pdf 2</span><i> <a href="https://drive.google.com/file/d/1UMQEHlYj-hQmpTJM2PIyVRQHX8O_5V9l/view?usp=sharing" target="_blank">(Ambil File)</a></i></b></li> </ul> <div style="text-align: justify;"> Demikianlah Laporan pendahuluan thypoid pada anak kami bagikan, silahkan diambil bagi yang membutuhkan, terima kasih.</div> </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Semoga Bermanfaat.</div>

Laporan Pendahuluan Thypoid Pada Anak, Download Format Doc Dan Pdf

Teman-teman Perawat dimanapun berada, kali ini kami bagikan laporan pendahuluan thypoid pada anak lengkap dengan format doc dan pdf. la...

+ Baca selengkapnya »