Patofisiologi Dan Pathway Pneumonia

<div style="text-align: justify;"> Pneumonia yaitu peradangan paru dimana asinus paru terisi cairan radang dengan atau tanpa disertai infiltrasi dari sel radang kedalam dinding alveoli dan rongga interstisium. (secara anatomis sanggup timbul pneumonia lobaris maupun lobularis / bronchopneumonia. </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Pneumonia merupakan salah satu penyakit jerawat kanal pernafasan yang terbanyak didapatkan dan sering merupakan penyebab janjkematian hampir di seluruh dunia. Di Indonesia menurut survei kesehatan rumah tangga tahun 1986 yang dilakukan Departemen Kesehatan, pneumonia tergolong dalam penyakit jerawat akut kanal nafas, merupakan penyakit yang banyak dijumpai.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Pneumonia sering terjadi pada anak usia 2 bulan – 5 tahun, pada usia dibawah 2 bulan pneumonia berat ditandai dengan frekuensi pernafasan sebanyak 60 kali/menit juga disertai penarikan besar lengan berkuasa pada dinding dada sebelah bawah kedalam.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Pada usia 2 bulan hingga kurang dari 1 tahun, frekuensi pernafasan sebanyak 50 kali/menit dan pada usia 1 tahun hingga kurang dari 5 tahun frekuensi pernafasan sebanyak 40 kali/menit.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Pneumonia berat ditandai dengan adanya tanda-tanda menyerupai anak tidak sanggup minum atau menetek, selalu memuntahkan semuanya, kejang dan terdapat tarikan dinding dada kedalam dan bunyi nafas bunyi krekels (suara nafas embel-embel pada paru) ketika inspirasi.</div> <h3 style="text-align: justify;"> <br />Patofisiologi Pneumonia</h3> <div style="text-align: justify;"> Pneumonia bakterial menyerang baik ventilasi maupun difusi. Suatu reaksi inflamasi yang dilakukan oleh pneumokokus terjadi pada alveoli dan menghasilkan eksudat, yang mengganggu gerakan dan difusi oksigen serta karbon dioksida. Sel-sel darah putih, kebanyakan neutrofil, juga bermigrasi ke dalam alveoli dan memenuhi ruang yang biasanya mengandung udara. Area paru tidak menerima ventilasi yang cukup sebab sekresi, edema mukosa, dan bronkospasme, mengakibatkan oklusi parsial bronki atau alveoli dengan mengakibatkan penurunan tahanan oksigen alveolar. Darah vena</div> <div style="text-align: justify;"> yang memasuki paru-paru lewat melalui area yang kurang terventilasi dan keluar ke sisi kiri jantung tanpa mengalami oksigenasi. Pada pokoknya, darah terpirau dari sisi kanan ke sisi kiri jantung. Percampuran darah yang teroksigenasi dan tidak teroksigenasi ini jadinya mengakibatkan hipoksemia arterial.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Sindrom Pneumonia Atipikal. Pneumonia yang berkaitan dengan mikoplasma, fungus, klamidia, demam-Q, penyakit Legionnaires’. Pneumocystis carinii, dan virus termasuk ke dalam sindrom pneumonia atipikal.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Pneumonia mikoplasma yaitu penyebab pneumonia atipikal primer yang paling umum. Mikoplasma yaitu organisme kecil yang dikelilingi oleh membran berlapis tiga tanpa dinding sel. Organisme ini tumbuh pada media kultur khusus tetapi berbeda dari virus. Pneumonia mikoplasma paling sering terjadi pada bawah umur yang sudah besar dan cukup umur muda.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Pneumonia kemungkinan ditularkan oleh droplet pernapasan yang terinfeksi, melalui kontak dari individu ke individu. Pasien sanggup diperiksa terhadap antibodi mikoplasma.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Inflamasi infiltrat lebih kepada interstisial ketimbang alveolar. Pneumonia ini menyebar ke seluruh kanal pernapasan, termasuk bronkiolus. Secara umum, pneumonia ini memiliki ciri-ciri bronkopneumonia. Sakit indera pendengaran dan miringitis bulous merupakan hal yang umum terjadi. Pneumonia atipikal sanggup menimbulkan masalah-masalah yang sama baik dalam ventilasi maupun difusi menyerupai yang diuraikan dalam pneumonia bakterial.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <h3 style="text-align: justify;"> Pathway Pneumonia</h3> <div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"> <img border="0" data-original-height="497" data-original-width="417" height="640" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgTr6isoUT0gvPF83sFT_pEygq_dh6KsOBFcOxRx6M_jeNo3M2EkQyAd5cXB9DhTeJ9IjTtn3K3YCyir6fZZUX5MswjDiuTMl24aoGwxdr2elpON7rNZ1Kcydm5cxr1Ga7t36Kz66XHN1ds/s640/Fathway+pneumonia.png" width="536" /></div> <div style="text-align: justify;">  Untuk mendownload pathway pneumonia doc,<b><a href="https://drive.google.com/file/d/1v6U0iP2If_SFu6kkGEyS09m505phRV1G/view?usp=sharing" target="_blank"> DISINI</a></b></div>

Patofisiologi Dan Pathway Pneumonia

Pneumonia yaitu peradangan paru dimana asinus paru terisi cairan radang dengan atau tanpa disertai infiltrasi dari sel radang kedalam dindi...

+ Baca selengkapnya »

Laporan Pendahuluan / Lp Ispa (Infeksi Jalan Masuk Pernafasan Akut), Download Pdf Dan Doc

<div style="text-align: justify;"> Kami Bagikan Laporan Pendahuluan / LP ISPA <i>(Infeksi Saluran Pernafasan Akut)</i></div> <div style="text-align: justify;"> <i><br /></i></div> <div style="text-align: justify;"> Teman-teman Sejawat sekalian terima kasih telah setia berkunjung ke blog sederhana kami ini, pada kesempatan kali ini akan kami share laporan pendahuluan ISPA, yang merupakan Tinjauan teoritis hingga konsep asuhan keperawatan perihal penyakit yang pastinya setiap orang pernah mencicipi nya yakni ISPA.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Laporan Pendahuluan ISPA <i>(Infeksi Saluran Pernafasan Akut)</i> ini kami bagikan untuk mempermudah teman-teman dalam pembuatan tgas keperawatan, LP ISPA ini kami sediakan dalam bentuk dua format yaitu pdf dan doc.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Untuk mendownload laporan pendahuluan ISPA pdf dan doc telah kami sediakan link unduhan diakhir artikel untuk mendownload. </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <h3 style="text-align: justify;"> <b>Laporan Pendahuluan ISPA <i>(Infeksi Saluran Pernafasan Akut)</i></b></h3> <div style="text-align: justify;"> <b><br /></b></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Pengertian</b></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> ISPA merupakan abreviasi dari infeksi kanal pernafasan akut, istilah ini disesuaikan dari istilah dalam bahasa Inggris Acute Respiratory Infections (ARI). Istilah ISPA meliputi tiga unsur yakni infeksi, kanal pernafasan dan akut, dengan pengertian sebagai berikut (Indah, 2005)</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Infeksi yaitu masuknya kuman atau mikroorganisme ke dalam tubuh insan dan berkembang biak sehingga mengakibatkan tanda-tanda penyakit.</li> <li style="text-align: justify;">Saluran pernafasan yaitu organ mulai dari hidung hingga alveoli beserta organ adneksanya mirip sinus-sinus, rongga indera pendengaran tengah dan pleura. ISPA secara anatomis meliputi kanal pernafasan serpihan atas, kanal pernafasan serpihan bawah (termasuk jaringan paru-paru) dan organ adneksa kanal pernafasan. Dengan batasan ini, jaringan paru termasuk dalam kanal pernafasan (respiratory tract)</li> <li style="text-align: justify;">Infeksi akut yaitu infeksi yang berlangsung hingga dengan 14 hari. Batas 14 hari diambil untuk memperlihatkan proses akut meskipun untuk beberapa penyakit yang sanggup digolongkan dalam ISPA proses ini sanggup berlangsung lebih dari 14 hari.</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> Berdasarkan pengertian diatas sanggup disimpulkan bahwa ISPA mempunyai arti sebagai berikut :</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> ISPA yaitu penyakit yang menyerang salah satu serpihan dan atau lebih dari kanal nafas mulai dari hidung (saluran atas) hingga alveoli (saluran bawah) termasuk jaringan adneksanya, mirip sinus, rongga indera pendengaran tengah dan pleura. ISPA umumnya berlangsung selama 14 hari. Yang termasuk dalam infeksi kanal nafas serpihan atas yaitu batuk pilek biasa, sakit telinga, radang tenggorokan, influenza, bronchitis, dan juga sinusitis. Sedangkan infeksi yang menyerang serpihan bawah kanal nafas mirip paru itu salah satunya yaitu Pneumonia (WHO).</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Sebagian besar dari infeksi kanal pernapasan hanya bersifat ringan mirip batuk pilek dan tidak memerlukan pengobatan dengan antibiotik. Infeksi pernapasan jarang  memilki ciri area anatomik tersendiri. Infesi sering menyebar dari satu struktur ke struktur lainya lantaran sifat menular dari membran mukosa yang melapisi seluruh saluran. Akibatnya,infeksi kanal pernapasan akan melibatkan beberapa area tidak hanya satu struktur, meskipun imbas pada satu individu sanggup mendominasi penyakit lain.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Epidemiologi</b></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Berdasarkan DEPKES (2006) juga menemukan bahwa 20-30% janjkematian disebabkan oleh ISPA. Faktor penting yang mensugesti ISPA yaitu pencemaran udara. Adanya pencemaran udara di lingkungan rumah akan merusak mekanisme  pertahanan paru-paru sehingga mempermudah timbulnya gangguan  pernapasan. Tingginya tingkat pencemaran udara menimbulkan ISPA mempunyai angka yang paling banyak diderita oleh masyarakat dibandingkan  penyakit lainnya. Selain faktor tersebut, peningkatan penyebaran penyakit ISPA juga dikarenakan oleh perubahan iklim serta rendahnya kesadaran  sikap hidup higienis dan sehat dalam masyarakat. maka di dalam makalah ini akan dijabarkan secara lengkap semua hal yang berkaitan dengan ISPA.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Klasifikasi</b></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Berdasarkan lokasi anatomis ISPA dibagi menjadi 2 yaitu:</div> <ol> <li style="text-align: justify;">Infeksi kanal pernafasan akut / ISPA serpihan atas merupakan infeksi akut yang menyerang hidung hingga faring.</li> <li style="text-align: justify;">Infeksi kanal pernafasan atas / ISPA serpihan bawah merupakan infeksi akut yang menyerang kawasan di bawah faring hingga dengan alveolus paru-paru.</li> </ol> <br /> <div style="text-align: justify;"> Menurut Program Pemberantasan ISPA (P2 ISPA) mengklasifikasi ISPA sebagai berikut:</div> <ol> <li style="text-align: justify;">Pneumonia berat : ditandai secara klinis oleh adanya tarikan dinding dada kedalam (chest indrawing).</li> <li style="text-align: justify;">Pneumonia : ditandai secara klinis oleh adanya napas cepat.</li> <li style="text-align: justify;">Bukan pneumonia : ditandai secara klinis oleh batuk pilek, sanggup disertai demam, tanpa tarikan dinding dada kedalam, tanpa napas cepat. Rinofaringitis, faringitis dan tonsilitis tergolong bukan pneumonia.</li> </ol> <br /> <div style="text-align: justify;"> Sedangkan menrut suyudi 2002 ISPA dibedakan menjadi 3 pembagian terstruktur mengenai yaitu</div> <ol> <li style="text-align: justify;">ISPA Ringan</li> <li style="text-align: justify;">ISPA Sedang</li> <li style="text-align: justify;">ISPA Berat</li> </ol> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <br /> <div style="text-align: justify;"> <b>Etiologi</b></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 1. Virus Utama :</div> <ul> <li style="text-align: justify;">ISPA atas : Rino virus ,Corona Virus,Adeno virus,Entero Virus</li> <li style="text-align: justify;">ISPA bawah : RSV,Parainfluensa,1,2,3 corona virus,adeno virus</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> 2.      Bakteri Utama: Streptococus, pneumonia, haemophilus influenza, Staphylococcus aureus</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 3.      Pada neonatus dan bayi muda : Chlamidia trachomatis, pada anak usia sekolah : Mycoplasma pneumonia.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Faktor-faktor resiko yang berperan dalam insiden ISPA pada anak yaitu sebagai berikut:</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 1. Faktor host (diri)</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> a. Usia</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Kebanyakan infeksi kanal pernafasan yang sering mengenai anak usia dibawah 3 tahun, terutama bayi kurang dari 1 tahun. Beberapa penelitian memperlihatkan bahwa anak pada usia muda akan lebih sering menderita ISPA daripada usia yang lebih lanjut (Koch et al, 2003).</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> b. Jenis kelamin</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Meskipun secara keseluruhan di negara yang sedang berkembang mirip Indonesia problem ini tidak terlalu diperhatikan, namun banyak penelitian yang memperlihatkan adanya perbedaan prevelensi penyakit ISPA terhadap jenis kelamin tertentu.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Angka kesakitan ISPA sering terjadi pada usia kurang dari 2 tahun, dimana angka kesakitan ISPA anak perempuan lebih tinggi daripada pria di negara Denmark (Koch et al, 2003)</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> c. Status gizi</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Interaksi antara infeksi dan Kekurangan Kalori Protein (KKP) telah usang dikenal, kedua keadaan ini sinergistik, saling mempengaruhi, yang satu merupakan predisposisi yang lainnya (Tupasi, 1985). Pada KKP, ketahanan tubuh menurun dan virulensi pathogen lebih kuat sehingga menimbulkan keseimbangan yang terganggu dan akan terjadi infeksi, sedangkan salah satu determinan utama dalam mempertahankan keseimbangan tersebut yaitu status gizi anak.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> d. Status imunisasi</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Tupasi (1985) mendapat bahwa ketidakpatuhan imunisasi berafiliasi dengan peningkatan penderita ISPA walaupun tidak bermakna. Hal ini sesuai dengan penelitian lain yang mendapat bahwa imunisasi yang lengkap sanggup menawarkan peranan yang cukup berarti dalam mencegah insiden ISPA (Koch et al, 2003).</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> e. Pemberian komplemen vitamin A</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Pemberian vitamin A pada balita sangat berperan untuk masa pertumbuhannya, daya tahan tubuh dan kesehatan terutama pada penglihatan, reproduksi, sekresi mukus dan untuk mempertahankan sel epitel yang mengalami diferensiasi.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> f. Pemberian air susu ibu (ASI)</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> ASI yaitu masakan yang paling baik untuk bayi terutama pada bulan-bulan pertama kehidupannya. ASI bukan hanya merupakan sumber nutrisi bagi bayi tetapi juga sebagai sumber zat antimikroorganisme yang kuat, lantaran adanya beberapa faktor yang bekerja secara sinergis membentuk sistem biologis.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> ASI sanggup menawarkan imunisasi pasif melalui penyampaian antibodi dan sel-sel imunokompeten ke permukaan kanal pernafasan atas (William and Phelan, 1994).</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 2. Faktor lingkungan</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> a. Rumah</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Rumah merupakan stuktur fisik, dimana orang menggunakannya untuk tempat berlindung yang dilengkapi dengan kemudahan dan pelayanan yang diperlukan, perlengkapan yang berkhasiat untuk kesehatan jasmani, rohani dan keadaan sosialnya yang baik untuk keluarga dan individu (WHO, 1989).</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Anak-anak yang tinggal di apartemen mempunyai faktor resiko lebih tinggi menderita ISPA daripada bawah umur yang tinggal di rumah culster di Denmark (Koch et al, 2003).</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> b. Kepadatan hunian (crowded)</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Kepadatan hunian mirip luar ruang per orang, jumlah anggota keluarga, dan masyarakat diduga merupakan faktor risiko untuk ISPA. Penelitian oleh Koch et al (2003) membuktikan bahwa kepadatan hunian (crowded) mensugesti secara bermakna prevalensi ISPA berat.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> c. Status sosioekonomi</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Telah diketahui bahwa kepadatan penduduk dan tingkat sosioekonomi yang rendah mempunyai korelasi yang bersahabat dengan kesehatan masyarakat. Tetapi status keseluruhan tidak ada korelasi antara status ekonomi dengan kejadian ISPA, akan tetapi didapatkan korelasi yang bermakna antara insiden ISPA berat dengan rendahnya status sosioekonomi (Darmawan,1995).</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> d. Kebiasaan merokok</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Pada keluarga yang merokok, secara statistik anaknya mempunyai kemungkinan terkena ISPA 2 kali lipat dibandingkan dengan anak dari keluarga yang tidak merokok. Selain itu dari penelitian lain didapat bahwa episode ISPA meningkat 2 kali lipat akhir orang bau tanah merokok (Koch et al, 2003)</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> e. Polusi udara</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Diketahui bahwa penyebab terjadinya ISPA dan penyakit gangguan pernafasan lain yaitu rendahnya kualitas udara didalam rumah ataupun diluar rumah baik secara biologis, fisik maupun kimia. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh sentra penelitian kesehatan Universitas Indonesia untuk mengetahui imbas pencemaran udara terhadap gangguan kanal pernafasan pada siswa sekolah dasar (SD) dengan membandingkan antara mereka yang tinggal di wilayah pencemaran udara tinggi dengan siswa yang tinggal di wilayah pencemaran udara rendah di Jakarta. Dari hasil penelitian tidak ditemukan adanya perbedaan insiden gres atau kejadian penyakit atau gangguan kanal pernafasan pada siswa SD di kedua wilayah pencemaran udara. Hal ini memperlihatkan bahwa tingkat pencemaran menjadi tidak berbeda dengan wilayah dengan tingkat pencemaran tinggi sehingga tidak ada lagi tempat yang kondusif untuk semua orang untuk tidak menderita gangguan kanal pemafasan. Hal ini memperlihatkan bahwa polusi udara sangat kuat terhadap terjadinya penyakit ISPA. Adanya ventilasi rumah yang kurang tepat dan asap tungku di dalam rumah mirip yang terjadi di Negara Zimbabwe akan mempermudah terjadinya ISPA anak (Mishra, 2003).</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Patofisiologi</b></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Perjalanan klinis penyakit ISPA dimulai dengan berinteraksinya virus dengan tubuh. Masuknya virus sebagai antigen ke kanal pernafasan menimbulkan silia yang terdapat pada permukaan kanal nafas bergerak ke atas mendorong virus ke arah faring atau dengan suatu tangkapan refleks spasmus oleh laring. Jika refleks tersebut gagal maka virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa kanal pernafasan (Kending dan Chernick, 1983).</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Iritasi virus pada kedua lapisan tersebut menimbulkan timbulnya batuk kering (Jeliffe, 1974). Kerusakan stuktur lapisan dinding kanal pernafasan menimbulkan kenaikan aktifitas kelenjar mukus yang banyak terdapat pada dinding kanal nafas, sehingga terjadi pengeluaran cairan mukosa yang melebihi noramal. Rangsangan cairan yang hiperbola tersebut mengakibatkan tanda-tanda batuk (Kending and Chernick, 1983). Sehingga pada tahap awal tanda-tanda ISPA yang paling menonjol yaitu batuk.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Adanya infeksi virus merupakan predisposisi terjadinya infeksi sekunder bakteri. Akibat infeksi virus tersebut terjadi kerusakan prosedur mukosiliaris yang merupakan prosedur proteksi pada kanal pernafasan terhadap infeksi basil sehingga memudahkan bakteri-bakteri patogen yang terdapat pada kanal pernafasan atas mirip streptococcus pneumonia, haemophylus influenza dan staphylococcus menyerang mukosa yang rusak tersebut (Kending dan Chernick, 1983). Infeksi sekunder basil ini menimbulkan sekresi mukus bertambah banyak dan sanggup menyumbat kanal nafas sehingga timbul sesak nafas dan juga menimbulkan batuk yang produktif. Invasi basil ini dipermudah dengan adanya fakor-faktor mirip kedinginan dan malnutrisi. Suatu laporan penelitian menyebutkan bahwa dengan adanya suatu serangan infeksi virus pada kanal nafas sanggup mengakibatkan gangguan gizi akut pada bayi dan anak (Tyrell, 1980).</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Virus yang menyerang kanal nafas atas sanggup menyebar ke tempat-tempat yang lain dalam tubuh, sehingga sanggup menimbulkan kejang, demam, dan juga sanggup menyebar ke kanal nafas bawah (Tyrell, 1980). Dampak infeksi sekunder bakteripun sanggup menyerang kanal nafas bawah, sehingga bakteri-bakteri yang biasanya hanya ditemukan dalam kanal pernafasan atas, setelah terjadinya infeksi virus, sanggup menginfeksi paru-paru sehingga menimbulkan pneumonia basil (Shann, 1985).</div> <div style="text-align: justify;"> Penanganan penyakit kanal pernafasan pada anak harus diperhatikan aspek imunologis kanal nafas terutama dalam hal bahwa sistem imun di kanal nafas yang sebagian besar terdiri dari mukosa, tidak sama dengan sistem imun sistemik pada umumnya. Sistem imun kanal nafas yang terdiri dari folikel dan jaringan limfoid yang tersebar, merupakan ciri khas system imun mukosa. Ciri khas berikutnya yaitu bahwa IgA memegang peranan pada kanal nafas atas sedangkan IgG pada kanal nafas bawah. Diketahui pula bahwa sekretori IgA (sIgA) sangat berperan dalam mempertahankan integritas mukosa kanal nafas (Siregar, 1994).</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Dari uraian di atas, perjalanan klinis penyakit ISPA ini sanggup dibagi menjadi empat tahap, yaitu:</div> <ol> <li style="text-align: justify;">Tahap prepatogenesis, penyebab telah ada tetapi penderita belum memperlihatkan reaksi apa-apa.</li> <li style="text-align: justify;">Tahap inkubasi, virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa. Tubuh menjadi lemah apalagi bila keadaan gizi dan daya tahan sebelumnya memang sudah rendah.</li> <li style="text-align: justify;">Tahap dini penyakit, dimulai dari munculnya tanda-tanda penyakit. Timbul tanda-tanda demam dan batuk.</li> <li style="text-align: justify;">Tahap lanjut penyakit, dibagi menjadi empat, yaitu sanggup sembuh sempurna, sembuh dengan ateletaksis, menjadi kronis dan sanggup meninggal akhir pneumonia.</li> </ol> <div style="text-align: justify;"> <b>Pathway ISPA</b></div> <div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"> <img border="0" data-original-height="780" data-original-width="736" height="640" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgUqLrTsp30hq4_8pqOeEpLx6Np-N5pEEhMwq_hTIpqRhSYfpbaDzGoYEfPOFbC1lxpADji7pFI31-L7Wa86hCRGq_jp-sLxo1jC7w2-UWoDM-ZBcjRm2qFgIrZkdavT2vh3HrAOOslGwwl/s640/Pathway+ISPA+1.png" width="603" /></div> <h3 style="text-align: justify;"> <b>Untuk Mendownload Pathway ISPA doc, <span style="background-color: cyan;"><a href="https://drive.google.com/file/d/1uka9PvOicIorRSqpiz1DkoKh-K6H6zT9/view?usp=sharing" target="_blank">DISINI</a></span></b></h3> <br /> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Tanda Dan Gejala</b></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Penyakit ini biasanya ditandai adanya demam, adanya obstruksi hidung dengan sekret yang encer hingga dengan membuntu kanal pernafasan, bayi menjadi gelisah dan susah atau bahkan sama sekali tidak mau minum (Pincus Catzel & Ian Roberts; 1990; 451).</div> <ol> <li style="text-align: justify;">Demam, pada neonatus mungkin jarang terjadi tetapi tanda-tanda demam muncul kalau anak sudah mencaapai usia 6 bulan hingga dengan 3 tahun. Seringkali demam muncul sebagai tanda pertama terjadinya infeksi. Suhu tubuh sanggup mencapai 39,5OC-40,5OC.</li> <li style="text-align: justify;">Meningismus, yaitu tanda meningeal tanpa adanya infeksi pada meningens, biasanya terjadi selama periodik bayi mengalami panas, gejalanya yaitu nyeri kepala, kaku dan nyeri pada punggung serta kuduk, terdapatnya tanda kernig dan brudzinski.</li> <li style="text-align: justify;">Anorexia, biasa terjadi pada semua bayi yang mengalami sakit. Bayi akan menjadi susah minum dan bhkan tidak mau minum.</li> <li style="text-align: justify;">Vomiting, biasanya muncul dalam periode sesaat tetapi juga sanggup selama bayi tersebut mengalami sakit.</li> <li style="text-align: justify;">Diare (mild transient diare), seringkali terjadi mengiringi infeksi kanal pernafasan akhir infeksi virus.</li> <li style="text-align: justify;">Abdominal pain, nyeri pada abdomen mungkin disebabkan lantaran adanya lymphadenitis mesenteric.</li> <li style="text-align: justify;">Sumbatan pada jalan nafas/ Nasal, pada kanal nafas yang sempit akan lebih gampang tersumbat oleh lantaran banyaknya sekret.</li> <li style="text-align: justify;">Batuk, merupakan tanda umum dari tejadinya infeksi kanal pernafasan, mungkin tanda ini merupakan tanda akut dari terjadinya infeksi kanal pernafasan.</li> <li style="text-align: justify;">Suara nafas, biasa terdapat wheezing, stridor, crackless, dan tidak terdapatnya bunyi pernafasan (Whaley and Wong; 1991; 1419).</li> </ol> <br /> <div style="text-align: justify;"> Menurut  (Suyudi, 2002), Tanda dan tanda-tanda berdasarkan tingkat keparahannya, ISPA sanggup dibagi menjadi tiga golongan yaitu </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 1. ISPA Ringan</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Seorang anak dinyatakan menderita ISPA ringan kalau ditemukan tanda-tanda sebagai berikut:</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Batuk.</li> <li style="text-align: justify;">Serak, yaitu bersuara parau pada waktu mengeluarkan bunyi (misalnya pada waktu berbicara atau menangis).</li> <li style="text-align: justify;">Pilek yaitu mengeluarkan lendir atau ingus dari hidung.</li> <li style="text-align: justify;">Panas atau demam, suhu tubuh lebih dari 370C atau kalau dahi anak diraba dengan punggung tangan terasa panas.</li> </ul> <br /> <div style="text-align: justify;"> 2. Gejala ISPA Sedang</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Seorang anak dinyatakan menderita ISPA sedang kalau di jumpai tanda-tanda ISPA ringan dengan disertai tanda-tanda sebagai berikut :</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Pernapasan lebih dari 50 kali /menit pada anak umur kurang dari satu tahun atau lebih dari 40 kali/menit pada anak satu tahun atau lebih.</li> <li style="text-align: justify;">Suhu lebih dari 390C.</li> <li style="text-align: justify;">Tenggorokan berwarna merah</li> <li style="text-align: justify;">Timbul bercak-bercak pada kulit ibarat bercak campak</li> <li style="text-align: justify;">Telinga sakit atau mengeluarkan nanah dari lubang telinga</li> <li style="text-align: justify;">Pernafasan berbunyi mirip mendengkur.</li> <li style="text-align: justify;">Pernafasan berbunyi mirip mencuit-cuit.</li> </ul> <br /> <div style="text-align: justify;"> 3. Gejala ISPA Berat</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Seorang anak dinyatakan menderita ISPA berat kalau ada tanda-tanda ISPA ringan atau sedang disertai satu atau lebih tanda-tanda sebagai berikut:</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Bibir atau kulit membiru</li> <li style="text-align: justify;">Lubang hidung kembang kempis (dengan cukup lebar) pada waktu bernapas</li> <li style="text-align: justify;">Anak tidak sadar atau kesadarannya menurun</li> <li style="text-align: justify;">Pernafasan berbunyi mengorok dan anak tampak gelisah</li> <li style="text-align: justify;">Pernafasan menciut dan anak tampak gelisah</li> <li style="text-align: justify;">Sela iga tertarik ke dalam pada waktu bernapas</li> <li style="text-align: justify;">Nadi cepat lebih dari 60 x/menit atau tidak teraba</li> <li style="text-align: justify;">Tenggorokan berwarna merah</li> </ul> <br /> <div style="text-align: justify;"> Sedangkan Untuk golongan umur 2 bulan hingga 5 tahun tanda dan gejalanya berdasarkan pembagian terstruktur mengenai penyakit yaitu :</div> <ol> <li style="text-align: justify;">Pneumonia berat: bila disertai napas sesak yaitu adanya tarikan dinding dada serpihan bawah kedalam pada waktu anak menarik napas (pada ketika diperiksa anak harus dalam keadaan damai tldak menangis atau meronta).</li> <li style="text-align: justify;">Pneumonia: bila disertai napas cepat. Batas napas cepat ialah untuk usia 2 -12 bulan yaitu 50 kali per menit atau lebih dan untuk usia 1 -4 tahun yaitu 40 kali per menit atau lebih.</li> <li style="text-align: justify;">Bukan pneumonia: batuk pilek biasa, bila tidak ditemukan tarikan dinding dada serpihan bawah dan tidak ada napas cepat (Rasmaliah, 2004).</li> </ol> <br /> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Pemeriksaan Diagnostik</b></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Pengkajian terutama pada jalan nafas:</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Fokus utama pada pengkajian pernafasan ini yaitu pola, kedalaman, perjuangan serta irama dari pernafasan.</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Pola, cepat (tachynea) atau normal.</li> <li style="text-align: justify;">Kedalaman, nafas normal, dangkal atau terlalu dalam yang biasanya sanggup kita amati melalui pergerakan rongga dada dan pergerakan abdomen.</li> <li style="text-align: justify;">Usaha, kontinyu, terputus-putus, atau tiba-tiba berhenti disertai dengan adanya bersin.</li> <li style="text-align: justify;">Irama pernafasan, bervariasi tergantung pada contoh dan kedalaman pernafasan.</li> <li style="text-align: justify;">Observasi lainya yaitu terjadinya infeksi yang biasanya ditandai dengan peningkatan suhu tubuh, adanya batuk, bunyi nafas wheezing. Bisa juga didapati adanya cyanosis, nyeri pada rongga dada dan peningkatan produksi dari sputum</li> </ul> <br /> <div style="text-align: justify;"> Pemeriksaan penunjang yang lazim dilakukan yaitu :</div> <ul> <li style="text-align: justify;">pemeriksaan kultur/ biakan kuman (swab); hasil yang didapatkan yaitu biakan kuman (+) sesuai dengan jenis kuman,</li> <li style="text-align: justify;">Pemeriksaan hitung darah (deferential count); laju endap darah meningkat disertai dengan adanya leukositosis dan sanggup juga disertai dengan adanya thrombositopenia, dan</li> <li style="text-align: justify;">Pemeriksaan foto thoraks kalau diperlukan</li> </ul> <br /> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Penatalaksanaan</b></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 1. Suportif : meningkatkan daya tahan tubuh berupa Nutrisi yang adekuat,pemberian multivitamin dll.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 2. Antibiotik :</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Idealnya berdasarkan jenis kuman penyebab</li> <li style="text-align: justify;">Utama ditujukan pada S.pneumonia,H.Influensa dan S.Aureus</li> <li style="text-align: justify;">Menurut WHO :</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> 3. Pneumonia rawat jalan  yaitu kotrimoksasol,Amoksisillin, Ampisillin,Penisillin Prokain,Pnemonia berat : Benzil penicillin,klorampenikol,kloksasilin,gentamisin.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 4. Antibiotik gres lain : Sefalosforin,quinolon dll.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b><br /></b> <b>Komplikasi </b></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> ISPA ( Infeksi kanal pernafasan akut) bergotong-royong merupakan self limited disease yang sembuh sendiri dalam 5 ± 6 hari kalau tidak terjadi invasi kuman lain, tetapi penyakit ISPAyang tidak mendapat pengobatan dan perawatan yang baik sanggup mengakibatkan penyakitseperti : semusitis paranosal, penutuban tuba eustachii, lanyingitis, tracheitis, bronchtis, dan brhonco pneumonia dan berlanjut pada janjkematian lantaran danya sepsis yang meluas (Whaley and Wong, 2000 ).</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Pencegahan</b></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Menurut Depkes RI, (2002) pencegahan ISPA antara lain:</div> <ol> <li style="text-align: justify;">Menjaga kesehatan gizi supaya tetap baik. Dengan menjaga kesehatan gizi yang baik maka itu akan mencegah kita atau terhindar dari penyakit yang terutama antara lain penyakit ISPA. Misalnya dengan mengkonsumsi masakan empat sehat lima sempurna, banyak minum air putih, olah raga dengan teratur, serta istirahat yang cukup, kesemuanya itu akan menjaga tubuh kita tetap sehat. Karena dengan tubuh yang sehat maka kekebalan tubuh kita akan semakin meningkat, sehingga sanggup mencegah virus /bakteri penyakit yang akan masuk ke tubuh kita.</li> <li style="text-align: justify;">Imunisasi. Pemberian immunisasi sangat diharapkan baik pada bawah umur maupun orang dewasa. Immunisasi dilakukan untuk menjaga kekebalan tubuh kita supaya tidak gampang terjangkit banyak sekali macam penyakit yang disebabkan oleh virus / bakteri.</li> <li style="text-align: justify;">Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan. Membuat ventilasi udara serta pencahayaan udara yang baik akan mengurangi polusi asap dapur / asap rokok yang ada di dalam rumah, sehingga sanggup mencegah seseorang menghirup asap tersebut yang sanggup menimbulkan terkena penyakit ISPA. Ventilasi yang baik sanggup memelihara kondisi sirkulasi udara (atmosfer) supaya tetap segar dan sehat bagi manusia.</li> <li style="text-align: justify;">Mencegah anak berafiliasi dengan penderita ISPA. Infeksi kanal pernafasan akut (ISPA) ini disebabkan oleh virus/ basil yang ditularkan oleh seseorang yang telah terjangkit penyakit ini melalui udara yang terkotori dan masuk ke dalam tubuh. Bibit penyakit ini biasanya berupa virus / basil di udara yang umumnya berbentuk aerosol (anatu suspensi yang melayang di udara). Adapun bentuk aerosol yakni Droplet, Nuclei (sisa dari sekresi kanal pernafasan yang dikeluarkan dari tubuh secara droplet dan melayang di udara), yang kedua duet (campuran antara bibit penyakit).</li> </ol> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <h3 style="text-align: justify;"> <b>Konsep Asuhan Keperawatan ISPA</b></h3> <div style="text-align: justify;"> <b>Pengkajian</b></div> <ol> <li style="text-align: justify;">Identitas Pasien : Meliputi : Nama, Umur, Jenis Kelamin, Alamat, Pendidikan, Tanggal masuk RS, Tanggal pengkajian, No RM, Diagnosa Medis, Nama orang tua, Pekerjaan, Agama, dll</li> <li style="text-align: justify;">Riwayat Kesehatan : Riwayat penyakit kini biasanya klien mengalami demam mendadak, sakit kepala, tubuh lemah, nyeri otot dan sendi, nafsu makan menurun, batuk,pilek dan sakit tenggorokan.</li> <li style="text-align: justify;">Riwayat penyakit dahulu biasanya klien sebelumnya sudah pernah mengalami penyakit ini</li> <li style="text-align: justify;">Riwayat penyakit keluarga. Menurut anggota keluarga ada juga yang pernah mengalami sakit mirip penyakit klien tersebut.</li> <li style="text-align: justify;">Riwayat social. Klien menyampaikan bahwa klien tinggal di lingkungan yang berdebu dan padat penduduknya</li> </ol> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Pemeriksaan Fisik</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Keadaan Umum. Bagaimana keadaan klien, apakah letih, lemah atau sakit berat.</li> <li style="text-align: justify;">Tanda vital : Bagaimana suhu, nadi, pernafasan dan tekanan darah klien</li> <li style="text-align: justify;">Kepala : Bagaimana kebersihan kulit kepala, rambut serta bentuk kepala, apakah ada kelainan atau lesi pada kepala</li> <li style="text-align: justify;">Wajah : Bagaimana bentuk wajah, kulit wajah pucat/tidak.</li> <li style="text-align: justify;">Mata : Bagaimana bentuk mata, keadaan konjungtiva anemis/tidak, sclera ikterik/ tidak, keadaan pupil, palpebra dan apakah ada gangguan dalam penglihatan</li> <li style="text-align: justify;">Hidung : Bentuk hidung, keadaan bersih/tidak, ada/tidak sekret pada hidung serta cairan yang keluar, ada sinus/ tidak dan apakah ada gangguan dalam penciuman</li> <li style="text-align: justify;">Mulut : Bentuk mulut, membran membran mukosa kering/ lembab, pengecap kotor/ tidak, apakah ada kemerahan/ tidak pada lidah, apakah ada gangguan dalam menelan, apakah ada kesulitan dalam berbicara.</li> <li style="text-align: justify;">Leher : Apakah terjadi pembengkakan kelenjar tyroid, apakah ditemukan distensi vena jugularis</li> <li style="text-align: justify;">Thoraks : Bagaimana bentuk dada, simetris/tidak, kaji contoh pernafasan, apakah ada wheezing, apakah ada gangguan dalam pernafasan.</li> </ul> <br /> <div style="text-align: justify;"> Pemeriksaan Fisik Difokuskan Pada Pengkajian Sistem Pernafasan</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 1. Inspeksi</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Membran mukosa- faring tamppak kemerahan</li> <li style="text-align: justify;">Tonsil tampak kemerahan dan edema</li> <li style="text-align: justify;">Tampak batuk tidak produktif</li> <li style="text-align: justify;">Tidak ada jaringan parut dan leher</li> <li style="text-align: justify;">Tidak tampak penggunaan otot-otot pernafasan tambahan, pernafasan</li> </ul> <br /> <div style="text-align: justify;"> 2. Palpasi</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Adanya demam</li> <li style="text-align: justify;">Teraba adanya pembesaran kelenjar limfe pada kawasan leher/nyeri tekan pada nodus limfe servikalis</li> <li style="text-align: justify;">Tidak teraba adanya pembesaran kelenjar tyroid</li> </ul> <br /> <div style="text-align: justify;"> 3. Perkusi : Suara paru normal (resonance)</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 4.Auskultasi : Suara nafas vesikuler/tidak terdengar ronchi pada kedua sisi paru.</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Abdomen : Bagaimana bentuk abdomen, turgor kulit kering/ tidak, apakah terdapat nyeri tekan pada abdomen, apakah perut terasa kembung, lakukan investigasi bising usus, apakah terjadi peningkatan bising usus/tidak.</li> <li style="text-align: justify;">Genitalia : Bagaimana bentuk alat kelamin, distribusi rambut kelamin ,warna rambut kelamin. Pada pria lihat keadaan penis, apakah ada kelainan/tidak. Pada perempuan lihat keadaan labia minora, biasanya labia minora tertutup oleh labia mayora.</li> <li style="text-align: justify;">Integumen : Kaji warna kulit, integritas kulit utuh/tidak, turgor kulit kering/ tidak, apakah ada nyeri tekan pada kulit, apakah kulit teraba panas</li> <li style="text-align: justify;">Ekstremitas atas : Adakah terjadi tremor atau tidak, kelemahan fisik, nyeri otot serta kelainan bentuk.</li> </ul> <br /> <div style="text-align: justify;"> <b>Diagnosa Keperawatan</b></div> <ol> <li style="text-align: justify;">Ketidakefektifan contoh nafas berafiliasi dengan proses inflamasi pada kanal pernafasan, aadanya sekret</li> <li style="text-align: justify;">Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berafiliasi dengan obstruksi mekanik dari jalan nafas oleh sekret, proses inflamasi, peningkatan produksi sekret</li> <li style="text-align: justify;">Nyeri berafiliasi dengan proses inflamasi</li> <li style="text-align: justify;">Perubahan proses keluarga berafiliasi dengan penyakit yang dialami oleh anak, hospitalisasi pada anak</li> <li style="text-align: justify;">Peningkatan suhu tubuh berafiliasi dengan proses infeksi</li> <li style="text-align: justify;">Resiko kekurangan volume cairan berafiliasi dengan peningkatan kehilangan cairan</li> <li style="text-align: justify;">Gangguan contoh tidur berafiliasi dengan sesak dan batuk</li> <li style="text-align: justify;">Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan berafiliasi dengan anoreksia, intake inadekuat</li> <li style="text-align: justify;">Kurang pengetahuan orang bau tanah perihal proses penyakit berafiliasi dengan kurang informasi</li> </ol> <br /> <div style="text-align: justify;"> <b>Intervensi keperawatan</b></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Diagnosa Keperawatan. 1</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Ketidakefektifan contoh nafas berafiliasi dengan proses inflamasi pada kanal pernafasan, aadanya sekret</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Tujuan: Pola nafas kembali efektif dengan</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Kriteria hasil : Usaha nafas kembali normal dan meningkatnya suplai oksigen ke paru-paru.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Intervensi:</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Observasi tanda vital, adanya cyanosis, serta pola, kedalaman dalam pernafasan. Rasional: sebagai dasar dalam memilih intervensi selanjutnya</li> <li style="text-align: justify;">Berikan posisi yang nyaman pada pasien. Rasional : Semi fowler sanggup meningkatkan perluasan paru dan memperbaiki ventilasi</li> <li style="text-align: justify;">Ciptakan dan pertahankan jalan nafas yang bebas. Rasional : Untuk memperbaiki ventilasi</li> <li style="text-align: justify;">Anjurkan untuk tidak menawarkan minum selama periode tachypnea. Rasional : Agar tidak terjadi aspirasi</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> Kolaborasi</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Pemberian oksigen. Rasional : untuk memenuhi kebutuhan oksigen</li> <li style="text-align: justify;">Nebulizer. Rasional: Mengencerkan sekret dan memudahkan pengeluaran sekret</li> <li style="text-align: justify;">Pemberian obat bronchodilator. Rasional: Untuk vasodilatasi kanal pernapasan</li> </ul> <br /> <div style="text-align: justify;"> Diagnosa keperawatan. 2</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berafiliasi dengan obstruksi mekanik dari jalan nafas oleh sekret, proses inflamasi, peningkatan produksi sekret.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Tujuan                     :Bebasnya jalan nafas dari kendala sekret</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Kriteria Hasil          : Jalan nafas yang higienis dan patent, meningkatnya pengeluaran sekret, suara </div> <div style="text-align: justify;"> napas bersih</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Intervensi:</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Kaji bersihan jalan napas klien. Rasional : Sebagai indicator dalam memilih tindakan selanjutnya.</li> <li style="text-align: justify;">Auskultasi bunyi napas. Rasional : Ronchi menunjukan adanya sekret pada jaan nafas</li> <li style="text-align: justify;">Berikan posisi yang nyaman. Rasional : Mencegah terjadinya aspirasi sekret (semiprone dan side lying position).</li> <li style="text-align: justify;">Lakukan suction sesuai indikasi. Rasional: membantu mengeluarkan sekret</li> <li style="text-align: justify;">Anjurkan keluarga untuk menawarkan air minum yang hangat. Rasional: membantu mengencerkan dahak sehingga gampang untuk dikelurkan</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> Kolaborasi</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Pemberian ekspectorant. Rasional : Untuk mengencerkan dahak</li> <li style="text-align: justify;">Pemberian antibiotic. Rasional: Mengobati infeksi sehingga terjadi penurunan produksi sekret</li> </ul> <br /> <div style="text-align: justify;"> Diagnosa Keperawatan. 3</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Nyeri berafiliasi dengan proses inflamasi</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Tujuan                   :Nyeri terkontrol atau menghilang</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Kriteria Hasil          :Nyeri terkontrol ditandai dengan klien melaporkan nyeri menghilang, ekspresi </div> <div style="text-align: justify;"> wajah rileks, klien tidak gelisah dan rewel</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Intervensi                :</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Kaji nyeri yang dirasakan klien , perhatikan respon verbal dan nonverbal. Rasional: sebagai indicator dalam memilih intervensi selajutnya</li> <li style="text-align: justify;">Anjurkan keluarga menawarkan minum air hangat. Rasional: Mengurangi nyeri pada tenggorokan</li> <li style="text-align: justify;">Berikan lingkungan yang nyaman. Rasional: meningkatkan kenyamanan dan meningkatkan istirahat</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> Kolaborasi</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Pemberian antibiotik. Rasional: Mengobati infeksi</li> <li style="text-align: justify;">Pemberian ekspectoran. Rasional : Memudahkan pengeluaran sekret sehingga mengurang rasa sakit ketika batuk</li> </ul> <br /> <div style="text-align: justify;"> Diagnosa Keperawatan. 4</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Perubahan proses keluarga berafiliasi dengan penyakit yang dialami oleh anak, hospitalisasi pada anak</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Tujuan                      :Keluarga mengalami pengurangan ansietas dan peningkatan melaksanakan koping</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Kriteria Hasil          :Orang bau tanah mengajukan pertanyaan yang tepat, mendiskusikan kondisi dan perawatan anak dengan tenang, terlibat secara positif dalam perawatan anak</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Intervensi:</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Kenali kekhawatiran dan kebutuhan orang bau tanah untuk gosip dukungan. Rasional: Sebagai dasar dalam memilih tindakan selanjutnya</li> <li style="text-align: justify;">Gali perasaan keluarga dan problem sekitar hospitalisasi. Rasional: Mengetahui problem dan perasaan yang dirasakan oleh keluarga. Dapat mengurangi kecemasan</li> <li style="text-align: justify;">Berikan proteksi sesuai kebutuhan</li> <li style="text-align: justify;">Rasional: proteksi yang adekuat menghasilkan prosedur coping yang efektif</li> <li style="text-align: justify;">Anjurkan kepada keluarga supaya terlibat secara pribadi dan aktif dalam perawatan anaknya. Rasional: Dapat mengurangi rasa cemas lantaran sanggup memantau pribadi perkembangan anaknya</li> <li style="text-align: justify;">Jelaskan terapi yang diberikan dan respon anak terhadap terapi yang diberikan. Rasional: Peningkatan pengetahuan berbagi kooperatif dan mengurangi kecemasan</li> </ul> <br /> <div style="text-align: justify;"> Diagnosa keperawatan. 5</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Peningkatan suhu tubuh berafiliasi dengan proses infeksi</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Tujuan : Tidak terjadi peningkatan suhu tubuh.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Kriteria Hasil : Hipertermi/peningkatan suhu sanggup teratasi dengan proses infeksi hilang</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Intervensi :</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Kaji peningkatan suhu tubuh yang dialami oleh klien. Rasional: sebagai dasar dalam memilih intervensi selanutnya</li> <li style="text-align: justify;">Observasi tanda-tanda vital. Rasional: Pemantauan tanda vital yang teratur sanggup memilih perkembangan perawatan selanjutnya.</li> <li style="text-align: justify;">Berikan dan anjurkan keluarga untuk menawarkan kompres dengan air pada kawasan dahi dan ketiak. Rasional: Dengan menawarkan kompres maka akan terjadi proses konduksi / perpindahan panas dengan materi mediator .</li> <li style="text-align: justify;">Anjurkan keluarga untuk mempertahankan pemberian cairan melalui rute oral sesuai indikasi. Rasional: Kebutuhan cairan meningkat lantaran penguapan tubuh meningkat.</li> <li style="text-align: justify;">Anjurkan keluarga untuk menghindari pakaian yang tebal dan menyerap keringat</li> <li style="text-align: justify;">Rasional: Proses hilangnya panas akan terhalangi untuk pakaian yang tebal dan tidak akan menyerap keringat.</li> <li style="text-align: justify;">Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat antipiuretik. Rasional: Untuk mengontrol panas</li> </ul> <br /> <div style="text-align: justify;"> Diagnosa Keperawatan. 6</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Resiko kekurangan volume cairan berafiliasi dengan peningkatan kehilangan cairan</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Tujuan                   :Volume cairan tetap seimbang</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Kriteria Hasil         :Volume cairan tetap seimbang ditandai dengan turgor kulit baik, membrane mukosa lembab, TTV dalam batas normal</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Intervensi              :</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Kaji tanda-tanda dehidrasi. Rasional: Sebagai dasar dalam memilih tindakan selanjutnya</li> <li style="text-align: justify;">Observasi TTV. Rasional: Perubahan TTV merupakan indicator terjadinya dehidrasi</li> <li style="text-align: justify;">Anjurkan orang bau tanah untuk tetap menawarkan cairan peroral. Rasional: Untuk mengganti cairan tubuh yang hilang</li> <li style="text-align: justify;">Jelaskan kepada orang bau tanah pentingnya cairan yang adekuat bagi tubuh. Rasional :Peningkatan pengetahuan berbagi kooperatif orang bau tanah dalam tindakan keperawatan</li> <li style="text-align: justify;">Kolaborasi pemberian cairan parenteral. Rasional: Untuk memenuhi kebutuhan cairan klien</li> </ul> <br /> <div style="text-align: justify;"> Diagnosa Keperawatan. 7</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Gangguan contoh tidur berafiliasi dengan sesak dan batuk</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Tujuan                    : Pola tidur kembali optimal</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Kriteria Hasil               :Pola tidur membaik ditandai dengan orang bau tanah melaporkan anaknya sudah sanggup tidur, klien nampak segar</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Intervensi                   :</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Kaji gangguan contoh tidur yang dialami klien. Rasional: sebagai indicator dalam melaksanakan tindakan selanjutnya</li> <li style="text-align: justify;">Ciptakan lingkungan yang tenang. Rasional : Mengurangi rangsangan bunyi yang sanggup menimbulkan klien tidak nyaman untuk tidur</li> <li style="text-align: justify;">Berikan bantal dan seprei yang bersih</li> <li style="text-align: justify;">Rasional: meningkatkan kenyamanan</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> Kolaborasi</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Pemberian obat sedatif. Rasional :membantu klien untuk istirahat</li> <li style="text-align: justify;">Pemberian antibiotic. Rasional: Mengobati infeksi</li> </ul> <br /> <div style="text-align: justify;"> Diagnosa Keperawatan. 8</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan berafiliasi dengan anoreksia, intake inadekuat</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Tujuan                   : Tidak terjadi nutrisi kurang dari kebutuhan</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Kriteria Hasil            : Nutrisi adekuat ditandai dengan nafsu makan klien meningkat, porsi makan yang diberikan nampak dihabiska, tidak terjadi penurunan berat tubuh 15-20%</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Intervensi                 :</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Kaji status nutrisi klien. Rasional: Sebagai indikator dalam memilih intervensi selanjutnya</li> <li style="text-align: justify;">Timbang berat tubuh setiap hari. Rasional: Mengetahui perkembangan terapi</li> <li style="text-align: justify;">Berikan diet dalam porsi kecil tapi sering. Rasional: untuk memenuhi kebutuhan nutrisi klien</li> <li style="text-align: justify;">Anjurkan keluarga untuk menyajikan masakan dalam keadaan hangat. Rasional: Meningkatkan nafsu makan</li> <li style="text-align: justify;">Jelaskan kepada keluarga pentingnya nutrisi yang adekuat dalam proses kesembuhan. Rasional : Peningkatan pengetahuan berbagi kooperatif keluarga dalam pemberian tindakan</li> <li style="text-align: justify;">Kolaborasi dengan serpihan gizi. Rasional : untuk memenuhi kebutuhan nutrisi klien sesuai kebutuhan</li> </ul> <br /> <div style="text-align: justify;"> Diagnosa keperawatan. 9</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Kurang pengetahuan orang bau tanah perihal proses penyakit berafiliasi dengan kurang informasi</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Tujuan                      : Pengetahuan orang bau tanah klien perihal proses penyakit anaknya meningkat setelah dilakukan tindakan keperawatan</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Kriteria Hasil          :Pengetahuan orang bau tanah klien meningkat ditandai dengan orang bau tanah mengerti perihal penyakit anaknya, nampak tidak sering bertanya, terlibat aktif dalam proses perawatan</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Intervensi :</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Kaji tingkat pengetahuan orang bau tanah klien perihal proses penyakit anaknya. Rasional:sebagai dasar dalam menetukan tindakan selanjutnya</li> <li style="text-align: justify;">Jelaskan pada keluarga klien perihal Pengertian, penyebab, tanda dan gejala, pengobatan, pencegahan dan komplikasi dengan menawarkan penkes. Rasional: Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman keluarga</li> <li style="text-align: justify;">Bantu orang bau tanah klien untuk berbagi planning asuhan keperawatan dirumah sakit mirip : diet, istirahat dan acara yang sesuai. Rasional: Melibatkan keluarga dalam perencanaan sanggup meningkatkan pemahaman keluarga</li> <li style="text-align: justify;">Beri kesempatan pada orang bau tanah klien untuk bertanya perihal hal yang belum dimengertinya. Rasional: Menghindari melewatkan hal yang tidak  dijelaskan dan belum dimengerti oleh keluarga</li> </ul> <br /> <div style="text-align: justify;"> <b>Evaluasi</b></div> <ol> <li style="text-align: justify;">Pola nafas kembali efektif ditandai dengan perjuangan nafas kembali normal dan meningkatnya suplai oksigen ke paru-paru.</li> <li style="text-align: justify;">Bebasnya jalan nafas dari kendala sekret ditandai dengan jalan nafas yang higienis dan patent, meningkatnya pengeluaran sekret, bunyi napas bersih</li> <li style="text-align: justify;">Nyeri terkontrol ditandai dengan klien melaporkan nyeri menghilang, ekspresi wajah rileks, klien tidak gelisah dan rewel</li> <li style="text-align: justify;">Keluarga mengalami pengurangan ansietas dan peningkatan melaksanakan koping ditandai dengan orang bau tanah mengajukan pertanyaan yang tepat, mendiskusikan kondisi dan perawatan anak dengan tenang, terlibat secara positif dalam perawatan anak</li> <li style="text-align: justify;">Tidak terjadi peningkatan suhu tubuh ditandai dengan suhu tubuh dalam batan norma, keluarga melaporkan anaknya tidak demam</li> <li style="text-align: justify;">Volume cairan tetap seimbang ditandai dengan turgor kulit baik, membrane mukosa lembab, TTV dalam batas normal</li> <li style="text-align: justify;">Pola tidur membaik ditandai dengan orang bau tanah melaporkan anaknya sudah sanggup tidur, klien nampak segar</li> <li style="text-align: justify;">Nutrisi adekuat ditandai dengan nafsu makan klien meningkat, porsi makan yang diberikan nampak dihabiska, tidak terjadi penurunan berat tubuh 15-20%</li> <li style="text-align: justify;">Pengetahuan orang bau tanah klien meningkat ditandai dengan orang bau tanah mengerti perihal penyakit anaknya, nampak tidak sering bertanya, terlibat aktif dalam proses perawatan</li> </ol> <br /> <div style="text-align: justify;"> <b>Daftar Pustaka</b></div> <ul> <li style="text-align: justify;">Catzel, Pincus & Ian robets. (1990). Kapita Seleta Pediatri Edisi II. alih bahasa oleh Dr. yohanes gunawan. Jakarta: EGC.</li> <li style="text-align: justify;">Whalley & wong. (1991). Nursing Care of Infant and Children Volume II   book 1. USA: CV. Mosby-Year book. Inc</li> <li style="text-align: justify;">DepKes RI. Direktorat Jenderal PPM & PLP. Pedoman Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA). Jakarta. 1992.</li> <li style="text-align: justify;">Doenges, Marlyn E . Rencana Asuhan Keperawatan: fatwa untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien</li> <li style="text-align: justify;">Suriadi,Yuliani R,2001,Asuhan Keperawatan pada Anak,CV sagung Seto,Jakarta</li> <li style="text-align: justify;">Yu. H.Y. Victor & Hans E. Monintja. (1997). Beberapa Masalah Perawatan Intensif Neonatus. Jakarta: Balai penerbit FKUI.</li> </ul> <div> <div style="text-align: justify;"> Untuk mendownload laporan pendahuluan ISPA pdf dan doc, dibawah :</div> <ul> <li style="text-align: justify;"><b><span style="background-color: cyan;">Laporan pendahuluan ISPA pdf</span>, <i><a href="https://drive.google.com/file/d/19Wmjvrazp69h09V0szC4b54Uza4zDsH9/view?usp=sharing" target="_blank">(Ambil File)</a></i></b></li> <li style="text-align: justify;"><b><span style="background-color: lime;">Laporan Pendahuluan ISPA doc</span>, <i><a href="https://drive.google.com/file/d/1VuhfZmRnjDAqp9PalLpXawFG4EIojcaK/view?usp=sharing" target="_blank">(Ambil File)</a></i></b></li> </ul> <div style="text-align: justify;"> Link Alternatif</div> </div> <div> <ul> <li style="text-align: justify;"><b><a href="https://drive.google.com/file/d/19Wmjvrazp69h09V0szC4b54Uza4zDsH9/view?usp=sharing" target="_blank">Alternatif LP ISPA pdf 1</a></b></li> <li style="text-align: justify;"><b><a href="https://drive.google.com/file/d/1VuhfZmRnjDAqp9PalLpXawFG4EIojcaK/view?usp=sharing" target="_blank">Alternatif LP ISPA doc 1</a></b></li> </ul> <ul> <li style="text-align: justify;"><b><a href="https://drive.google.com/file/d/19Wmjvrazp69h09V0szC4b54Uza4zDsH9/view?usp=sharing" target="_blank">Alternatif LP ISPA pdf 2</a></b></li> <li style="text-align: justify;"><b><a href="https://drive.google.com/file/d/1VuhfZmRnjDAqp9PalLpXawFG4EIojcaK/view?usp=sharing" target="_blank">Alternatif LP ISPA doc 2</a></b></li> </ul> <div style="text-align: justify;"> Demikian laporan pendahuluan / LP ISPA <i>(infeksi kanal pernafasan akut)</i>, download pdf dan doc kami bagikan semoga sanggup menjadi rujukan untuk pembuatan kiprah keperawatan sahabat - sahabat sekalian. Terima kasih.</div> </div>

Laporan Pendahuluan / Lp Ispa (Infeksi Jalan Masuk Pernafasan Akut), Download Pdf Dan Doc

Kami Bagikan Laporan Pendahuluan / LP ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut) Teman-teman Sejawat sekalian terima kasih telah setia berk...

+ Baca selengkapnya »

Laporan Pendahuluan / Lp Empiema Lengkap Dengan Askep, Download Format Doc Dan Pdf

<div style="text-align: justify;"> Berbagi laporan pendahuluan / lp empiema doc dan pdf.<br /> <br /> Teman-teman perawat sekalian pada postingan kali ini kami share laporan pendahuluan / lp empiema lengkap mulai dari tinjauan teori hingga konsep asuhan keperawatan, yang telah kami susun menurut beberapa refferensi terpercaya.<br /> <br /> laporan pendahuluan / lp empiema ini kami bagikan dengan tujuan sanggup membantu teman-teman sejawat sekalian dalam pembuatan kiprah keperawatan, menyerupai askep, makalah dan lp itu sendiri. Adapun isi dari laporan pendahuluan / lp empiema ini terdiri dari pengertian, klasifikasi, etiologi / penyebab, patofisiologi, pathway, tanda dan gejala, komplikasi, investigasi penunjang, penatalaksanaan hingga konsep asuhan keperawatan yang terdiri dari pengkajian, diagnosa, intervensi dan dilengkapi juga dengan daftar pustaka.<br /> <br /> Untuk mendownload laporan pendahuluan empiema lengkap dalam format doc dan pdf telah kami sediakan link unduhan diakhir artikel yang bisa teman-teman sekalian gunakan.<br /> <b><br /></b> <br /> <h3> <b>Laporan Pendahuluan Empiema</b></h3> </div> <div style="text-align: justify;"> <b><br /></b></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Pengertian</b></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Empiema yaitu keadaan terkumpulnya nanah ( pus ) didalam ronggga pleura sanggup setempat atau mengisi seluruh rongga pleura( Ngastiyah,1997).</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Empiema adalah  penumpukan cairan terinfeksi atau pus pada cavitas pleura ( Diane C. Baughman, 2000 ).</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Empiema yaitu penumpukan materi purulen pada areal pleural ( Hudak  & Gallo, 1997 )</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Empiema yaitu pengumpulan cairan purulen (pus) dalam cavitas pleural. Pada awalnya cairan pleura sedikit, dengan hitung leukosit rendah. Tetapi, sering kali cairan ini berkembang ke tahap fibropurulen dan karenanya ke tahap dimana cairan tersebut membungkus paru dalam membrane eksudatif yang tebal. Kondisi ini sanggup terjadi jikalau jerawat paru meluas hingga cavitas pleural. Meskipun empiema bukan merupakan komplikasi lazim infeksi paru, empiema sanggup terjadi jikalau pengobatan terlambat.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b><br /></b></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Klasifikasi</b></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Empiema dibagi menjadi dua stadium :</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 1. Empiema akut</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Terjadi akhir infeksi sekunder dari tempat lain, bukan primer dari pleura.Bila pada</div> <div style="text-align: justify;"> stadium ini dibiarkan beberapa minggu, maka akan timbul toksemia ,anemia, dan clubbingfinger. Jika pus tidak segera dikeluarkan akan timbul fistel bronkopleural.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 2. Empiema kronis</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Batas tegas antara empiema akut dan kronis sukar ditentukan.Disebut kronis jika</div> <div style="text-align: justify;"> empiema berlangsung selama lebih dari 3 bulan.Pada stadium ini,jika klien mendapatkan terapi antimikroba.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Etiologi / Penyebab</b></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 1. Infeksi yang berasal dari dalam paru :</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Pneumonia</li> <li style="text-align: justify;">Abses paru</li> <li style="text-align: justify;">Bronkiektasis</li> <li style="text-align: justify;">TBC paru</li> <li style="text-align: justify;">Aktinomikosis paru</li> <li style="text-align: justify;">Fistel Bronko-Pleura</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> 2. Infeksi yang berasal dari luar paru :</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Trauma Thoraks</li> <li style="text-align: justify;">Pembedahan thorak</li> <li style="text-align: justify;">Torasentesi pada pleura</li> <li style="text-align: justify;">Sufrenik abses</li> <li style="text-align: justify;">Amoebic liver abses</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> 3. Bakteriologi :</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Staphylococcus yaitu kelompok dari bakteri-bakteri, secara dekat dikenal sebagai Staph, yang sanggup mengakibatkan banyak penyakit-penyakit sebagai akhir dari infeksi bermacam-macam jaringan-jaringan tubuh. Bakteri-bakteri Staph sanggup mengakibatkan penyakit tidak hanya secara eksklusif oleh infeksi (seperti pada kulit), namun juga secara tidak eksklusif dengan menghasilkan racun-racun yang bertanggung jawab untuk keracunan makanan dan toxic shock syndrome. Penyakit yang bekerjasama dengan Staph sanggup meliputi dari ringan dan tidak memerlukan perawatan hingga berat/parah dan berpotensi fatal.</li> <li style="text-align: justify;">Pneumococcus yaitu salah satu jenis basil yang sanggup mengakibatkan infeksi serius menyerupai radang paru-paru (pneumonia),meningitis (radang selaput otak) dan infeksi darah (sepsis).Sebenarnya ada sekitar 90 jenis kuman pneumokokus, tetapi hanya sedikit yang bisa mengakibatkan penyakit gawat. Bentuk kumannya bulat-bulat dan mempunyai bungkus atau kapsul. Bungkus inilah yang memilih apakah si kuman akan berbahaya atau tidak.</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Patofisiologi</b></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Akibat invasi basil piogeneik ke pleura, maka akan timbulah peradangan  akut yang diikuti dengan pembentukan eksudat serous. Dengan sel polimorphonucleus (PMN) baik yang hidup maupun yang mati dan meningkatnya kadar protein, maka cairan menjadi keruh dan kental. Adanya endapan – endapan fibrin akan membentuk kantung–kantung yang melokalisasi nanah tersebut.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Sekresi cairan menuju celah pleura normalnya membentuk keseimbangandengan drainase oleh limfatik subpleura. Sistem limfatik pleura dapatmendrainase hampir 500 ml/hari. Bila volume cairan pleura melebihi kemampuanlimfatik untuk mengalirkannya maka, efusi akan terbentuk.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Efusi parapnemonia merupakan alasannya yaitu umum empiema. Pneumonia mencetuskan respon inflamasi. Inflamasi yang terjadi dekat dengan pleura sanggup meningkatkan permeabilitas sel mesotelial, yang merupakan lapisan sel terluardari pleura. Sel mesotelial yang terkena meningkat permeabilitasnya terhadap albumin dan protein lainnya. Hal ini mengapa suatu efusi pleura lantaran infeksi kaya akan protein. Mediator kimia dari proses inflamasi menstimulasi mesotelial untuk melepas kemokin, yang merekrut sel inflamasi lain. Sel mesotelial memegang peranan penting untuk menarik neutrofil ke celah pleura. Pada kondisi normal, neutrofil tidak ditemukan pada cairan pleura. Neutrofil ditemukan pada cairan pleura hanya jikalau direkrut sebagai belahan dari suau proses inflamasi. Netrofil, fagosit, mononuklear, dan limfosit meningkatkan respon inflamasi dan mengeleluarkanmediator untuk menarik sel-sel inflamator lainya ke dalam pleura.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Efusi pleura parapneumoni dibagi menjadi 3 tahap menurut patogenesisnya, yaitu efusi parapneumoni tanpa komplikasi, dengan komplikasi dan empiema torakis. Efusi parapneumoni tanpa komplikasi merupakan efusi eksudat predominanneutrofil yang terjadi ketika cairan interstisiil paru meningkat selama pneumonia.Efusi ini sembuh dengan pengobatan antibiotik yang sempurna untuk pneumonia. Efusi parapneumonikomplikasi merupakan invasi basil pada celah pleura yang mengakibatkan peningkatan jumlah neutrofil, asidosis cairan pleura dan peningkatan konsentrasi LDH. Efusi ini sering bersifat steril lantaran basil biasanya dibersihkan secara cepat dari celah pleura.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Pembentukan empiema terjadi dalam 3 tahap, yaitu :</div> <ol> <li style="text-align: justify;">Fase eksudatif : Selama fase eksudatif, cairan pleura steril berakumulasisecara cepat ke dalam celah pleura. Cairan pleura mempunyai kadar WBC dan LDH yang rendah, glukosa dan pH dalam batas normal. Efusi ini sembuh dengan terapi antibiotik, penggunaan chest tube tidak diperlukan.</li> <li style="text-align: justify;">Fase fibropurulen : invasi basil terjadi pada celah pleura, dengan akumulasi leukosit PMN, basil dan debris. Terjadi kecendrungan untuk lokulasi, pH dan kadar glukosa menurun, sedangkan kadar LDH menngkat.</li> <li style="text-align: justify;">Fase organisasi : Bentuk lokulasi. Aktivitas fibroblas mengakibatkan pelekatan pleura visceral dan parietal. Aktivitas ini berkembang dengan pembentukan perlengketan dimana lapisan pleura tidak sanggup dipisahkan. Pus, yang kaya akan protein dengan sel inflamasi dan debris berada pada celah pleura. Intervensi bedah diharapkan pada tahap ini.</li> </ol> <div style="text-align: justify;"> Gambaran bakteriologis efusi parapneumoni dengan kultur positif berubah seiring berjalannya waktu. Sebelum periode antibiotik, basil yang umumnya didapatkan yaitu Streptococcus pneumoniae danstreptococci hemolitik. Saat ini, organisme aerob lebih sering diisolasi dibandingkan organisme anaerob. Staphylococcus aureus dan S pneumoniae tumbuh pada 70 % kultur basil gram positif aerob. Bakteriologi suatu efusi parapneumoni bekerjasama erat dengan bakteriologi pada proses pneumoni. Organisme aerob gram positif dua kali lebih sering diisolasi dibandingkan organisme aerob gram negatif. Klebsiela, Pseudomonas, dan Haemophilus merupakan 3 jenis organisme aerob gram negatif yang paling sering diisolasi.</div> <div style="text-align: justify;">        </div> <div style="text-align: justify;"> Bacteroides danPeptostreptococcus merupakan organisme anaerob yang paling sering diisolasi. Campuran basil aerob dan anaerob lebih sering menghasilkan suatu empiema dibandingkan infeksi satu jenis organisme. Bakteri anaerob telah dikultur 36 hingga 76 % dari empiema. Sekitar 70 % empiema merupakan suatu komplikasi dari pneumoni. Pasien sanggup mengeluh menggigil, demam tinggi, berkeringat, penurunan nafsu makan, malaise, dan batuk. Sesak napas juga sanggup dikeluhkan oleh pasien.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Pathway Empiema</div> <div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"> <img border="0" data-original-height="978" data-original-width="820" height="640" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg4NSSWLhk7MfktcCaaCMe04824MVOnOcJB9z5gPAzpWnDf9Fm0EYeH7d887rimpMkipHtJPKgtAWIVb-tQ3l_t-TBpwyrQcI-6NLtyKZnHgxKcg60kltK8UCxkQ0PEjyN7sem-U2oJF-yo/s640/pathway+empiema+1.png" width="536" /></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Tanda Dan Gejala</b></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Secara umum tanda dan tanda-tanda empiema hampir sama dengan penderita pneumonia bakteria, gejalanya antara lain yaitu panas akut, nyeri dada (pleuritic chest pain), batuk, sesak, dan dapa juga sianosis. Inflamasi pada ruang pleura sanggup mengakibatkan nyeri abdomen dan muntah. Gejala sanggup terlihat tidak terperinci dan panas mungkin tidak dialami penderita dengan sistem imun yang tertekan. Juga terdapat batuk pekak pada perkusi dada, dispneu, menurunnya bunyi pernapasan, demam pleural rub (pada fase awal) ortopneu, menurunnya vokal fremitus, nyeri dada.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Tanda tanda-tanda empiema menurut pembagian terstruktur mengenai empiema akut dan empiema kronis</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 1. Emphiema akut:</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Panas tinggi dan nyeri pleuritik.</li> <li style="text-align: justify;">Adanya tanda-tanda cairan dalam rongga pleura.</li> <li style="text-align: justify;">Bila dibiarkan hingga beberapa ahad akan menimbulkan toksemia, anemia, dan clubbing finger .</li> <li style="text-align: justify;">Nanah yang tidak segera dikeluarkan akan menimbulkan fistel bronco-pleural.</li> <li style="text-align: justify;">Gejala adanya fistel ditandai dengan batuk produktif bercampur dengan darah dan nanah banyak sekali.</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> 2. Emphiema kronis:</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Disebut kronis lantaran lebih dari 3 bulan.</li> <li style="text-align: justify;">Badan lemah, kesehatan semakin menurun.</li> <li style="text-align: justify;">Pucat, clubbing finger.</li> <li style="text-align: justify;">Dada datar lantaran adanya tanda-tanda cairan pleura.</li> <li style="text-align: justify;">Terjadi fibrothorak trakea dan jantung tertarik kearah yang sakit.</li> <li style="text-align: justify;">Pemeriksaan radiologi memperlihatkan cairan.</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Komplikasi</b></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Kemungkinan komplikasi yang terjadi yaitu pengentalan pada pleura. Jika inflamasi telah berlangsung lama, eksudat sanggup terjadi di atas paru yang menganggu perluasan normal paru. Dalam keadaan ini diharapkan pembuangan eksudat melalui tindakan bedah (dekortasi). Selang drainase dibiarkan ditempatnya hingga pus yang mengisi ruang pleural dipantau melalui rontgen dada dan pasien harus diberitahu bahwa pengobatan ini sanggup membutuhkan waktu lama.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Pemeriksaan Penunjang</b></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 1. Pemeriksaan Radiologi</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Foto thoraks PA dan lateral didapatkan citra opacity yang membuktikan adanya cairan dengan atau tanpa kelaina paru. Bila terjadi fibrothoraks , trakhea di mediastinum tertarik ke sisi yang sakit dan juga tampak adanya penebalan.</li> <li style="text-align: justify;">Cairan pleura bebas sanggup terlihat sebagai citra tumpul di sudut kostofrenikus pada posisi posteroanterior atau lateral.</li> <li style="text-align: justify;">Dijumpai citra yang sejenis pada kawasan posterolateral dengan citra opak yang konveks pada belahan anterior yang disebut dengan D-shaped shadow yang mungkin disebabkan oleh obliterasi sudut kostofrenikus ipsilateral pada citra posteroanterior.</li> <li style="text-align: justify;">Organ-organ mediastinum terlihat terdorong ke sisi yang berlawanan dengan efusi.</li> <li style="text-align: justify;">Air-fluid level sanggup dijumpai jikalau disertai dengan pneumotoraks, fistula bronkopleural.</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> 2. Pemeriksaan pus</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Aspirasi pleura akan membuktikan adanya pus  di dalam rongga  dada(pleura). Pus digunakan sebagai materi investigasi sitologi , bakteriologi, jamur dan amoeba. Untuk selanjutnya, dilakukan jkultur (pembiakan) terhadap kepekaan antobiotik.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 3. Pemeriksaan ultrasonografi (USG) :</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Pemeriksaan sanggup memperlihatkan adanya septa atau sekat pada suatu empiema yang terlokalisir.</li> <li style="text-align: justify;">Pemeriksaan ini juga sanggup membantu untuk memilih letak empiema yang perlu dilakukan aspirasi atau pemasangan pipa drain.</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> 4. Pemeriksaan CT scan :</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Pemeriksaan CT scan sanggup memperlihatkan adanya suatu penebalan dari pleura.</li> <li style="text-align: justify;">Kadang dijumpai limfadenopati inflamatori intratoraks pada CT scan</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> 5. Sinar x.</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Mengidentifikasi distribusi stuktural, menyatakan absesluas/infiltrate, empiema(strafilokokus). infiltrat menyebar atau terlokalisasi(bacterial).</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> 6. GDA /nadi oksimetri.</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Tidak normal mungkin terjadi,tergantung pada luas paru yang terlibat dan penyakit paru yang ada.</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> 7. Tes fungsi paru.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Dilakukan untuk memilih penyebab dipsnea, untuk memilih apakah fungsi absurd yaitu obstruksi atau restriksi,untuk memperkirakan derajat disfungsi.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 8. Pemeriksaan Gram/kultur sputum dan darah</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Dapat diambil dengan biopsy jarum,aspirasi transtrakeal,bronkoskopi fiberoptik atau biopsy pembukaan paru untuk mengatasi organisme penyebab.Lebih dari satu tipe organisme ada: basil yang umum meliputi diplokokus pneumonia,strafilokokus aureus,A-hemolitik streptokokus, haemophilus influenza:CMV. Catatan: kultur sputum sanggup tak mengidentifikasi semua organisme yang ada,kultur darah sanggup memperlihatkan bakterimia sementara.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 9. EKG latihan,tes stress</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Membantu dalam mengkaji derajat disfungsi paru perencanaan/ penilaian acara latihan.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Penatalaksanaan</b></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 1. Pengosongan Nanah</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Prinsip ini menyerupai umumnya yang dilakukan pada abses, untuk mencegah imbas toksisnya.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 2. Closed drainage – toracostomy water sealed drainage dengan indikasi :</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Nanah sangat kental dan sukar diaspirasi</li> <li style="text-align: justify;">Nanah terus terbentuk sehabis dua minggu</li> <li style="text-align: justify;">Terjadinya piopneumotoraks</li> <li style="text-align: justify;">Upaya WSD juga sanggup dibantu dengan pengisapan negative sebesar 10-20 cmH2O. Jika sehabis 3-4 ahad tidak ada kemajuan, harus ditempuh cara lain menyerupai pada empiema kronis.</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> 3. Drainase terbuka (open drainage)</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Karena memakai kateter karet yang besar, maka perlu disertai juga dengan reseksi tulang iga. Open drainage ini dikerjakan pada empiema kronis, hal ini bisa terjadi akhir pengobatan yang terlambat atau tidak adekuat contohnya aspirasi yang terlambat atau tidak adekuat, drainase tidak adekuat sehingga harus seing mengganti atau membersihkan drain.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 4. Antibiotic</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Mengingat simpulan hidup sebagai akhir utama dari sepsis, maka antibiotic memegang peranan penting. Antibiotic harus segera diberikan begitu diagnosis ditegakkan dan dosisnya harus tepat. Pemilihan antibiotic didasarkan  pada hasil pengecatan gram dan apusan nanah. Pengobatan selanjutnya tergantung pada hasil kultur dan sensitivitasnya. Antibiotic sanggup diberikan secara sistematik atau tropical. Biasanya diberikan penisilin.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 5. Penutupan Rongga Empiema</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Pada empiema menahun sering kali rongga empiema tidak menutup lantaran penebalan dan kekakuan pleura. Pada keadaan demikian dilkukan pembedahan (dekortikasi) atau torakoplasti.</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> 6. Dekortikasi, Tindakan ini termasuk operasi besar, dengan indikasi :</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Drain tidak berjalan baik lantaran banyak kantung-kantung.</li> <li style="text-align: justify;">Letak empiema sukar dicapai oleh drain.</li> <li style="text-align: justify;">Empiema totalis yang mengalami organisasi pada pleura visceralis.</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> 7. Torakoplast</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Jika empiema tidak mau sembuh lantaran adanya fistel bronkopleura atau mustahil dilakukan dekortikasi. Pada pembedahan ini, segmen dari tulang iga dipotong subperiosteal, dengan demikian dinding toraks jatuh ke dalam rongga pleura lantaran tekanan atmosfer.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 8. Pengobatan Kausal</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Misalnya subfrenik jerawat dengan drainase subdiafragmatika, terapi spesifik pada amoeboiasis, dan sebagainya.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 9. Pengobatan Tambahan</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Perbaiki keadaan umum kemudian fisioterapi untuk membebaskan jalan napas.</div> <div style="text-align: justify;"> <span style="white-space: pre;"> </span></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Asuhan keperawatan pada pasien dengan empiema</b></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Dasar data pengkajian.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> a. Aktivitas  / istirahat.</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Gejala ; keletihan, kelemahan, malaise.</li> <li style="text-align: justify;">Ketidakmampuan melakukan  ADL lantaran sulit bernapas.</li> <li style="text-align: justify;">Ketidakmampuan untuk tidur.</li> <li style="text-align: justify;">Dispneu pada ketika istirahat.</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> b. Sirkulasi ;    pembengkakan pada ekstremitas bawah.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> c. Integritas ego;    peningkatan factor resiko, perubahan teladan hidup.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> d. Makanan/cairan ;   mual muntah  nafsu makan menurun .</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> e. Higiene ;   penurunan kemampuan melaksanakan ADL.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> f. Pernafasan ;  nafas pendek batuk menetap dengan produksi sputum, riwayat pneumoni berulang ,  </div> <div style="text-align: justify;"> episode batuk hilang timbul.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> g. Keamanan. ;   riwayat reaksi alergi atau sensitive terhadap zat / factor lingkungan.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> h. Seksualitas. ; penurunan libido.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> i. Interaksi social ; relasi ketergantungan,  kurang sistem pendukung,  penyakit lama.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Prioritas Keperawatan.</b></div> <ol> <li style="text-align: justify;">Mempertahankan patensi jalan nafas</li> <li style="text-align: justify;">Membantu tindakan untuk mempermudah pertukaran gas.</li> <li style="text-align: justify;">Meningkatkan masukan nutrisi</li> <li style="text-align: justify;">Mencegah komplikasi, memperlambat memburuknya kondisi</li> <li style="text-align: justify;">Memberikan informasi wacana proses penyakit / prognosis dan acara pengobatan.</li> </ol> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Diagnosa Keperawatan</b></div> <br /> <ol> <li style="text-align: justify;">Bersihan jalan nafas tidak efektif bekerjasama dengan bronchus spsame, peningkatan produksi secret, kelemahan</li> <li style="text-align: justify;">Pertukaran gas, kerusakan bekerjasama dengan gangguan  suplai oksigen , kerusakan alveoli .</li> <li style="text-align: justify;">Nutrisi, perubahan, kurang dari kebutuhan tubuh bekerjasama dengan  dispneu, kelemahan, anoreksia, mual muntah.</li> <li style="text-align: justify;">Resiko infeksi</li> <li style="text-align: justify;">Kurang pengetahuan bekerjasama dengan kurang informasi wacana penyakitnya.</li> </ol> <br /> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Intervensi Keperawatan</b></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Diagnosa keperawatan. 1</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Bersihan jalan nafas tidak efektif bekerjasama dengan bronchus spsame, peningkatan produksi secret, kelemahan</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Kriteria hasil :</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Pertahankan jalan nafasa paten dengan bunyi nafas bersih </li> <li style="text-align: justify;">Menunjukkan sikap batuk efektif dan mengeluarkan secret</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> Intervensi</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Auskultasi bunyi nafas catat adanya bunyi nafas, kaji dan pantau bunyi pernafasan. <i>Rasional : Untuk mengetahui adanya obstruksi jalan nafas, tachipneu merupakan derajat yan ditemukan  adanya proses infeksi akut.</i></li> <li style="text-align: justify;">Catat adanya atau derajat dispneu, gelisah ,ansietas dan distress pernafasan. <i>Rasional : Disfungsi pernafasan merupakan tahap proses kronis yang yang sanggup menimbulkan infeksi atau reaksi alergi.</i></li> <li style="text-align: justify;">Kaji pasien untuk posisi yang nyaman , contohnya peninggian kepala tempat tidur. <i>Rasional : Peninggian kepala tempat tidur mempermudah fungsi pernafasan dengan memakai gravitasi.</i></li> <li style="text-align: justify;">Bantu latihan nafas abdomen atau bibir. <i>Rasional : Memberikan pasien berbagao cara untuk mengatasi  dan mengontrol dispneu dan menurunkan jebakan udara.</i></li> <li style="text-align: justify;">Observasi karakteristik batuk. <i>Rasional : Batuk sanggup menetap tetapi tidak efektif khususnya bila pasien lansia, sakit akut, atau kelemahan. </i></li> <li style="text-align: justify;">Tingkatkan masukan cairan hingga 3000 ml per hari sesuai toleransi  jantung. <i>Rasional : Hidrasi membantu menurunkan kekentalan secret , mempermudah pengeluaran</i></li> <li style="text-align: justify;">Memberikan obata sesaui indikasi. <i>Rasional : Merilekskan otot halus  dan menurunkan kongesti lokal, menurunkan spasme jalan nafas, mengi, dan produksi mukosa.</i></li> </ul> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Diagnosa Keperawatan. 2</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Pertukaran gas, kerusakan bekerjasama dengan gangguan  suplai oksigen , kerusakan alveoli .</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Kriteria hasil</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenisasi jaringan adekuat,berpartisipasi dalam acara pengobatan.</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> Intervensi</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Kaji frekwensi,kedalaman pernapasan. <i>Rasional : Berguna dalam penilaian derajat distress pernapasan dan atau kronisnya penyakit.</i></li> <li style="text-align: justify;">Tinggikan kepala tempat tidur. <i>Rasional   ; Pengiriman oksigen  sanggup diperbaiki dengan posisi tinggi dan latihan napas untuk menurunkan kolap jalan napas.</i></li> <li style="text-align: justify;">Auskultasi bunyi nafas  catat area penurunan anutan udara ,bunyi tambahan. <i>Rasional : Bunyi nafas redup lantaran penurunan anutan udara ,mengi ;  indikasi spasme bronchus / tertahannya sekret, Krekels berair menyebar menujukkan cairan pada dekompensasi jantung.</i></li> <li style="text-align: justify;">Palpasi primitus. <i>Rasional : Penurunan getarn fibrasi  diduga adanya pengumpulan cairan atau udara terjebak. </i></li> <li style="text-align: justify;">Awasi tanda vital dan irama jantung. <i>Rasional : Tachikardia ,disritmia, perubahan tekanan darah sanggup menujukkan imbas hipoksemia sistemik pada fungsi jantung.</i></li> </ul> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Diagnosa keperawatan. 3</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Nutrisi, perubahan, kurang dari kebutuhan tubuh bekerjasama dengan  dispneu, kelemahan, anoreksia, mual muntah.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Kriteria hasil :</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Menunjukkan peningkatan berat badan  mempertahankan berat badan </li> </ul> <div style="text-align: justify;"> Intervensi :</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Kaji kebiasaan diit ,catat derajat kesulitan makan. <i>Rasional : Pasien distress pernafasan akut sering anoreksia lantaran dispneu, produksi sputum. </i></li> <li style="text-align: justify;">Auskultasi bunyi usus. <i>Rasional : Penurunan atau hipoaktif bising usus  memperlihatkan motilitas gaster dan kostipasi yang bekerjasama dengan pembatasan pemasukan cairan, pilihan makanan buruk, penurunan acara dan hipoksemia.</i></li> <li style="text-align: justify;">Hindari makan yang mengandung gas.dan minuman karbonat. <i>Rasional : Dapat menghasilakan distensi abdomen yang menganggu nafas abdomen dan gerakan diagframa yang sanggup meningkatan dispnea.</i></li> <li style="text-align: justify;">Hindari makan yang sangat panas dan dingin. <i>Rasional : Suhu ekstrim sanggup mencetuskan / meningkatkan spasme batuk.</i></li> <li style="text-align: justify;">Timbang berat tubuh sesuai indikasi. <i>Rasional : Berguna untuk menetukan kebutuhan kalori, menyusun tujuan berat tubuh dan evaluasi  keadekuatan planning nutrisi.</i></li> <li style="text-align: justify;">Kolaborasi   dengan andal gizi / nutrisi. <i>Rasional : Metode makan dan kebutuhan dengan upaya kalori didasarkan pada kebutuhan individu untuk memperlihatkan nutrisi maksimal  dengan upaya minimal pasien  /penggunaan  energi </i></li> </ul> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Diagnosa keperawatan. 4</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Resiko infeksi</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Kriteria hasil :</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Mengidentifikasi  intervensi untuk mencegah / menurunkan resiko infeksi</li> <li style="text-align: justify;">Menunjukkan teknik, perubahan teladan hidup untuk meningkatkan lingkungan yang aman.</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> Intervensi :</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Awasi suhu. <i>Rasional : Demam sanggup terjadi lantaran infeksi dan atau dehidrasi.</i></li> <li style="text-align: justify;">Observasi warna ,bau sputum. <i>Rasional : Sekret berbau, kuning atau kehijauan menujukkan adanya infeksi    paru. </i></li> <li style="text-align: justify;">Dorong kesimbangan antara acara dan istirahat. <i>Rasional : Menurunkan konsumsi / kebutuhan kesimbangan oksigen dan      memperbaiki pertahan pasien terhadapa infeksi, peningkatan penyembuhan .</i></li> <li style="text-align: justify;">Diskusi masukan nutrisi adekuat. <i>Rasional : Malnutrisi sanggup menghipnotis kesehatan umum dan menurunkan tahanan terhadap infeksi.</i></li> <li style="text-align: justify;">Kolaborasi investigasi sputum. <i>Rasional : Dilakukan untuk mengidentifikasi organisme penyebab  dan   kerentanan terhadap anti microbial</i></li> </ul> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Diagnosa keperawatan. 5</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Kurang pengetahuan bekerjasama dengan kurang informasi wacana penyakitnya.</div> <div style="text-align: justify;">         </div> <div style="text-align: justify;"> Kriteria hasil :</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Nyatakan atau pemahaman kondisi atau proses penyakit.</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> Intervensi :</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Jelaskan proses penyakit individu. <i>Rasional : Menurunkan ansietas dan sanggup menimbulkan perbaikan. </i></li> <li style="text-align: justify;">Berikan latihan atau batuk efektif. <i>Rasional : Pernafasan bibir dan nafas abdomen / diagframatik menguatkan otot pernafasan, membantu meminimalkan  kolaps jalan nafas.</i></li> <li style="text-align: justify;">Kaji imbas ancaman merokok dan nasehatkan  untuk menghentikan rokok. <i>Rasional : Penghentian merokok sanggup menghambat kemajuan  PPOM.</i></li> <li style="text-align: justify;">Diskusi pentingnya mengikuti perawatan medik ( Foto Thoraks dan kultur sputum ). <i>Rasional : Pengawasan proses penyakit untuk membuata acara therapy .</i></li> <li style="text-align: justify;">Kaji kebutuhan / takaran oksigen untuk pasien. <i>Rasional : Menurunkan resiko kesalahan penggunaan  oksigen  dan komplikasi lanjut.</i></li> </ul> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Daftar Pustaka</b></div> <ul> <li style="text-align: justify;">Hudak & Gallo, ( 1997 ), Keperawatan kritis : suatu pendekatan  holistic, EGC, Jakarta</li> <li style="text-align: justify;">Diana C. Baughman, ( 2000 ), Patofisiologi, EGC, Jakarta.</li> <li style="text-align: justify;">Marilyn E. Doengoes, (2000 ), Rencana asuhan keperawatan, pendekatan untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien., EGC, Jakarta.</li> <li style="text-align: justify;">Ngastiyah, ( 1997 ), Perawatan anak sakit , EGC, Jakarta</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> Untuk mendownload laporan pendahuluan empiema lengkap dengan askep doc dan pdf, dibawah.</div> <div style="text-align: justify;"> <ul> <li><b>Laporan pendahuluan empiema lengkap dengan askep doc, <i><a href="https://drive.google.com/file/d/1DR548daRg2POnYXNE02W2n3dtHqVeaNg/view?usp=sharing" target="_blank">(Ambil File)</a></i></b></li> <li><b>Laporan pendahuluan empiema lengkap dengan askep pdf, <i><a href="https://drive.google.com/file/d/1JVljKRXlwx-wJOGUq6TQhpRL2JTdVEme/view?usp=sharing" target="_blank">(Ambil File)</a></i></b></li> </ul> <div> Link Alternatif</div> <div> <ul> <li><b><a href="https://drive.google.com/file/d/1DR548daRg2POnYXNE02W2n3dtHqVeaNg/view?usp=sharing" target="_blank">LP Empiema doc</a></b></li> <li><b><a href="https://drive.google.com/file/d/1JVljKRXlwx-wJOGUq6TQhpRL2JTdVEme/view?usp=sharing" target="_blank">LP Empiema pdf</a></b></li> </ul> <div> Demikian laporan pendahuluan / LP empiema lengkap dengan askep, download format doc dan pdf kami bagikan, semoga sanggup membantu sahabat perawat sekalian dalam pembuatan kiprah wacana empiema. terima kasih.</div> </div> </div>

Laporan Pendahuluan / Lp Empiema Lengkap Dengan Askep, Download Format Doc Dan Pdf

Berbagi laporan pendahuluan / lp empiema doc dan pdf. Teman-teman perawat sekalian pada postingan kali ini kami share laporan pendahuluan...

+ Baca selengkapnya »

Laporan Pendahuluan / Lp Bronkiektasis Lengkap, Download Doc Dan Pdf

<div style="text-align: justify;"> Teman Sejawat sekalian, tak henti-hentinya kami selalu menyajikan laporan pendahuluan dengan aneka macam judul, tak terkecuali kali ini, kali ini kami bagikan laporan pendahuluan / LP bronkiektasis yaitu suatu kelainan yang terjadi pada salah satu sistem alat pernafasan manusia, lebih tepatnya pada bronkus.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Laporan pendahuluan / LP bronkiektasis yang kami bagikan ini telah kami susun selengkap mungkin menurut beberapa refferensi yang telah kami tuliskan pada daftar pustaka. kelengkapan lp bronkiektasis ini mulai dari pengertian, klasifikasi, etiologi, patofisiologi, pathway, manifestasi klinik, investigasi penunjang, penatalaksanaan hingga konsep asuhan keperawatan / askep pada pasien bronkiektasis.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Dan juga untuk mempermudah sahabat sejawat sekalian laporan pendahuluan / lp bronkiektasis ini telah kami sediakan dalam dua bentuk file dengan format doc dan pdf, yang sanggup teman-teman sekalian download melalui link unduhan yang telah kami selipkan diakhir artikel.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <h3 style="text-align: justify;"> <b>Laporan Pendahuluan Bronkiektasis</b></h3> <div style="text-align: justify;"> <b>Pengertian.</b></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Bronkiektasis merupakan kelainan morfologis yang terdiri dari pelebaran bronkus yang gila dan menetap disebabkan kerusakan komponen lentur dan muscular dinding bronkus ( Soeparman & Sarwono, 1990)</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Bronkiektasis berarti suatu  dilatasi yang tak sanggup pulih lagi dari bronchial yang disebabkan oleh episode pnemonitis  berulang dan memanjang,aspirasi benda asing, atau massa ( mis. Neoplasma) yang menghambat lumen bronchial dengan obstruksi ( Hudak & Gallo,1997). </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Bronkiektasis yakni dilatasi permanen gila dari salah satu atau lebih cabang-vabang bronkus yang besar ( Barbara E, 1998).</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Klasifikasi</b></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Berdasarkan bronkografi dan patologi bronkiektasis sanggup dibagi menjadi 3 yaitu :</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Bronkiektasis silindris</li> <li style="text-align: justify;">Bronkiektasis fusiform</li> <li style="text-align: justify;">Bronkiektasis kistik atau sakular.</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Etiologi</b></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Menurut Suyono(2001) etiologi dari penyakit bronkiektasis yakni :</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 1. Infeksi</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Bronkiektasis sering terjadi setelah seorang anak menderita pneumonia yang sering kambuh dan berlangsung lama.Pneumonia ini umumnya merupakan komplikasi pertusis maupun influenza yang diderita semasa anak, tuberculosis paru, dan sebagainya.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 2. Kelainan herediter atau kelainan konginetal</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Dalam hal ini bronkiektasis terjadi semenjak dalam kandungan. Faktor genetik atau faktor pertumbuhan dan perkembangan fetus memegang kiprah penting. Biasanya mempunyai ciri mengenai hampir seluruh cabang bronkus pada satu atau dua paru. Biasanya disertai dengan penyakit kongenital lainnya.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 3. Obstruksi bronkus</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Obstruksi yang dimaksud ibarat korpus alienum, karsinoma bronkus dan tekanan dari luar lainnya terhadap bronkus..</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Menurut teori lain bronkiektasis disebabkan oleh :</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 1. Infeksi primer (bakteri, jamur dan virus)</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Bronkiektasis mungkin sebagai sequel dari nekrosis setelah infeksi akhir pengobatan yang jelek atau tidak diobati sama sekali. Infeksi sanggup disebabkan oleh kuman tipikal ibarat Klebsiela, Staphilococcus aureus, Mycobacterium tuberculosis, Mycoplasma pneumonia, measles, pertusis, influenza, herpes simplex dan beberapa tipe adenovirus. Pada anak respiratory syncytial virus sanggup mengakibatkan bronkiektasis. Bronkiektasis juga sanggup juga disebabkan oleh Mycobacterium avium complex (MAC) yang terjadi pada penderita HIV dan imunokompremis.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 2. Obstruksi bronkus</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Tumor endobronkial, benda asing atau stenosis bronkus lantaran pementingan akhir kelenjar getah bening leher yang membesar sanggup mengakibatkan BE. Sindrom lobus tengah kanan merupakan bentuk spesifik obstruksi bronkus yang karenanya akan mengakibatkan BE lantaran angulasi gila lobus tersebut. Timbulnya obstruksi bronkus dan infeksi kronik merupakan faktor predisposisi terbentuknya bronkiektasis</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 3. Fibrosis kistik</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Ini merupakan penyakit autosomal resesif dengan kelainan utama pada paru dengan citra umum bronkiektasis. Bronkiektasis bekerjasama dengan fibrosis kistik terjadi secara sekunder lantaran terkumpulnya mucus pada jalan napas potongan atas dan terjadinya infeksi kronis.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 4. Sindroma Young</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Gambaran klinis sama denga fibrosis kistik. Sindrom ini ditemukan BE disertai sinusitis dan azoospermia, sering terjadi pada laki-laki usia pertengahan.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 5. Diskinesia siliar primer</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Manifestasinya yakni immotile dan/atau diskinetik silia dan spermatozoa. Keadaan ini mengakibatkan gangguan bersihan mukosilier infeksi berulang dan karenanya terjadi bronkiektasis. Sindrom Kartagener dengan triad citra klinik berupa situs inversus, sinusitis dan bronkiektasis yakni sebagai akhir immobility silia pada saluran napas.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 6. Aspergilosis bronkopulmoner alergi</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Merupakan reaksi hipersensitiviti terhadap inhalan antigen Aspergilus dengan citra bronkospasme, bronkiektasis dan reaksi imunologi oleh spesies Aspergilus. Dikatakan aspergilus bronkopulmoner alergi yakni apabila pada penderita tersebut ditemukan batuk produktif dan juga mempunyai riwayat asma yang tidak respons dengan terapi konvensional.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 7. Keadaan imunodefisiensi</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Imunodefisiensi sanggup terjadii secara congenital maupun didapat. Imunodefisiensi ini melibatkan gangguan gangguan fungsi limfosit B. penderita dengan hipogammaglobulinemia biasanya muncul dikala anak dengan riwayat sinusitis atau infeksi paru berulang. Penderita HIV/AIDS merupakan implikasi terjadinya bronkiektasis dan digambarkan dengan timbulnya percepatan</div> <div style="text-align: justify;"> kerusakan bronkus lantaran infeksi berulang.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 8. Defek anatomi kongenital</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Skuester bronkopulmoner, sindroma Williams-Campbell (defisiensi congenital kartilago), Sindrom Mounier-Kuhn (tracheobronkomegali), Sindrome Swyer-Jamer (unilateral hyperlucent lung) dan sindrom yellow-nail mempermudah timbulnya bronkiektasis.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 9. Defisiensi alpha 1-antitripsin</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Patogenesisnya belum jelas</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 10. Penyakit reumatik</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Komplikasi rheumatoid arthritis dan sindrom Sjogren sanggup terjadi bronkiektasis, tetapi patogenesisnya belum jelas.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 11. Traksi bronkiektasis</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Ini merupakan distorsi jalan napas sekunder lantaran distorsi parenkim paru dari fibrosis pulmoner.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 12. Merokok</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Bagaimana merokok sanggup mengakibatkan terjadinya bronkiektasis masih belum terang namun demikian asap rokok dan infeksi berulang sanggup mempercepat kerusakan dinding bronkus.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Patofisiologi</b></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Bronkiektasis yakni dilatasi gila bronkus, pada kawasan proksimal bronkus (diameter > 2 mm) disertai destruksi komponen otot dan jaringan elastik dinding bronkus yang sanggup terjadi secara kongenital ataupun didapat lantaran alasannya infeksi kronik saluran napas. Bronkiektasis kongenital terjadi pada bayi dan anak sebagai akhir kegagalan pembentukan cabang-cabang bronkus. Kerusakan komponen otot dan jaringan elastik dinding bronkus merupakan respon tubuh terhadap infeksi berupa proses inflamasi yang melibatkan sitokin, oksida nitrit dan neutrofil protease sehingga terjadi kerusakan pada jaringan alveolar peribronkial dan selanjutnya terjadi fibrosis peribronkial. Akhirnya terjadi kerusakan dinding bronkus dan inflamasi transmural sehingga terjadi dilatasi gila bronkus. Pada keadaan ini biasanya ditemukan gangguan pencucian sekresi (mucous clearance) pada bronkus dan cabang-cabangnya. Kegagalan proses pencucian sekresi mengakibatkan kolonisasi kuman dan timbul infeksi oleh kuman pathogen yang ikut berperan dalam pembentukan mucus yang purulen pada penderita bronkiektasis.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Menurut Brunner dan Suddarth (2002) patofisiologi dari bronkiektasis dimulai dari Infeksi merusak dinding bronkial, mengakibatkan kehilangan struktur pendukungnya dan menghasilkan sputum kental yang karenanya sanggup menyumbat bronki. Dinding bronkial menjadi teregang secara permanen akhir batuk hebat, infeksi melebar hingga ke peribronkial, sehingga dalam kasus bronkiektasis sekular, setiap tuba yang berdilatasi bekerjsama yakni jerawat paru, yang eksudatnya mengalir bebas melalui bronkus. Brokiektasis biasanya setempat, menyerang lobus segmen paru. Lobus yang paling bawah sering terkena.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Retensi sekresi dan obstruksi yang diakibatkannya pada karenanya mengakibatkan alveoli disebelah distal obstruksi mengalami kolaps (atelektasis). Jaringan parut atau fibrosis akhir reaksi inflamasi menggantikan jaringan paru yang berfungsi. Pada waktunya pasien mengalami insufisiensi pernapasan dengan penurunan kapasitas vital, penurunan ventilasi, dan peningkatan rasio volume residual terhadap kapasitas paru total. Terjadi kerusakan adonan gas yang di ide (ketidakseimbangan ventilasi-perfusi) dan hipoksimia.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Pathway Bronkiektasis</b></div> <div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"> <img border="0" data-original-height="486" data-original-width="670" height="464" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEipQVOfdGoqD32ECjQZG4tvFoEgn5Z0RrRh3tXmf2lm-NlPddqI1MkOyjqp1OB__INsi2wv66GPac2X9E1PY9Ei675zw-Ohobczxw3B5ktkusYx3cA5gwYIrN_RLpNGLvlF-lvwBuyUM_bp/s640/Pathway+bronkiektasis.png" width="640" /></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Manifestasi Klinik</b></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Bronkiektasis merupakan penyakit yang sering dijumpai pada usia muda, 69 % penderita berumur  kurang dari 20 tahun. Gejala dimulai semenjak masa kanak-kanak, 60 % dari penderita gejalanya timbul semenjak umur kurang dari 10 tahun. Gejalanya tergantung dari luas, berat, lokasi ada atau tidaknya komplikasi.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Adapun tanda dan tanda-tanda bronkiektasis, antara lain :</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Batuk kronik dan pembentukan sputum purulen dalam jumlah yang sangat banyakterutama pada pagi hari, setelah tiduran dan berbaring. Specimen sputum akan secara khas “membentuk lapisan” menjadi tiga lapisan dari atas, yaitu: lapisan atas berbusa, lapisan tengah yang bening, dan lapisan bawah berpartikel tebal.</li> <li style="text-align: justify;">Batuk dengan sputum menyertai batuk pilek selama 1-2 ahad atau tidak ada tanda-tanda sama sekali ( Bronkiektasisringan ).</li> <li style="text-align: justify;">Batuk yang terus menerus dengan sputum yang banyak kurang lebih 200 - 300 cc, disertai demam, tidak ada nafsu makan, penurunan berat badan, anemia, nyeri pleura, dan lemah tubuh kadang kala sesak nafas dan sianosis, sputum sering mengandung bercak darah,dan batuk darah.</li> <li style="text-align: justify;">Ditemukan jari-jari tabuh (clubbing finger) pada 30-50 % kasus.</li> <li style="text-align: justify;">Wheezing (bunyi napas mengi)</li> <li style="text-align: justify;">Sianosis</li> <li style="text-align: justify;">Pucat</li> <li style="text-align: justify;">Bau mulut</li> <li style="text-align: justify;">Hemoptisis</li> <li style="text-align: justify;">Infeksi paru berulang.</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Bronkiektasis tidak gampang didiagnosis lantaran gejala-gejalanya sanggup tertukar dengan bronchitis kronik. Tanda yang niscaya yakni riwayat batuk produktif yang berkepanjangan, dengan sputum yang secara konsisten negative terhadap tuberkel basil.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Pemeriksaan Penunjang</b></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 1. Pemerisaan Laboratorium.</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Pemeriksaan sputum mencakup Volume sputum, warna sputum, sel-sel dan basil dalam sputum. </li> </ul> <div style="text-align: justify;"> Bila terdapat infeksi volume sputum akan meningkat, dan menjadi purulen dan mengandung lebih banyak leukosit dan bakteri. Biakan sputum sanggup menghasilkan tanaman normal dari nasofaring, streptokokus pneumoniae, hemofilus influenza, stapilokokus aereus,klebsiela, aerobakter,proteus, pseudomonas aeroginosa. Apabila ditemukan sputum berbau busuk  menunjukkan adanya infeksi kuman anaerob.</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Pemeriksaan darah tepi.</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> Biasanya ditemukan dalam batas normal. Kadang  ditemukan adanya leukositosis menunjukkan adanya supurasi yang aktif dan anemia menunjukkan adanya infeksi yang menahun.</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Pemeriksaan urin</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> Ditemukan dalam batas normal, kadang  ditemukan adanya proteinuria yang bermakna yang disebabkan oleh amiloidosis, Namun Imunoglobulin serum biasanya dalam batas normal Kadan sanggup meningkat atau menurun.</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Pemeriksaan EKG</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> EKG biasa dalam batas normal kecuali pada kasus lanjut yang sudah ada komplikasi korpulmonal atau tanda pendorongan jantung. Spirometri pada kasus ringan mungkin normal tetapi pada kasus berat ada kelainan obstruksi dengan penurunan volume ekspirasi paksa 1 menit  atau penurunan kapasitas vital, biasanya disertai insufisiensi pernafasan  yang sanggup menjadikan :</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Ketidakseimbangan ventilasi dan perfusi </li> <li style="text-align: justify;">Kenaikan perbedaan tekanan PO2 alveoli-arteri</li> <li style="text-align: justify;">Hipoksemia</li> <li style="text-align: justify;">Hiperkapnia</li> <li style="text-align: justify;">Pemeriksaan tambahan untuk mengetahui faktor predisposisi dilakukan pemerisaan : Pemeriksaan imunologi, Pemeriksaan spermatozoa, Biopsi bronkus dan mukosa nasal( bronkopulmonal berulang).</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 2. Pemeriksaan Radiologi.</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Foto dada  PA dan Lateral</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> Biasanya ditemukan corakan paru menjadi lebih kasar  dan batas-batas corakan menjadi kabur, mengelompok,kadang-kadang ada citra sarang tawon  serta citra kistik dan batas-batas permukaan udara cairan. Paling banyak mengenai lobus paru kiri, lantaran mempunyai diameter yang lebih kecil kanan dan letaknya menyilang mediastinum,segmen lingual lobus atas kiri  dan lobus medius paru kanan.</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Pemeriksaan bronkografi</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> Bronkografi tidak rutin dikerjakan namun bila ada indikasi dimana untuk mengevaluasi penderita yang akan dioperasi yaitu pendereita dengan pneumoni yang terbatas pada suatu tempat dan berulang yang tidak menunjukkan perbaikan klinis setelah menerima pengobatan konservatif  atau penderita dengan hemoptisis yang masif.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Bronkografi dilakukan sertalah keadaan stabil,setalah pemberian antibiotik dan postural drainage yang adekuat sehingga bronkus  higienis dari sekret.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Penatalaksanaan</b></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Tujuan pengobatan yakni memperbaiki drainage sekret dan mengobati infeksi.</div> <div style="text-align: justify;"> Penatalaksanaan mencakup :</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Pemberian antibiotik dengan spekrum luas ( Ampisillin,Kotrimoksasol, atau amoksisilin ) selama 5- 7 hari pemberian</li> <li style="text-align: justify;">Drainage postural dan latihan fisioterapi untuk pernafasan.serta batuk yang efektif untuk mengeluarkan sekret secara maksimal </li> </ul> <div style="text-align: justify;"> Pada dikala dilakukan drainage perlu diberikan  bronkodilator  untuk mencegah bronkospasme dan memperbaiki drainage sekret. Serta dilakukan hidrasi yang adekuat untuk mencegah sekret menjadi kental dan dilengkapi dengan alat pelembab serta nebulizer untuk melembabkan sekret.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Konsep Asuhan Keperawatan</b></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Pengkajian data dasar</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 1. Riwayat atau adeanya faktor-faktor penunjang</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Merokok produk tembakau sebagai factor penyebab utama</li> <li style="text-align: justify;">Tinggal atau bekerja kawasan dengan polusi udara berat</li> <li style="text-align: justify;">Riwayat alergi pada keluarga</li> <li style="text-align: justify;">Ada riwayat asam pada masa anak-anak</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> 2. Riwayat atau  adanya faktor-faktor penggagas eksaserbasi ibarat :</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Allergen ( serbuk, debu, kulit, serbuk sari atau jamur)</li> <li style="text-align: justify;">Sress emosional</li> <li style="text-align: justify;">Aktivitas fisik yang berlebihan </li> <li style="text-align: justify;">Polusi udara</li> <li style="text-align: justify;">Infeksi saluran nafas</li> <li style="text-align: justify;">Kegagalan acara pengobatan yang dianjurkan</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> 3. Pemeriksaan fisik menurut focus pada system pernafasan yang mencakup :</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Kaji frekuensi dan irama pernafasan</li> <li style="text-align: justify;">Inpeksi warna kulit dan warna menbran mukosa</li> <li style="text-align: justify;">Auskultasi suara nafas</li> <li style="text-align: justify;">Pastikan bila pasien memakai otot-otot perhiasan bila bernafas :</li> <li style="text-align: justify;">Mengangkat pundak pada dikala bernafas</li> <li style="text-align: justify;">Retraksi otot-otot abdomen pada dikala bernafas</li> <li style="text-align: justify;">Pernafasan cuping hidung</li> <li style="text-align: justify;">Kaji bila perluasan dada simetris atau asimetris</li> <li style="text-align: justify;">Kaji bila nyeri dada pada pernafasan</li> <li style="text-align: justify;">Kaji batuk (apakah produktif atau nonproduktif). Bila produktif tentukan warna sputum.</li> <li style="text-align: justify;">Tentukan bila pasien mengalami  dispneu atau orthopneu</li> <li style="text-align: justify;">Kaji tingkat kesadaran.</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> 4. Pemeriksaan diagnostik mencakup :</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Gas darah arteri (GDA) menunjukkan PaO2 rendah dan PaCO2 tinggi</li> <li style="text-align: justify;">Sinar X dada memunjukkan peningkatan kapasitas paru dan volume  cadangan</li> <li style="text-align: justify;">Klutur sputum kasatmata bila ada infeksi</li> <li style="text-align: justify;">Esei imunoglobolin menunjukkan adanya peningkatan IgE serum</li> <li style="text-align: justify;">Tes fungsi paru untuk mengetahui penyebab dispneu dan menentukan apakah fungsi gila paru ( obstruksi atau restriksi).</li> <li style="text-align: justify;">Tes hemoglobolin.</li> <li style="text-align: justify;">EKG ( peninggian gelombang P pada lead II, III, AVF dan aksis vertikal.</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> 5. Kaji persepsi diri pasien</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 6. Kaji berat tubuh dan masukan rata-rata cairan dan diet.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Diagnosa keperawatan</b></div> <ol> <li style="text-align: justify;">Tak efektif bersihan jalan nafas bekerjasama dengan peningkatan produksi sekret atau sekresi kental</li> <li style="text-align: justify;">Gangguan pertukaran gas bekerjasama dengan gangguan suplai oksigen dan kerusakan alveoli</li> <li style="text-align: justify;">Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh bekerjasama dengan mual muntah,produksi sputum, dispneu</li> <li style="text-align: justify;">Resiko tinggi terhadap infeksi bekerjasama dengan proses penyakit kronis, malnutrisi. </li> <li style="text-align: justify;">Ansietas bekerjasama dengan takut kesulitan bernafas selama fase eksaserbasi,  kurang pengetahuan perihal pengobatan yang akan dilaksanakan</li> <li style="text-align: justify;">Intoleransi acara bekerjasama dengan kerusakan pertukaran gas</li> </ol> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Intervensi keperawatan</b></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Diagnosa Keperawatan. 1</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Tidak efektif bersihan jalan nafas bekerjasama dengan peningkatan produksi   sekret, sekret kental.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Tujuan : Mempertahakan jalan nafas paten dengan suara nafas bersih/jelas.<span style="white-space: pre;"> </span></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Kriteria hasil : Menujukkan sikap untuk memperbaiki bersihan jalan nafas( batuk yang     efektif, dan mengeluarkan secret.<span style="white-space: pre;"> </span></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Rencana Tindakan :</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Kaji /pantau frekuensi pernafasan.Catat rasio ide dan ekspirasi. R/ Tachipneu biasanya ada pada beberapa derajat sanggup ditemukan pada penerimaan atau selam stress/ proses infeksi akut. Pernafasan melambat dan frekuensi ekspirasi memanjang disbanding inspirasi</li> <li style="text-align: justify;">Auskultasi suara nafas dan catat adanya suara nafas. R/  Derajat spasme bronkus terjadi dengan obstruksi jalan nafas dan sanggup /tak dimanisfestasikan adanya suara nafas.</li> <li style="text-align: justify;">Kaji pasien untuk posisi yang nyaman,Tinggi kepala tempat tidur dan duduk pada sandaran  tempat tidur. R/  Peninggian kepala tempat tidur mempermudah fungsi pernafasan dengan mempergunakan gravitasi. Dan mempermudah untuk bernafas serta membantu menurunkan kelemahan otot-otot dan sanggup sebagai alat perluasan dada.</li> <li style="text-align: justify;">Bantu latihan nafas abdomen atau bibir. R/   Untuk mengatasi dan mengontrol dispneu dan menurunkan jebakan udara.</li> <li style="text-align: justify;">Observasi karakteriktik  batuk dan Bantu tindakan untuk efektifan upaya batuk. R/   Mengetahui keefktifan batuk </li> <li style="text-align: justify;">Tingkatan masukan cairan samapi 3000ml/hari sesuai toleransi jantung serta berikan hangat dan masukan cairan antara sebagai penganti makan. R/ Hidrasi membantu menurunkan kekentalan secret,mempermudah pengeluaran.cairan hangat sanggup menurunkan spasme bronkus. Cairan antara makan sanggup meningkatkan distensi gaster dan tekana diafragma.</li> <li style="text-align: justify;">Berikan obat sesuai indikasi. R/   Mempercepat proses penyembuhan.</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Diagnosa Keperawatan. 2</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Gangguan pertukaran gas bekerjasama dengan gangguan suplai oksigen dan   kerusakan alveoli.<span style="white-space: pre;"> </span></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Tujuan : Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan adekuat dengan GDA dalam rentang normal dan bebas tanda-tanda distress pernafasan.<span style="white-space: pre;"> </span></div> <div style="text-align: justify;">        </div> <div style="text-align: justify;"> Kriteria hasil : GDA dalam batas normal, warna kulit membaik, frekuensi nafas 12-  24x/mt,bunyi nafas bersih, tidak ada batuk,frekuensi nadi 60-100x/mt,tidak dispneu.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Rencana Tindakan :</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Kaji frekuensi, kedalaman pernafasan serta catat penggunaan otot aksesori. R/  untuk mengevaluasi derajat distress pernafsan/ kronisnya suatu penyakit.</li> <li style="text-align: justify;">Tingikan kepala tempat tidur dan Bantu untuk menentukan posisi yang gampang untuk bernafas .Kaji / awasi secara rutin kulit dan warna membran mukosa. R/  Suplai oksigen sanggup diperbaiki dengan posisi duduk tinggi dan latihan nafas untuk menurunkan kolaps jalan nafas.</li> <li style="text-align: justify;">Dorong untuk pengeluaran sputum/ penghisapan bila ada indikasi. R/  Sputum menganggu proses pertukaran gas  serta penghisapan dilakukan bila batuk tidak efektif.</li> <li style="text-align: justify;">Awasi tingkat kesadaran / status mental. R/ Manisfestasi umum dari hipoksia</li> <li style="text-align: justify;">Awasi tanda vital dan status jantung. R/ Perubahan tekanan darah menunjukkan imbas hipoksia sistemik pada fungsi jantung</li> <li style="text-align: justify;">Berikan oksigen tambahan dan pertahankan ventilasi mekanik dan Bantu intubasi. R/  Dapat memperbaiki atau mencegah terjadinya hipoksia dan kegagalan nafas serta tindakan untuk evakuasi hidup.</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Diagnosa Keperawatan. 3</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh bekerjasama dengan mual muntah,produksi sputum, dispneu</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Tujuan  : Peningkatan dalam status nutrisi dan berta tubuh pasien</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Kriteria hasil : Pasien tidak mengalami kehilangan berat tubuh lebih lanjut atau mempertahankan berat badan.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Rencana tindakan :</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Pantau masukan dan keluaran tiap 8 jam, jumlah makanan yang dikonsumsi serta timbang berta tubuh tiap minggu. R/ Untuk mengidentifikasi adanya kemajuan atau penyimpangan dari yang diharapkan</li> <li style="text-align: justify;">Ciptakan suasana yang menyenangkan ,lingkungan yang bebas dari anyir selama waktu makan. R/ suasana dan lingkungan yang tak sedap selama waktu makan sanggup meyebakan anoreksia</li> <li style="text-align: justify;">Rujuk pasien ke andal diet untuk memantau merencanakan makanan yang akan dikonsumsi. R/ Dapat membantu pasien dalam merencanakan makan dengan gisi yang sesuai.</li> <li style="text-align: justify;">Dorong klien untuk minum minimal 3 liter cairan perhari, jikalau tidak menerima infus. R/ untuk mengatasi kehilangan cairan tubuh pada pasien</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Diagnosa Keperawatan. 4</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Resiko tinggi terhadap infeksi bekerjasama dengan proses penyakit kronis, malnutrisi.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Tujuan : Tidak terjadi/ adanya tanda-tanda –gejala infeksi</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Kriteria hasil : Tidak terjadi infeksi suhu tbuh berkisar 36-37 0c,Sel darah putih 5000-10000/mm.batuk produktif tidak ada.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Rencana intervensi :</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Pantau suhu pasien tiap 4 jam, hasil kultur sputum dan hasil investigasi leokusit serta warna dan konsistensi sputum. R/  Untuk mengidentifikasi  kemajuan yang sanggup dicapai dan penyimpangan dari sasaran yang diharapkan ( infeksi yang mungkin terjadi ).</li> <li style="text-align: justify;">Lakukan investigasi sputum untuk investigasi kultur. R/Dapat membantu menegakkan diagnosa infeksi saluran nafas dan mengidentifikasi kuman penyebabnya.</li> <li style="text-align: justify;">Berikan nutrisi yan adekuat. R/ malnutrisi sanggup mempengaruhi kesehatan umum dan menurunkan tahan terhadap infeksi.</li> <li style="text-align: justify;">Berikan antibiotik sesuai anjuran dan penilaian keefektifannya. R/ Sebagai pencegahan dan pengobatan infeksi dan mempercepat proses penyembuhan.</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Diagnosa Keperawatan. 5</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Ansietas bekerjasama dengan takut kesulitan bernafas selama fase eksaserbasi,  kurang pengetahuan perihal pengobatan yang akan dilaksanakan.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Tujuan : Hilangnya ansietas</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Kriteria hasil :  Ekspresi wajah rileks, frekuensi nafas antara 12-24 x/mt,frekuensi   nadi 60-100x/mt.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Intervensi Keperawatan :</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Selama periode distress pernafasan akut : Batasi jumlah dan frekuensi pengunjung, Mulai berikan oksigen lewat kanula sebanyak 2 ltr/mt, Demontrasikan untuk kontrol pernafasan, Ijinkan seseorang untuk menemani pasien, Pertahankan posisi fowler dengan posisi lengan menopang. R/  Membantu pasien untuk mengontrol keadaannya dengan meningkatkan relaksasi  dan meningkatkan jumlah udara yang masuk paru-paru</li> <li style="text-align: justify;">Hindari pemberian informasi  dan arahan yang bertele-tele/sederhana mungkin ketika pasien mengalami distress dan lakukan pendekatan dengan pasien secara damai dan menyakinkan. R/   Pasien sanggup mendapatkan sedikit informasi dalam keadaan gelisah dan terlalu banyak informasi sanggup meningkatkan ansietas dan memberitauhkan apa yang diharpkan makakan sanggup membantu penurunan ansietas.</li> <li style="text-align: justify;">Gunakan obat sedatif sesui dengan yang diresepkan. R/ Obat penenang sanggup mengontrol tingkat ansietasnya.</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Diagnosa Keperawatan. 6</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Intoleransi acara bekerjasama dengan kerusakan pertukaran gas</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Tujuan :Klien menunjukkan peningkatan toleransi terhadap aktivitas</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Kriteria hasil : Menurunnya keluhan perihal napas pendek dan lemah dalam melakukan aktivitas</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Rencana Tindakan</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Pantau nadi dan frekuensi nafas sebelum dan setelah aktivitas. R/  Mengidentifikasi kemabali penyimpangan tujuan yang diharapkan.</li> <li style="text-align: justify;">Berikan sumbangan dalam melakukan acara sesuai yang diperlukan  dan dilakukan secara bertahap. R/  Dapat mengurangi pengunaan energi yang berlebihan</li> <li style="text-align: justify;">Anjurkan makanan dalam porsi kecil tapi sering dengan makanan yang gampang dikunyah. R/  Makanan dalam porsi besar sasah dikunyah dan memerlukan banyak energi</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Daftar Pustaka</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Soeparman & Sarwono W, (1998), Ilmu penyakit dalam Jilid II Balai Penerbit FKUI, Jakarta</li> <li style="text-align: justify;">Barbara E.,(1999), Rencana Asuhan keperawatan Medikal- Bedah Volume I, EGC, Jakarta</li> <li style="text-align: justify;">Barbara E.,(1999), Rencana Asuhan keperawatan Medikal- Bedah Volume  III, EGC, Jakarta</li> <li style="text-align: justify;">Barbara C. long,( 1996), Perawatan Medikal Bedah : suatu pendekatan proses keperawatan, Alih bahasa Yayasan ikatan alumni pendidikan keperawatan bandung,Yayasan IAPK, Bandung</li> <li style="text-align: justify;">Hudak & Gallo, ( 1997), Keperawatan Kritis : Pendekatan Holistik, EGC, Jakarta</li> <li style="text-align: justify;">Marylin E doengoes. (2000). Rencana Asuhan keperawatan Pedoman untuk Perencnaan /pendokumentasian Perawatan Pasien. EGC.Jakarta.</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> Untuk mendownload laporan pendahuluan / lp bronkiektasis doc dan pdf dibawah.</div> <div> <ul> <li style="text-align: justify;"><b>Laporan pendahuluan bronkiektasis doc, <i><a href="https://drive.google.com/file/d/1dablmax4fyiYABMMIrI81ULtLoIFe_mK/view?usp=sharing" target="_blank">(Ambil File)</a></i></b></li> <li style="text-align: justify;"><b>Laporan pendahuluan bronkiektasis pdf, <i><a href="https://drive.google.com/file/d/1kG5f6Tz3de54TAltWOzXBtOdtpEi2buJ/view?usp=sharing" target="_blank">(Ambil File)</a></i></b></li> </ul> <div style="text-align: justify;"> Link Alternatif</div> </div> <div> <ul> <li style="text-align: justify;"><b><a href="https://drive.google.com/file/d/1dablmax4fyiYABMMIrI81ULtLoIFe_mK/view?usp=sharing" target="_blank">LP Bronkiektasis doc</a></b></li> <li style="text-align: justify;"><b><a href="https://drive.google.com/file/d/1kG5f6Tz3de54TAltWOzXBtOdtpEi2buJ/view?usp=sharing" target="_blank">LP Bronkiektasis pdf</a></b></li> </ul> <div style="text-align: justify;"> Demikian laporan pendahuluan / LP bronkiektasis lengkap, download doc dan pdf kami bagikan, agar sanggup membantu sahabat perawat sekalian dalam pembuatan kiprah keperawatan khusunya laporan pendahuluan. </div> </div>

Laporan Pendahuluan / Lp Bronkiektasis Lengkap, Download Doc Dan Pdf

Teman Sejawat sekalian, tak henti-hentinya kami selalu menyajikan laporan pendahuluan dengan aneka macam judul, tak terkecuali kali ini, ka...

+ Baca selengkapnya »