Laporan Pendahuluan Ulkus Peptikum Lengkap, Download Format Pdf Dan Doc

<div style="text-align: justify;"> Kami bagikan laporan pendahuluan ulkus peptikum lengkap, format pdf dan doc.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Teman perawat dimanapun berada, kali ini kami coba mengembangkan laporan pendahuluan ulkus peptikum lengkap, telah kami susun sesuai dengan format kelengkapan laporan pendahuluan mulai dari tinjauan teori hingga konsep asuhan keperawatan.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> kalau sebelum nya telah kami bagikan laporan pendahuluan dengan format doc dan pdf, kali ini pun sama, laporan pendahuluan ulkus peptikum ini telah kami sediakan juga dalam dua format pdf dan doc dan juga dilengkapi fathway ulkus peptikum format doc siap edit.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Bagi teman-teman yang ingin mendapat file laporan pendahuluan ulkus peptikum format pdf dan doc telah kami sediakan link unduhan di final postingan ini, dan untuk fathway format doc telah kami sediakan juga link unduhan di bawah gambar fathway ulkus peptikum.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <h3 style="text-align: justify;"> <b>Laporan Pendahuluan Ulkus Peptikum</b></h3> <div style="text-align: justify;"> <b><br /></b></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Latar Belakang</b></div> <div style="text-align: justify;">      </div> <div style="text-align: justify;"> Ulkus peptikum merupakan suatu keadaan yang dikarenakan ketidakseimbangan asam gastrik dan sekresi pepsin serta perubahan mukosa. Setiap orang menghasilkan asam lambung dalam jumlah yang berlainan dan teladan pembentukan asam ini cenderung menetap sepanjang hidup seseorang. Sehingga hampir 1 diantara 10 orang akan terbentuk ulkus peptikum. Kira-kira 5% dari semua tukak akan mengalami perforasi, dan komplikasi ini akan menjadikan 65% terjadi janjkematian tanggapan tukak peptikum.</div> <div style="text-align: justify;">      </div> <div style="text-align: justify;"> Insidensi yang lain, tukak duodenum menyusun sekitar  80% dari semua tukak peptikum, dan menyerang sekitar 10-12% populasi. Individu dengan golongan darah O 35% lebih rentan terjadi Ulkus, dibandingkan dengan orang yang bergolongan darah A, B, atau AB. Hal ini belum diketahui secara niscaya penyebabnya</div> <div style="text-align: justify;">      </div> <div style="text-align: justify;"> Ulkus peptikum lebih sering terjadi pada usia 40-60 tahun. Pria 3 kali lebih sering daripada perempuan, lantaran diduga bahwa pria memiliki kecenderungan gaya hidup yang menjadikan rusaknya salah satu sawar pelindung lambung, contohnya merokok, kafein, aspirin, alkohol dan penggunaan kronis obat anti inflamasi non steroid menyerupai penggunaan NSAID.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Definisi / Pengertian</b></div> <div style="text-align: justify;">      </div> <div style="text-align: justify;"> Ulkus peptikum yaitu suatu peronggaan yang dibuat dalam dinding mukosa lambung, pylorus, duodenum, atau esophagus.(Brunner dan Suddarth, 2000)</div> <div style="text-align: justify;">      </div> <div style="text-align: justify;"> Ulkus peptikum merupakan keadaan di mana kontinuitas mukosa lambung terputus dan meluas hingga ke bawah epitel (Price, Sylvia Anderson, 1995).</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Ulkus peptikum yaitu ekskavasasi (area berlubang) yang terbentuk dalam dinding mukosal lambung, pilorus, duodenum atau esofagus. Ulkus peptikum disbut juga sebagai ulkus lambung, duodenal atau esofageal, tergantung pada lokasinya. (Bruner and Suddart, 2001).</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Ulkus peptikum merupakan putusnya kontinuitas mukosa lambung yang meluas hingga di bawah epitel. Kerusakan mukosa yang tidak meluas hingga ke bawah epitel disebut sebagai erosi, walaupun sering dianggap sebagai ”ulkus” (misalnya ulkus lantaran stres). Menurut definisi, ulkus peptikum sanggup terletak pada setiap kepingan kanal cerna yang terkena getah asam lambung, yaitu esofagus, lambung, duodenum, dan sesudah gastroenterostomi, juga jejenum.(Sylvia A. Price, 2006)</div> <div style="text-align: justify;">      </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Etiologi</b></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Ulkus peptikum sanggup disebabkan oleh hal berikut :</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Ketidakseimbangan asam gastrik dan sekresi pepsin serta perubahan mukosa. (Charlene dkk, 2001)</li> <li style="text-align: justify;">Faktor lain yang mengakibatkan Ulkus Pepetikum: Genetik, merokok, alkohol, kafeine, obat-obatan (NSAID), kuman Helicobacter Pylori.</li> </ul> <div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Patofisiologi</b></div> </div> <div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Ulkus peptikum terjadi pada mukosa gastroduodenal lantaran jaringan ini tidak sanggup menahan kerja asam lambung pencernaan (asam hidrochlorida dan pepsin). Erosi yang terjadi berkaitan dengan peningkatan konsentrasi dan kerja asam peptin, atau berkenaan dengan penurunan pertahanan normal dari mukosa.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 1. Peningkatan Konsentrasi atau Sekresi Lambung dan Kerja Asam Peptin</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Sekresi lambung terjadi pada 3 fase yang serupa :</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> a. Sefalik</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Fase pertama ini dimulai dengan rangsangan menyerupai pandangan, anyir atau rasa kuliner yang bekerja pada reseptor kortikal serebral yang pada gilirannya merangsang saraf vagal. Intinya, kuliner yang tidak menimbulkan nafsu makan menimbulkan sedikit imbas pada sekresi lambung. Inilah yang mengakibatkan kuliner sering secara konvensional diberikan pada pasien dengan ulkus peptikum. Saat ini banyak andal gastroenterology menyetujui bahwa diet saring memiliki imbas signifikan pada keasaman lambung atau penyembuhan ulkus. Namun, acara vagal hiperbola selama malam hari ketika lambung kosong yaitu iritan yang signifikan.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> b. Fase lambung</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Pada fase ini asam lambung dilepaskan sebagai tanggapan dari rangsangan kimiawi dan mekanis terhadap reseptor dibanding lambung. Refleks vagal mengakibatkan sekresi asam sebagai respon terhadap distensi lambung oleh makanan.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> c. Fase usus</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Makanan dalam usus halus mengakibatkan pelepasan hormon (dianggap menjadi gastrin) yang pada waktunya akan merangsang sekresi asam lambung. Pada manusia, sekresi lambung yaitu adonan mukokolisakarida dan mukoprotein yang disekresikan secara kontinyu melalui kelenjar mukosa. Mucus ini mengabsorpsi pepsin dan melindungi mukosa terhadap asam. Asam hidroklorida disekresikan secara kontinyu, tetapi sekresi meningkat lantaran prosedur neurogenik dan hormonal yang dimulai dari rangsangan lambung dan usus. Bila asam hidroklorida tidak dibuffer dan tidak dinetralisasi dan bila lapisan luar mukosa tidak memperlihatkan proteksi asam hidroklorida bersama dengan pepsin akan merusak lambung. </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Asam hidroklorida kontak hanya dengan sebagian kecil permukaan lambung. Kemudian menyebar ke dalamnya dengan lambat. Mukosa yang tidak sanggup dimasuki disebut barier mukosa lambung. Barier ini yaitu pertahanan untama lambung terhadap pencernaan yang dilakukan oleh sekresi lambung itu sendiri. Factor lain yang mempengaruhi pertahanan yaitu suplai darah, keseimbangan asam basa, integritas sel mukosa, dan regenerasi epitel. </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Oleh lantaran itu, seseorang mungkin mengalami ulkus peptikum lantaran satu dari dua factor ini : </div> <ul> <li style="text-align: justify;">hipersekresi asam pepsin</li> <li style="text-align: justify;">Kelemahan Barier Mukosa Lambung</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> Apapun yang menurunkan yang mukosa lambung atau yang merusak mukosa lambung yaitu ulserogenik, salisilat dan obat antiinflamasi non steroid lain, alcohol, dan obat antiinflamasi masuk dalam kategori ini.Sindrom Zollinger-Ellison (gastrinoma) dicurigai bila pasien tiba dengan ulkus peptikum berat atau ulkus yang tidak sembuh dengan terapi medis standar. Sindrom ini diidentifikasi melalui temuan berikut : hipersekresi getah lambung, ulkus duodenal, dan gastrinoma(tumor sel istel) dalam pancreas. 90% tumor ditemukan dalam gastric triangle yang mengenai kista dan duktus koledokus, kepingan kedua dan tiga dari duodenum, dan leher korpus pancreas. Kira-kira ⅓ dari gastrinoma yaitu ganas(maligna).</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Diare dan stiatore(lemak yang tidak diserap dalam feces)dapat ditemui. Pasien ini sanggup mengalami adenoma paratiroid koeksisten atau hyperplasia, dan karenanya sanggup memperlihatkan tanda hiperkalsemia. Keluhan pasien paling utama yaitu nyeri epigastrik. Ulkus stress yaitu istilah yang diberikan pada ulserasi mukosa akut dari duodenal atau area lambung yang terjadi sesudah insiden penuh stress secara fisiologis. Kondisi stress menyerupai luka bakar, syok, sepsis berat, dan trauma dengan organ multiple sanggup menimbulkan ulkus stress. Endoskopi fiberoptik dalam 24 jam sesudah cedera memperlihatkan abrasi dangkal pada lambung, sesudah 72 jam, abrasi lambung multiple terlihat. Bila kondisi stress berlanjut ulkus meluas. Bila pasien sembuh, lesi sebaliknya. Pola ini khas pada ulserasi stress.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Pendapat lain yang berbeda yaitu penyebab lain dari ulserasi mukosa. Biasanya ulserasi mukosa dengan trauma ini menimbulkan penurunan pedoman darah mukosa lambung. Selain itu jumlah besar pepsin dilepaskan. Kombinasi iskemia, asam dan pepsin membuat suasana ideal untuk menghasilkan ulserasi. Ulkus stress harus dibedakan dari ulkus cushing dan ulkus curling, yaitu dua tipe lain dari ulkus lambung. Ulkus cushing umum terjadi pada pasien dengan trauma otak. Ulkus ini sanggup terjadi pada esophagus, lambung, atau duodenum, dan biasanya lebih dalam dan lebih penetrasi daripada ulkus stress. Ulkus curling sering terlihat kira-kira 72 jam sesudah luka bakar luas.</div> </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Fathway Ulkus Peptikum </b></div> <div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"> <img border="0" data-original-height="954" data-original-width="691" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgeGXfMGqa5LM_gPfSLqH-O6Xv6cQgul5SiGrv2y_ZOu3Eivno_akucOTQL_r0ZFdjb97npwXILm55PKU37jBVM6Hnvl705bq21VXt_OZnHx_aW3ppw2xIu_eEUtciL7U7gdv6xQcEyf8jo/s1600/Fathway+ulkus+peptikum+1.png" /></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <h3 style="text-align: justify;"> Untuk mendownload fathway ulkus peptikum format doc, <b style="background-color: cyan;"><a href="https://drive.google.com/file/d/1wlSfjCiGSTtfB0HwrfZNilndk7olXuO4/view?usp=sharing" target="_blank">DISINI</a></b></h3> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Tanda dan gejala </b></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 1. Nyeri</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Nyeri pekak, persisten; rasa terbakar pada mid epigastrium, atau dipunggung</li> <li style="text-align: justify;">Nyeri hilang dengan makan atau minum antasida; bila lambung telah kosong dan alkali menghilang nyeri  kembali timbul</li> <li style="text-align: justify;">Nyeri tekan tajam setempat yang ditimbulkan dengan memberi tekanan besar lengan berkuasa pada epigastrium atau sedikit tekanan garis tengah tubuh</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 2. Pirosis,(nyeri ulu hati)</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Sensasi terbakar pada esophagus atau lambung; lantaran adanya asam.</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 3. Muntah</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Jarang terjadi pada ulkus duodenum tak terkomplikasi</li> <li style="text-align: justify;">Mungkin didahului oleh mual atau sanggup saja tidak; biasanya mengikuti serangan nyeri hebat; hilang dengan ejeksi kandungan asam lambung</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 4. Konstipasi dan perdarahan,</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Sebagai tanggapan diet dan obat</li> <li style="text-align: justify;">Beberapa pasien yang mengalami perdarahan tanggapan ulkus akut tidak memiliki keluhan pencernaan sebelumnya, tetapi mengalami gejala </li> </ul> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Pemeriksaan Penunjang</b></div> <ol> <li style="text-align: justify;">Endoskopi, dipakai untuk mengidentifikasi perubahan inflamasi, ulkus, dan lesi.</li> <li style="text-align: justify;">Spesimen feses. yaitu untuk mengetahui adanya darah samar.</li> <li style="text-align: justify;">Pemeriksaan cairan lambung, dipakai untuk menentukan dalam mendiagnosis aklorhidria.</li> <li style="text-align: justify;">Biopsi, merupakan tes laboratorium khusus yang dipakai untuk mengetahui  bahwa ulkus lambung sanggup dihubungkan dengan nanah kuman dengan distributor menyerupai H. Pylori.</li> </ol> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Penatalaksanaan</b></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 1. Diet</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Tujuan diet untuk pasien ulkus peptikum yaitu untuk menghindari sekresi asam yang hiperbola dan hipermotilitas kanal gastrointestinal dengan menghindari kuliner yang sifatnya meningkatkan sekresi asam lambung.  Pasien dianjurkan untuk makan apa saja yang disukainya.Selain itu untuk menetralisir asam dengan makan tiga kali sehari kuliner biasa.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 2. Berhenti Merokok</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Pasien dianjurkan untuk berhenti merokok lantaran penelitian terbaru memperlihatkan bahwa merokok terus menerus sanggup menghambat secara bermakna perbaikan ulkus.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 3. Penurunan Stress dan Istirahat</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Penurunan stress lingkungan yaitu kiprah sulit yang memerlukan intervensi fisik dan mental pada pihak pasien dan proteksi serta kerjasama anggota keluarga. Stress sanggup meningkatkan sekresi asam lambung oleh lantaran itu intervensi penurunan stress perlu dilakukan dengan melibatkan anggota keluarganya.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 4. Obat- obatan seperti</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> a. Sucralfate</div> <div style="text-align: justify;">      </div> <div style="text-align: justify;"> Cara kerjanya yaitu dengan membentuk selaput pelindung melapisi dasar ulkus untuk mempercepat penyembuhan. Sangat efektif untuk mengobati ulkus peptikum dan merupakan pilihan ke dua dari antacid. Sucralfat diminum 3-4x/hari dan tidak diserap ke dalam darah, sehingga imbas sampingnya sedikit tetapi sanggup mengakibatkan sembelit.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> b. Antagonis H2</div> <div style="text-align: justify;">      </div> <div style="text-align: justify;"> Contohnya yaitu cimetidine, ranitidine, famotidine, dan nizatidine. Obat ini mempercepat penyembuhan ulkus dengan mengurangi jumlah asam dan enzim pencernaan di dalam lambung dan duodenum. Diminum 1x/hari dan beberapa diantaranya diperoleh tanpa resep dokter.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> c. Omeprazole dan Iansoprazole</div> <div style="text-align: justify;">      </div> <div style="text-align: justify;"> Merupakan obat yang sangat besar lengan berkuasa menghambat pembentukan enzim yang dibutuhkan lambung untuk membuat asam. Obat ini sanggup secara total menghambat pelepasan asam dan efeknya berlangsung lama.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> d. Antibiotik</div> <div style="text-align: justify;">      </div> <div style="text-align: justify;"> Digunakan bila penyebab utama terjadinya ulkus yaitu Helicobacter Pylori. Pengobatan ini sanggup mengurangi tanda-tanda ulkus, bahkan bila ulkus tidak memperlihatkan respon terhadap pengobatan sebelumnya atau bila ulkus sering mengalami kekambuhan.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> e. Misoprostol</div> <div style="text-align: justify;">      </div> <div style="text-align: justify;"> Digunakan untuk mencegah ulkus gastrikum yang disebabkan oleh obet-obet anti peradangan non steroid.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Konsep Asuhan Keperawatan Ulkus Peptikum</b></div> <div style="text-align: justify;"> <b><br /></b></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Pengkajian</b></div> <ol> <li style="text-align: justify;">Keadaan Umum</li> <li style="text-align: justify;">Tanda –Tanda Vital: Tensi; Suhu; Nadi; Respirasi.</li> <li style="text-align: justify;">Riwayat teladan makan pasien: teladan makan tidak teratur, mengkonsumsi kuliner yang merangsang sekresi asam lambung menyerupai kuliner pedas dan masam.  </li> <li style="text-align: justify;">Riwayat merokok; bila ya seberapa banyak konsumsi dalam sehari.</li> <li style="text-align: justify;">Riwayat penggunaan obat anti inflamasi non steroid yang lama.</li> <li style="text-align: justify;">Riwayat minuman; kafein, alkohol berapa banyak dalam sehari.</li> <li style="text-align: justify;">Riwayat  muntah; warna merah terang atau menyerupai kopi, jumlah.</li> <li style="text-align: justify;">Riwayat psikologis ; stress terhadap pekerjaan, keluarga, penyakit .</li> <li style="text-align: justify;">Riwayat keluarga terhadap penyakit ulkus peptikum.</li> <li style="text-align: justify;">Kaji BAB Pasien; bercampur darah, atau tidak, berapa kali. </li> <li style="text-align: justify;">Pemeriksaan fisik terfokus pada ulkus peptikum: Mata: konjungtiva merah muda, Abdomen : pada palpasi untuk melokalisir nyeri tekan dan didapatkan nyeri tekan kuadran atas tengah</li> </ol> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <b></b><br /> <div style="text-align: justify;"> <b><b>Diagnosa Keperawatan</b></b></div> <b> </b> <ol> <li style="text-align: justify;">Nyeri akut berafiliasi dengan lesi sekunder terhadap peningkatan asam gastrik, iritasi mukosa dan spasme otot.</li> <li style="text-align: justify;">Ansietas berafiliasi dengan koping penyakit akut, perdarahan, penatalaksanaan jangka panjang.</li> <li style="text-align: justify;">Perubahan nutrisi, kurang dari kebutuhan badan berafiliasi dengan nyeri yang berkaitan dengan makan.</li> <li style="text-align: justify;">Kurang pengetahuan mengenai pencegahan tanda-tanda dan penatalaksanaan kondisi berhubungan</li> </ol> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Intervensi Keperawatan</b></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Diagnosa keperawatan. 1</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Nyeri akut berafiliasi dengan lesi sekunder terhadap peningkatan asam gastrik, iritasi mukosa dan spasme otot.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Tujuan : Setelah dilakukan perawatan 1x24 jam nyeri pasien sanggup berkurang.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Kriteria evaluasi:</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Klien sanggup memakai obat-obatan sesuai resep yang telah dianjurkan.</li> <li style="text-align: justify;">Klien menyatakan  penurunan nyeri.</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Intervensi:</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Jelaskan kekerabatan antara sekresi asam hidroklorida dan awitan nyeri</li> <li style="text-align: justify;">Berikan antasida, antikolinergik, sukralfat dan bloker H2  sesuai tujuan</li> <li style="text-align: justify;">Beri dorongan untuk melaksanakan acara yang meningkatkan istirahat dan relaksasi</li> <li style="text-align: justify;">Bantu klien untuk mengidentifikasi substansi pengiritasi, contohnya merokok, kopi</li> <li style="text-align: justify;">Nasihatkan klien untuk makan dengan teratur</li> <li style="text-align: justify;">Dorong klien untuk menghindari merokok dan penggunaan alkohol</li> <li style="text-align: justify;">Dorong klien untuk menurunkan masukan minuman yang mengandung kafein</li> <li style="text-align: justify;">Peringatkan klien berkenaan dengan penggunaan salisilat</li> <li style="text-align: justify;">Ajarkan klien perihal pentingnya pengobatan berkelanjutan bahkan ketika tidak nyeri sekalipun.</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Diagnosa. 2</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Ansietas berafiliasi dengan koping penyakit akut, perdarahan, penatalaksanaan jangka panjang.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Tujuan: Setelah dilakukan 1x24 jam perawatan terjadi penurunan kecemasan pada klien.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Kriteria evaluasi:</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Klien sanggup mengekspresikan rasa takut dan masalah</li> <li style="text-align: justify;">Klien sanggup memahami rasional untuk banyak sekali pengobatan dan pembatasan</li> <li style="text-align: justify;">Klien sanggup mengidentifikasi situasi yang menimbulkan ansietas.</li> <li style="text-align: justify;">Klien sanggup memakai seni administrasi penatalaksanaan stress dengan tepat</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Intervensi:</div> <ol> <li style="text-align: justify;">Kaji apa yang ingin pasien ketahui perihal penyakit dan penilaian tingkat ansietas; berikan dorongan untuk mengekspresikanperasaan secara terbuka</li> <li style="text-align: justify;">Jelaskan investigasi diagnostik; berikan obat sempurna jadwal</li> <li style="text-align: justify;">Pastikan pasien bahwa perawat selalu tersedia untuk membantu masalah</li> <li style="text-align: justify;">Berinteraksi dengan cara yang santai, Bantu dalam mengidentifikasi stressor, dan jelaskan teknik koping efektif dan metode relaksasi</li> <li style="text-align: justify;">Berikan  dorongan keikutsertaan keluarga dalam perawatan dan berikan dukungan emosional.</li> <li style="text-align: justify;">Jelaskan prosedur terjadinya perdarahan dan dalam perawatannya</li> </ol> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Diagnosa keperwatan. 3</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Perubahan nutrisi, kurang dari kebutuhan badan berafiliasi dengan nyeri yang berkaitan dengan makan.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Tujuan : Setelah dilakukan tindakan perawatan 2x24 jam  kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi.mendapatkan tingkat nutrisi optimal.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Kriteria evaluasi:</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Klien sanggup menghindari kuliner yang mengiritasi</li> <li style="text-align: justify;">Klien sanggup makan kuliner pada interval yang dijadwalkan secara teratur.</li> <li style="text-align: justify;">Klien sanggup terpenuhi atau menentukan lingkungan yang hening untuk makan.</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> Intervensi:</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Anjurkan makan kuliner dan minuman yang tidak mengiritasi, menyerupai kuliner yang tidak beralkohol, pedas, kecut.</li> <li style="text-align: justify;">Anjurkan makan sesuai jadwal.</li> <li style="text-align: justify;">Anjurkan makan pada suasana yang tenang.</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Diagnosa keperawatan. 4.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Kurang pengetahuan mengenai pencegahan tanda-tanda dan penatalaksanaan kondisi berafiliasi dengan minimnya informasi yang pernah didapat.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Tujuan: Setelah dilakukan 2x24 jam penyuluhan perihal pencegahan dan penatalaksanaan penyakit ulkus peptikum pengetahuan klien bertambah.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Kriteria evaluasi:</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Mengekspresikan minat dalam berguru bagaimana mengatasi penyakit.</li> <li style="text-align: justify;">Berpartisipasi dalam penyuluhan.</li> <li style="text-align: justify;">Manyatakan harapan untuk bertanggung jawab terhadap perawatan diri.</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Intervensi:</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Bantu pasien dalam mengerti perihal kondisi dan faktor-faktor yang sanggup atau yang memperburuk situasi</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 1. Obat-obatan</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Ajarkan pasien obat apa yang harus diminum dirumah, termasuk nama, dosis, frekuensi, dan kemungkinan imbas samping</li> <li style="text-align: justify;">Ajarkan pasien obat-obat apa yang harus dihindari</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 2.  Diet</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Ajarkan pasien untuk meragukan kuliner tertentu yang sanggup mengganggu pencernaan</li> <li style="text-align: justify;">Ajarkan untuk menghindari kopi, alcohol, yang memiliki kekuatan pembentuk asam</li> <li style="text-align: justify;">Berikan dorongan makan teratur dalam suasana rileks dan untuk menghindari terlalu banyak makan</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 3.  Merokok</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Ajarkan pasien bahwa merokok sanggup mengganggu penyembuhan ulkus</li> <li style="text-align: justify;">Buat pasien sadar terhadap agenda untuk membantu penghentian merokok</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 4. Istirahat dan reduksi stress</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Bantu pasien untuk waspada terhadap sumber-sumber stress dalam keluarga dan lingkungan kerja</li> <li style="text-align: justify;">Bantu untuk mengidentifikasi periode istirahat selama siang hari</li> <li style="text-align: justify;">Evaluasi kebutuhan akan konseling psikologis lebih lanjut</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 5. Kesadaran akan Komplikasi: ingatkan pasien terhadap tanda-tanda dan gejala-gejala komplikasi yang harus dilaporkan</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Hemoragi: kulit dingin, kusut pikir, frekuensi jantung meningkat,  darah dalam feses</li> <li style="text-align: justify;">Perforasi: nyeri abdomen hebat, abdomen kaku dan keras, muntah kenaikan suhu, frekuensi jantung meningkat</li> <li style="text-align: justify;">Obstruksi pilorik: mual, muntah, distensi abdomen, nyeri abdomen</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 6.  Perawatan Pasca pengobatan</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Ajarkan pasien bahwa supervisi tindak lanjut dibutuhkan selama sekitar 1 tahun</li> <li style="text-align: justify;">Ajarkan bahwa ulkus sanggup terjadi kembali dan untuk mencari proteksi obat bila terjadi gejala</li> <li style="text-align: justify;">Informasikan pasien dan keluarga bahwa tindakan bedah tidak menjamin kesembuhan.</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Daftar Pustaka</b></div> <ul> <li style="text-align: justify;">Capenito, Lynda Jall. (1997). Diagnosa Keperawatan. Jakarta : EGC</li> <li style="text-align: justify;">Doenges, Marilynn E. (1999) Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan dan pendokumentasian Perawatan Pasien. Alih bahasa I Made Kariasa. Ed. 3. Jakarta : EGC</li> <li style="text-align: justify;">Price, Sylvia A dan Lorraine M. Wilson. (1994). Patofisiologi, Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta: Penerbit EGC.</li> <li style="text-align: justify;">Smeltzer Suzanne C. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Alih bahasa Agung Waluyo, dkk. Editor Monica Ester, dkk. Ed. 8. Jakarta : EGC; 2001.</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> Untuk mendownload laporan pendahuluan ulkus peptikum lengkap, format pdf dan doc, silahkan dibawah :</div> <div> <ul> <li style="text-align: justify;"><b style="background-color: cyan;">Laporan pendahuluan ulkus peptikum pdf</b><b style="background-color: white;">, <i><a href="https://drive.google.com/file/d/1uK2jM-aiZhPsMMz8E54ThmTjKu7YhLL7/view?usp=sharing" target="_blank">(Ambil File)</a></i></b></li> <li style="text-align: justify;"><b style="background-color: lime;">Laporan pendahuluan ulkus peptikum doc</b><b style="background-color: white;">, <i><a href="https://drive.google.com/file/d/1fUq9Z0nwZev4U9Um5uGaDYDKc5YmMDgh/view?usp=sharing" target="_blank">(Ambil File)</a></i></b></li> </ul> <div style="text-align: justify;"> Link Alternatif</div> </div> <div> <ul> <li style="text-align: justify;"><b><span style="color: red;"><a href="https://drive.google.com/file/d/1uK2jM-aiZhPsMMz8E54ThmTjKu7YhLL7/view?usp=sharing" target="_blank">Alternatif LP ulkus peptikum pdf 1</a></span></b></li> <li style="text-align: justify;"><b><span style="color: red;"><a href="https://drive.google.com/file/d/1fUq9Z0nwZev4U9Um5uGaDYDKc5YmMDgh/view?usp=sharing" target="_blank">Alternatif LP ulkus peptikum doc 1</a></span></b></li> </ul> <ul> <li style="text-align: justify;"><b><span style="color: red;"><a href="https://drive.google.com/file/d/1uK2jM-aiZhPsMMz8E54ThmTjKu7YhLL7/view?usp=sharing" target="_blank">Alternatif LP ulkus peptikum pdf 2</a></span></b></li> <li style="text-align: justify;"><b><span style="color: red;"><a href="https://drive.google.com/file/d/1fUq9Z0nwZev4U9Um5uGaDYDKc5YmMDgh/view?usp=sharing" target="_blank">Alternatif LP ulkus peptikum doc 2</a></span></b></li> </ul> <div style="text-align: justify;"> Demikian laporan pendahuluan ulkus peptikum lengkap, format pdf dan doc kami bagikan.</div> </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Semoga laporan pendahuluan ulkus peptikum ini sanggup dijadikan tumpuan untuk pembuatan kiprah kuliah keperawatan ataupun materi makalah untuk perawat yang sudah bekerja.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Semoga bermanfaat dan terima kasih.</div>

Laporan Pendahuluan Ulkus Peptikum Lengkap, Download Format Pdf Dan Doc

Kami bagikan laporan pendahuluan ulkus peptikum lengkap, format pdf dan doc. Teman perawat dimanapun berada, kali ini kami coba mengemb...

+ Baca selengkapnya »

Laporan Pendahuluan Cholesistitis (Radang Kandung Empedu) Lengkap, Download Format Pdf Dan Doc

<div style="text-align: justify;"> Kami bagikan laporan pendahuluan cholesistitis (radang kandung empedu) lengkap, format pdf dan doc.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Teman sejawat sekalian, tak henti-hentinya kami berusaha menyajikan laporan pendahuluan, gosip dan ilmu keperawatan. Pada kesempatan kali ini kami mencoba share laporan pendahuluan radang kandung empedu atau cholesistitis lengkap, mulai dari tinjauan teori hingga konsep asuhan keperawatan.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Laporan pendahuluan cholesistitis ini kami susun menurut beberapa sumber rujukan yang kami rasa sudah cukup lengkap dari segi kelengkapan format LP.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Laporan pendahuluan cholesistitis ini kami sediakan dalam dua format penulisan yaitu pdf dan doc, dengan tujuan sanggup mempermudah teman-teman perawat dalam pembuatan kiprah askep, makalah ataupun laporan pendahuluan itu sendiri.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Diakhir artikel ini telah kami sediakan link unduhan yang sanggup teman-teman perawat gunakan untuk mendownload LP cholesistitis ini, dan juga link unduhan dibawah gambar fathway untuk mendownload fathway cholesistitis format doc.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <h3 style="text-align: justify;"> <b>Laporan Pendahuluan Cholesistitis</b></h3> <div style="text-align: justify;"> <b><br /></b></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Pengertian</b></div> <div style="text-align: justify;"> <span style="white-space: pre;"> </span></div> <div style="text-align: justify;"> Cholesistitis yaitu suatu inflamasi pada kandung empedu secara akut atau kronik dan biasa terjaddi tanggapan penggendapan kerikil empedu (Mosby;1991, 1363).</div> <div style="text-align: justify;"> <span style="white-space: pre;"> </span></div> <div style="text-align: justify;"> Cholesistitis yaitu inflamasi kandung empedu (Suzanne C. smeltzer dan Brenda G. bare. 2001 : 2004).</div> <div style="text-align: justify;"> <span style="white-space: pre;"> </span></div> <div style="text-align: justify;"> Cholesistitis yaitu inflamasi dinding kandung empedu yang disertai keluhan nyeri perut kanan atas, nyeri tekan dan panas tubuh (prof. dr. H.M. Sjaifoellah Noer: 1996)</div> <div style="text-align: justify;"> <span style="white-space: pre;"> </span></div> <div style="text-align: justify;"> Cholesistitis adalah radang kandung empedu yang merupakan reaksi inflamasi akut dinding kandung empedu disertai keluhan nyeri keluhan perut kanan atas, nyeri tekan dan panas tubuh ( www.google.com)</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Etiologi</b></div> <div style="text-align: justify;"> <span style="white-space: pre;"> </span></div> <div style="text-align: justify;"> Diperkirakan bahwa adanya sumbatan yang dikombinasi dengan bisul bakterial merupakan salah satu penyebab dari adanya cholesistitis akut. Sumbatan tersebut terjadi lantaran adanya kerikil empedu yang terbentuk tanggapan perubahan komposisi empedu.</div> <div style="text-align: justify;"> <span style="white-space: pre;"> </span></div> <div style="text-align: justify;"> Batu-batu empedu tersebut sanggup tedapat di duktus koledukus, duktus hepatikus, dan duktus pankreas. Sumbatan kerikil empedu sanggup mengakibatkan distensi kandung empedu serta gangguan fatwa darah dan limfe dan kuman komensal kemudian berkembang biak. Adapun jenis-jenis kerikil sanggup diklasifikasikan  berdasarkann substansi yang membentuknya yaitu kerikil yang berasal dari bilirubin dan yang berasal dari kolesterol. </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Tabel jenis kerikil empedu</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <table border="1" cellpadding="0" cellspacing="0" class="MsoNormalTable" style="border-collapse: collapse; border: none; margin-left: 14.4pt; text-align: justify;"> <tbody> <tr> <td style="border: solid windowtext 1.0pt; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 133.2pt;" valign="top" width="178"><div class="MsoNormal" style="line-height: 170%; tab-stops: 54.0pt; text-align: justify;"> <br /></div> </td> <td style="border-left: none; border: solid windowtext 1.0pt; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-left-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 147.6pt;" valign="top" width="197"><div class="MsoNormal" style="line-height: 170%; tab-stops: 54.0pt; text-align: center;"> Batu pigmen<o:p></o:p></div> </td> <td style="border-left: none; border: solid windowtext 1.0pt; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-left-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 133.2pt;" valign="top" width="178"><div class="MsoNormal" style="line-height: 170%; tab-stops: 54.0pt; text-align: center;"> Batu kolesterol<o:p></o:p></div> </td> </tr> <tr> <td style="border-top: none; border: solid windowtext 1.0pt; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-top-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 133.2pt;" valign="top" width="178"><div class="MsoNormal" style="line-height: 170%; tab-stops: 54.0pt; text-align: justify;"> Penampilan<o:p></o:p></div> <div class="MsoNormal" style="line-height: 170%; tab-stops: 54.0pt; text-align: justify;"> Warna<o:p></o:p></div> <div class="MsoNormal" style="line-height: 170%; tab-stops: 54.0pt; text-align: justify;"> Pembentukan<o:p></o:p></div> <div class="MsoNormal" style="line-height: 170%; tab-stops: 54.0pt; text-align: justify;"> Pasca kolesistektomi<o:p></o:p></div> <div class="MsoNormal" style="line-height: 170%; tab-stops: 54.0pt; text-align: justify;"> Penyakit  yang berkaitan<o:p></o:p></div> </td> <td style="border-bottom: solid windowtext 1.0pt; border-left: none; border-right: solid windowtext 1.0pt; border-top: none; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-left-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-top-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 147.6pt;" valign="top" width="197"><div class="MsoNormal" style="line-height: 170%; tab-stops: 54.0pt; text-align: center;"> Tepi bergerigi<o:p></o:p></div> <div class="MsoNormal" style="line-height: 170%; tab-stops: 54.0pt; text-align: center;"> Cokelat kemerahan tua<o:p></o:p></div> <div class="MsoNormal" style="line-height: 170%; tab-stops: 54.0pt; text-align: center;"> Intraduktus<o:p></o:p></div> <div class="MsoNormal" style="line-height: 170%; tab-stops: 54.0pt; text-align: center;"> Dapat kambuh<o:p></o:p></div> <div class="MsoNormal" style="line-height: 170%; tab-stops: 54.0pt; text-align: center;"> Keadaan hemolitik sirosis investasi parasit<o:p></o:p></div> </td> <td style="border-bottom: solid windowtext 1.0pt; border-left: none; border-right: solid windowtext 1.0pt; border-top: none; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-left-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-top-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 133.2pt;" valign="top" width="178"><div class="MsoNormal" style="line-height: 170%; tab-stops: 54.0pt; text-align: center;"> <span lang="DE">Permukaan halus<o:p></o:p></span></div> <div class="MsoNormal" style="line-height: 170%; tab-stops: 54.0pt; text-align: center;"> <span lang="DE">Bening<o:p></o:p></span></div> <div class="MsoNormal" style="line-height: 170%; tab-stops: 54.0pt; text-align: center;"> <span lang="DE">Di dalam vesika felea<o:p></o:p></span></div> <div class="MsoNormal" style="line-height: 170%; tab-stops: 54.0pt; text-align: center;"> <span lang="DE">Jarang kambuh<o:p></o:p></span></div> <div class="MsoNormal" style="line-height: 170%; tab-stops: 54.0pt; text-align: center;"> Kolesterol berlebihan<o:p></o:p></div> <div class="MsoNormal" style="line-height: 170%; tab-stops: 54.0pt; text-align: center;"> <br /></div> </td> </tr> </tbody></table> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Patofisiologi</b></div> <div style="text-align: justify;"> <span style="white-space: pre;"> </span></div> <div style="text-align: justify;"> Ada beberapa faktor spesifik yang mendukung terbentuknya kerikil empedu yaitu; faktor metabolis, stasis dan peradangan.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 1. Faktor metabolis.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Peningkatan salah satu dari tiga komponen utama empedu (asam empedu, bilirubin dan kolesterol) sanggup mendukung terbentuknya batu. Metabolisme kolesterol yang tidak tepat sering dijumpai pada orang dengan obesitas, grafida, diabetes dan hypotiroidisme.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 2. Statis.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Penimbunan bilirubin dalam kandung empedu akann mengakibatkan peresapan air yang berkelebihan dan darah empedu akan membantu mempercepat proses terbentuknya batu.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 3. Peradangan.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Mukosa kandung empedu yang bekerjsama tidak permiabel akan menjadi permiabel dan asam empedu yang membantu melarutkan kolesterol diserap sehingga kolesterol gagal dilarutkan.</div> <div style="text-align: justify;"> <span style="white-space: pre;"> </span></div> <div style="text-align: justify;"> Setelah kerikil terbentuk, maka akan mengakibatkan nekrosis, tekanan dan bisul pada dinding terusan empedu. Akibanya akan terjadi kejang dan nyeri tanggapan peradangan. Cholesistitis kronik merupakan perpanjangan cholesistitis akut. Namun cholesistitis kronik lebih banyak disebabkan oleh mekanikal dan injuri materi kimia olehh kerikil empedu, tanggapan scar dan ulcer pada dinding terusan empedu. Pada cholesisttitis kronik sanggup terjadi bisul bakteri, dan pada terusan empedu akan terlihat putih mutiara dan cairan empedu menjadi keruh.</div> <div style="text-align: justify;"> <span style="white-space: pre;"> </span></div> <div style="text-align: justify;"> Perdangan pada cholesistitis akut dan kronik akan merangsang respon tubuh. Nyeri sanggup terjadi tanggapan kendala fatwa empedu. Selain mengakibatkan nyeri, peradangan juga sanggup mengakibatkan tendernes ( lunak ) pada terusan kanan atas. Pada cholesistitis kronis sanggup terjadi abstraksi dalam jangka waktu yang usang dan mengakibatkan gangguan fungsi gastrointestinal dan joundice.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Fathway Cholesistitis</div> <div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"> <img border="0" data-original-height="768" data-original-width="624" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgSFGPrwe2eTSa9U8oXwduX5UWsTWEr7O0_tw2mB6dBZNgQoefLp0vvfbuEO0eHVrWRAel-YJVqhyphenhyphenRjHkIKoQXxG2MSxMvZnoklTRDRnMxC7w4NqsjYA7vSgG-7r7sjUVM3JEXdtBA7u7ZW/s1600/Fathway+Cholesistitis.png" /></div> <h3 style="text-align: justify;"> Untuk mendownload Fathway Cholesistitis format doc, <b style="background-color: cyan;"><a href="https://drive.google.com/file/d/1VLM82IHkR0YSKb0KTZbDAczCn2E1kPNX/view?usp=sharing" target="_blank">DISINI</a></b></h3> <div style="text-align: justify;"> <b style="background-color: cyan;"><br /></b></div> <div style="text-align: justify;"> <b style="background-color: cyan;"><br /></b></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Manifestasi klinik dan komplikasi</b></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 1. Cholesistitis akut</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Nyeri hebat pada epigastrium kanan atas secara mendadak, kemudian akan     menyebar  ke punggung dan pundak kanan.</li> <li style="text-align: justify;">Penderita berkeringat banyak dan gelisah.</li> <li style="text-align: justify;">Nausea dann vomiting.</li> <li style="text-align: justify;">Nyeri sanggup berlangsung usang dan sanggup kambuh lagi.</li> <li style="text-align: justify;">Bila sakit mereda, maka nyeri sanggup terjadi di atas kandung empedu,    tanda-tanda nyeri akan bertambah bila makan banyak lemak.</li> <li style="text-align: justify;">Demam dan ikterus (bila terdapat kerikil di duktus koledokus dan sistikus).</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 2. Cholesistitis kronis</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Manifestasi klinis cholesistitis kronik hampir sama dengan cholesistitis akut tetapi beratnya nyeri dan tanda-tanda fisik tak kelihatan. Komplikasi yang biasa terjadi yaitu adanya bisul kandung empedu serta obstruksi pada duktus sistikus atau duktus koledokus.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Pemeriksaan Diagnostik</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 1. Pada investigasi laboratorium biasanya ditemukan adanya leukositosis, hiperbilirubinemia, dan peninggian alkali – fosfatase.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 2. Pemeriksaan radiologi :</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Ultrasound : menyatakan kalkuli, distensi kandung empedu/duktus empedu.</li> <li style="text-align: justify;">Cholesistogram (untuk cholesistitis kronik) menyatakan adanya kerikil pada kandung empedu.</li> <li style="text-align: justify;">CT Scan : menyatakan kista kandung empedu, dilaktasi duktus empedu dan membedakan antara ikterik obstraksi/non obstraksi</li> <li style="text-align: justify;">Foto abdomen (multi posisi) : menyatakan citra radiology (klasifikasi) kerikil empedu, penjabaran dinding  atau pembesaran kandung empedu.</li> </ul> <div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Penatalaksanaan</b></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 1. Penatalaksanaan pendukung dan diet</div> <div> <ul> <li style="text-align: justify;">Istirahat yang cukup</li> <li style="text-align: justify;">Intervensi bedah harus ditunda hingga tanda-tanda akut mereda.</li> <li style="text-align: justify;">Berikan diet masakan cair rendah lemak dan karbohidrat</li> <li style="text-align: justify;">Pemberian buah yang masak, nasi / ketela, daging tanpa lemak, kentang yang dilumatkan, sayuran yang tidak membentuk gas, roti,kopi atau teh.</li> <li style="text-align: justify;">Hindari telur, krim, daging babi, gorengan, keju dan bubu-bumbu berlemak.</li> </ul> </div> <div style="text-align: justify;"> 2.      Farmakoterapi</div> <div> <ul> <li style="text-align: justify;">Diberikan asam ursodeoksikolat (uradafalk) dan kerodeoksikolat (chenodical, chenofalk dipakai untuk melarutkan kerikil empedu radiolusen yang berukuran kecil terutama terbentuk dari kolesterol</li> <li style="text-align: justify;">Mekanisme kerja ursodeoksikolat dan konodeoksikolat yaitu menghambat sintesis kolesterol dalam hati dan sekresinya sehingga terjadi desaturasi getah empedu</li> <li style="text-align: justify;">Diperlukan terapi selama 6 hingga 12 bulan untuk melarutkan kerikil empedu dan selama terapi keadaan pasien dipantau terus.</li> <li style="text-align: justify;">Dosis yang efektif bergantung pada berat pasien, cara terapi ini umumnya dilakukan pada pasien yang menolak pembedahan atau yang dianggap terlalu beresiko untuk menjalani pembedahan.</li> <li style="text-align: justify;">Obat-obatan tertentu lainnya menyerupai estrogen, kontrasepsi oral, klofibrat dan kolesterol masakan sanggup mengakibatkan efek merugikan terhadap cara terapi ini.</li> </ul> </div> </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Konsep Asuhan Keperawatan</b></div> <div style="text-align: justify;"> <b><br /></b></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Pengkajian</b></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 1. Data subjekif</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Adanya gangguan rasa nyaman/nyeri : lokasi, lama, beratnya, pemeran pencetus.</li> <li style="text-align: justify;">Pada gastrointestinal : nausea, vomiting, anorexia, eruction, tidak toleransi pada masakan berlemak, perubahan warna urine dan faeces.</li> <li style="text-align: justify;">Riwayat demam dan menggigil, serangan jaundice.</li> <li style="text-align: justify;">Masalah pengetahuan wacana pengobatan dan impian akan pengobatan.</li> </ul> <br /> <div style="text-align: justify;"> 2. Data objektif</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Tanda vital : TD, nadi, pernapasan dan suhu meningkat.</li> <li style="text-align: justify;">Status cairan : BB, turgor kulit, mukosa membran lembab, intake dan out put.</li> <li style="text-align: justify;">Adanya jaundice.</li> <li style="text-align: justify;">Distensi abdomen, tendernes pada kuadran kanan atas.</li> <li style="text-align: justify;">Wajah menahan nyeri, sikap berhati-hati dan gelisah.</li> </ul> <br /> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Diagnosa Keperawatan</b></div> <ol> <li style="text-align: justify;">Potensial kekurangan volume cairan tubuh b/d Nausea, vomiting, penurunan intake,demam.</li> <li style="text-align: justify;">Potensial terjadi injuri dan pendarahan b/d gangguan obstruksi vitamin K.</li> <li style="text-align: justify;">Nyeri  b/d  distributor cedera biologis : obstruksi/spasemen duktus, proses inflamasi,   iskemia jaringan/nekrosis.</li> <li style="text-align: justify;">Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh  b/d  mual/muntah dyspepsia dan gangguan pencernaan lemak sehubungan dengan obstruksi fatwa empedu.</li> <li style="text-align: justify;">Kurang pengetahuan  b/d  kurang terpapan informasi</li> </ol> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Intervensi keperawatan</b></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <br /> <div style="text-align: justify;"> Diagnosa keperawatan. 1. </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Potensial kekurangan volume cairan tubuh b/d Nausea, vomiting, penurunan intake,demam.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Tujuan : pasien   akan mempertahankan  keseimbangan cairan yang adekuat  selama  perawatan.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Kriteria Hasil : </div> <ul> <li style="text-align: justify;">Dalam  jangka  waktu  24  jam  mukosa  mulut  lembab, turgor kulit normal dan TTV  dalam  batas  normal.</li> <li style="text-align: justify;">Dalam  jangka  waktu 2 – 3  Jam  pasien  tidak  menunjukkkan tanda-tanda mual muntah.</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> Intervensi</div> <ul> <li style="text-align: justify;">kaji membran mukosa/kulit, nadi perifer dan pengirian kapiler.</li> <li style="text-align: justify;">awasi tanda/gejalah peningkatan/berlanjutnya mual muntah, kram abdomen, kejang, kecepatan jantung, pernapasan dan bising usus.</li> <li style="text-align: justify;">ciptakan lingkungan yang nyaman (bebas dari bau).</li> <li style="text-align: justify;">bantu pasien membersihkan oral dengan pencuci ekspresi (minyak).</li> <li style="text-align: justify;">kaji perdarahan yang tidak biasanya terjadi.</li> <li style="text-align: justify;">Kolaborasi dengan dokter untuk memasang selang NGT, derma anti emetik dan memperlihatkan IV, elektrolit serta Vitamin K.</li> <li style="text-align: justify;">kaji kembali investigasi laboratorium.</li> </ul> <br /> <div style="text-align: justify;"> <span style="white-space: pre;">Diagnosa Keperawatan .</span>2</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Potensial terjadi injuri dan pendarahan b/d gangguan obstruksi vitamin K.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <span style="white-space: pre;">Tujuan </span>: pasien akan mempertahankan keutuhan / integritas kulit selama dalam  perawatan.</div> <div style="text-align: justify;"> <span style="white-space: pre;"> </span></div> <div style="text-align: justify;"> Kriteria Hasil   : pasien tidak akan memperlihatkan tanda-tanda pendarahan dan kerusakan integritas kulit.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Intervensi</div> <ul> <li style="text-align: justify;">lakukan tekanan yang lebih usang pada area bekas injeksi dan untuk menyuntik memakai arum yang terkecil.</li> <li style="text-align: justify;">gunakan sikat gigi lembut dan kain penyeka, membantu pasien beraktvitas, mengajurkan pasien memakai sandal/sepatu.</li> <li style="text-align: justify;">Kolabrasi untuk memperlihatkan vitamn K sesuai aturan.</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <span style="white-space: pre;">Diagnosa. </span>3</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Nyeri  b/d  distributor cedera biologis : obstruksi/spasemen duktus, proses inflamasi,   iskemia jaringan/nekrosis.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Tujuan : pasien akan memperlihatkan perasaam nyaman selama perawatan.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Kriteria Hasil  : dalam jangka waktu 1 – 2 Jam pasien akan memperlihatkan perasaan nyaman dan sikap nyeri hilang.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Intervensi</div> <ul> <li style="text-align: justify;">observasi dan mencatat lokasi nyeri, berat (skala 0-10) dan aksara nyeri.</li> <li><div style="text-align: justify;"> Ajarkan pasien melaksanakan posisi yang nyaman dan meningkatkan tirah baring.</div> </li> <li><div style="text-align: justify;"> Mempertahankan status puasan, masukan/mempertahankan pengisapan NG sesuai indikasi.</div> </li> <li><div style="text-align: justify;"> Kolaborasi untuk memperlihatkan obat sesuai indikasi.</div> </li> <li><div style="text-align: justify;"> pasang sprei halus/katun, melaksanakan kompres dingin/lembab dan memperlihatkan cairan kalamin.</div> </li> </ul> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <span style="white-space: pre;">Diagnosa Keperawatan. </span>4</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh  b/d  mual/muntah dyspepsia dan gangguan pencernaan lemak sehubungan dengan obstruksi fatwa empedu.</div> <div style="text-align: justify;"> <span style="white-space: pre;"><br /></span></div> <div style="text-align: justify;"> <span style="white-space: pre;">Tujuan</span>: pasien akan pertahankan contoh nutrisi yang adekuat selama perawatan.</div> <div style="text-align: justify;"> <span style="white-space: pre;"><br /></span></div> <div style="text-align: justify;"> <span style="white-space: pre;">Kriteria Hasil</span>   : </div> <ul> <li style="text-align: justify;">Dalam jangka waktu 1 – 2 Jam mual / muntah akan berhasil</li> <li style="text-align: justify;">Pasien akan menghabiskan  porsi makan yang diberikan setiap  kali makan.</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> Intervensi</div> <div> <ul> <li style="text-align: justify;">kaji distensi abdomen, pemasukan kalori dan respon (berhati-hati, menolak) serta BB.</li> <li style="text-align: justify;">ciptakan suasana nyaman yaitu kebersihan oral sebelum makan, menghilangkan rangsangan berbau.</li> <li style="text-align: justify;">tingkatkan acara dan ambulasi sesuai toleransi tindakan kolaborasi.</li> <li style="text-align: justify;">lakukan kerja sama dengan jago diet/tim pendukung nutrisi.</li> <li style="text-align: justify;">berikan diet cair rendah lemak sehabis selang NG dilepas dan memperlihatkan garam empedu.</li> <li style="text-align: justify;">kaji kembali investigasi laboratorium.</li> </ul> </div> <br /> <div style="text-align: justify;"> <span style="white-space: pre;">Diagnosa Keperawatan. </span>5. <span style="white-space: pre;"> </span></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Kurang pengetahuan  b/d  kurang terpapan informasi</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Tujuan : pasien akan memahami wacana penyakit dan berpartisipasi dalam    acara pengobatan selama pengobatan.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Kriteria hasil  : dalam jangka waktu 30 menit sehabis penjelasann pasien dapat   menjelaskan citra penyakit secara umum.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Intervensi</div> <ul> <li style="text-align: justify;">jelaskan bantalan an tes persiapannya.</li> <li style="text-align: justify;">diskusikan penurunan BB bila diindikasikan serta perawatan dan pengobatan.</li> <li style="text-align: justify;">kaji ulang proses penyakit/prognosis.</li> <li style="text-align: justify;">anjurkan pasien untuk menghindari makanan/minuman tinggi lemak.</li> <li style="text-align: justify;">anjurkan semoga pasien beristirahat pada posisi semi-fowler sehabis makan.</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Implementasi</b></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Diagnosa I :</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Mengkaji membran mukosa/kulit, nadi perifer dan pengirian kapiler.</li> <li style="text-align: justify;">Mengawasi tanda/gejalah peningkatan/berlanjutnya mual muntah, kram abdomen, kejang, kecepatan jantung, pernapasan dan bising usus.</li> <li style="text-align: justify;">Menciptakan lingkungan yang nyaman (bebas dari bau).</li> <li style="text-align: justify;">Membnatu pasien membersihkan oral dengan pencuci ekspresi (minyak).</li> <li style="text-align: justify;">Mengkaji perdarahan yang tidak biasanya terjadi.</li> <li style="text-align: justify;">Kolaborasi dengan dokter untuk memasang selang NG, derma anti emetik dan memperlihatkan IV, elektrolit serta Vitamin K.</li> <li style="text-align: justify;">Mengkaji kembali investigasi laboratorium.</li> </ul> <br /> <div style="text-align: justify;"> Diagnosa II :</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Melakukan tekanan yang lebih usang pada area bekas injeksi dan untuk menyuntik memakai arum yang terkecil.</li> <li style="text-align: justify;">Menggunakan sikat gigi lembut dan kain penyeka, membantu pasien beraktvitas, mengajurkan pasien memakai sandal/sepatu.</li> <li style="text-align: justify;">Kolabrasi untuk memperlihatkan vitamn K sesuai aturan.</li> </ul> <br /> <div style="text-align: justify;"> Diagnosa III :</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Mengobservasi dan mencatat lokasi nyeri, berat (skala 0-10) dan aksara nyeri.</li> <li style="text-align: justify;">Membiarkan pasien melaksanakan posisi yang nyaman dan meningkatkan tirah baring.</li> <li style="text-align: justify;">Memasang sprei halus/katun, melaksanakan kompres dingin/lembab dan memperlihatkan cairan kalamin.</li> <li style="text-align: justify;">Kolaborasi untuk memperlihatkan obat sesuai indikasi.</li> <li style="text-align: justify;">Mempertahankan status puasan, masukan/mempertahankan pengisapan NG sesuai indikasi.</li> </ul> <br /> <div style="text-align: justify;"> Diagnosa IV :</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Menkaji distensi abdomen, pemasukan kalori dan respon (berhati-hati, menolak) serta BB.</li> <li style="text-align: justify;">Menciptakan suasana nyaman yaitu kebersihan oral sebelum makan, menghilangkan rangsangan berbau.</li> <li style="text-align: justify;">Meningkatkan acara dan ambulasi sesuai toleransi tindakan kolaborasi.</li> <li style="text-align: justify;">Melakukan kerja sama dengan jago diet/tim pendukung nutrisi.</li> <li style="text-align: justify;">Memberikan diet cair rendah lemak sehabis selang NG dilepas dan memperlihatkan garam empedu.</li> <li style="text-align: justify;">Mengkaji kembali investigasi laboratorium.</li> </ul> <br /> <div style="text-align: justify;"> Diagnosa V :</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Menjelaskan bantalan an tes persiapannya.</li> <li style="text-align: justify;">Mendiskusikan penurunan BB bila diindikasikan serta perawatan dan pengobatan.</li> <li style="text-align: justify;">Mengkaji ulang proses penyakit/prognosis.</li> <li style="text-align: justify;">Menganjurkan pasien untuk menghindari makanan/minuman tinggi lemak.</li> <li style="text-align: justify;">Menganjurkan semoga pasien beristirahat pada posisi semi-fowler sehabis makan.</li> </ul> <br /> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Kesimpulan</b></div> <div style="text-align: justify;"> <span style="white-space: pre;"> </span></div> <div style="text-align: justify;"> Cholesistitis merupakan suatu inflamasi pada kandung empedu yang merupakan diagnosa penyerta dari cholelitiasis. Cholesistitis sanggup terjadi oleh beberapa faktor yaitu metabolik, stasis dan peradangan.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Cholesistitis sanggup terjadi secara akut dan kronik pada penderita cholesistitis biasanya akan mengakibatkan tanda-tanda nyeri hebat pada epigastrium kanan, berkeringat dan gelisah, mual/muntah, dan tanda-tanda vital meningkat.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Studi diagnosa yang sanggup dilakukan pada penderita cholesistitis antara lain : ultra sound, kolesistogram, CT skan, dan foto abdomen. Sedangkan pada investigasi laboratorium akan ditemukan adanya leukositosis, hiperbilirubin,dan alkali-fosfatase yang meningkat.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Daftar Pustaka</b></div> <ul> <li style="text-align: justify;">Doenges, Marilyn. E, 1999, “Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien”, Edisi 3, Penerbit Buku Kedokteran, EGC ; Jakarta.</li> <li style="text-align: justify;">Ganong William. F, 1998, “Buku Ajaran Fisiologi Kedokteran”, Edisi 17, Penerbit Buku Kedokteran, EGC ; Jakarta.</li> <li style="text-align: justify;">Junaidi. P, dkk, 1982, “Kapitsa Selekta Kedokteran”, Media Aesculapius ; Jakarta.</li> <li style="text-align: justify;">Long. P and Cassmeyer. W, 1991, “Medical-Surgical Nursing Concepts and Clinical Practice”, Fourth Edition, Mosby Year Book.</li> <li style="text-align: justify;">Sodeman. A dan Sodeman. Thomas, 1995, “Sodeman Patofisiologi”, Edisi 7 Jilid II, Hipokrates ; Jakarta.</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> Untuk mendownload laporan pendahuluan cholesistitis dalam bentuk file pdf dan doc, dibawah :</div> <div> <ul> <li style="text-align: justify;"><b><span style="background-color: cyan;">Laporan Pendahuluan Cholesistitis pdf</span>, <i><a href="https://drive.google.com/file/d/15vi1yfWBNiygNEjJWQr0UtJj_YfLfcMd/view?usp=sharing" target="_blank">(Ambil File)</a></i></b></li> <li style="text-align: justify;"><b><span style="background-color: lime;">Laporan Pendahuluan Cholesistitis doc</span>, <i><a href="https://drive.google.com/file/d/19yjB3ij_bpnxCJFJqUGlLt0BzIxv_e-z/view?usp=sharing" target="_blank">(Ambil File)</a></i></b></li> </ul> <div style="text-align: justify;"> Link Alternatif</div> </div> <div> <ul> <li style="text-align: justify;"><b><span style="color: red;"><a href="https://drive.google.com/file/d/15vi1yfWBNiygNEjJWQr0UtJj_YfLfcMd/view?usp=sharing" target="_blank">Alternatif LP Cholelistitis pdf 1</a></span></b></li> <li style="text-align: justify;"><b><span style="color: red;"><a href="https://drive.google.com/file/d/19yjB3ij_bpnxCJFJqUGlLt0BzIxv_e-z/view?usp=sharing" target="_blank">Alternatif LP Cholesistitis doc 1</a></span></b></li> </ul> <ul> <li style="text-align: justify;"><b><span style="color: red;"><a href="https://drive.google.com/file/d/15vi1yfWBNiygNEjJWQr0UtJj_YfLfcMd/view?usp=sharing" target="_blank">Alternatif LP Cholesistitis pdf 2</a></span></b></li> <li style="text-align: justify;"><b><span style="color: red;"><a href="https://drive.google.com/file/d/19yjB3ij_bpnxCJFJqUGlLt0BzIxv_e-z/view?usp=sharing" target="_blank">Alternatif LP Cholesistitis doc 2</a></span></b></li> </ul> <div style="text-align: justify;"> Demikian Laporan pendahuluan cholesistitis (radang kandung empedu) lengkap kami bagikan, semoga sanggup membantu teman-teman sejawat dalam menuntaskan kiprah askep, makalah ataupun LP, terima kasih.</div> </div>

Laporan Pendahuluan Cholesistitis (Radang Kandung Empedu) Lengkap, Download Format Pdf Dan Doc

Kami bagikan laporan pendahuluan cholesistitis (radang kandung empedu) lengkap, format pdf dan doc. Teman sejawat sekalian, tak henti-h...

+ Baca selengkapnya »

Laporan Pendahuluan Cholelithiasis (Batu Empedu), Download Pdf Dan Doc

<div style="text-align: justify;"> Kami bagikan laporan pendahuluan cholelithiasis (batu empedu) pdf dan doc.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Teman perawat dimanapun berada, tak henti-hentinya kami membuatkan demi membantu sobat sejawat sekalian, kalau sebelumnya telah kami bagikan laporan pendahuluan lainnya dengan format pdf dan doc, pada postingan kali ini kami mencoba hal yang sama, yakni share laporan pendahuluan cholelithiasis pdf dan doc.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Laporan pendahuluan cholelithiasis ini telah kami susun selengkap mungkin dengan menggunakan beberapa sumber sebagai materi referensi, mulai dari tinjauan teori hingga konsep asuhan keperawatan.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Berusaha untuk mempermudah teman-teman perawat dalam pembuatan kiprah askep dan makalah, laporan pendahuluan cholelithiasis ini kami sediakan dalam dua format pdf dan doc siap edit sesuai dengan kebutuhan teman-teman perawat sekalian.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Untuk mendownload laporan pendahuluan cholelithiasis (batu empedu) pdf dan doc telah kami sediakan link unduhan diakhir postingan yang bisa sobat sejawat gunakan untuk mengambil file LP ini, dan juga dibawah gambar fathway telah kami selipkan link unduhan fathway cholelithiasis format doc.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <h3 style="text-align: justify;"> <b>Laporan pendahuluan Cholelithiasis</b></h3> <div style="text-align: justify;"> <b><br /></b></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Pengertian</b></div> <div style="text-align: justify;">     .</div> <div style="text-align: justify;"> Cholelitiasis disebut juga kerikil empedu, gallstones, biliary calculus. Istilah kolelitiasis dimaksudkan untuk pembentukan kerikil di dalam kandung empedu. Batu kandung empedu merupakan gabungan beberapa unsur yang membentuk suatu material ibarat kerikil yang terbentuk di dalam kandung empedu. Batu empedu ialah timbunan kristal di dalam kandung empedu atau di dalam susukan empedu. Batu yang ditemukan di dalam kandung empedu disebut kolelitiasis, sedangkan kerikil di dalam susukan empedu disebut koledokolitiasis (Nucleus Precise Newsletter, edisi 72, 2011).</div> <div style="text-align: justify;">    </div> <div style="text-align: justify;"> Cholelitiasis ialah material atau kristal tidak berbentuk yang terbentuk dalam kandung empedu. Komposisi dari kolelitiasis ialah adonan dari kolesterol, pigmen empedu, kalsium dan matriks inorganik. Lebih dari 70% kerikil susukan empedu ialah tipe kerikil pigmen, 1520% tipe kerikil kolesterol dan sisanya dengan komposisi yang tidak diketahui. Di negara Barat, komponen utama dari kerikil empedu ialah kolesterol, sehingga sebagian kerikil empedu mengandung kolesterol lebih dari 80% (Majalah Kedokteran Indonesia, volum 57, 2007).</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Etiologi</b></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Cholelitiasis atau kerikil di dalam kandung empedu, Sebagian besar kerikil tersusun dari pigmen-pigmen empedu dan kolesterol, selain itu juga tersusun oleh bilirubin, kalsium dan protein.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Macam-macam kerikil yang terbentuk antara lain:</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 1. Batu empedu kolesterol, terjadi lantaran : kenaikan sekresi kolesterol dan penurunan produksi empedu.</div> <div style="text-align: justify;">     </div> <div style="text-align: justify;"> Faktor lain yang berperan dalam pembentukan batu:</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <ul> <li style="text-align: justify;">Infeksi kandung empedu</li> <li style="text-align: justify;">Usia yang bertambah</li> <li style="text-align: justify;">Obesitas</li> <li style="text-align: justify;">Wanita</li> <li style="text-align: justify;">Kurang makan sayur</li> <li style="text-align: justify;">Obat-obat untuk menurunkan kadar serum kolesterol</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 2.  Batu pigmen empedu , ada dua macam;</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <ul> <li style="text-align: justify;">Batu pigmen hitam : terbentuk di dalam kandung empedu dan disertai hemolisis kronik/sirosis hati tanpa infeksi</li> <li style="text-align: justify;">Batu pigmen coklat  :  bentuk lebih besar , berlapis-lapis, ditemukan disepanjang susukan empedu, disertai bendungan dan infeksi </li> </ul> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 3. Batu susukan empedu</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Sering dihubungkan dengan divertikula duodenum didaerah vateri. Ada dugaan bahwa kelainan anatomi atau pengisian divertikula oleh masakan akan menimbulkan obstruksi intermiten duktus koledokus dan bendungan ini memudahkan timbulnya bisul dan pembentukan batu.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Faktor resiko</div> <div style="text-align: justify;">    </div> <div style="text-align: justify;"> Cholelithiasis sanggup terjadi dengan atau tanpa faktor resiko dibawah ini. Namun, semakin banyak faktor resiko yang dimiliki seseorang, semakin besar kemungkinan untuk terjadinya kolelitiasis.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Faktor resiko tersebut antara lain :</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Wanita (beresiko dua jadi lebih besar dibanding laki-laki)</li> <li style="text-align: justify;">Usia lebih dari 40 tahun .</li> <li style="text-align: justify;">Kegemukan (obesitas).</li> <li style="text-align: justify;">Faktor keturunan</li> <li style="text-align: justify;">Aktivitas fisik</li> <li style="text-align: justify;">Kehamilan (resiko meningkat pada kehamilan)</li> <li style="text-align: justify;">Hiperlipidemia</li> <li style="text-align: justify;">Diet tinggi lemak dan rendah serat</li> <li style="text-align: justify;">Pengosongan lambung yang memanjang</li> <li style="text-align: justify;">Nutrisi intravena jangka lama  </li> <li style="text-align: justify;">Dismotilitas kandung empedu</li> <li style="text-align: justify;">Obat-obatan antihiperlipedmia (clofibrate)</li> <li style="text-align: justify;">Penyakit lain (seperti Fibrosis sistik, Diabetes mellitus, sirosis hati, pankreatitis dan kanker kandung empedu) dan  penyakit ileus (kekurangan garam empedu)</li> <li style="text-align: justify;">Ras/etnik (Insidensinya tinggi pada Indian Amerika, diikuti oleh kulit putih, gres orang Afrika)</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Patofisiologi </b></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Cholelitasis / Batu empedu hampir selalu dibuat dalam kandung empedu dan jarang pada susukan empedu lainnya.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Faktor predisposisi yang penting ialah :</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Perubahan metabolisme yang disebabkan oleh perubahan susunan empedu</li> <li style="text-align: justify;">Statis empedu</li> <li style="text-align: justify;">Infeksi kandung empedu</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> Perubahan susunan empedu mungkin merupakan faktor yang paling penting  pada pembentukan kerikil empedu. Kolesterol yang hiperbola akan mengendap dalam kandung empedu .</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Stasis empedu dalam kandung empedu sanggup menimbulkan supersaturasi  progresif, perubahan susunan kimia dan pengendapan unsur tersebut. Gangguan kontraksi kandung empedu sanggup menimbulkan stasis. Faktor hormonal khususnya selama kehamilan sanggup dikaitkan dengan perlambatan pengosongan kandung empedu dan merupakan insiden yang tinggi pada kelompok ini.</div> <div style="text-align: justify;"> Infeksi basil dalam  susukan empedu sanggup memegang peranan sebagian  pada pembentukan kerikil dengan meningkatkan deskuamasi seluler dan pembentukan mukus. Mukus meningkatkan viskositas dan unsur seluler sebagai sentra presipitasi. Infeksi lebih sering sebagai akhir pembentukan kerikil empedu dibanding bisul yang menimbulkan pembentukan batu.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Batu empedu asimtomatik sanggup ditemukan secara kebetulan pada pembentukan foto polos abdomen dengan maksud lain. Batu gres akan memperlihatkan keluhan bila bermigrasi ke leher kandung empedu (duktus sistikus) atau ke duktus koledokus. Migrasi keduktus sistikus akan menimbulkan obstruksi yang sanggup menimbulkan iritasi zat kimia dan infeksi. Tergantung beratnya imbas yang timbul, akan memperlihatkan citra klinis kolesistitis akut atau kronik.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Batu yang bermigrasi ke duktus koledokus sanggup lewat ke doudenum atau tetap tinggal diduktus yang sanggup menimbulkan ikterus obstruktif.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Fathway Cholelithiasis</div> <div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"> <img border="0" data-original-height="533" data-original-width="418" height="640" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEivFvHndMorsOsOY7Is0KxZbP0cAa5wagPEx5kuyB2eU8ZquJvby2CbBgxrkY3Mc0LaAVK7lPyDgYfpxurVVouPe0azJkHtv0-NKehsfsfEpwwA5qZIa8-sAvTfTLufTLixrCUin_oehkVO/s640/Fathway+Cholelithiasis.png" width="501" /></div> <div style="text-align: justify;"> Untuk mendapat fathway cholelithiasis doc, <span style="background-color: cyan;"><b><a href="https://drive.google.com/file/d/15LR4PQIHNwO-qaha2C0-kwZmkIESPdwa/view?usp=sharing" target="_blank">DISINI</a></b></span></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b><br /></b></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Tanda dan Gejala </b></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Penderita kerikil susukan empedu sering memiliki gejala-gejala kronis dan akut.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 1. Gejala Akut</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Tanda</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Epigastrium kanan terasa nyeri dan spasme</li> <li style="text-align: justify;">Usaha ide dalam waktu diraba pada kwadran kanan atas </li> <li style="text-align: justify;">Kandung empedu membesar  dan nyeri</li> <li style="text-align: justify;">Ikterus ringan</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> Gejala</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Rasa nyeri (kolik empedu) yang Menetap</li> <li style="text-align: justify;">Mual dan muntah                    </li> <li style="text-align: justify;">Febris (38,5??C) </li> </ul> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 2. Gejala Kronis</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Tanda</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Biasanya tak tampak citra pada abdomen</li> <li style="text-align: justify;">Kadang terdapat nyeri di kwadran kanan atas</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> Gejala</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Rasa nyeri (kolik empedu), Tempat : abdomen cuilan atas (mid epigastrium), Sifat : terpusat di epigastrium menyebar ke arah skapula kanan</li> <li style="text-align: justify;">Nausea dan muntah</li> <li style="text-align: justify;">Intoleransi dengan masakan berlemak</li> <li style="text-align: justify;">Flatulensi</li> <li style="text-align: justify;">Eruktasi (bersendawa)</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Pemeriksaan penunjang</b></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Tes laboratorium :</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Leukosit : 12.000 - 15.000 /iu (N : 5000 - 10.000 iu). </li> <li style="text-align: justify;">Bilirubin : meningkat ringan, (N : < 0,4 mg/dl). </li> <li style="text-align: justify;">Amilase serum meningkat.( N: 17 - 115 unit/100ml).</li> <li style="text-align: justify;">Protrombin menurun, bila pedoman dari empedu intestin menurun lantaran obstruksi  sehingga menimbulkan penurunan absorbsi vitamin  K.(cara Kapilar : 2 - 6 mnt).</li> <li style="text-align: justify;">USG : memperlihatkan adanya bendungan /hambatan , hal ini lantaran adanya kerikil empedu dan distensi susukan empedu  ( frekuensi sesuai dengan mekanisme diagnostik)</li> <li style="text-align: justify;">Endoscopic Retrograde choledocho pancreaticography (ERCP), bertujuan untuk melihat kandung empedu, tiga cabang susukan empedu melalui ductus duodenum.</li> <li style="text-align: justify;">PTC (perkutaneus transhepatik cholengiografi): Pemberian cairan kontras untuk memilih adanya kerikil dan cairan pankreas.</li> <li style="text-align: justify;">Cholecystogram (untuk Cholesistitis kronik) : memperlihatkan adanya kerikil di sistim billiar.</li> <li style="text-align: justify;">CT Scan : memperlihatkan gellbalder pada cysti, dilatasi pada susukan empedu, obstruksi/obstruksi joundice.</li> <li style="text-align: justify;">Foto Abdomen :Gambaran radiopaque (perkapuran ) galstones, pengapuran pada susukan atau pembesaran pada gallblader.</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Penatalaksanaan</b></div> <div style="text-align: justify;">    </div> <div style="text-align: justify;"> Penanganan kolelitiasis dibedakan menjadi dua yaitu penatalaksanaan non bedah dan bedah. Ada juga yang membagi menurut ada tidaknya tanda-tanda yang menyertai kolelitiasis, yaitu penatalaksanaan pada kolelitiasis simptomatik dan kolelitiasis yang asimptomatik.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 1. Penatalaksanaan Nonbedah</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> a) Penatalaksanaan pendukung dan diet</div> <div style="text-align: justify;">    </div> <div style="text-align: justify;"> Kurang lebih 80% dari pasien-pasien inflamasi akut kandung empedu sembuh dengan istirahat, cairan infus, penghisapan nasogastrik, analgesik dan antibiotik. Intervensi bedah harus ditunda hingga tanda-tanda akut mereda dan evalusi yang lengkap sanggup dilaksanakan, kecuali bila kondisi pasien memburuk (Smeltzer, SC dan Bare, BG 2002).</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Manajemen terapi :</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Diet rendah lemak, tinggi kalori, tinggi protein</li> <li style="text-align: justify;">Pemasangan pipa lambung bila terjadi distensi perut.</li> <li style="text-align: justify;">Observasi keadaan umum dan investigasi vital sign</li> <li style="text-align: justify;">Dipasang infus aktivitas cairan elektrolit dan glukosa untuk mengatasi syok</li> <li style="text-align: justify;">Pemberian antibiotik sistemik dan vitamin K (anti koagulopati)</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> b)  Disolusi medis</div> <div style="text-align: justify;">    </div> <div style="text-align: justify;"> Oral Dissolution Therapy ialah cara penghancuran kerikil dengan dukungan obat-obatan oral. Ursodeoxycholic acidlebih dipilih dalam pengobatan daripada chenodeoxycholic lantaran imbas samping yang lebih banyak pada penggunaan chenodeoxycholicseperti terjadinya diare, peningkatan aminotransfrasedan hiperkolesterolemia sedang</div> <div style="text-align: justify;">   </div> <div style="text-align: justify;"> c)  Disolusi kontak</div> <div style="text-align: justify;">    </div> <div style="text-align: justify;"> Terapi contact dissolutionadalah suatu cara untuk menghancurkan kerikil kolesterol dengan memasukan suatu cairan pelarut ke dalam kandung empedu melalui kateter perkutaneus melalui hepar atau alternatif lain melalui kateter nasobilier. Larutan yang digunakan ialah methyl terbutyl eter. Larutan ini dimasukkan dengan suatu alat khusus ke dalam kandung empedu dan biasanya bisa menghancurkan kerikil kandung empedu dalam 24 jam.</div> <div style="text-align: justify;">    </div> <div style="text-align: justify;"> Kelemahan teknik ini hanya bisa digunakan untuk masalah dengan kerikil yang kolesterol yang radiolusen. Larutan yang digunakan sanggup menimbulkan iritasi mukosa, sedasi ringan dan adanya kekambuhan terbentuknya kembali kerikil kandung empedu.</div> <div style="text-align: justify;">   </div> <div style="text-align: justify;"> d)  Litotripsi Gelombang Elektrosyok (ESWL)</div> <div style="text-align: justify;">    </div> <div style="text-align: justify;"> Prosedur non invasive ini menggunakan gelombang kejut berulang (Repeated Shock Wave) yang diarahkan pada kerikil empedu didalam kandung empedu atau duktus koledokus dengan maksud memecah kerikil tersebut menjadi beberapa sejumlah fragmen. (Smeltzer & Bare, 2002).</div> <div style="text-align: justify;">    </div> <div style="text-align: justify;"> ESWL sangat terkenal digunakan beberapa tahun yang lalu. Analisis biaya-manfaat pada ketika ini memperlihatkan bahwa mekanisme ini hanya terbatas pada pasien yang telah benar-benar dipertimbangkan untuk menjalani terapi ini.   </div> <div style="text-align: justify;">   </div> <div style="text-align: justify;"> e)  Endoscopic Retrograde Cholangiopancreatography (ERCP)</div> <div style="text-align: justify;">   </div> <div style="text-align: justify;"> Pada ERCP, suatu endoskop dimasukkan melalui mulut, kerongkongan, lambung dan ke dalam usus halus. Zat kontras radioopak masuk ke dalam susukan empedu melalui sebuah selang di dalam sfingter oddi. Pada sfingterotomi, otot sfingter dibuka agak lebar sehingga kerikil empedu yang menyumbat susukan akan berpindah ke usus halus. ERCP dan sfingterotomi telah berhasil dilakukan pada 90% kasus. Kurang dari 4 dari setiap 1.000 penderita yang meninggal dan 3-7% mengalami komplikasi, sehingga mekanisme ini lebih kondusif dibandingkan pembedahan perut. ERCP saja biasanya efektif dilakukan pada penderita kerikil susukan empedu yang lebih tua, yang kandung empedunya telah diangkat</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 2.  Penatalaksanaan Bedah</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> a) Kolesistektomi terbuka</div> <div style="text-align: justify;">    </div> <div style="text-align: justify;"> Operasi ini merupakan standar terbaik untuk penanganan pasien denga kolelitiasis simtomatik. Komplikasi yang paling bermakna yang sanggup terjadi ialah cedera duktus biliaris yang terjadi pada 0,2% pasien. Angka mortalitas yang dilaporkan untuk mekanisme ini kurang dari 0,5%. Indikasi yang paling umum untuk kolesistektomi ialah kolik biliaris rekuren, diikuti oleh kolesistitis akut.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> b) Kolesistektomi laparaskopi</div> <div style="text-align: justify;">    </div> <div style="text-align: justify;"> Kolesistektomi laparoskopik mulai diperkenalkan pada tahun 1990 dan kini ini sekitar 90% kolesistektomi dilakukan secara laparoskopi. 80-90% kerikil empedu di Inggris dibuang dengan cara ini lantaran memperkecil resiko kematian dibanding operasi normal (0,1-0,5% untuk operasi normal) dengan mengurangi komplikasi pada jantung dan paru. Kandung empedu diangkat melalui selang yang dimasukkan lewat sayatan kecil di dinding perut.</div> <div style="text-align: justify;">    </div> <div style="text-align: justify;"> Indikasi awal hanya pasien dengan kolelitiasis simtomatik tanpa adanya kolesistitis akut. Karena semakin bertambahnya pengalaman, banyak mahir bedah mulai melaksanakan mekanisme ini pada pasien dengan kolesistitis akut dan pasien dengan kerikil duktus koledokus. Secara teoritis laba tindakan ini dibandingkan mekanisme konvensional ialah sanggup mengurangi perawatan di rumah sakit dan biaya yang dikeluarkan, pasien sanggup cepat kembali bekerja, nyeri menurun dan perbaikan kosmetik. Masalah yang belum terpecahkan ialah keamanan dari mekanisme ini, berafiliasi dengan insiden komplikasi ibarat cedera duktus biliaris yang mungkin sanggup terjadi lebih sering selama kolesistektomi laparoskopi.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Komplikasi</b></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Komplikasi yang sanggup terjadi pada penderita kolelitiasis :</div> <ol> <li style="text-align: justify;">Asimtomatik</li> <li style="text-align: justify;">Obstruksi duktus sistikus</li> <li style="text-align: justify;">Kolik bilier</li> <li style="text-align: justify;">Kolesistitis akut</li> <li style="text-align: justify;">Perikolesistitis</li> <li style="text-align: justify;">Peradangan pankreas (pankreatitis)</li> <li style="text-align: justify;">Perforasi</li> <li style="text-align: justify;">Kolesistitis kronis</li> <li style="text-align: justify;">Hidrop kandung empedu</li> <li style="text-align: justify;">Empiema kandung empedu</li> <li style="text-align: justify;">Fistel kolesistoenterik</li> <li style="text-align: justify;">Batu empedu sekunder (Pada 2-6% penderita, susukan menciut kembali dan kerikil empedu muncul lagi)</li> <li style="text-align: justify;">Ileus kerikil empedu (gallstone ileus)</li> </ol> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Konsep Asuhan Keperawatan</b></div> <div style="text-align: justify;"> <b><br /></b></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Pengkajian</b></div> <div style="text-align: justify;">               </div> <div style="text-align: justify;"> 1. Data subjektif.</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Riwayat masa lalu:</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> Riwayat keluarga, aktifitas, obesitas, suku, multiparity (sering hamil) pembedahan abdomen sebelumnya, cancer, sering berpuasa, pregnancy, diabetes, cirhosis.</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Pengobatan:</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> Menggunakan estrogen atau kontrasepsi oral</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Pengkajian umum: </li> </ul> <div style="text-align: justify;"> Kehilangan berat badan, kedinginan, anorexia.</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Nyeri:</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> Nyeri hebat pada kuadran atas dan mungkin menyebar ke cuilan belakang skapula (biliari colic).</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Integumen :</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> Kulit gatal dan kering</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Gastrointestinal:</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> Tidak bisa mencerna, intoleransi terhadap lemak, nausea dan vomiting, dyspepsia, pyrosis, darah membeku, perut kembung.</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Urinary:</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> Urine pekat atau gelap</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 2. Data Obyektif:</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Keadaan umum: Hati, gelisah</li> <li style="text-align: justify;">Integumen: Jaundice, sklera ikterik</li> <li style="text-align: justify;">Pernapasan: Tachypneu, membelat selama pernapasan</li> <li style="text-align: justify;">Cardiovaskulaer: Tachycardia</li> <li style="text-align: justify;">Gastrointestinal: Gambaran terang kerikil empedu, distensi abdomen</li> <li style="text-align: justify;">Penemuan yang mungkin ditemukan:</li> <li style="text-align: justify;">Peningkatan fungsi liver dan bilirubin, leukocytosis, inovasi ultrasound abnormal  abdomen, IV cholangiogram.</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Diagnosa Keperawatan</b></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Diagnosa yang mungkin muncul pada masalah kolelitiasis ialah sebagai berikut :</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Gangguan rasa nyaman nyeri b.d adanya proses peradangan, biro cidera biologis proses inflamasi kandung empedu, obstruksi/spasme duktus, iskemia jaringan (nekrosis).</li> <li style="text-align: justify;">Hypertermi b.d respon sistemik dari inflamasi gastrointestinal</li> <li style="text-align: justify;">Aktual/resiko tinggi ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d peningkatan asam lambung</li> <li style="text-align: justify;">Gangguan rasa nyaman cemas b.d kurangnya pengetahuan</li> <li style="text-align: justify;">Gangguan pemenuhan ADL b.d atropi oto, kelemahan fisik</li> <li style="text-align: justify;">Resiko tinggi ketidak seimbangan cairan dan elektrolit b.d muntah berlebihan</li> <li style="text-align: justify;">Gangguan integritas kulit b.d mekanisme invasif, faktor mekanik.</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Intervensi keperawatan</b></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Diagnosa keperawatan 1</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Gangguan rasa nyaman nyeri b.d adanya proses peradangan</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Tujuan : Rasa nyaman nyeri terpenuhi dengan</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> kriteria hasil :</div> <ul> <li style="text-align: justify;">TTV dalam batas normal</li> <li style="text-align: justify;">Pasien tidak tampak kesakitan</li> <li style="text-align: justify;">Skala nyeri menurun</li> <li style="text-align: justify;">Nyeri berkurang atau hilang</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> Intervensi :</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Observasi tanda-tanda vital. Rasional : Untuk memilih keadaan umum klien</li> <li style="text-align: justify;">Observasi dan catat lokasi (beratnya skala 0-10) dan karakteristik nyeri (menetap, hilang timbul, kolik). Rasional : Membantu membedakan penyebab nyeri dan memperlihatkan warta perihal kemajuan/perbaikan penyakit, terjadinya komplikasi dan keefektifan intervensi</li> <li style="text-align: justify;">Tingkatkan tirah baring, biarkan pasien melaksanakan posisi yang nyaman. Rasional : Meningkatkan istirahat tirah baring pada posisi fowler rendah sanggup menurunkan tekanan intra abdomen, namun pasien akan melaksanakan posisi yang menhilangkan nyeri secara alamiah.</li> <li style="text-align: justify;">Ajarkan tehnik non farmakologi contohnya relaksasi, distraksi dll. Rasional : Dapat menurunkan nyeri yang dirasakan</li> <li style="text-align: justify;">Kolaborasi dalam dukungan analgetik. Rasional : Analgetik sanggup mengatasi nyeri yang dirasakan</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Diagnosa keperawatan. 2</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> resiko tinggi ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Tujuan :Kebutuhan nutrisi terpenuhi</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> kriteria hasil :</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Nafsu makan meningkat</li> <li style="text-align: justify;">Tidak terjadi gangguan nutrisi</li> <li style="text-align: justify;">Porsi makan habis</li> <li style="text-align: justify;">Bb kembali normal </li> </ul> <div style="text-align: justify;"> Intervensi :</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Kaji status nutrisi klien, turgor kulit, BB, integritas mukosa, riwayat mual/muntah. Rasional : Memvalidasi dan menetapkan derajat duduk masalah untuk menetapkan pilihan intervensi yang tepat.</li> <li style="text-align: justify;">Pertahankan kebersihan mulut. Rasional : Akumulasi pertikel masakan dimulut sanggup menambah anyir dan rasa tak sedap yang menurunkan nafsu makan</li> <li style="text-align: justify;">Berikan masakan dalam porsi sedikit tapi sering. Rasional : Memudahkan proses pencernaan dan toleransi pasien terhadap nutrisi</li> <li style="text-align: justify;">Berikan masakan selagi hangat. Rasional : Dafat menghipnotis nafsu makan dan membangkitkan nafsu makan.</li> <li style="text-align: justify;">Kolaborasi dengan mahir gizi dalam dukungan diit (diet cair rendah lemak, rendah lemak tinggi serat). Rasional : Merencanakan diet dengan nutrisi yang adekuat untuk memenuhi peningkatan kebutuhan energi dan kalori sehubungan dengan perubahan metabolik pasien.</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Diagnosa Keperawatan 3</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Hypertermi b.d respon sistemik dari inflamasi gastrointestinal</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Tujuan : Keseimbangan suhu tubuh kembali normal</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> kriteria hasil :</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Suhu tubuh menurun/normal</li> <li style="text-align: justify;">Keringat yang keluar berkurang</li> <li style="text-align: justify;">Bibir lembab</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> Intervensi :</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Observasi tanda-tanda vital, terutama suhu. Rasional : Dapat mendeteksi dini tanda-tanda peningkatan suhu tubuh.</li> <li style="text-align: justify;">Anjurkan pasien menggunakan pakaian yang tipis. Rasional : membantu mempermudah penguapan panas</li> <li style="text-align: justify;">Beri kompres hangat di beberapa cuilan tubuh, ibarat ketiak, lipatan paha, leher cuilan belakang. Rasional : sanggup mempercepat penurunan suhu tubuh</li> <li style="text-align: justify;">Anjurkan pasien banyak minum ± 2 liter/hari. Rasional : untuk menjaga keseimbangan cairan didalam tubuh</li> <li style="text-align: justify;">Kolaborasi dalam dukungan obat anti piretik. Rasional : sanggup membantu menurunkan panas</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Diagnosa Keperawatan. 4</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Gangguan integritas kulit b.d mekanisme invasif, faktor mekanik, ikterus</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Tujuan : Gangguan integritas kulit tidak terjadi</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> kriteria hasil : memperlihatkan sikap untuk meningkatkan penyembuhan / mencegah kerusakan kulit.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Intervensi :</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Observasi kulit, sclera dan perubahan warna urin. Rasional : Terjadinya icterik mengindikasikan adanya obstruksi pedoman empedu.</li> <li style="text-align: justify;">Berikan masase pada kawasan kulit yang mengalami gangguan. Rasional : Bermanfaat dalam menurukan iritasi kulit.</li> <li style="text-align: justify;">Pertahankan kelembaban (+/- 60%), gunakan alat pelembab. Rasional : Kelembaban yang rendah, kulit akan kehilangan air.</li> <li style="text-align: justify;">Pertahankan lingkungan dingin. Rasional : Kesejukan mengurangi gatal</li> <li style="text-align: justify;">Mengoleskan lotion dan krim kulit segera sehabis mandi. Rasional : Hidrasi yang cukup pada stratum korneum mencegah gangguan lapisan barier kulit.</li> <li style="text-align: justify;">Menjaga semoga kuku selalu terpangkas (pendek). Rasional : Mengurangi kerusakan kulit akhir garukan</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Diagnosa. 5</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Resiko tinggi ketidak seimbangan cairan dan elektrolit b.d muntah berlebihan</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Tujuan : Menunjukan cairan adekuat, </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> kriteria hasil : Tanda vital stabil, membran mukosa lembab, turgos kulit baik, pengisian kapiler baik, secra individu mengeluarkan urine cukup, dan tidak ada muntah.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Intervensi :</div> <br /> <ul> <li style="text-align: justify;">Pertahankan masukan dan haluaran akurat, perhatikan haluaran kurang dari masukan, peningkatan berat jenis urine. Kaji membrane mukosa/kulit, nadi perifer, dan pengisian kapiler. Rasional : Memberikan warta perihal status cairan/volume sirkulasi dan kebutuhan penggantian.</li> <li style="text-align: justify;">Awasi tanda / tanda-tanda peningkatan/berlanjutnya mual/muntah, kram abdomen, kelemahan, kejang, kejang ringan, kecepatan jantung tak teratur, parestesia, hipoaktif atau tak adanya bising usus, depresi pernapasan. Rasional : Muntah bekepanjangan, aspirasi gaster dan pembatasan pemasiukan oral sanggup menimbulkan defisit natrium, kalium dan klorida.</li> <li style="text-align: justify;">Hindarkan dari lingkungan yang berbau. Rasional : Menurunkan rangsangan pada sentra muntah</li> <li style="text-align: justify;">Kaji perdarahan yang tidak biasa, contoh: perdarahan terus-menerus pada sisi injeksi, mimisan, perdarahan gusi, ekimosis, petekie, hematemesis/melena. Rasional : Protrombin darah menurun dan waktu koagulasi memanjang bila pedoman empedu terhambat, meningkatkan resiko perdarahan/hemoragi.</li> <li style="text-align: justify;">Kolaborasi : Berikan antimetik. Rasional : Menurunkan mual dan mencegah muntah</li> <li style="text-align: justify;">Kolaborasi : Berikan cairan IV, elektrolit, dan vitamin K. Rasional : Mempertahankan volume sirkulasi dan memperbaiki ketidakseimbangan.</li> </ul> <br /> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Daftar Pustaka :</b></div> <br /> <ul> <li style="text-align: justify;">Soeparman, Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II, Balai Penerbit FKUI 1990, Jakarta, P: 586-588.</li> <li style="text-align: justify;">Sylvia Anderson Price, Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Alih Bahasa AdiDharma, Edisi II.P: 329-330.</li> <li style="text-align: justify;">Marllyn E. Doengoes, Nursing Care Plan, Fa. Davis Company, Philadelpia, 1993.P: 523-536.</li> <li style="text-align: justify;">D.D.Ignatavicius dan M.V.Bayne, Medical Surgical Nursing, A Nursing Process Approach, W. B. Saunders Company, Philadelpia, 1991.</li> <li style="text-align: justify;">Sutrisna Himawan, 1994, Pathologi (kumpulan kuliah), FKUI, Jakarta 250 - 251.</li> <li style="text-align: justify;">Mackenna & R. Kallander, 1990, Illustrated Physiologi, fifth edition, Churchill Livingstone, Melborne : 74 - 76.</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> Untuk mendownload laporan pendahuluan Cholelithiasis (Batu empedu) pdf dan doc, dibawah :</div> <div> <ul> <li style="text-align: justify;"><b><span style="background-color: cyan;">Laporan pendahuluan cholelithiasis pdf</span>, <i><a href="https://drive.google.com/file/d/1DIumVdGZdp1cn8VgtwCCXt7oyrPL057L/view?usp=sharing" target="_blank">(Ambil File)</a></i></b></li> <li style="text-align: justify;"><b><span style="background-color: lime;">Laporan pendahuluan cholelithiasis doc</span>, <i><a href="https://drive.google.com/file/d/1XEipD1XA8PqhOElYpOfZDDWN9Xzd-Vdc/view?usp=sharing" target="_blank">(Ambil File)</a></i></b></li> </ul> <div style="text-align: justify;"> Link Alternatif</div> </div> <div> <ul> <li style="text-align: justify;"><b><i><span style="color: red;"><a href="https://drive.google.com/file/d/1XEipD1XA8PqhOElYpOfZDDWN9Xzd-Vdc/view?usp=sharing" target="_blank">Alternatif LP Cholelithiasis doc 1</a></span></i></b></li> <li style="text-align: justify;"><b><i><span style="color: red;"><a href="https://drive.google.com/file/d/1DIumVdGZdp1cn8VgtwCCXt7oyrPL057L/view?usp=sharing" target="_blank">Alternatif LP Cholelithiasis pdf 1</a></span></i></b></li> </ul> <ul> <li style="text-align: justify;"><b><i><span style="color: red;"><a href="https://drive.google.com/file/d/1XEipD1XA8PqhOElYpOfZDDWN9Xzd-Vdc/view?usp=sharing" target="_blank">Alternatif LP Cholelithiasis doc 2</a></span></i></b></li> <li style="text-align: justify;"><b><i><span style="color: red;"><a href="https://drive.google.com/file/d/1DIumVdGZdp1cn8VgtwCCXt7oyrPL057L/view?usp=sharing" target="_blank">Alternatif LP Cholelithiasis pdf 2</a></span></i></b></li> </ul> <div style="text-align: justify;"> Demikian laporan pendahuluan cholelithiasis (Batu empedu) lengkap, download format pdf dam doc kami bagikan, semoga bisa membantu sobat sejawat sekalian dalam pembuatan kiprah askep, makalah ataupun laporan pendahuluan. Terima kasih.</div> </div>

Laporan Pendahuluan Cholelithiasis (Batu Empedu), Download Pdf Dan Doc

Kami bagikan laporan pendahuluan cholelithiasis (batu empedu) pdf dan doc. Teman perawat dimanapun berada, tak henti-hentinya kami memb...

+ Baca selengkapnya »

Laporan Pendahuluan / Lp Kusta Lengkap Sampai Konsep Askep, Download Pdf Dan Doc

<div style="text-align: justify;"> Kami bagikan laporan pendahuluan / LP kusta pdf dan doc.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Teman-teman perawat sekalian, pada postingan kali ini kami share laporan pendahuluan / LP kusta yang telah kami susun selengkap mungkin dari tinjauan teori hingga konsep askep, menurut beberapa sumber terpercaya.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Bertujuan membantu teman-teman sekalian dalam pembuatan kiprah kuliah keperawatan yaitu askep, makalah ataupun LP itu sendiri, disini kami posting laporan pendahuluan kusta lengkap yang kami sediakan juga dalam bentuk file pdf dan doc, semoga mempermudah teman-teman perawat sekalian, hanya tinggal sedikit edit sesuai dengan kebutuhan masing-masing.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Untuk mendownload laporan pendahuluan / LP kusta lengkap dalam bentuk format doc dan pdf, telah kami sediakan link unduhan diakhir artikel ini semoga teman-teman sekalian bisa mendapatkan filenya, dan juga telah kami sisipkan link download fathway kusta format doc dibawah gambar fathway.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <h3 style="text-align: justify;"> <b>Laporan Pendahuluan Kusta</b></h3> <div style="text-align: justify;"> <b><br /></b></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Pengertian / Definisi</b></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Kusta yaitu penyakit yang menahun dan disebabkan oleh kuman kusta (mikobakterium leprae) yang menyerang syaraf tepi,kulit dan jaringan badan lainnya. Kusta  juga merupakan penyakit kronik yang disebabkan oleh bisul mikobakterium leprae.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> kusta yaitu penyakit menular yang menahun yang menyerang saraf perifer, kulit dan jaringan badan lainnya.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Lepra    : Morbus hansen, Hamseniasis</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Reaksi : Episode akut yang terjadi pada penderita kusta yang masih aktiv disebabkan suatu interaksi antara bagian-bagian dari kuman kusta yang telah mati dengan zat yang telah tertimbun di dalam darah penderita dan cairan penderita.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Klasifikasi Kusta</b></div> <div style="text-align: justify;">       </div> <div style="text-align: justify;"> Menurut Ridley dan Joplin membagi pembagian terstruktur mengenai kusta menurut citra klinis, bakteriologik, histo patologik, dan status imun penderita menjadi :</div> <br /> <ol> <li style="text-align: justify;">TT<span style="white-space: pre;"> </span>: Lesi berupa makula hipo pigmantasi/eutematosa dengan permukaan kering dan kadang dengan skuama di atasnya. Jumlah biasanya yang satudenga yang besar bervariasi. Gejala berupa gangguan sensasibilitas, pertumbuhan eksklusif dan sekresi kelenjar keringat. BTA ( - ) dan uji lepramin ( + ) kuat.</li> <li style="text-align: justify;">BT<span style="white-space: pre;"> </span>: Lesi berupa makula/infiltrat eritematosa dengan permukaan kering bengan jumlah 1-4 buah, gangguan sensibilitas ( + )</li> <li style="text-align: justify;">Lesi berupa mamakula/infiltrat eritematosa permukaan agak mengkilat. Gambaran khas lesi ”punched out” dengan infiltrat eritematosa batas tegas pada tepi sebelah dalam dan tidak begitu terang pada tepi luarnya. Gangguan sensibilitas sedikit, BTA ( + ) pada sediaan apus kerokan jaringan kulit dan uji lepromin ( - ).</li> <li style="text-align: justify;">BL <span style="white-space: pre;"> </span>: Lesi infiltrat eritematosa dalam jumlah banyak, ukuran bervariasi, bilateral tapi asimetris, gangguan sensibilitas sedikit/( - ), BTA ( + ) banyak, uji Lepromin ( - ).</li> <li style="text-align: justify;">LL<span style="white-space: pre;"> </span>: Lesi infiltrat eritematosa dengan permukaan mengkilat, ukuran kecil, jumlah sangat banyak dan simetris. BTA ( + ) sangat banyak pada kerokan jaringan kulit dan mukosa hidung, uji Lepromin ( - ).</li> </ol> <div style="text-align: justify;"> WHO membagi kusta menjadi dua kelompok, yaitu :</div> <br /> <br /> <br /> <br /> <br /> <ol> <li style="text-align: justify;">Pansi Basiler<span style="white-space: pre;"> </span>(PB)<span style="white-space: pre;"> </span>: I, TT, BT</li> <li style="text-align: justify;">Multi Basiler<span style="white-space: pre;"> </span>(MB)<span style="white-space: pre;"> </span>: BB, BL, LL</li> </ol> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Etiologi</b></div> <div style="text-align: justify;">       </div> <div style="text-align: justify;"> M. Leprae atau kuman Hansen yaitu kuman penyebab penyakit kusta yang ditemukan oleh sarjana dari Norwegia, GH Armouer Hansen pada tahun 1873. Kuman ini bersifat tahan asam berbentuk batang dengan ukuran 1,8 micron, lebar 0,2-0,5 micron. Biasanya ada yang berkelompok dan ada yang tersebar satu-satu, hidup dalam sel terutama jaringan yang bersuhu cuek dan tidak sanggup di kultur dalam media buatan. Kuman ini sanggup menjadikan bisul sistemik pada hewan Armadillo.</div> <div style="text-align: justify;">       </div> <div style="text-align: justify;"> Mikobakterium leprae merupakan basil tahan asam (BTA) bersifat obligat intraseluler, menyerang syaraf perifer,kulit dan organ lain menyerupai mukosa susukan nafas serpihan atas, hati, sumsum tulang kecuali susunan syaraf pusat. Masa membelah diri mikobakterium leprae 12-21 hari dan masa tunasnya antara 40 hari hingga dengan 40 tahun. </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Patofisiologi</b></div> <div style="text-align: justify;">       </div> <div style="text-align: justify;"> Meskipun cara masuk M. Leprae ke badan belum diketahui pasti, beberapa penelitian, tersering melalui kulit yang lecet pada serpihan badan bersuhu cuek dan melalui mukosa nasal.</div> <div style="text-align: justify;">       </div> <div style="text-align: justify;"> Pengaruh M. Leprae ke kulit tergantung factor imunitas seseorang, kemampuan hidup M. Leprae pada suhu badan yang rendah, waktu regenerasi lama, serta sifat kuman yang Avirulen dan non toksis.</div> <div style="text-align: justify;">       </div> <div style="text-align: justify;"> M. Leprae ( Parasis Obligat Intraseluler ) terutama terdapat pada sel macrofag sekitar pembuluh darah superior pada dermis atau sel Schwann jaringan saraf, jika kuman masuk badan ---> badan bereaksi mengeluarkan macrofag ( berasal dari monosit darah, sel mn, histiosit ) untuk memfagosit.</div> <div style="text-align: justify;">       </div> <div style="text-align: justify;"> Tipe LL ; terjadi kelumpuha system imun seluler tinggi ---> macrofag tidak bisa menghancurkan kuman ----> sanggup membelah diri dengan bebas ---> merusak jaringan.</div> <div style="text-align: justify;">       </div> <div style="text-align: justify;"> Tipe TT ; fase system imun seluler tinggi ---> macrofag sanggup menghancurkan kuman hanya sehabis kuman difagositosis macrofag, terjadi sel epitel yang tidak bergerak aktif, dan kemudian bersatu membentuk sel dahtian longhans, jika tidak segera diatasi ---> terjadi reaksi hiperbola dan masa epitel menimbulkan kerusakan saraf dan jaringan sekitar.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Fathway Kusta</b></div> <div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"> <img border="0" data-original-height="835" data-original-width="654" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg_tciFlS2NNezYfrHWXDczjqa1D_2dgTfk-8ST210E0Q9mNJ7zb0N0O5mcd-0uVjpyqii8kGNCucWsdc4wsAkxvlGAZi6tuL_o5Ib1LiXZI1ITJwr7hmVRoJtPx_9KQZX_IBH7aZ7S4Xr_/s1600/fathway+kusta+1.png" /></div> <h3 style="text-align: justify;"> Untuk mendownload Fathway kusta format doc, <b style="background-color: cyan;"><a href="https://drive.google.com/file/d/1L3JyLa3BLYsZdts22bABWFv7HTxhVbUO/view?usp=sharing" target="_blank">DISINI</a></b></h3> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Gambaran Klinis</b></div> <div style="text-align: justify;">    </div> <div style="text-align: justify;"> Menurut pembagian terstruktur mengenai Ridley dan Jopling</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 1. Tipe Tuberkoloid ( TT )</div> <br /> <ul> <li style="text-align: justify;">Mengenai kulit dan saraf.</li> <li style="text-align: justify;">Lesi bisa satu atau kurang, sanggup berupa makula atau plakat, batas jelas, regresi, atau, kontrol healing ( + ).</li> <li style="text-align: justify;">Permukaan lesi bersisik dengan tepi meninggi, bahkan hampir sama dengan psoriasis atau tinea sirsirata. Terdapat penebalan saraf perifer yang teraba, kelemahan otot, sedikit rasa gatal.</li> <li style="text-align: justify;">Infiltrasi Tuberkoloid ( + ), tidak adanya kuman merupakan tanda adanya respon imun pejamu yang adekuat terhadap basil kusta.</li> </ul> <br /> <div style="text-align: justify;"> 2. Tipe Borderline Tuberkoloid ( BT )</div> <br /> <ul> <li style="text-align: justify;">Hampir sama dengan tipe tuberkoloid</li> <li style="text-align: justify;">Gambar Hipopigmentasi, kekeringan kulit atau skauma tidak sejelas tipe TT.</li> <li style="text-align: justify;">Gangguan saraf tidak sejelas tipe TT. Biasanya asimetris.</li> <li style="text-align: justify;">Lesi satelit ( + ), terletak bersahabat saraf perifer menebal.</li> </ul> <br /> <div style="text-align: justify;"> 3. Tipe Mid Borderline ( BB )</div> <br /> <ul> <li style="text-align: justify;">Tipe paling tidak stabil, jarang dijumpai.</li> <li style="text-align: justify;">Lesi sanggup berbentuk macula infiltrate.</li> <li style="text-align: justify;">Permukaan lesi sanggup berkilat, batas lesi kurang jelas, jumlah lesi melebihi tipe BT, cenderung simetris.</li> <li style="text-align: justify;">Lesi sangat bervariasi baik ukuran bentuk maupun distribusinya.</li> <li style="text-align: justify;">Bisa didapatkan lesi punched out, yaitu hipopigmentasi berbentuk oralpada serpihan tengah dengan batas terang yang merupaan ciri khas tipe ini.</li> </ul> <br /> <div style="text-align: justify;"> 4. Tipe Borderline Lepromatus ( BL )</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Dimulai makula, awalnya sedikit kemudian menjadi cepat menyebar ke seluruh tubuh. Makula lebih terang dan lebih bervariasi bentuknya, beberapa nodus melekuk serpihan tengah, beberapa plag tampak menyerupai punched out. Tanda khas saraf berupa hilangnya sensasi, hipopigmentasi, berkurangnya keringat dan gugurnya rambut lebih cepat muncil daripada tipe LL dengan penebalan saraf yang sanggup teraba pada tempat prediteksi.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 5. Tipe Lepromatosa ( LL )</div> <br /> <ul> <li style="text-align: justify;">Lesi sangat banya, simetris, permukaan halus, lebih eritoma, berkilap, batas tidak tegas atau tidak ditemuka anestesi dan anhidrosis pada stadium dini.</li> <li style="text-align: justify;">Distribusi lesi khas : Wajah : dahi, pelipis, dagu, cuping pendengaran dan Badan<span style="white-space: pre;"> </span>: serpihan belakang, lengan punggung tangan, ekstensor tingkat bawah.</li> <li style="text-align: justify;">Stadium lanjutan :Penebalan kulit progresif, Cuping pendengaran menebal, Garis muka bergairah dan cekung, membentuk fasies leonine, sanggup disertai madarosis, intis dan keratitis.</li> <li style="text-align: justify;">Lebih lanjut : Deformitas hidung, Pembesaran kelenjar limfe, orkitis atrofi, testis, Kerusakan saraf luas, tanda-tanda stocking dan glouses anestesi, Penyakit progresif, makula dan popul baru, Timbul lesi usang terjadi plakat dan nodus.</li> <li style="text-align: justify;">Stadium lanjut : Serabut saraf perifer mengalami degenerasi hialin/fibrosis mengakibatkan anestasi dan pengecilan tangan dan kaki.</li> </ul> <br /> <div style="text-align: justify;"> 6. Tipe Interminate ( tipe yang tidak termasuk dalam pembagian terstruktur mengenai Redley & Jopling)</div> <br /> <ul> <li style="text-align: justify;">Beberapa macula hipopigmentasi, sedikit sisik dan kulit sekitar normal.</li> <li style="text-align: justify;">Lokasi serpihan ekstensor ekstremitas, bokong dan muka, kadang kala sanggup ditemukan makula hipestesi dan sedikit penebalan saraf.</li> <li style="text-align: justify;">Merupakan tanda interminate pada 20%-80%  kasus kusta.</li> <li style="text-align: justify;">Sebagian sembuh spontan.</li> </ul> <br /> <div style="text-align: justify;"> Gambaran klinis organ lain</div> <br /> <ul> <li style="text-align: justify;">Mata : iritis, iridosiklitis, gangguan visus hingga kebutaan</li> <li style="text-align: justify;">Tulang rawan : epistaksis, hidung pelana</li> <li style="text-align: justify;">Tulang & sendi : absorbsi, mutilasi, artritis</li> <li style="text-align: justify;">Lidah : ulkus, nodus</li> <li style="text-align: justify;">Larings : bunyi parau</li> <li style="text-align: justify;">Testis : ginekomastia, epididimitis akut, orkitis, atrofi</li> <li style="text-align: justify;">Kelenjar limfe<span style="white-space: pre;"> </span>: limfadenitis</li> <li style="text-align: justify;">Rambut : alopesia, madarosis</li> <li style="text-align: justify;">Ginjal  : glomerulonefritis, amilodosis ginjal, pielonefritis,      nefritis interstitial.</li> </ul> <br /> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Pemeriksaan penunjang</b></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Pemeriksaan Bakteriologis</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Ketentuan pengambilan sediaan yaitu sebagai berikut :</div> <br /> <ul> <li style="text-align: justify;">Sediaan diambil dari kelainan kulit yang paling aktif</li> <li style="text-align: justify;">Kulit muka sebaiknya dihindari lantaran ganjal dan kosmetik kecuali tidak ditemukan lesi ditempat lain.</li> <li style="text-align: justify;">Pemeriksaan ulang yang dilakukan pada lesi kulit yag sama dan jika perlu ditambah dengn lesi kulit yang gres timbul.</li> <li style="text-align: justify;">Lokasi sediaan apus untuk investigasi mikobakterium laprae ialah : Cuping pendengaran kiri atau kanan dan Dua hingga empat lesi kulit yang aktif ditempat lain</li> <li style="text-align: justify;">Sediaan dari selaput lendir hidung sebaiknya dihindari lantaran : Tidak menyenangkan pasien, Positif palsu lantaran ada mikobakterium lain dan Tidak pernah ditemukan mikobakterium leprae pada selaput lendir hidung .</li> </ul> <br /> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Penatalaksanaan / Pengobatan</b></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Antibiotik sanggup menahan  perkembangan penyakit atau bahkan menyembuhkannya. Beberapa mikobakterium mungkin resisten terhadap obat tertentu, lantaran itu sebaiknya diberikan lebih dari 1 macam obat, terutama pada penderita lepra lepromatosa. Antibiotic yang paling banyak dipakai untuk mengobati lepra yaitu dapson,relatif tidak mahal dan iasanya aman. Kadang obat ini mengakibatkan reaksi alergi berupa ruam kulit dan anemia. Rifampin yaitu obat yang lebih mahal dan lebih berpengaruh daripada dapson. Efek samping yang paling serius yaitu kerusakan hati dan gejala-gejala dilenyapkan. Pengobatab bias dilanjutkan hingga 6 bulan atau lebih,tergantung pada beratnya bisul dan evaluasi dokter. Banyak penderita lepra lepromatosi yang mengkonsumsi dapson seumur hidupnya.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Dalam pengobatannya ada dua jenis diantaranya :</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 1.Terapi Medik</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Tujuan utama terapi medik ini yaitu penyembuhan pasien kusta dan mencegah timbulnya cacat serta tetapkan mata rantai penularan dari pasien kusta terutama tipe yang menular kepada orang lain untuk menurunkan insiden penyakit.</div> <br /> <ul> <li style="text-align: justify;">Program Multi Drug Therapy (MDT) dengan kombinasi rifampisin,klofazimin,dan DDS dimulai tahun 1981.</li> </ul> <br /> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 2.Perawatan Umum</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Perawatan pada morbus Hansen umumnya untuk mencegah kecacatan.terjadinya cacat pada kusta disebabkan kerusakan fungsi saraf tepi.baik lantaran kuman kusta maupun lantaran peradangan sewaktu keadaan reaksi netral.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Adapun diantaranya perawatan umum :</div> <br /> <ul> <li style="text-align: justify;">Perawatan mata dengan lagophthalmos</li> <li style="text-align: justify;">Perawatan tangan yang mati rasa</li> <li style="text-align: justify;">Perawatan kaki yang mati rasa</li> <li style="text-align: justify;">Perawatan luka</li> </ul> <br /> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Konsep Asuhan Keperawatan</b></div> <div style="text-align: justify;"> <b><br /></b></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Pengkajian</b></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Pada pengkajian klien penderita kusta sanggup ditemukan gejala-gejala sebagai berikut:a. </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> a. Aktivitas/ istirahat.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Tanda: Penurunan kekuatan otot, gangguan massa otot, perubahan tonus otot.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> b. Sirkulasi.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Tanda: Penurunan nadi perifer, Vasokontriksi perifer.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> c. Integritas ego.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Gejala: Masalah wacana keluarga, pekerjaan, keuangan, kecacatan.Tanda: Ansietas, menyangkal, menarik diri.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> d.Makanan/cairan : Anoreksia.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> e. Neurosensori.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Gejala: Kerusakan saraf terutama saraf tepi, penitikberatan saraf tepi.Tanda: Peruubahan perilaku, penurunan refleks tendon.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> f. Nyeri kenyamanan.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Gejala: Tidak sensitive terhadap sentuhan, suhu, dan tidak mencicipi nyeri.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> g.Pernapasan.Gejala: Ventilasi tidak adekuat, takipnea.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> h.Keamanan.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Tanda: lesi kulit sanggup tunggal/multiple, biasanya hipopigmentasi tetapi kadang kala lesi kemerahan atau berwarna tembaga, lesi sanggup berpariasi tetapiumumnya berupa macula, papula dan nodul.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Diagnosa Keperawatan</b></div> <br /> <ol> <li style="text-align: justify;">Gangguan konsep diri : HDR b/d inefektif koping indifidu</li> <li style="text-align: justify;">Gangguan rasa nyaman : nyeri b/d proses reaksi</li> <li style="text-align: justify;">Gangguan acara b/d post amputasi</li> <li style="text-align: justify;">Resti injuri b/d invasif bakteri</li> </ol> <br /> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Intervensi Keperawatan</b></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Diagnosa Keperawatan 1</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Gangguan konsep diri : Harga diri rendah berafiliasi dengan inefektif koping indifidu</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Tujuan : Klien sanggup memnerima perubahan dirinya sehabis diberi penjelasan </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <br /> <div style="text-align: justify;"> kriteria hasil :</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Klien sanggup mendapatkan perubahan dirinya</li> <li style="text-align: justify;">Klien tidak merasa kotor (selalu menjaga kebersihan)</li> <li style="text-align: justify;">Klien tidak merasa malu</li> </ul> <br /> <div style="text-align: justify;"> Intervensi :</div> <br /> <ul> <li style="text-align: justify;">Bantu klien semoga realistis, sanggup mendapatkan keadaanya dengan menjelaskan bahwa perubahan fisiknya tidak akan kembali normal.</li> <li style="text-align: justify;">Ajarkan pada klien semoga sanggup selalu menjaga kebersihan tubuhnya dan latihan otot tangan dan kaki untuk mencegah abnormalitas lebih lanjut.</li> <li style="text-align: justify;">Anjurkan klien semoga lebih mendekatkan pada Yang Mahakuasa YME.</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Diagnosa Keperawatan 2</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <br /> <div style="text-align: justify;"> Gangguan rasa nyaman : nyeriberhubungan dengan luka amputasi</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Tujuan : Rasa nyaman terpenuhi dan nyeri berkurang sehabis dilakukan tindakan keperawatan, </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> kriteria hasil :</div> <br /> <ul> <li style="text-align: justify;">Klien mencicipi nyeri berkurang di kawasan operasi</li> <li style="text-align: justify;">Klien tenang</li> <li style="text-align: justify;">Pola istirahat-tidur normal, 7-8 jam sehari</li> </ul> <br /> <div style="text-align: justify;"> Intervensi :</div> <br /> <ul> <li style="text-align: justify;">Kaji skala nyeri klien</li> <li style="text-align: justify;">Alihkan perhatian klien terhadap nyeri</li> <li style="text-align: justify;">Monitor keadaan umum dan tanda-tanda vital</li> <li style="text-align: justify;">Awasi keadaan luka operasi</li> <li style="text-align: justify;">Ajarkan cara nafas dalam & massage untuk mengurangi nyeri</li> <li style="text-align: justify;">Kolaborasi untuk sumbangan obat antibiotik dan analgetik.</li> </ul> <br /> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Diagnosa Keperawatan 3</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Perubahan contoh acara berafiliasi dengan post amputasi</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Tujuan : Klien sanggup beraktivitas sanggup bangkit diatas kaki sendiri sesuai keadaan kini sehabis dilakukan tindakan keperaatan.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> kriteria hasil :</div> <br /> <ul> <li style="text-align: justify;">Klien sanggup beraktivitas mandiri</li> <li style="text-align: justify;">Klien tidak membisu di tempat tidur terus</li> </ul> <br /> <div style="text-align: justify;"> Intervensi :</div> <br /> <ul> <li style="text-align: justify;">Motivasi klien untuk bisa beraktivitas sendiri</li> <li style="text-align: justify;">mengajarkan Range of  Motion : terapi latihan post amputasi</li> <li style="text-align: justify;">Motivasi klien untuk sanggup melaksanakan acara sesuai dengan kemampuannya.</li> </ul> <br /> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Daftar Pustaka</b></div> <br /> <ul> <li style="text-align: justify;">Sjamsoe – Daili, Emmi S. 2003. Kusta. Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia : Jakarta.</li> <li style="text-align: justify;">Standar asuhan keperawatan RSUD Tugurejo Semarang. 2002. Ruang Kusta. Propinsi Jawa Tangah</li> <li style="text-align: justify;">Sjamsuhidajat. R dan Jong, Wimde. 1997. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi Revisi. EGC : Jakarta.</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> Untuk mendownload laporan pendahuluan / LP kusta lengkap hingga konsep asuhan keperawatan pdf dan doc, dibawah :</div> <div> <ul> <li style="text-align: justify;"><b><span style="background-color: cyan;">Laporan pendahuluan kusta pdf</span>, <i><a href="https://drive.google.com/file/d/1ACWl-zWzUUES788RnN8AbsZj8v7sNX6i/view?usp=sharing" target="_blank">(Ambil File)</a></i></b></li> <li style="text-align: justify;"><b><span style="background-color: lime;">Laporan pendahuluan kusta doc</span>, <i><a href="https://drive.google.com/file/d/1jl29MRQ-H5y-fQqmGTJbnAUjRICtfDqb/view?usp=sharing" target="_blank">(Ambil File)</a></i></b></li> </ul> <div style="text-align: justify;"> Link Alternatif</div> </div> <div> <ul> <li style="text-align: justify;"><b><a href="https://drive.google.com/file/d/1jl29MRQ-H5y-fQqmGTJbnAUjRICtfDqb/view?usp=sharing" target="_blank">Alternatif LP Kusta doc 1</a></b></li> <li style="text-align: justify;"><b><a href="https://drive.google.com/file/d/1ACWl-zWzUUES788RnN8AbsZj8v7sNX6i/view?usp=sharing" target="_blank">Alternatif LP Kusta pdf 1</a></b></li> </ul> <ul> <li style="text-align: justify;"><b><a href="https://drive.google.com/file/d/1jl29MRQ-H5y-fQqmGTJbnAUjRICtfDqb/view?usp=sharing" target="_blank">Alternatif LP Kusta doc 2</a></b></li> <li style="text-align: justify;"><b><a href="https://drive.google.com/file/d/1ACWl-zWzUUES788RnN8AbsZj8v7sNX6i/view?usp=sharing" target="_blank">Alternatif LP Kusta pdf 2</a></b></li> </ul> <div style="text-align: justify;"> Demikian laporan pendahuluan / LP kusta lengkap hingga konsep askep, download pdf dan doc, semoga bisa dijadikan rujukan dalam menuntaskan kiprah akademik sahabat sejawat sekalian, terima kasih.</div> </div>

Laporan Pendahuluan / Lp Kusta Lengkap Sampai Konsep Askep, Download Pdf Dan Doc

Kami bagikan laporan pendahuluan / LP kusta pdf dan doc. Teman-teman perawat sekalian, pada postingan kali ini kami share laporan penda...

+ Baca selengkapnya »