Kami bagikan laporan pendahuluan / LP kusta pdf dan doc.

Teman-teman perawat sekalian, pada postingan kali ini kami share laporan pendahuluan / LP kusta yang telah kami susun selengkap mungkin dari tinjauan teori hingga konsep askep, menurut beberapa sumber terpercaya.

Bertujuan membantu teman-teman sekalian dalam pembuatan kiprah kuliah keperawatan yaitu askep, makalah ataupun LP itu sendiri, disini kami posting laporan pendahuluan kusta lengkap yang kami sediakan juga dalam bentuk file pdf dan doc, semoga mempermudah teman-teman perawat sekalian, hanya tinggal sedikit edit sesuai dengan kebutuhan masing-masing.

Untuk mendownload laporan pendahuluan / LP kusta lengkap dalam bentuk format doc dan pdf, telah kami sediakan link unduhan diakhir artikel ini semoga teman-teman sekalian bisa mendapatkan filenya, dan juga telah kami sisipkan link download fathway kusta format doc dibawah gambar fathway.

Laporan Pendahuluan Kusta


Pengertian / Definisi

Kusta yaitu penyakit yang menahun dan disebabkan oleh kuman kusta (mikobakterium leprae) yang menyerang syaraf tepi,kulit dan jaringan badan lainnya. Kusta  juga merupakan penyakit kronik yang disebabkan oleh bisul mikobakterium leprae.

kusta yaitu penyakit menular yang menahun yang menyerang saraf perifer, kulit dan jaringan badan lainnya.

Lepra    : Morbus hansen, Hamseniasis

Reaksi : Episode akut yang terjadi pada penderita kusta yang masih aktiv disebabkan suatu interaksi antara bagian-bagian dari kuman kusta yang telah mati dengan zat yang telah tertimbun di dalam darah penderita dan cairan penderita.


Klasifikasi Kusta
      
Menurut Ridley dan Joplin membagi pembagian terstruktur mengenai kusta menurut citra klinis, bakteriologik, histo patologik, dan status imun penderita menjadi :

  1. TT : Lesi berupa makula hipo pigmantasi/eutematosa dengan permukaan kering dan kadang dengan skuama di atasnya. Jumlah biasanya yang satudenga yang besar bervariasi. Gejala berupa gangguan sensasibilitas, pertumbuhan eksklusif dan sekresi kelenjar keringat. BTA ( - ) dan uji lepramin ( + ) kuat.
  2. BT : Lesi berupa makula/infiltrat eritematosa dengan permukaan kering bengan jumlah 1-4 buah, gangguan sensibilitas ( + )
  3. Lesi berupa mamakula/infiltrat eritematosa permukaan agak mengkilat. Gambaran khas lesi ”punched out” dengan infiltrat eritematosa batas tegas pada tepi sebelah dalam dan tidak begitu terang pada tepi luarnya. Gangguan sensibilitas sedikit, BTA ( + ) pada sediaan apus kerokan jaringan kulit dan uji lepromin ( - ).
  4. BL  : Lesi infiltrat eritematosa dalam jumlah banyak, ukuran bervariasi, bilateral tapi asimetris, gangguan sensibilitas sedikit/( - ), BTA ( + ) banyak, uji Lepromin ( - ).
  5. LL : Lesi infiltrat eritematosa dengan permukaan mengkilat, ukuran kecil, jumlah sangat banyak dan simetris. BTA ( + ) sangat banyak pada kerokan jaringan kulit dan mukosa hidung, uji Lepromin ( - ).
WHO membagi kusta menjadi dua kelompok, yaitu :





  1. Pansi Basiler (PB) : I, TT, BT
  2. Multi Basiler (MB) : BB, BL, LL

Etiologi
      
M. Leprae atau kuman Hansen yaitu kuman penyebab penyakit kusta yang ditemukan oleh sarjana dari Norwegia, GH Armouer Hansen pada tahun 1873. Kuman ini bersifat tahan asam berbentuk batang dengan ukuran 1,8 micron, lebar 0,2-0,5 micron. Biasanya ada yang berkelompok dan ada yang tersebar satu-satu, hidup dalam sel terutama jaringan yang bersuhu cuek dan tidak sanggup di kultur dalam media buatan. Kuman ini sanggup menjadikan bisul sistemik pada hewan Armadillo.
      
Mikobakterium leprae merupakan basil tahan asam (BTA) bersifat obligat intraseluler, menyerang syaraf perifer,kulit dan organ lain menyerupai mukosa susukan nafas serpihan atas, hati, sumsum tulang kecuali susunan syaraf pusat. Masa membelah diri mikobakterium leprae 12-21 hari dan masa tunasnya antara 40 hari hingga dengan 40 tahun. 


Patofisiologi
      
Meskipun cara masuk M. Leprae ke badan belum diketahui pasti, beberapa penelitian, tersering melalui kulit yang lecet pada serpihan badan bersuhu cuek dan melalui mukosa nasal.
      
Pengaruh M. Leprae ke kulit tergantung factor imunitas seseorang, kemampuan hidup M. Leprae pada suhu badan yang rendah, waktu regenerasi lama, serta sifat kuman yang Avirulen dan non toksis.
      
M. Leprae ( Parasis Obligat Intraseluler ) terutama terdapat pada sel macrofag sekitar pembuluh darah superior pada dermis atau sel Schwann jaringan saraf, jika kuman masuk badan ---> badan bereaksi mengeluarkan macrofag ( berasal dari monosit darah, sel mn, histiosit ) untuk memfagosit.
      
Tipe LL ; terjadi kelumpuha system imun seluler tinggi ---> macrofag tidak bisa menghancurkan kuman ----> sanggup membelah diri dengan bebas ---> merusak jaringan.
      
Tipe TT ; fase system imun seluler tinggi ---> macrofag sanggup menghancurkan kuman hanya sehabis kuman difagositosis macrofag, terjadi sel epitel yang tidak bergerak aktif, dan kemudian bersatu membentuk sel dahtian longhans, jika tidak segera diatasi ---> terjadi reaksi hiperbola dan masa epitel menimbulkan kerusakan saraf dan jaringan sekitar.

Fathway Kusta

Untuk mendownload Fathway kusta format doc, DISINI


Gambaran Klinis
   
Menurut pembagian terstruktur mengenai Ridley dan Jopling

1. Tipe Tuberkoloid ( TT )

  • Mengenai kulit dan saraf.
  • Lesi bisa satu atau kurang, sanggup berupa makula atau plakat, batas jelas, regresi, atau, kontrol healing ( + ).
  • Permukaan lesi bersisik dengan tepi meninggi, bahkan hampir sama dengan psoriasis atau tinea sirsirata. Terdapat penebalan saraf perifer yang teraba, kelemahan otot, sedikit rasa gatal.
  • Infiltrasi Tuberkoloid ( + ), tidak adanya kuman merupakan tanda adanya respon imun pejamu yang adekuat terhadap basil kusta.

2. Tipe Borderline Tuberkoloid ( BT )

  • Hampir sama dengan tipe tuberkoloid
  • Gambar Hipopigmentasi, kekeringan kulit atau skauma tidak sejelas tipe TT.
  • Gangguan saraf tidak sejelas tipe TT. Biasanya asimetris.
  • Lesi satelit ( + ), terletak bersahabat saraf perifer menebal.

3. Tipe Mid Borderline ( BB )

  • Tipe paling tidak stabil, jarang dijumpai.
  • Lesi sanggup berbentuk macula infiltrate.
  • Permukaan lesi sanggup berkilat, batas lesi kurang jelas, jumlah lesi melebihi tipe BT, cenderung simetris.
  • Lesi sangat bervariasi baik ukuran bentuk maupun distribusinya.
  • Bisa didapatkan lesi punched out, yaitu hipopigmentasi berbentuk oralpada serpihan tengah dengan batas terang yang merupaan ciri khas tipe ini.

4. Tipe Borderline Lepromatus ( BL )

Dimulai makula, awalnya sedikit kemudian menjadi cepat menyebar ke seluruh tubuh. Makula lebih terang dan lebih bervariasi bentuknya, beberapa nodus melekuk serpihan tengah, beberapa plag tampak menyerupai punched out. Tanda khas saraf berupa hilangnya sensasi, hipopigmentasi, berkurangnya keringat dan gugurnya rambut lebih cepat muncil daripada tipe LL dengan penebalan saraf yang sanggup teraba pada tempat prediteksi.

5. Tipe Lepromatosa ( LL )

  • Lesi sangat banya, simetris, permukaan halus, lebih eritoma, berkilap, batas tidak tegas atau tidak ditemuka anestesi dan anhidrosis pada stadium dini.
  • Distribusi lesi khas : Wajah : dahi, pelipis, dagu, cuping pendengaran dan Badan : serpihan belakang, lengan punggung tangan, ekstensor tingkat bawah.
  • Stadium lanjutan :Penebalan kulit progresif, Cuping pendengaran menebal, Garis muka bergairah dan cekung, membentuk fasies leonine, sanggup disertai madarosis, intis dan keratitis.
  • Lebih lanjut : Deformitas hidung, Pembesaran kelenjar limfe, orkitis atrofi, testis, Kerusakan saraf luas, tanda-tanda stocking dan glouses anestesi, Penyakit progresif, makula dan popul baru, Timbul lesi usang terjadi plakat dan nodus.
  • Stadium lanjut : Serabut saraf perifer mengalami degenerasi hialin/fibrosis mengakibatkan anestasi dan pengecilan tangan dan kaki.

6. Tipe Interminate ( tipe yang tidak termasuk dalam pembagian terstruktur mengenai Redley & Jopling)

  • Beberapa macula hipopigmentasi, sedikit sisik dan kulit sekitar normal.
  • Lokasi serpihan ekstensor ekstremitas, bokong dan muka, kadang kala sanggup ditemukan makula hipestesi dan sedikit penebalan saraf.
  • Merupakan tanda interminate pada 20%-80%  kasus kusta.
  • Sebagian sembuh spontan.

Gambaran klinis organ lain

  • Mata : iritis, iridosiklitis, gangguan visus hingga kebutaan
  • Tulang rawan : epistaksis, hidung pelana
  • Tulang & sendi : absorbsi, mutilasi, artritis
  • Lidah : ulkus, nodus
  • Larings : bunyi parau
  • Testis : ginekomastia, epididimitis akut, orkitis, atrofi
  • Kelenjar limfe : limfadenitis
  • Rambut : alopesia, madarosis
  • Ginjal  : glomerulonefritis, amilodosis ginjal, pielonefritis,      nefritis interstitial.


Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan Bakteriologis

Ketentuan pengambilan sediaan yaitu sebagai berikut :

  • Sediaan diambil dari kelainan kulit yang paling aktif
  • Kulit muka sebaiknya dihindari lantaran ganjal dan kosmetik kecuali tidak ditemukan lesi ditempat lain.
  • Pemeriksaan ulang yang dilakukan pada lesi kulit yag sama dan jika perlu ditambah dengn lesi kulit yang gres timbul.
  • Lokasi sediaan apus untuk investigasi mikobakterium laprae ialah : Cuping pendengaran kiri atau kanan dan Dua hingga empat lesi kulit yang aktif ditempat lain
  • Sediaan dari selaput lendir hidung sebaiknya dihindari lantaran : Tidak menyenangkan pasien, Positif palsu lantaran ada mikobakterium lain dan Tidak pernah ditemukan mikobakterium leprae pada selaput lendir hidung .


Penatalaksanaan / Pengobatan

Antibiotik sanggup menahan  perkembangan penyakit atau bahkan menyembuhkannya. Beberapa mikobakterium mungkin resisten terhadap obat tertentu, lantaran itu sebaiknya diberikan lebih dari 1 macam obat, terutama pada penderita lepra lepromatosa. Antibiotic yang paling banyak dipakai untuk mengobati lepra yaitu dapson,relatif tidak mahal dan iasanya aman. Kadang obat ini mengakibatkan reaksi alergi berupa ruam kulit dan anemia. Rifampin yaitu obat yang lebih mahal dan lebih berpengaruh daripada dapson. Efek samping yang paling serius yaitu kerusakan hati dan gejala-gejala dilenyapkan. Pengobatab bias dilanjutkan hingga 6 bulan atau lebih,tergantung pada beratnya bisul dan evaluasi dokter. Banyak penderita lepra lepromatosi yang mengkonsumsi dapson seumur hidupnya.

Dalam pengobatannya ada dua jenis diantaranya :

1.Terapi Medik

Tujuan utama terapi medik ini yaitu penyembuhan pasien kusta dan mencegah timbulnya cacat serta tetapkan mata rantai penularan dari pasien kusta terutama tipe yang menular kepada orang lain untuk menurunkan insiden penyakit.

  • Program Multi Drug Therapy (MDT) dengan kombinasi rifampisin,klofazimin,dan DDS dimulai tahun 1981.


2.Perawatan Umum

Perawatan pada morbus Hansen umumnya untuk mencegah kecacatan.terjadinya cacat pada kusta disebabkan kerusakan fungsi saraf tepi.baik lantaran kuman kusta maupun lantaran peradangan sewaktu keadaan reaksi netral.

Adapun diantaranya perawatan umum :

  • Perawatan mata dengan lagophthalmos
  • Perawatan tangan yang mati rasa
  • Perawatan kaki yang mati rasa
  • Perawatan luka


Konsep Asuhan Keperawatan

Pengkajian

Pada pengkajian klien penderita kusta sanggup ditemukan gejala-gejala sebagai berikut:a. 

a. Aktivitas/ istirahat.

Tanda: Penurunan kekuatan otot, gangguan massa otot, perubahan tonus otot.

b. Sirkulasi.

Tanda: Penurunan nadi perifer, Vasokontriksi perifer.

c. Integritas ego.

Gejala: Masalah wacana keluarga, pekerjaan, keuangan, kecacatan.Tanda: Ansietas, menyangkal, menarik diri.

d.Makanan/cairan : Anoreksia.

e. Neurosensori.

Gejala: Kerusakan saraf terutama saraf tepi, penitikberatan saraf tepi.Tanda: Peruubahan perilaku, penurunan refleks tendon.

f. Nyeri kenyamanan.

Gejala: Tidak sensitive terhadap sentuhan, suhu, dan tidak mencicipi nyeri.

g.Pernapasan.Gejala: Ventilasi tidak adekuat, takipnea.

h.Keamanan.

Tanda: lesi kulit sanggup tunggal/multiple, biasanya hipopigmentasi tetapi kadang kala lesi kemerahan atau berwarna tembaga, lesi sanggup berpariasi tetapiumumnya berupa macula, papula dan nodul.


Diagnosa Keperawatan

  1. Gangguan konsep diri : HDR b/d inefektif koping indifidu
  2. Gangguan rasa nyaman : nyeri b/d proses reaksi
  3. Gangguan acara b/d post amputasi
  4. Resti injuri b/d invasif bakteri


Intervensi Keperawatan

Diagnosa Keperawatan 1

Gangguan konsep diri : Harga diri rendah berafiliasi dengan inefektif koping indifidu

Tujuan : Klien sanggup memnerima perubahan dirinya sehabis diberi penjelasan 


kriteria hasil :
  • Klien sanggup mendapatkan perubahan dirinya
  • Klien tidak merasa kotor (selalu menjaga kebersihan)
  • Klien tidak merasa malu

Intervensi :

  • Bantu klien semoga realistis, sanggup mendapatkan keadaanya dengan menjelaskan bahwa perubahan fisiknya tidak akan kembali normal.
  • Ajarkan pada klien semoga sanggup selalu menjaga kebersihan tubuhnya dan latihan otot tangan dan kaki untuk mencegah abnormalitas lebih lanjut.
  • Anjurkan klien semoga lebih mendekatkan pada Yang Mahakuasa YME.

Diagnosa Keperawatan 2


Gangguan rasa nyaman : nyeriberhubungan dengan luka amputasi

Tujuan : Rasa nyaman terpenuhi dan nyeri berkurang sehabis dilakukan tindakan keperawatan, 

kriteria hasil :

  • Klien mencicipi nyeri berkurang di kawasan operasi
  • Klien tenang
  • Pola istirahat-tidur normal, 7-8 jam sehari

Intervensi :

  • Kaji skala nyeri klien
  • Alihkan perhatian klien terhadap nyeri
  • Monitor keadaan umum dan tanda-tanda vital
  • Awasi keadaan luka operasi
  • Ajarkan cara nafas dalam & massage untuk mengurangi nyeri
  • Kolaborasi untuk sumbangan obat antibiotik dan analgetik.


Diagnosa Keperawatan 3

Perubahan contoh acara berafiliasi dengan post amputasi

Tujuan : Klien sanggup beraktivitas sanggup bangkit diatas kaki sendiri sesuai keadaan kini sehabis dilakukan tindakan keperaatan.

kriteria hasil :

  • Klien sanggup beraktivitas mandiri
  • Klien tidak membisu di tempat tidur terus

Intervensi :

  • Motivasi klien untuk bisa beraktivitas sendiri
  • mengajarkan Range of  Motion : terapi latihan post amputasi
  • Motivasi klien untuk sanggup melaksanakan acara sesuai dengan kemampuannya.


Daftar Pustaka

  • Sjamsoe – Daili, Emmi S. 2003. Kusta. Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia : Jakarta.
  • Standar asuhan keperawatan RSUD Tugurejo Semarang. 2002. Ruang Kusta. Propinsi Jawa Tangah
  • Sjamsuhidajat. R dan Jong, Wimde. 1997. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi Revisi. EGC : Jakarta.
Untuk mendownload laporan pendahuluan / LP kusta lengkap hingga konsep asuhan keperawatan pdf dan doc, dibawah :
Link Alternatif
Demikian laporan pendahuluan / LP kusta lengkap hingga konsep askep, download pdf dan doc, semoga bisa dijadikan rujukan dalam menuntaskan kiprah akademik sahabat sejawat sekalian, terima kasih.
 
Top