Kami bagikan laporan pendahuluan ulkus peptikum lengkap, format pdf dan doc.

Teman perawat dimanapun berada, kali ini kami coba mengembangkan laporan pendahuluan ulkus peptikum lengkap, telah kami susun sesuai dengan format kelengkapan laporan pendahuluan mulai dari tinjauan teori hingga konsep asuhan keperawatan.

kalau sebelum nya telah kami bagikan laporan pendahuluan dengan format doc dan pdf, kali ini pun sama, laporan pendahuluan ulkus peptikum ini telah kami sediakan juga dalam dua format pdf dan doc dan juga dilengkapi fathway ulkus peptikum format doc siap edit.

Bagi teman-teman yang ingin mendapat file laporan pendahuluan ulkus peptikum format pdf dan doc telah kami sediakan link unduhan di final postingan ini, dan untuk fathway format doc telah kami sediakan juga link unduhan di bawah gambar fathway ulkus peptikum.

Laporan Pendahuluan Ulkus Peptikum


Latar Belakang
     
Ulkus peptikum merupakan suatu keadaan yang dikarenakan ketidakseimbangan asam gastrik dan sekresi pepsin serta perubahan mukosa. Setiap orang menghasilkan asam lambung dalam jumlah yang berlainan dan teladan pembentukan asam ini cenderung menetap sepanjang hidup seseorang. Sehingga hampir 1 diantara 10 orang akan terbentuk ulkus peptikum. Kira-kira 5% dari semua tukak akan mengalami perforasi, dan komplikasi ini akan menjadikan 65% terjadi janjkematian tanggapan tukak peptikum.
     
Insidensi yang lain, tukak duodenum menyusun sekitar  80% dari semua tukak peptikum, dan menyerang sekitar 10-12% populasi. Individu dengan golongan darah O 35% lebih rentan terjadi Ulkus, dibandingkan dengan orang yang bergolongan darah A, B, atau AB. Hal ini belum diketahui secara niscaya penyebabnya
     
Ulkus peptikum lebih sering terjadi pada usia 40-60 tahun. Pria 3 kali lebih sering daripada perempuan, lantaran diduga bahwa pria memiliki kecenderungan gaya hidup yang menjadikan rusaknya salah satu sawar pelindung lambung, contohnya merokok, kafein, aspirin, alkohol dan penggunaan kronis obat anti inflamasi non steroid menyerupai penggunaan NSAID.


Definisi / Pengertian
     
Ulkus peptikum yaitu suatu peronggaan yang dibuat dalam dinding mukosa lambung, pylorus, duodenum, atau esophagus.(Brunner dan Suddarth, 2000)
     
Ulkus peptikum merupakan keadaan di mana kontinuitas mukosa lambung terputus dan meluas hingga ke bawah epitel (Price, Sylvia Anderson, 1995).

Ulkus peptikum yaitu ekskavasasi (area berlubang) yang terbentuk dalam dinding mukosal lambung, pilorus, duodenum atau esofagus. Ulkus peptikum disbut juga sebagai ulkus lambung, duodenal atau esofageal, tergantung pada lokasinya. (Bruner and Suddart, 2001).

Ulkus peptikum merupakan putusnya kontinuitas mukosa lambung yang meluas hingga di bawah epitel. Kerusakan mukosa yang tidak meluas hingga ke bawah epitel disebut sebagai erosi, walaupun sering dianggap sebagai ”ulkus” (misalnya ulkus lantaran stres). Menurut definisi, ulkus peptikum sanggup terletak pada setiap kepingan kanal cerna yang terkena getah asam lambung, yaitu esofagus, lambung, duodenum, dan sesudah gastroenterostomi, juga jejenum.(Sylvia A. Price, 2006)
     

Etiologi

Ulkus peptikum sanggup disebabkan oleh hal berikut :
  • Ketidakseimbangan asam gastrik dan sekresi pepsin serta perubahan mukosa. (Charlene dkk, 2001)
  • Faktor lain yang mengakibatkan Ulkus Pepetikum: Genetik, merokok, alkohol, kafeine, obat-obatan (NSAID), kuman Helicobacter Pylori.

Patofisiologi

Ulkus peptikum terjadi pada mukosa gastroduodenal lantaran jaringan ini tidak sanggup menahan kerja asam lambung pencernaan (asam hidrochlorida dan pepsin). Erosi yang terjadi berkaitan dengan peningkatan konsentrasi dan kerja asam peptin, atau berkenaan dengan penurunan pertahanan normal dari mukosa.

1. Peningkatan Konsentrasi atau Sekresi Lambung dan Kerja Asam Peptin

Sekresi lambung terjadi pada 3 fase yang serupa :

a. Sefalik

Fase pertama ini dimulai dengan rangsangan menyerupai pandangan, anyir atau rasa kuliner yang bekerja pada reseptor kortikal serebral yang pada gilirannya merangsang saraf vagal. Intinya, kuliner yang tidak menimbulkan nafsu makan menimbulkan sedikit imbas pada sekresi lambung. Inilah yang mengakibatkan kuliner sering secara konvensional diberikan pada pasien dengan ulkus peptikum. Saat ini banyak andal gastroenterology menyetujui bahwa diet saring memiliki imbas signifikan pada keasaman lambung atau penyembuhan ulkus. Namun, acara vagal hiperbola selama malam hari ketika lambung kosong yaitu iritan yang signifikan.

b. Fase lambung

Pada fase ini asam lambung dilepaskan sebagai tanggapan dari rangsangan kimiawi dan mekanis terhadap reseptor dibanding lambung. Refleks vagal mengakibatkan sekresi asam sebagai respon terhadap distensi lambung oleh makanan.

c. Fase usus

Makanan dalam usus halus mengakibatkan pelepasan hormon (dianggap menjadi gastrin) yang pada waktunya akan merangsang sekresi asam lambung. Pada manusia, sekresi lambung yaitu adonan mukokolisakarida dan mukoprotein yang disekresikan secara kontinyu melalui kelenjar mukosa. Mucus ini mengabsorpsi pepsin dan melindungi mukosa terhadap asam. Asam hidroklorida disekresikan secara kontinyu, tetapi sekresi meningkat lantaran prosedur neurogenik dan hormonal yang dimulai dari rangsangan lambung dan usus. Bila asam hidroklorida tidak dibuffer dan tidak dinetralisasi dan bila lapisan luar mukosa tidak memperlihatkan proteksi asam hidroklorida bersama dengan pepsin akan merusak lambung.

Asam hidroklorida kontak hanya dengan sebagian kecil permukaan lambung. Kemudian menyebar ke dalamnya dengan lambat. Mukosa yang tidak sanggup dimasuki disebut barier mukosa lambung. Barier ini yaitu pertahanan untama lambung terhadap pencernaan yang dilakukan oleh sekresi lambung itu sendiri. Factor lain yang mempengaruhi pertahanan yaitu suplai darah, keseimbangan asam basa, integritas sel mukosa, dan regenerasi epitel. 

Oleh lantaran itu, seseorang mungkin mengalami ulkus peptikum lantaran satu dari dua factor ini : 
  • hipersekresi asam pepsin
  • Kelemahan Barier Mukosa Lambung
Apapun yang menurunkan yang mukosa lambung atau yang merusak mukosa lambung yaitu ulserogenik, salisilat dan obat antiinflamasi non steroid lain, alcohol, dan obat antiinflamasi masuk dalam kategori ini.Sindrom Zollinger-Ellison (gastrinoma) dicurigai bila pasien tiba dengan ulkus peptikum berat atau ulkus yang tidak sembuh dengan terapi medis standar. Sindrom ini diidentifikasi melalui temuan berikut : hipersekresi getah lambung, ulkus duodenal, dan gastrinoma(tumor sel istel) dalam pancreas. 90% tumor ditemukan dalam gastric triangle yang mengenai kista dan duktus koledokus, kepingan kedua dan tiga dari duodenum, dan leher korpus pancreas. Kira-kira ⅓ dari gastrinoma yaitu ganas(maligna).

Diare dan stiatore(lemak yang tidak diserap dalam feces)dapat ditemui. Pasien ini sanggup mengalami adenoma paratiroid koeksisten atau hyperplasia, dan karenanya sanggup memperlihatkan tanda hiperkalsemia. Keluhan pasien paling utama yaitu nyeri epigastrik. Ulkus stress yaitu istilah yang diberikan pada ulserasi mukosa akut dari duodenal atau area lambung yang terjadi sesudah insiden penuh stress secara fisiologis. Kondisi stress menyerupai luka bakar, syok, sepsis berat, dan trauma dengan organ multiple sanggup menimbulkan ulkus stress. Endoskopi fiberoptik dalam 24 jam sesudah cedera memperlihatkan abrasi dangkal pada lambung, sesudah 72 jam, abrasi lambung multiple terlihat. Bila kondisi stress berlanjut ulkus meluas. Bila pasien sembuh, lesi sebaliknya. Pola ini khas pada ulserasi stress.

Pendapat lain yang berbeda yaitu penyebab lain dari ulserasi mukosa. Biasanya ulserasi mukosa dengan trauma ini menimbulkan penurunan pedoman darah mukosa lambung. Selain itu jumlah besar pepsin dilepaskan. Kombinasi iskemia, asam dan pepsin membuat suasana ideal untuk menghasilkan ulserasi. Ulkus stress harus dibedakan dari ulkus cushing dan ulkus curling, yaitu dua tipe lain dari ulkus lambung. Ulkus cushing umum terjadi pada pasien dengan trauma otak. Ulkus ini sanggup terjadi pada esophagus, lambung, atau duodenum, dan biasanya lebih dalam dan lebih penetrasi daripada ulkus stress. Ulkus curling sering terlihat kira-kira 72 jam sesudah luka bakar luas.

Fathway Ulkus Peptikum 

Untuk mendownload fathway ulkus peptikum format doc, DISINI


Tanda dan gejala 

1. Nyeri
  • Nyeri pekak, persisten; rasa terbakar pada mid epigastrium, atau dipunggung
  • Nyeri hilang dengan makan atau minum antasida; bila lambung telah kosong dan alkali menghilang nyeri  kembali timbul
  • Nyeri tekan tajam setempat yang ditimbulkan dengan memberi tekanan besar lengan berkuasa pada epigastrium atau sedikit tekanan garis tengah tubuh

2. Pirosis,(nyeri ulu hati)
  • Sensasi terbakar pada esophagus atau lambung; lantaran adanya asam.

3. Muntah
  • Jarang terjadi pada ulkus duodenum tak terkomplikasi
  • Mungkin didahului oleh mual atau sanggup saja tidak; biasanya mengikuti serangan nyeri hebat; hilang dengan ejeksi kandungan asam lambung

4. Konstipasi dan perdarahan,
  • Sebagai tanggapan diet dan obat
  • Beberapa pasien yang mengalami perdarahan tanggapan ulkus akut tidak memiliki keluhan pencernaan sebelumnya, tetapi mengalami gejala 

Pemeriksaan Penunjang
  1. Endoskopi, dipakai untuk mengidentifikasi perubahan inflamasi, ulkus, dan lesi.
  2. Spesimen feses. yaitu untuk mengetahui adanya darah samar.
  3. Pemeriksaan cairan lambung, dipakai untuk menentukan dalam mendiagnosis aklorhidria.
  4. Biopsi, merupakan tes laboratorium khusus yang dipakai untuk mengetahui  bahwa ulkus lambung sanggup dihubungkan dengan nanah kuman dengan distributor menyerupai H. Pylori.

Penatalaksanaan

1. Diet

Tujuan diet untuk pasien ulkus peptikum yaitu untuk menghindari sekresi asam yang hiperbola dan hipermotilitas kanal gastrointestinal dengan menghindari kuliner yang sifatnya meningkatkan sekresi asam lambung.  Pasien dianjurkan untuk makan apa saja yang disukainya.Selain itu untuk menetralisir asam dengan makan tiga kali sehari kuliner biasa.

2. Berhenti Merokok

Pasien dianjurkan untuk berhenti merokok lantaran penelitian terbaru memperlihatkan bahwa merokok terus menerus sanggup menghambat secara bermakna perbaikan ulkus.

3. Penurunan Stress dan Istirahat

Penurunan stress lingkungan yaitu kiprah sulit yang memerlukan intervensi fisik dan mental pada pihak pasien dan proteksi serta kerjasama anggota keluarga. Stress sanggup meningkatkan sekresi asam lambung oleh lantaran itu intervensi penurunan stress perlu dilakukan dengan melibatkan anggota keluarganya.

4. Obat- obatan seperti

a. Sucralfate
     
Cara kerjanya yaitu dengan membentuk selaput pelindung melapisi dasar ulkus untuk mempercepat penyembuhan. Sangat efektif untuk mengobati ulkus peptikum dan merupakan pilihan ke dua dari antacid. Sucralfat diminum 3-4x/hari dan tidak diserap ke dalam darah, sehingga imbas sampingnya sedikit tetapi sanggup mengakibatkan sembelit.

b. Antagonis H2
     
Contohnya yaitu cimetidine, ranitidine, famotidine, dan nizatidine. Obat ini mempercepat penyembuhan ulkus dengan mengurangi jumlah asam dan enzim pencernaan di dalam lambung dan duodenum. Diminum 1x/hari dan beberapa diantaranya diperoleh tanpa resep dokter.

c. Omeprazole dan Iansoprazole
     
Merupakan obat yang sangat besar lengan berkuasa menghambat pembentukan enzim yang dibutuhkan lambung untuk membuat asam. Obat ini sanggup secara total menghambat pelepasan asam dan efeknya berlangsung lama.

d. Antibiotik
     
Digunakan bila penyebab utama terjadinya ulkus yaitu Helicobacter Pylori. Pengobatan ini sanggup mengurangi tanda-tanda ulkus, bahkan bila ulkus tidak memperlihatkan respon terhadap pengobatan sebelumnya atau bila ulkus sering mengalami kekambuhan.

e. Misoprostol
     
Digunakan untuk mencegah ulkus gastrikum yang disebabkan oleh obet-obet anti peradangan non steroid.


Konsep Asuhan Keperawatan Ulkus Peptikum

Pengkajian
  1. Keadaan Umum
  2. Tanda –Tanda Vital: Tensi; Suhu; Nadi; Respirasi.
  3. Riwayat teladan makan pasien: teladan makan tidak teratur, mengkonsumsi kuliner yang merangsang sekresi asam lambung menyerupai kuliner pedas dan masam.  
  4. Riwayat merokok; bila ya seberapa banyak konsumsi dalam sehari.
  5. Riwayat penggunaan obat anti inflamasi non steroid yang lama.
  6. Riwayat minuman; kafein, alkohol berapa banyak dalam sehari.
  7. Riwayat  muntah; warna merah terang atau menyerupai kopi, jumlah.
  8. Riwayat psikologis ; stress terhadap pekerjaan, keluarga, penyakit .
  9. Riwayat keluarga terhadap penyakit ulkus peptikum.
  10. Kaji BAB Pasien; bercampur darah, atau tidak, berapa kali. 
  11. Pemeriksaan fisik terfokus pada ulkus peptikum: Mata: konjungtiva merah muda, Abdomen : pada palpasi untuk melokalisir nyeri tekan dan didapatkan nyeri tekan kuadran atas tengah


Diagnosa Keperawatan
  1. Nyeri akut berafiliasi dengan lesi sekunder terhadap peningkatan asam gastrik, iritasi mukosa dan spasme otot.
  2. Ansietas berafiliasi dengan koping penyakit akut, perdarahan, penatalaksanaan jangka panjang.
  3. Perubahan nutrisi, kurang dari kebutuhan badan berafiliasi dengan nyeri yang berkaitan dengan makan.
  4. Kurang pengetahuan mengenai pencegahan tanda-tanda dan penatalaksanaan kondisi berhubungan

Intervensi Keperawatan

Diagnosa keperawatan. 1

Nyeri akut berafiliasi dengan lesi sekunder terhadap peningkatan asam gastrik, iritasi mukosa dan spasme otot.

Tujuan : Setelah dilakukan perawatan 1x24 jam nyeri pasien sanggup berkurang.

Kriteria evaluasi:
  • Klien sanggup memakai obat-obatan sesuai resep yang telah dianjurkan.
  • Klien menyatakan  penurunan nyeri.

Intervensi:
  • Jelaskan kekerabatan antara sekresi asam hidroklorida dan awitan nyeri
  • Berikan antasida, antikolinergik, sukralfat dan bloker H2  sesuai tujuan
  • Beri dorongan untuk melaksanakan acara yang meningkatkan istirahat dan relaksasi
  • Bantu klien untuk mengidentifikasi substansi pengiritasi, contohnya merokok, kopi
  • Nasihatkan klien untuk makan dengan teratur
  • Dorong klien untuk menghindari merokok dan penggunaan alkohol
  • Dorong klien untuk menurunkan masukan minuman yang mengandung kafein
  • Peringatkan klien berkenaan dengan penggunaan salisilat
  • Ajarkan klien perihal pentingnya pengobatan berkelanjutan bahkan ketika tidak nyeri sekalipun.

Diagnosa. 2

Ansietas berafiliasi dengan koping penyakit akut, perdarahan, penatalaksanaan jangka panjang.

Tujuan: Setelah dilakukan 1x24 jam perawatan terjadi penurunan kecemasan pada klien.

Kriteria evaluasi:
  • Klien sanggup mengekspresikan rasa takut dan masalah
  • Klien sanggup memahami rasional untuk banyak sekali pengobatan dan pembatasan
  • Klien sanggup mengidentifikasi situasi yang menimbulkan ansietas.
  • Klien sanggup memakai seni administrasi penatalaksanaan stress dengan tepat

Intervensi:
  1. Kaji apa yang ingin pasien ketahui perihal penyakit dan penilaian tingkat ansietas; berikan dorongan untuk mengekspresikanperasaan secara terbuka
  2. Jelaskan investigasi diagnostik; berikan obat sempurna jadwal
  3. Pastikan pasien bahwa perawat selalu tersedia untuk membantu masalah
  4. Berinteraksi dengan cara yang santai, Bantu dalam mengidentifikasi stressor, dan jelaskan teknik koping efektif dan metode relaksasi
  5. Berikan  dorongan keikutsertaan keluarga dalam perawatan dan berikan dukungan emosional.
  6. Jelaskan prosedur terjadinya perdarahan dan dalam perawatannya

Diagnosa keperwatan. 3

Perubahan nutrisi, kurang dari kebutuhan badan berafiliasi dengan nyeri yang berkaitan dengan makan.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan perawatan 2x24 jam  kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi.mendapatkan tingkat nutrisi optimal.

Kriteria evaluasi:
  • Klien sanggup menghindari kuliner yang mengiritasi
  • Klien sanggup makan kuliner pada interval yang dijadwalkan secara teratur.
  • Klien sanggup terpenuhi atau menentukan lingkungan yang hening untuk makan.
Intervensi:
  • Anjurkan makan kuliner dan minuman yang tidak mengiritasi, menyerupai kuliner yang tidak beralkohol, pedas, kecut.
  • Anjurkan makan sesuai jadwal.
  • Anjurkan makan pada suasana yang tenang.

Diagnosa keperawatan. 4.

Kurang pengetahuan mengenai pencegahan tanda-tanda dan penatalaksanaan kondisi berafiliasi dengan minimnya informasi yang pernah didapat.

Tujuan: Setelah dilakukan 2x24 jam penyuluhan perihal pencegahan dan penatalaksanaan penyakit ulkus peptikum pengetahuan klien bertambah.

Kriteria evaluasi:
  • Mengekspresikan minat dalam berguru bagaimana mengatasi penyakit.
  • Berpartisipasi dalam penyuluhan.
  • Manyatakan harapan untuk bertanggung jawab terhadap perawatan diri.

Intervensi:

Bantu pasien dalam mengerti perihal kondisi dan faktor-faktor yang sanggup atau yang memperburuk situasi

1. Obat-obatan
  • Ajarkan pasien obat apa yang harus diminum dirumah, termasuk nama, dosis, frekuensi, dan kemungkinan imbas samping
  • Ajarkan pasien obat-obat apa yang harus dihindari

2.  Diet
  • Ajarkan pasien untuk meragukan kuliner tertentu yang sanggup mengganggu pencernaan
  • Ajarkan untuk menghindari kopi, alcohol, yang memiliki kekuatan pembentuk asam
  • Berikan dorongan makan teratur dalam suasana rileks dan untuk menghindari terlalu banyak makan

3.  Merokok
  • Ajarkan pasien bahwa merokok sanggup mengganggu penyembuhan ulkus
  • Buat pasien sadar terhadap agenda untuk membantu penghentian merokok

4. Istirahat dan reduksi stress
  • Bantu pasien untuk waspada terhadap sumber-sumber stress dalam keluarga dan lingkungan kerja
  • Bantu untuk mengidentifikasi periode istirahat selama siang hari
  • Evaluasi kebutuhan akan konseling psikologis lebih lanjut

5. Kesadaran akan Komplikasi: ingatkan pasien terhadap tanda-tanda dan gejala-gejala komplikasi yang harus dilaporkan
  • Hemoragi: kulit dingin, kusut pikir, frekuensi jantung meningkat,  darah dalam feses
  • Perforasi: nyeri abdomen hebat, abdomen kaku dan keras, muntah kenaikan suhu, frekuensi jantung meningkat
  • Obstruksi pilorik: mual, muntah, distensi abdomen, nyeri abdomen

6.  Perawatan Pasca pengobatan
  • Ajarkan pasien bahwa supervisi tindak lanjut dibutuhkan selama sekitar 1 tahun
  • Ajarkan bahwa ulkus sanggup terjadi kembali dan untuk mencari proteksi obat bila terjadi gejala
  • Informasikan pasien dan keluarga bahwa tindakan bedah tidak menjamin kesembuhan.

Daftar Pustaka
  • Capenito, Lynda Jall. (1997). Diagnosa Keperawatan. Jakarta : EGC
  • Doenges, Marilynn E. (1999) Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan dan pendokumentasian Perawatan Pasien. Alih bahasa I Made Kariasa. Ed. 3. Jakarta : EGC
  • Price, Sylvia A dan Lorraine M. Wilson. (1994). Patofisiologi, Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta: Penerbit EGC.
  • Smeltzer Suzanne C. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Alih bahasa Agung Waluyo, dkk. Editor Monica Ester, dkk. Ed. 8. Jakarta : EGC; 2001.
Untuk mendownload laporan pendahuluan ulkus peptikum lengkap, format pdf dan doc, silahkan dibawah :
Link Alternatif
Demikian laporan pendahuluan ulkus peptikum lengkap, format pdf dan doc kami bagikan.

Semoga laporan pendahuluan ulkus peptikum ini sanggup dijadikan tumpuan untuk pembuatan kiprah kuliah keperawatan ataupun materi makalah untuk perawat yang sudah bekerja.

Semoga bermanfaat dan terima kasih.
 
Top