Kami bagikan laporan pendahuluan stress berat abdomen pdf dan doc.

Teman perawat dimanapun pada kesempatan kali ini kami share laporan pendahuluan / LP stress berat abdomen lengkap dalam format pdf dan doc. laporan pendahuluan stress berat abdomen ini telah kami susun selengkap mungkin menurut beberapa rujukan yang terpercaya.

Bertujuan membantu teman-teman perawat sekalian dalam menciptakan tugas, terutama bagi sahabat perawat yang sedang menjalani keprofesian yang harus menciptakan LP setiap hari, disini kami hadirkan laporan pendahuluan stress berat abdomen tersedia dalam format pdf dan doc, yang bisa diwonload melalui link unduhan yang kami letakkan diakhir artikel ini.

Laporan Pendahuluan Trauma Abdomen


Pengertian

Trauma yaitu luka atau cedera fisik lainnya atau cedera fisiologis akhir gangguan emosional yang hebat. (Brooker,2001)

Trauma abdomen yaitu cedera pada abdomen, sanggup berupa stress berat tumpul dan tembus serta stress berat yang di sengaja atau tidak di sengaja. (Smeltzer, 2001)

Trauma tumpul abdomen yaitu pukulan / benturan eksklusif pada rongga abdomen yang menimbulkan cidera tekanan/tindasan pada isi rongga abdomen, terutama organ padat (hati, pancreas, ginjal, limpa) atau berongga (lambung, usus halus, usus besar, pembuluh – pembuluh darah abdominal) dan menimbulkan ruptur abdomen. (Temuh Ilmiah Perawat Bedah Indonesia, 13 Juli 200)

Trauma tembus abdomen yaitu stress berat abdomen dengan penetrasi ke dalam rongga peritoneum. Luka tembus pada abdomen disebabkan oleh bacokan benda tajam atau luka tembak.


Etiologi

1. Trauma tembus (trauma perut dengan penetrasi ke dalam rongga peritonium).
Di sebabkan oleh : luka tusuk, luka tembak

2. Trauma tumpul (trauma perut tanpa penetrasi ke dalam rongga peritonium).
Di sebabkan oleh : pukulan, benturan, ledakan, deselerasi, kompresi atau sabuk pengaman (set-belt). (FKUI, 1995).


Anatomi dan Fisiologi

Abdomen ialah rongga terbesar dalam tubuh. Bentuk lonjong dan meluas dari atas diafragma hingga pelvis dibawah.  Rongga abdomen dilukiskan menjadi dua penggalan – abdomen yang sebenarnya, yaitu rongga sebelah atas dan yang lebih besar, dan pelvis yaitu rongga sebelah bawah dab kecil.

Batasan – batasan abdomen. Di atas,  diafragma, Di bawah, pintu masuk panggul dari panggul besar. Di depan dan kedua sisi, otot – otot abdominal, tulang –tulang illiaka dan iga – iga sebelah bawah. Di belakang, tulang punggung, dan otot psoas dan quadratrus lumborum.

Isi Abdomen. Sebagaian besar dari jalan masuk pencernaan, yaitu lambung, usus halus, dan usus besar. Hati menempati penggalan atas, terletak di bawah diafragma, dan menutupi lambung dan penggalan pertama usus halus. Kandung empedu terletak dibawah hati. Pankreas terletak dibelakang lambung, dan limpa terletak dibagian ujung pancreas. Ginjal dan kelenjar suprarenal berada diatas dinding posterior abdomen. Ureter berjalan melalui abdomen dari ginjal. Aorta abdominalis, vena kava inferior, reseptakulum khili dan sebagaian dari jalan masuk torasika terletak didalam abdomen.
Pembuluh limfe dan kelenjar limfe, urat saraf, peritoneum dan lemak juga dijumpai dalam rongga ini.


Patofisiologi

Bila suatu kekuatan eksternal dibenturkan pada badan insan (akibat kecelakaan lalulintas, penganiayaan, kecelakaan olah raga dan terjatuh dari ketinggian), maka beratnya stress berat merupakan hasil dari interaksi antara faktor – faktor fisik  dari kekuatan tersebut dengan jaringan tubuh. Berat stress berat yang terjadi berhubungan  dengan kemampuan obyek statis (yang ditubruk) untuk menahan tubuh. Pada tempat benturan lantaran terjadinya perbedaan pergerakan  dari jaringan badan yang akan menimbulkan disrupsi jaringan. Hal ini juga karakteristik dari permukaan  yang menghentikan badan juga penting. 

Trauma juga tergantung pada elastitisitas dan viskositas dari jaringan tubuh. Elastisitas yaitu kemampuan jaringan untuk kembali pada keadaan yang sebelumnya. Viskositas yaitu kemampuan jaringan untuk menjaga bentuk aslinya walaupun ada benturan. Toleransi badan menahan benturan tergantung pada kedua keadaan tersebut.. Beratnya stress berat yang terjadi tergantung kepada seberapa jauh gaya yang ada akan sanggup melewati ketahanan jaringan. Komponen lain yang harus dipertimbangkan  dalam beratnya stress berat yaitu posisi badan relatif terhadap permukaan benturan. 

Hal tersebut sanggup terjadi cidera organ intra abdominal yang disebabkan beberapa mekanisme :
  • Meningkatnya tekanan intra abdominal yang mendadak dan andal oleh gaya tekan dari luar menyerupai benturan setir atau sabuk pengaman yang letaknya tidak benar sanggup menimbulkan terjadinya ruptur dari organ padat maupun organ berongga.
  • Terjepitnya organ intra abdominal antara dinding abdomen anterior dan vertebrae atau struktur tulang dinding thoraks.
  • Terjadi gaya akselerasi – deselerasi secara mendadak sanggup mengakibatkan gaya robek pada organ dan pedikel vaskuler. 
Pathway Trauma Abdomen


Untuk mendownload pathway stress berat abdomen doc, DISINI


Manifestasi Klinik

Menurut (Hudak & Gallo, 2001) tanda dan tanda-tanda stress berat abdomen, yaitu :
  • Nyeri
Nyeri sanggup terjadi mulai dari nyeri sedang hingga yang berat. Nyeri sanggup timbul di penggalan yang luka atau tersebar. Terdapat nyeri ketika ditekan dan nyeri lepas.
  • Darah dan cairan
Adanya penumpukan darah atau cairan dirongga peritonium yang disebabkan oleh iritasi.
  • Cairan atau udara dibawah diafragma
Nyeri disebelah kiri yang disebabkan oleh perdarahan limpa. Tanda ini ada ketika pasien dalam posisi rekumben.
  • Mual dan muntah
  • Penurunan kesadaran (malaise, letargi, gelisah)
Yang disebabkan oleh kehilangan darah dan tanda-tanda awal hock hemoragi.


Dampak Masalah terhadap Klien

Setiap petaka yang dihadapi seseorang akan selalu menimbulkan dampak duduk kasus baik bio - psiko- social-spiritual yang sanggup menghipnotis kesehatan dan perubahan teladan kehidupan. Dampak dari pre operasi :

a. Dampak pada fisik :
  • Pola Pernapasan :
Keadaan ventilasi pernapasan terganggu jikalau terdapat gangguan / instabilitasi cardiovaskuler, respirasi dan kelainan – kelainan neurologis akhir multiple trauma.
Penyebab yang lain adalah  perdarahan didalam rongga abdominal yang mengakibatkan distended sehingga menekan diafragma yang akan menghipnotis perluasan rongga thoraks.
  • Pada sirkulasi
Perdarahan dalam rongga abdomen lantaran cidera dari oragan – organ abdominal yang padat maupun berongga atau terputusnya pembuluh darah, sehingga badan kehilangan darah dalam waktu singkat yang menimbulkan shock hipovolemik dimana sisa darah tidak cukup mengisi rongga pembuluh darah.
  • Perubahan perfusi jaringan
Penurunan perfusi jaringan disebabkan lantaran suplai darah yang dipompakan jantung ke seluruh badan berkurang / tidak mencukupi kesesuaian kebutuhan akhir dari shock hipovolemic.
  • Penurunan Volume cairan tubuh.
Perdarahan akut akan menghipnotis keseimbangan cairan di dalam tubuh, dimana cairan intra celluler (ICF), Extracelluler (ECF) diantaranya yaitu cairan yang berada di dalam pembuluh darah (IV) dan cairan yang berada di dalam jaringan di antara sel - sel (ISF) akan mengalami defisit atau hipovolemia. 
  • Kerusakan Integritas kulit.
Trauma benda tumpul dan tajam akan menimbulkan kerusakan dan terputusnya jaringan  kulit atau yang dibagian dalamnya  diantaranya pembuluh darah, persyarafan dan otot didaerah trauma.

b. Dampak Psikologis :

Perasaan cemas dan takut akan menyelimuti diri pasien, hal ini disebabkan lantaran petaka yang dialaminya dan kurangnya gosip wacana tindakan pengobatan dengan jalan pembedahan / operasi.

c. Dampak Sosial :

Mengingat dana yang diharapkan untuk tindakan pembedahan tidak sedikit dan harga obat – obatan yang cukup tinggi, hal ini akan menghipnotis kondisi ekonomi dan membutuhkan waktu yang amat segera (sempit)


Komplikasi
  • Segera : hemoragi, syok, dan cedera.
  • Lambat : nanah (Smeltzer, 2001).

Pemeriksaan Diagnostik
  1. Pemeriksaan rektum : adanya darah menyampaikan kelainan pada usus besar, kuldosentesi, kemungkinan adanya darah dalam lambung dan kateterisasi, adanya darah menyampaikan adanya lesi pada jalan masuk kencing.
  2. Laboratorium : hemoglobin, hematokrit, leukosit dan analisis urine.
  3. Radiologik : bila diindikasikan untuk melaksanakan laparatomi.
  4. IVP/sistogram : hanya dilakukan bila ada kecurigaan terhadaptrauma jalan masuk kencing.
  5. Parasentesis perut : tindakan ini dilakukan pada stress berat tumpul perut yang diragukan adanya kelainan dalam rongga perut atautrauma tumpul perut yang disertai dengan stress berat kepala yang berat, dilakukan dengan memakai jarum pungsi no 18 atau 20 yang ditusukkan melalui dinding perut didaerah kuadran bawah atau digaris tengah dibawah sentra dengan menggosokkan buli-buli terlebih dahulu.
  6. Lavase peritoneal : pungsi dan aspirasi/bilasan rongga perut dengan memasukkan cairan garam fisiologis melalui kanula yang dimasukkan kedalam rongga peritonium (FKUI, 1995)

Penatalaksanaan
  • Penatalaksanaan kedaruratan ; ABCDE.
  • Pemasangan NGT untuk pengosongan isi lambung dan mencegah aspirasi.
  • Kateter dipasang untuk mengosongkan kandung kencing dan menilai urin yang keluar (perdarahan).
  • Pembedahan/laparatomi (untuk stress berat tembus dan traumatumpul jikalau terjadi rangsangan peritoneal : syok, bising usus tidak terdengar, prolaps visera melalui luka tusuk, darah dalam lambung, buli-buli, rektum ; udara bebas intraperitoneal ; lavase peritoneal positif ; cairan bebas dalam rongga perut) (FKUI, 1995).

Konsep Asuhan Keperawatan

Pengkajian 

Dalam pengkajian pada trauma  abdomen harus menurut prinsip – prinsip Penanggulangan Penderita Gawat Darurat yang mempunyai skala prioritas A (Airway), B (Breathing), C (Circulation). Hal ini dikarenakan stress berat abdomen harus dianggap sebagai dari multi stress berat dan dalam pengkajiannya tidak terpaku pada abdomennya saja.

a. Anamnesa
b. Biodata
c. Keluhan Utama
  • Keluhan yang dirasakan sakit.
  • Hal spesifik dengan penyebab dari traumanya.
d. Riwayat penyakit kini (Trauma)
  • Penyebab dari traumanya  dikarenakan benda tumpul atau peluru.
  • Kalau penyebabnya jatuh, ketinggiannya berapa dan bagaimana posisinya ketika jatuh.
  • Kapan kejadianya dan jam berapa kejadiannya.
  • Berapa berat keluhan yang dirasakan bila nyeri, bagaimana sifatnya pada quadran mana yang dirasakan paling nyeri atau sakit sekali.
e. Riwayat Penyakit yang lalu
  • Kemungkinan pasien sebelumnya  pernah menderita gangguan jiwa.
  • Apakah pasien menderita penyakit asthma atau diabetesmellitus dan gangguan faal hemostasis.
f. Riwayat psikososial spiritual
  • Persepsi pasien terhadap petaka yang dialami.
  • Apakah petaka tersebut mengganggu emosi dan mental.
  • Adakah kemungkinan percobaan bunuh diri (tentamen-suicide).
g. Pemeriksaan Fisik
h. Sistim Pernapasan
  • Pada inspeksi penggalan frekwensinya, iramanya dan adakah jejas pada dada serta jalan napasnya.
  • Pada palpasi simetris tidaknya dada ketika paru perluasan dan pernapasan tertinggal.
  • Pada perkusi yaitu bunyi hipersonor dan pekak.
  • Pada auskultasi adakah bunyi abnormal, wheezing dan ronchi.
i. Sistim cardivaskuler (B2 = blead)
  • Pada inspeksi adakah perdarahan aktif atau pasif yang keluar dari tempat abdominal dan adakah anemis.
  • Pada palpasi bagaimana mengenai kulit, suhu tempat akral dan bagaimana bunyi detak jantung menjauh atau menurun dan adakah denyut jantung paradoks.
j. Sistim Neurologis (B3 = Brain)
  • Pada inspeksi adakah gelisah atau tidak gelisah dan adakah jejas di kepala.
  • Pada palpasi adakah kelumpuhan atau lateralisasi pada anggota gerak
  • Bagaimana tingkat kesadaran yang dialami dengan memakai Glasgow Coma Scale (GCS)
k. Sistim Gatrointestinal (B4 = bowel)

Pada inspeksi :
  • Adakah jejas dan luka atau adanya organ yang luar.
  • Adakah distensi abdomen kemungkinan adanya perdarahan dalam cavum abdomen.
  • Adakah pernapasan perut yang tertinggal atau tidak.
  • Apakah kalau batuk terdapat nyeri dan pada quadran berapa, kemungkinan adanya abdomen iritasi.
Pada palpasi :
  • Adakah spasme / defance mascular dan abdomen.
  • Adakah nyeri tekan dan pada quadran berapa.
  • Kalau ada  vulnus sebatas mana kedalamannya.
Pada perkusi :
  • Adakah nyeri ketok dan pada quadran mana.
  • Kemungkinan – kemungkinan adanya cairan / udara bebas dalam cavum abdomen.
Pada Auskultasi :
  • Kemungkinan adanya peningkatan atau penurunan dari bising usus atau menghilang.
Pada rectal toucher :
  • Kemungkinan adanya darah / lendir pada sarung tangan.
  • Adanya ketegangan tonus otot / lesi pada otot rectum.
l. Sistim Urologi ( B5 = bladder)
  • Pada inspeksi adakah jejas pada tempat rongga pelvis dan adakah distensi pada tempat vesica urinaria serta bagaimana produksi urine dan warnanya.
  • Pada palpasi adakah nyeri tekan tempat vesica urinaria dan adanya distensi.
  • Pada perkusi adakah nyeri ketok pada tempat vesica urinaria.
m. Sistim Tulang dan Otot ( B6 = Bone )
  • Pada inspeksi adakah jejas dan kelaian bentuk extremitas terutama tempat pelvis.
  • Pada palpasi adakah ketidakstabilan pada tulang pinggul atau pelvis.
n. Pemeriksaan Penunjang :
o. Radiologi :
  • Foto BOF (Buick Oversic Foto)
  • Bila perlu thoraks foto.
  • USG (Ultrasonografi)
p. Laboratorium :
  • Darah lengkap dan sample darah (untuk transfusi), Disini terpenting Hb serial ½ jam sekali sebanyak 3 kali.
  • Urine lengkap (terutama ery dalam urine)
q. Elektro Kardiogram
  • Pemeriksaan ini dilakukan pada pasien usia lebih 40 tahun.

Diagnosa Keperawatan

Adapun duduk kasus perawatan yang actual maupun potensial pada penderita pre operatis stress berat tumpul abdomen yaitu sebagai berikut :
  1. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit sehubungan dengan terputusnya pembuluh darah arteri / vena suatu jaringan (organ abdomen) yang ditandai dengan adanya perdarahan, jejas atau luka dan distensi abdomen.
  2. Perubahan perfusi jaringan sehubngan dengan hypovolemia, penurunan suplai darah ke seluruh badan yang ditandai dengan suhu kulit penggalan akral dingin, capillary refill lebih dari 3 detik dan produksi urine kurang dari 30 ml/jam.
  3. Nyeri sehubungan dengan rusaknya jaringan lunak / organ abdomen yang ditandai dengan pasien menyatakan sakit bila perutnya ditekan, nampak menyeringai kesakitan.
  4. Cemas sehubungan dengan pengobatan pembedahan yang akan dilakukan yang ditandai dengan pasien menyatakan kekhawatirannya terhadap pembedahan, ekspresi wajah tegang dan gelisah.
  5. Kurangnya pengetahuan wacana pembedahan yang akan dilakukan sehubungan dengan kurangnya gosip / gosip inadquat yang itandai dengan pasien bertanya wacana dampak dari petaka yang dialami dan akhir dari pembedahan.

Perencanaan / Intervensi keperawatan

Diagnosa. 1

Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit sehubungan dengan terputusnya pembuluh darah arteri / vena suatu jaringan (organ abdomen) yang ditandai dengan adanya perdarahan, jejas atau luka dan distensi abdomen.

Tujuan :
  • Keseimbangan cairan badan teratasi.
  • Sirkulasi dinamik (perdarahan) sanggup diatasi.
Kriteria Hasil :
  • Cairan yang keluar seimbang , tidak didapat tanda-tanda – tanda-tanda dehidrasi.
  • Perdarahan yang keluar sanggup berhenti, tidak didapat anemis, Hb diatas 80 gr %
  • Tanda vital dalam batas normal.
  • Perkusi : Tidak didapatkan distensi abdomen.
Rencana Tindakan :
  • Kaji wacana cairan perdarahan yang keluar adakah citra klinik hipovolemic
  • Jelaskan wacana lantaran – akhir dari kekurangan cairan / perdarahan serta tindakan yang akan kita lakukan.
  • Observasi tanda-tanda – tanda-tanda vital, suhu, nadi,  tensi, respirasi dan kesadaran pasien setiap 15 menit atau 30 menit.
  • Batasi pergerakan yang tidak mempunyai kegunaan dan menambah perdarahan yang keluar.
  • Kolaborasi dengan tim medis dalam pelaksanaan : Pemberian cairan infus (RL) sesuai dengan kondisiMenghentikan perdarahan bila didapat stress berat tajam dengan jalan didrug (ditekan) atau diklem / ligasi, Pemasangan magslang dan katheter + uro – bag, Pemberian transfusi bila Hb krang dari 8 gr %, Pemasangan lingkar abdomen, Pemeriksaan EKG.
  • Kolaborasi dengan tim radiology dalam investigasi (BOF) dan foto thoraks.
  • Kolaborasi dengan tim analis dalam investigasi (DL : darah lengkap) (Hb serial) dan urine lengkap.
  • Monitoring setiap tindakan perawatan / medis yang dilakukan serta catat dilembar observasi.
  • Monitoring cairan yang masuk dan keluar serta perdarahan yang keluar dan catat dilembar observasi.
  • Motivasi kepada klien dan keluarga wacana tindakan perawatan / medis selanjutnya.

Diagnosa. 2

Perubahan perfusi jaringan sehubungan dengan hypovolemia, penurunan suplai darah ke seluruh badan yang ditandai dengan suhu kulit penggalan akral dingin, capillary refill lebih dari  3  detik dan produksi urine kurang dari 30 ml/jam.

Tujuan :
  • Tidak terjadi / mempertahankan perfusi jaringan dalam kondisi normal.
Kriteria hasil :
  • Status haemodinamik dalam kondisi normal dan stabil.
  • Suhu dan warna kulit penggalan akral hangat dan kemerahan.
  • Capillary reffil kurang dari 3 detik.
  • Produksi urine lebih dari 30 ml/jam.
Rencana Tindakan 
  • Kaji dan monitoring kondisi pasien termasuk Airway, Breathing dan Circulation serta kontrol adanya perdarahan.
  • Lakukan investigasi Glasgow Coma scale (GCS) dan pupil.
  • Observasi tanda – tanda vital setiap 15 menit.
  • Lakukan investigasi Capillary reffil, warna kulit dan kehangatan penggalan akral.
  • Kolaborasi dalam sumbangan cairan infus.
  • Monitoring input dan out put terutama produksi urine.

Diagnosa.3 

Nyeri sehubungan dengan rusaknya jaringan lunak / organ abdomen yang ditandai dengan pasien menyatakan sakit bila perutnya ditekan, nampak menyeringai kesakitan.

Tujuan :
  • Rasa nyeri yang dialami klien berkurang / hilang.
Kriteria hasil :
  • Klien menyampaikan nyerinya berkurang atau hilang.
  • Klien nampak tidak menyeringai kesakitan.
  • Tanda – tanda vital dalam batas normal.
Rencana Tindakan :
  • Kaji wacana kualitas, intensitas dan penyebaran nyeri.
  • Beri klarifikasi wacana lantaran dan akhir nyeri, serta jelaskan wacana tindakan yang akan dilakukan.
  • Berikan posisi pasien yang nyaman dan hindari pergerakan yang sanggup menimbulkan rangsangan nyeri.
  • Berikan tekhnik relaksasi untuk mengurangi rasa nyeri dengan jalan tarik napas panjang dan dikeluarkan secara perlahan – lahan.
  • Observasi tanda – tanda vital, suhu, nadi, pernafasan dan tekanan darah.
  • Kolaborasi dengan tim medis dalam sumbangan obat analgesik bilamana dibutuhkan, (lihat penyebab utama) 

Diagnosa.4 

Cemas sehubungan dengan pengobatan pembedahan yang akan dilakukan yang ditandai dengan pasien menyatakan kekhawatirannya terhadap pembedahan, ekspresi wajah tegang dan gelisah.

Tujuan :
  • Kecemasan sanggup diatasi.
Kriteria hasil :
  • Klien menyampaikan tidak cemas.
  • Ekspresi wajah klien tampak damai dan tidak gelisah.
  • Klien sanggup memakai koping mekanisme yang efektif secara fisik – psiko untuk mengurangi kecemasan.
Rencana Tindakan :
  • Indetifikasi tingkat kecemasan dan persepsi klien menyerupai takut dan cemas serta rasa kekhawatirannya.
  • Kaji tingkat pengetahuan klien terhadap petaka yang dihadapi dan pengobatan pembedahan yang akan dilakukan.
  • Berikan kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaannya.
  • Berikan perhatian dan menjawab semua pertanyaan klien untuk membantu mengungkapkan perasaannya.
  • Observasi tanda – tanda kecemasan baik mulut dan non verbal.
  • Berikan klarifikasi setiap tindakan persiapan pembedahan sesuai dengan prosedur.
  • Berikan dorongan moral dan sentuhan therapeutic.
  • Berikan klarifikasi dengan memakai bahasa yang sederhana wacana pengobatan pembedahan dan tujuan tindakan tersebut kepada klien beserta keluarga.

Diagnosa.5 

Kurangnya pengetahuan wacana pembedahan yang akan dilakukan sehubungan dengan kurangnya gosip wacana lantaran dan akhir dari stress berat serta dampak dari pembedahan yang ditandai dengan pasien / keluarga sering bertanya dari petugas yang satu ke petugas yang lain, klien / keluarga nampak belum kooperatif.

Tujuan :
  • Klien / keluarga mengerti dan memahami wacana tindakan pembedahan yang akan dilakukan.
Kriteria hasil :
  • Klien / keluarga memahami mekanisme dan tindakan yang akan dilakukan.
  • Klien kooperatif setiap tindakan yang terkait dengan persiapan pembedahan.
Rencana Tindakan :
  • Kaji tingkat pengetahuan klien / keluarga.
  • Jelaskan secara sederhana wacana pengobatan yang dilakukan dengan jalan pembedahan.
  • Diskusikan wacana hal – hal yang bekerjasama dengan mekanisme pembedahan dan proses penyembuhan.
  • Berikan perhatian dan kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaannya.
  • Anjurkan klien untuk berpartisipasi selama dalam perawatan.
  • Lakukan check list untuk persiapan pre operasi antara lain informed consent, alat/obat dan persiapan darah untuk transfusi.

Pelaksanaan keperawatan / Implementasi

Dalam pelaksanaan sesuai dengan planning perawatan dengan modifikasi sesuai dengan kondisi pasien dan kondisi ruangan dan asuhan perawatan yang telah dilakukan di tulis pada lembar catata perawatan sesuai dengan tanggal, jam, serta tanda tangan, nama yang melakukan.


Evaluasi

Evaluasi dilaksanakan setiap ketika sesudah planning perawatan dilakukan serta ssat pasien pindah dari IRD, sedangkan cara melaksanakan penilaian sesuai dengan criteria keberhasilan pada tujuan planning perawatan. Dengan demikian penilaian sanggup dilakukan sesuai dengan criteria / sasaran secara rinci di tulis pada lembar catatan perkembangan yang berisikan S-O-A-P-I-E-R  (data Subyek, Obyek, Assesment, Implemetasi, Evaluasi dan Revisi.). Dari catatan perkembangan ini seorang perawat sanggup mengetahui beberapa hal antara lain :
  1. Apakah datanya sudah relevan dengan kondisi ketika ini.
  2. Apakah ada data perhiasan selama melaksanakan intervensi (perencanaan perawatan).
  3. Adakah tujuan perencanaan yang belum tercapai.
  4. Tujuan perencanaan perawatan manakah yang belum tercapai.
  5. Apakah perlu adanya perubahan dalam perencanaan perawatan.

Daftar Pustaka
  • American Callege Of Surgeons. 1997. Advced Trauma Life Suport (ATLS) for Doctors, Edition 6, Amerika Serikat.
  • Departemen Kesehatan RI. 1990. Pusat Diklat Tenaga Kesehatan, Penerapan Proses Keperawatan Pada Klien Gangguan Sistem Pernafasan. Depkes RI.
  • Horison’ s. Gangguan Saluran Pencernaan, Edisi 9 Terjemahan Adji Dharma, EGC Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta.
  • Dolan T. Joant. 1991. Critical Care Nursing Clinical Management Through The Nursing Proces, New York. Amerika Serikat, FA Davis Company. Philadephia.
  • Doenges E. Marilyn. Et  All. 1987. Nursing Care Plans,  Edition 2, Company Philadephia.
  • Wolf. Weitzel. Fuest. 1984. Dasar – Dasar Ilmu Keperawatan. Jakarta. PT Gunung Agung.
Untuk mendownload laporan pendahuluan stress berat abdomen pdf dan doc, dibawah :
Alternatif
Demikian laporan pendahuluan / LP stress berat abdomen lengkap dan terbaru, download pdf dan doc kami bagikan, biar bisa membantu sahabat - sahabat perawat sekalian dalam menuntaskan kiprah keperawatan, terima kasih.
 
Top