Kami bagikan laporan pendahuluan / LP hernia pdf dan doc.

Teman-teman perawat dimanapun berada kali ini kami posting laporan pendahuluan / LP hernia lengkap, yang telah kami susun menurut beberapa refferensi terpercaya, menyerupai buku -buku medis dan keperawatan.

Laporan pendahuluan / LP hernia ini terdiri dari tinjauan teori yaitu pembahasan ihwal hernia mulai dari pengertian, etiologi, patofisiologi, pathway tanda dan tanda-tanda sampai penatalaksanaan juga dilengkapi dengan konsep asuhan keperawatan dan daftar pustaka.

Laporan pendahuluan hernia ini juga kami sediakan dalam format doc dan pdf dengan tujuan mempermudah sahabat perawat sekalian, yang sanggup idownload melalui link unduhan yang telah kami sematkan diakhir artikel ini.

Laporan Pendahuluan Hernia

Definisi 

Hernia Adalah suatu benjolan/penonjolan isi perut dari rongga normal melalui lubang kongenital atau didapat. 

Hernia Adalah penonjolan usus melalui lubang abdomen atau lemahnya area dinding abdomen.

Dari definisi di atas sanggup disimpulkan bahwa hernia ialah penonjolan dari isi perut dalam rongga normal melalui lubang yang kongenital ataupun didapat.


Klasifikasi

1. Menurut/tofografinya : hernia inguinalis, hernia umbilikalis, hernia femoralis dan sebagainya.
2. Urut isinya : hernia usus halus, hernia omentum, dan sebagainya.
3. Menurut terlibat/tidaknya : hernia eksterna (hernia ingunalis, hernia serofalis dan sebagainya).
Hernia inferna tidak terlihat dari luar (hernia diafragmatika, hernia foramen winslowi, hernia obturatoria).
4. Causanya : hernia congenital, hernia traumatika, hernia visional dan sebagainya.
5. Keadaannya : hernia responbilis, hernia irreponibilis, hernia inkarserata, hernia strangulata.
6. Nama penemunya : 
  •  H. Petit (di kawasan lumbosakral)
  • H. Spigelli (terjadi pada lenea semi sirkularis) di atas penyilangan rasa epigastrika inferior pada muskulus rektus abdominis belahan lateral.
  • H. Richter : yaitu hernia dimana hanya sebagian dinding usus yang terjepit.
7. Beberapa hernia lainnya : 
  • H. Pantrolan ialah hernia inguinalis dan hernia femoralis yang terjadi pada satu sisi dan dibatasi oleh rasa epigastrika inferior.
  • H. Skrotalis ialah hernia inguinalis yang isinya masuk ke skrotum secara lengkap.
  • H. Littre ialah hernia yang isinya ialah divertikulum Meckeli.

Etiologi

Beberapa factor yang sanggup menjadi aktivis hernia ialah sebagai berikut : 

1. Umur

Penyakit ini sanggup diderita oleh semua kalangan tua, muda, laki-laki maupun wanita. Pada Pasien – pasien penyakit ini disebabkan lantaran kurang sempurnanya procesus vaginalis untuk menutup seiring dengan turunnya testis. Pada orang bakir balig cukup akal khususnya yang telah berusia lanjut disebabkan oleh melemahnya jaringan penyangga usus atau lantaran adanya penyakit yang mengakibatkan peningkatan  tekanan dalam rongga perut (Giri Made Kusala, 2009).

2. Jenis Kelamin

Hernia yang sering diderita oleh laki – laki biasanya ialah jenis hernia Inguinal. Hernia Inguinal ialah penonjolan yang terjadi pada kawasan selangkangan, hal ini disebabkan oleh proses perkembangan alat reproduksi. Penyebab lain kaum adam lebih banyak terkena penyakit ini disebabkan lantaran faktor profesi, yaitu pada buruh angkat atau buruh pabrik. Profesi  buruh yang sebagian besar pekerjaannya  mengandalkan kekuatan otot menimbulkan adanya peningkatan tekanan dalam rongga perut sehingga menekan isi hernia keluar dari otot yang lemah tersebut (Giri Made Kusala, 2009).

3. Penyakit penyerta

Penyakit penyerta yang sering terjadi pada hernia ialah menyerupai pada kondisi tersumbatnya saluran kencing, baik akhir kerikil kandung kencing atau pembesaran prostat, penyakit kolon, batuk kronis, sembelit atau konstipasi kronis dan lain-lain. Kondisi ini sanggup memicu terjadinya tekanan berlebih pada abdomen yang sanggup mengakibatkan keluarnya usus melalui rongga yang lemah ke dalam kanalis inguinalis.

4. Keturunan

Resiko lebih besar jikalau ada keluarga terdekat yang pernah terkena hernia.

5. Obesitas

Berat tubuh yang berlebih mengakibatkan tekanan berlebih pada tubuh, termasuk di belahan perut. Ini sanggup menjadi salah satu aktivis hernia. Peningkatan tekanan tersebut sanggup menjadi aktivis terjadinya prostrusi atau penonjolan organ melalui dinding organ yang lemah.

6. Kehamilan

Kehamilan sanggup melemahkan otot di sekitar perut sekaligus memberi tekanan lebih di belahan perut. Kondisi ini juga sanggup menjadi aktivis terjadinya hernia.

7. Pekerjaan

Beberapa jenis pekerjaan yang membutuhkan daya fisik sanggup mengakibatkan terjadinya hernia. Contohnya, pekerjaan buruh angkat barang. Aktivitas yang berat sanggup menimbulkan peningkatan tekanan yang terus-menerus pada otot-otot abdomen. Peningkatan tekanan tersebut sanggup menjadi aktivis terjadinya prostrusi atau penonjolan organ melalui dinding organ yang lemah.

8. Kelahiran prematur

Bayi yang lahir prematur lebih berisiko menderita hernia inguinal daripada bayi yang lahir normal lantaran penutupan kanalis inguinalis belum sempurna, sehingga memungkinkan menjadi jalan bagi keluarnya organ atau usus melalui kanalis inguinalis tersebut. Apabila seseorang pernah terkena hernia, besar kemungkinan ia akan mengalaminya lagi. (Giri Made Kusala, 2009).


Patofisiologi

Hernia sanggup dijumpai pada setiap usia. Lebih banyak pada laki-laki ketimbang pada perempuan. Berbagai faktor penyebab berperan pada pembentukan pintu masuk hernia pada anulus internus yang cukup lebar sehingga sanggup dilalui oleh kantong dan isi hernia. Selain itu, dibutuhkan pula faktor yang sanggup mendorong isi hernia melewati pintu yang sudah terbuka cukup lebar itu. 

Faktor yang dipandang berperan kausal ialah adanya prosesus vaginalis yang terbuka, peninggian tekanan di dalam rongga perut, dan kelemahan otot dinding perut lantaran usia.Kanalis inguinalis ialah susukan yang normal pada fetus. Pada bulan ke-8 kehamilan, terjadi desensus testis melalui susukan tersebut. Penurunan testis tersebut akan menarik peritonium ke kawasan skrotum sehingga terjadi penonjolan peritoneum yang disebut dengan prosesus vaginalis peritonei. 

Pada bayi yang sudah lahir, umumnya prosesus ini telah mengalami obliterasi sehingga isi rongga perut tidak sanggup melalui kanalis tersebut. Namun dalam beberapa hal, kanalis ini tidak menutup. Karena testis kiri turun terlebih dahulu, maka kanalis inguinalis kanan lebih sering terbuka. Bila kanalis kiri terbuka maka biasanya yang kanan juga terbuka. 

Dalam keadaan normal, kanalis yang terbuka ini akan menutup pada usia 2 bulan. Bila prosesus terbuka terus (karena tidak mengalami obliterasi) akan timbul hernia inguinalis lateralis kongenital (Erfandi, 2009).Pada orang renta kanalis inguinalis telah menutup. Namun lantaran merupakan lokus minoris resistensie, maka pada keadaan yang mengakibatkan tekanan intra-abdominal meningkat, susukan tersebut sanggup terbuka kembali dan timbul hernia inguinalis lateralis akuisita. Kelemahan otot dinding perut antara lain terjadi akhir kerusakan Nervus Ilioinguinalis dan Nervus Iliofemoralis sehabis apendiktomi(Erfandi, 2009).

Pathway Hernia


Tanda dan Gejala

Umumnya penderita menyatakan turun berok, burut atau kelingsir atau menyatakan adanya benjolan di selakanganya/kemaluan.bnjolan itu sanggup mengecil atau menghilang, dan bila menangis mengejan waktu defekasi/miksi, mengangkat benda berat akan timbul kembali. Dapat pula ditemukan rasa nyeri pada benjolan atau tanda-tanda muntah dan mual bila telah ada komplikasi.

Menurut Arief Mansjoer (2004), manifestasi klinis dari hernia ialah sebagai berikut :
  1. Nyeri Kolik Menetap
  2. Suhu Badan Normal Normal/meninggi
  3. Denyut Nadi Normal/meninggi Meninggi/tinggi sekali
  4. Leukosit Normal Leukositosis
  5. Rangsang peritoneum Tidak Jelas
  6. Adanya benjolan (biasanya asimptomatik), Keluhan yang timbul berupa adanya  benjolan di kawasan inguinal dan atau skrotal yang hilang timbul. Timbul bila terjadi peningkatan tekanan intra peritoneal contohnya mengedan, batuk-batuk, tertawa, atau menangis. Bila pasien tenang, benjolan akan hilang secara spontan.
  7. Nyeri, Keluhan nyeri pada hernia ini jarang dijumpai, kalaupun ada dirasakan di kawasan epigastrium atau para umbilikal berupa nyeri viseral akhir regangan pada mesenterium sewaktu satu segmen usus halus masuk ke dalam kantung hernia (Jennifer, 2007). Bila usus tidak sanggup kembali lantaran jepitan oleh anulus inguinalis, terjadi gangguan pembuluh darah dan gangguan pasase segmen usus yang terjepit. Keadaan ini disebut hernia strangulata. Secara klinis keluhan pasien ialah rasa sakit yang terus menerus.
  8. Gangguan pasase usus menyerupai abdomen kembung dan muntah.
  9. Pada Inspeksi : ketika pasien mengedan sanggup dilihat hernia inguinalis lateralis muncul sebagai penonjolan diregio ingunalis yang berjalan dari lateral atas ke medial bawah.
  10. Palpasi: kantong hernia yang kosong sanggup diraba pada funikulus spermatikus sebagai ukiran dari dua lapis kantong yang memperlihatkan sensasi ukiran dua permukaan sutera. Tanda ini disebut tanda sarung tangan sutera, tetapi umumnya tanda ini sukar ditentukan. Kalau kantong hernia berisi organ maka tergantung isinya,
  11. Pada palpasi mungkin teraba usus, omentum ( menyerupai karet ), atau ovarium.

Pemeriksaan Penunjang
  1. Riwayat penyakit dan investigasi fisik.
  2. Herniografi.
  3. USG
  4. CT dan MRI
  5. Laparaskopi
  6. Operasi Eksplorasi(Hudack& Gallo, 2007).

Penatalaksanaan
  • Pada hernia inguinalis lateralis reponibilis maka dilakukan tindakan bedah efektif lantaran ditakutkan terjadi komplikasi.
  • Pada yang ireponibilis, maka diusahakan semoga isi hernia sanggup dimasukkan kembali. Pasien istirahat baring dan dipuasakan atau menerima diit halus. Dilakukan tekanan yang kontinyu pada benjolan contohnya dengan bantal pasir. Baik juga dilakukan kompres es untuk mengurangi pembengkakan. Lakukan perjuangan ini berulang-ulang sehingga isi hernia masuk untuk kemudian dilakukan bedah efektif di kemudian hari atau menjadi inkarserasi.
  • Pada inkerserasi dan strangulasi maka perlu dilakukan bedah darurat. Tindakan bedah pada hernia ini disebut herniotomi (memotong hernia dan herniorafi (menjahit kantong hernia). Pada bedah efektif manalis dibuka, isi hernia dimasukkan,kantong diikat dan dilakukan “bassin plasty” untuk memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis. Pada bedah darurat, maka prinsipnya menyerupai bedah efektif. Cincin hernia eksklusif dicari dan dipotong. Usus dilihat apakah vital/tidak. Bila tidak dikembalikan ke rongga perut dan bila tidak dilakukan reseksi usus dan anastomois “end to end”. 

Konsep Asuhan Keperawatan

Pengkajian

a. Status Respiratori

Kebebasan saluran nafas, kedalaman bernafas, kecepatan, sifatnya. Bunyi nafas : ada dan sifatnya.

b. Status Sirkulatori

Nadi, tekanan darah, suhu, warna kulit, pengisian kapiler.

c. Status Neurologis

Tingkat kesadaran, penurunan tingkat kesadaran merupakan tanda-tanda shock dan harus segera dilaporkan kepada hebat bedah dan disertai tanda-tanda lain yang jelas.

d. Balutan 

Keadaan balutan, terdapat drain, terdapat selang yang harus disambung dengan system drainase.

e. Kenyamanan 

Terdapat nyeri, mual, muntah, perilaku tidur yang nyaman dan memperlancar ventilasi.

f. Keamanan

Terdapat  pengaman  pada  tempat  tidur, alergi  atau sensitive terhadap  obat,  makanan,  plester,  larutan.  Munculnya proses infeksi ; demam. (Long, 1996, hal 60)


Diagnosa Keperawatan
  1. Nyeri (khususnya dengan mengedan) yang berafiliasi dengan kondisi hernia atau intervensi pembedahan.
  2. Retensi urine (resiko terhadap hal yang sama) yang berafiliasi dengan nyeri, stress berat dan penggunaan anestetik selama pembedahan abdomen. 
  3. Kurang pengetahuan : potensial komplikasi GI yang berkenaan dengan adanya hernia dan tindakan yang sanggup mencegah kekambuhan mereka.

Intervensi Keperawatan

Diagnosa Keperawatan. 1

Nyeri (khususnya dengan mengedan) yang berafiliasi dengan kondisi hernia atau intervensi pembedahan.

Kriteria Hasil : 
  • dalam 1 jam intervensi, persepsi subjektif klien ihwal ketidaknyamanan menurun menyerupai ditunjukkan skala nyeri.
  • Indikator objektif menyerupai meringis tidak ada/menurun.
Intervensi
  • Kaji dan catat nyeri
  • Beritahu pasien untuk menghindari mengejan, meregang, batuk dan mengangkat benda yang berat.
  • Ajarkan bagaimana bila memakai dekker (bila diprogramkan).
  • Ajarkan pasien pemasangan penyokong skrotum/kompres es yang sering diprogramkan untuk membatasi edema dan mengendalikan nyeri.
  • Berikan analgesik sesuai program.
Diagnosa Keperawatan. 2

Retensi urine (resiko terhadap hal yang sama) yang berafiliasi dengan nyeri, stress berat dan penggunaan anestetik selama pembedahan abdomen. 

Kriteria Hasil : 
  • dalam 8-10 jam pembedahan, pasien berkemih tanpa kesulitan. 
  • Haluaran urine >100 ml selama setiap berkemih dan adekuat (kira-kira 1000-1500 ml) selama periode 24 jam.
  • Kaji dan catat distensi suprapubik atau keluhan pasien tidak sanggup berkemih.
  • Pantau haluarna urine. Catat dan laporkan berkemih yang sering < 100 ml dalam suatu waktu.
  • Permudah berkemih dengan mengimplementasikan : pada posisi normal untuk berkemih rangsang pasien dengan mendengar air mengalir/tempatkan pada bejana hangat.
Diagnosa Keperawatan. 3

Kurang pengetahuan : potensial komplikasi GI yang berkenaan dengan adanya hernia dan tindakan yang sanggup mencegah kekambuhan mereka. 

Kriteria Hasil : setelah  instruksi, pasien mengungkapkan pengetahuan ihwal tanda dan tanda-tanda komplikasi GI dan menjalankan tindakan yang diprogramkan oleh pencegahan.

Intervensi
  • Ajarkan pasien untuk waspada dan melaporkan nyeri berat, menetap, mual dan muntah, demam dan distensi abdomen, yang sanggup memperberat awitan inkarserasi/strangulasi usus.
  • Dorong pasien untuk mengikuti regumen medis : penggunaan dekker atau penyokong lainnya dan menghindari mengejan meregang, konstipasi dan mengangkat benda yang berat.
  • Anjurkan pasien untuk mengkonsumsi diit tinggi residu atau memakai suplement diet serat untuk mencegah konstipasi, anjurkan masukan cairan sedikitnya 2-3 l/hari untuk meningkatkan konsistensi feses lunak.
  • Beritahu pasien mekanika tubuh yang tepat untuk bergerak dan mengangkat.

Daftar Pustaka
  • Core Principle and Practice of Medical Surgical Nursing. Ledmann’s.
  • Kapita Selekta Kedokteran. Edisi II. Medica Aesculaplus FK UI. 1998.
  • Keperawatan Medikal Bedah. Swearingen. Edisi II. EGC. 2001.
  • Keperawatan Medikal Bedah. Charlene J. Reeves, Bayle Roux, Robin Lockhart. Penerjemah Joko Setyono. Penerbit Salemba  Media. Edisi I. 2002.
  • Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Bagian Bedah Staf Pengajar UI. FK UI.
Untuk mendownload laporan pendahuluan / LP Hernia lengkap, dibawah :
Link Alternatif
Demikian laporan pendahuluan / LP hernia lengkap, download doc dan pdf kami bagikan, semoga sanggup membantu teman-teman perawat sekalian sebagai refferensi dalam pembuatan kiprah keperawatan, menyerupai askep, makalah dan LP itu sendiri. Terima kasih.
 
Top