Tak bosan-bosan rasanya kami terus berusaha memposting tugas-tugas keperawatan yang satu ini yaitu laporan pendahuluan atau lebih sering disingkat LP.

Kalau sebelumnya telah kami bagikan laporan pendahuluan dengan banyak sekali judul, kali ini kami bagikan laporan pendahuluan / LP dengan pembahasan decompensasi cordis atau gagal jantung yaitu suatu kondisi dimana jantung seseorang tidak bisa lagi untuk memompa darah keseluruh penggalan tubuh.

Laporan pendahuluan / LP decompensasi cordis (DC) / gagal jantung ini teridiri dari tinjauan teori dan konsep asuhan keperawatan yang dilengkapi dengan pathway dan daftar pustaka, yang telah kami susun selengkap mungkin, berdasarkan buku-buku medis dan keperawatan.

Bertujuan mempermudah teman-teman sejawat sekalian dalam pembuatan kiprah LP ataupun askep laporan pendahuluan / LP decompensasi cordis (DC) / gagal jantung ini kami sediakan format doc dan pdf, yang bisa didownload melalui link unduhan yang kami sematkan diakhir artikel ini.

Laporan pendahuluan decompensasi cordis


Pengertian

Decompensasi cordis (DC) / Gagal Jantung yaitu keadaan patofisiologik dimana jantung pompa tidak bisa memenuhi kebutuhan darah untuk metabolisme jaringan (Price, 1994: 583). 

Pengertian lain menyebutkan bahwa dekompensasi cordis (DC) / Gagal jantung yaitu ketidakmampuan jantung memompakan darah untuk memenuhi kebutuhan metabolisme dan kebutuhan oksigen jaringan (Doenges, 2000: 48). 

Decompensasi cordis (DC) / Gagal jantung gagal jantung yaitu suatu keadaan ketika jantung tidak bisa mempertahankan sirkulasi yang cukup bagi kebutuhan tubuh, meskipun tekanan vena normal (Muttaqin, 2012).

Decompensasi cordis (DC) / gagal jantung yaitu sindrome klinis (sekumpulan tanda dan gejala) yang ditandai dengan sesak nafas dan fatik ketika istirahat atau ketika kegiatan yang disebabkan oleh kelainan struktur atau fungsi pada jantung (Nurarif dan Kusuma, 2013).

Gagal jantung yaitu suatu kondisi dimana jantung mengalami kegagalan dalam memompa darah guna mencukupi kebutuhan sel-sel tubuh akan nutrien dan okseigen secara adekuat (Udjiati, 2013).

Dari pengertian diatas sanggup diambil kesimpulan bahwa dekompensasi cordis / yang sering disingkat dengan DC merupakan keadaan jantung yang sudah tidak bisa lagi memompa darah sesuai dengan kebutuhan tubuh.   


Klasifikasi :

Berdasarkan penggalan jantung yang mengalami kegagalan pemompaan, gagal jantung terbagi :

1. Gagal Jantung Kiri

Pada gagal jantung kiri terjadi dyspneu d’effort, fatigue, orthopnea dispnea nocturnal paroksismal, batuk, pembesaran jantung, irama derap, ventricular heaving, suara derap S3 dan S4, pernafasan cheyne stokes, takikardi, pulsusu alternans, ronkhi dan kongesti vena pulmonalis.

2. Gagal Jantung Kanan

Pada gagal jantung kanan timbul edema, liver engorgement, anoreksia, dan kembung. Pada investigasi fisik didapatkan hipertrofi jantung kanan, heaving ventrikel kanan, irama derap antrium kanan, murmur, tanda-tanda penyakit paru kronik, tekanan vena jugularis meningkat, suara P2 mengeras, asites, hidrothoraks, peningkatan tekanan vena, hepatomegali dan pitting edema.

3. Gagal Jantung Kongestif

Pada gagal jantung kongestif terjadi manifestasi adonan gagal jantung kiri dan kanan. 

New York Heart Association (NYHA) menciptakan klafisikasi fungsional dalam 4 kelas :
  • Kelas 1 : Bila pasien sanggup melaksanakan aktifitas berat tanpa keluhan
  • Kelas 2 : Bila paien tidak sanggup melaksanakan aktifitas lebih berat dari aktifitas sehari tanpa keluhan.
  • Kelas 3 : Bila pasien tidak sanggup melaksanakan aktifitas sehari-hari tanpa keluhan
  • Kelas 4 : Bila pasien sama sekali tidak sanggup melaksanakan aktifitas apapun dan harus tirah baring. (Nanda, 2012 : 108)

Etiologi

Menurut Price (1994:584) decompensasi cordis yaitu sebagai berikut:

1. Kelainan mekanis.

a. Peningkatan beban tekanan
  • Sentral (stenosis aorta dan sebagainya) 
  • Perifer (hipertensi sistemik dan sebagainya)   
b. Peningkatan beban volume (regurgitasi katub, pirau, peningkatan beban awal dan sebagainya)

c. Obstruksi terhadap pengisian ventrikel (stenosis mitralis atau trikus pidalis).

d. Tamponade perikardium.

e. Restriksi endokardium atau miokardium.

f. Aneurisme ventrikel.

g. Dis sinergi ventrikel.  

2. Kelainan miokardium

a. Primer
  • Kardiomiopati.
  • Miokarditis.
  • Kelainan metabolik.
  • Toksisitas, (alkohol, obat dan sebagainya).
  • Presbikardia. 
b. Kelainan dis-dinamik sekunder (sekunder terhadap kelainan mekanis) .
  • Kekurangan oksigen (penyakit jantung koroner).
  • Kelainan metabolik.
  • Inflamasi.
  • Penyakit sistemik.
  • Penyakit paru obstruktif menahun.
3. Berubahnya irama jantung atau urutan konduksi.

a. Henti jantung.

b. Fibrilasi.

c. Takikardi atau bradikardi yang berat.

d. Asinkronisasi listrik, gangguan konduksi.


Patofisiologi

Patofisiologi decompensasi cordis/ gagal jantung berdasarkan Price (1994: 583) yaitu sebagai berikut:

1. Gagal jantung kiri

Kegagalan dari pemompaan oleh ventrikel kiri menjadikan curah jantung menurun. Akibat ke depan menimbulkan tanda-tanda kelemahan atau kelelahan. Sedangkan akhir ke belakang menjadikan toleran dan volume final diastole meningkat sehingga terjadi bendungan vena pulmonalis, kemudian terjadi di paru-paru. Akibat adanya sisa tekan di ventrikel kiri menjadikan rangsang hipertrofi sel yang menimbulkan kardiomegali. Beban atrium kiri meningkat dan akibatnya terjadi peningkatan beban vena pulmonalis, kemudian mendesak paru-paru dan akibatnya terjadi oedema. Hemoptisis sanggup terjadi pada dekompensasi kordis lantaran dinding kapiler jantung sangat tipis dan rentan sehingga sanggup menjadikan perdarahan. 

2. Gagal jantung kanan

Gangguan pompa ventrikel kanan menjadikan aliran darah ke paru-paru menurun ada akibatnya curah jantung menurun. Tekanan dan volume final diastole ventrikel meningkat sehingga terjadi bendungan di atrium kanan yang menjadikan bendungan vena kava. Akibat bendungan di vena kava maka aliran vena hepatikum, vena dari lien terbendung akibatnya timbul hepatosplenomegali, asites, edema perifer terutama kaki.   

Pathway

Manifestasi klinis

Klasifikasi fungsional dari the new york heart association umum digunakan untuk menyatakan korelasi antara awal tanda-tanda dan derajat latihan fisik yaitu:
  • Kelas I  : Bila klien sanggup melaksanakan kegiatan berat tanpa keluhan.
  • Kelas II : Bila klien tidak sanggup melaksanakan kegiatan lebih berat dari kegiatan sehari-hari tanpa keluhan.
  • Kelas III: Bila klien tidak sanggup melaksanakan kegiatan sehari-hari tanpa keluhan.
  • Kelas IV: Bila klien sama sekali tidak sanggup melaksanakan kegiatan apapun, klien harus tirah baring.
Adapun tanda dan gejalanya berdasarkan Chung (1995: 234-236) yaitu sebagai berikut:
  1. Kelelahan/ kelemahan.
  2. Dispnea. 
  3. Ortopne.
  4. Dispnue nokturia paroksimal.
  5. Batuk.
  6. Nokturia.
  7. Anoreksia.
  8. Nyeri kuadran kanan atas.
  9. Takikardia.
  10. Pernapasan cheyne-stokes.
  11. Sianosis.
  12. Ronkhi basah
  13. Peninggian tingkat pulsasi vena jugularis.
  14. Hepatosplenomegali.
  15. Asites.
  16. Edema perifer 

Pemeriksaan Penunjang

Adapun investigasi penunjang yang dilakukan untuk membantu menegakkan diagnosa yaitu sebagai berikut :
  1. Ekikardiografi       : untuk mmperkirakan ukuran dan fungsi ventrikel kiri
  2. Rontgen dad          : untuk menawarkan adanya hipertensi vena, edema paru atau kardiomegali
  3. Elektrokardiografi : untuk melihat adanya perubahan kalium sesudah pemakaian duretik. (Muttaqin, 2009 : 216)

Penatalaksanaan

1. Pemberian oksigen

Pemberian oksigen terutama pada klien gagal jantung disertai dengan edema paru. Pemenuhan oksigen akan mengurangi kebutuhan miokardium dan membantu memenuhi kebutuhan oksigen tubuh.

2. Terapi nitrat dan vasodilatasi

Penggunaan nitrat baik secara akut maupun kronis tengah didukung dalam pelaksanaan gagal jantung. Dengan menimbulkan vasodilatasi perifer, jantung diunloaded (penurunan afterload), pada peningkatan curah jantung lanjut penurunan pulmonary arteri wedge pressure (pengukuran yang menawarkan derajat kongesti vaskuler pulmonal dan beratnya gagal ventrikel kiri), serta penurunn pada O2 miokard.

3. Diuretik

Akan menurunkan preload dan kerja jantung, diuretik mempunyai imbas antihipertensi dengan meningkatkan pelepasan air dan garam natrium. Hal ini menimbulkan penurunan volume cairan dan merendahkan tekanan darah.

4. Diuretik kuat

Bekerja dengan ansa nenle dengan menghambat transportasi klorida terhadap natrium terhadap sirkulasi (menghambat reabsorbsi natrium pasif).


Komplikasi

Adapun Komplikasi yang bisa ditimbulkan dari decompensasi cordis ialah sebagai berikut :
  1. Syok kardiogenik
  2. Aritmia
  3. Ruptur miokard
  4. Kematian


Konsep Asuhan Keperawatan

Pengkajian 

Menurut Doenges (2000: 52) pengkajian fokusnya yaitu sebagai berikut:

1. Aktivitas/ istirahat.
  • Gejala : Keletihan atau kelelahan terus menerus sepanjang hari, insomnia, nyeri dada dengan aktivitas, dispnea pada istirahat atau pada pengerahan tenaga.
  • Tanda : Gelisah, perubahan status menilai mental, misal letargi, tanda vital berubah pada aktivitas. 
2. Sirkulasi
  • Gejala : Riwayat hipertensi, episode gagal jantung kiri (sebelumnya), penyakit katub jantung, endokarditis, sistemik lupus erythematosus, anemia, syok septik. Bengkak pada kaki, telapak kaki, abdomen :sabuk terlalu ketat” (pada gagal penggalan kanan).
  • Tanda : Tekanan darah mungkin darah rendah (gagal pemompaan), normal (GJK ringan atau kronis) atau tinggi (kelebihan beban cairan). Tekanan nadi mungkin sempit, menawarkan penurunan volume sekuncup, frekuensi jantung takikardia (gagal jantung kiri). Bunyi jantung: S2 (gallop) yaitu diagnostik, S4 sanggup terjadi, S1 dan S2 mungkin melemah. Murmur sistolik dan diastolik sanggup pertanda adanya stenosis katub atau insufisiensi. Punggung kuku: pucat atau sianotik dengan pengisian kapiler lambat. Hepar: pembesaran atau sanggup teraba: reflek hepatojugularis. Bunyi napas: brekels, ronki. 
3. Integritas ego
  • Gejala : Ansietas, kuatir, batuk, stres yang bekerjasama dengan penyakit atau keprihatinan finansial.
  • Tanda : Berbagai manifestasi prilaku, misal ansietas, marah, ketakutan, gampang tersinggung. 
4. Eliminasi
  • Gejala : Penurunan berkemih, abdomen berwarna gelap, berkemih malam hari, diare atau konstipasi.
5. Makanan/ cairan.
  • Gejala : Kehilangan nafsu makan, mual/ muntah, penambahan BB signifikan, pembengkakan pada ekstremitas bawah, pakaian atau sepatu sesak, diet tinggi garam atau masakan yang telah diproses, lemak, gula dan kafein, penggunaan diuritik.
  • Tanda : Penambahan berat tubuh tetap. Distensi abdomen (asites), edema, (umum, depender, tekanan, pitting). 
6. Hygiene
  • Gejala : Keletihan atau kelemahan, kelelahan selama kegiatan perawatan diri.
  • Tanda : Penampilan pertanda kelalaian perawatan personal. 
7. Neurosensori
  • Gejala : Kelemahan, pening, episode pingsan.
  • Tanda  : Letargi, kusut pikiran, disorientasi, gampang tersinggung. 
8.Nyeri/ ketidaknyamanan
  • Gejala : Nyeri dada, angina akut atau kronis, nyeri abdomen kanan atas, sakit pada otot.
  • Tanda : Tidak tenang, gelisah, fokus menyempit (menarik diri), prilaku melindungi diri. 
9. Pernafasan
  • Gejala : Dispnea ketika aktivitas, tidur sambil duduk, atau dengan beberapa bantal, batuk dengan tanpa pembentukkan sputum, riwayat penyakit paru kronis, gangguan santunan pernapasan. 
  • Tanda : Pernafasan takipnea, nafas dangkal, batuk kering/ nyaring/ non produktif atau terus menerus dengan tanpa sputum, dengan krakels basiler dan mengi. Fungsi mental: mungkin menurun, letargi, kegelisahan, warna kulit: pucat atau sianosis. 
10. Keamanan
  • Gejala : Perubahan dalam fungsi mental, kehilangan kekuatan atau tonus otot, kulit lecet.
11. Interaksi sosial
  • Gejala : Penurunan keikutsertaan dalam kegiatan sosial yang biasa dilakukan.
12. Pembelajaran atau pengajaran   
  • Gejala : Menggunakan atau lupa memakai alat-alat jantung.
  • Tanda  : Bukti wacana ketidakberhasilan atau meningkatkan. 


Diagnosa Keperawatan
  1. Penurunan curah jantung bekerjasama dengan perubahan kontraktilitas miokardial
  2. Kerusakan pertukaran gas bekerjasama dengan perubahan membran kapiler alveolus.
  3. Intoleransi kegiatan bekerjasama dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen/ kebutuhan, kelebihan.
  4. Kelebihan volume cairan bekerjasama dengan menurunnya laju filtrasi glomerulus (menurunnya curah jantung)/ meningkatnya produksi ADH dan retensi natrium/ air.
  5. Kerusakan integritas kulit bekerjasama dengan edema, penurunan perfusi jaringan.
  6. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh bekerjasama dengan penurunan nafsu makan.

Intervensi

Diagnosa Keperwatan. 1. 

Penurunan curah jantung bekerjasama dengan perubahan kontraktilitas miokardial (Doenges, 2000: 55).

Kriteria hasil:
  • Menunjukkan tanda vital dalam batas normal.
  • Melaporkan penurunan episode dispnea, angina.
  • Ikut serta dalam kegiatan yang mengurangi beban kerja jantung.
Intervensi:
  • Palpasi nadi perifer dan pantau tekanan darah.
  • Kaji kulit terhadap pucat dan sianosis.
  • Pantau haluaran urine.
  • Kaji perubahan pada sensori, contoh: letargi, bingung, disorientasi, cemas dan depresi.
  • Periksa nyeri tekan betis, pembengkakan, kemerahan lokal atau pucat pada ekstremitas.
  • Pemberian cairan IV, hindari cairan garam.
Diagnosa Keperawatan. 2

Kerusakan pertukaran gas bekerjasama dengan perubahan membran kapiler alveolus.

Kriteria Hasil
  • Mendemonstrasikan ventilasi dan oksigenasi adekuat pada jaringan ditunjukkan oleh GDA/ oksigenasi dalam rentang normal dan bebas tanda-tanda distres pernapasan.
  • Berpartisipasi dalam agenda pengobatan dalam batas kemampuan/ situasi.
Intervensi:
  • Auskultasi suara napas, catat krekels, mengio.
  • Anjurkan pasien batuk efektif, napas dalam.
  • Dorong perubahan posisi sering.
  • Pertahankan duduk dengan posisi semi fowler, gotong tangan dengan bantal.
  • Kolaborasi pemberian oksigen pemanis sesuai indikasi.
Diagnosa Keperawatan. 3. 

Intoleransi kegiatan bekerjasama dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen/ kebutuhan, kelebihan.

Kriteria hasil:
  • Berpartisipasi pada kegiatan yang diinginkan, memenuhi kebutuhan perawatan diri sendiri.
  • Mencapai peningkatan toleransi kegiatan yang sanggup diukur, dibuktikan oleh menurunnya kelemahan dan kelelahan dan tanda vital dalam batas normal selama aktivitas.
Intervensi:
  • Periksa tanda vital sebelum dan sesudah aktivitas.
  • Catat respons kardiopulmonal terhadap aktivitas, catat takikardi, disritmia, dispnea, berkeringat, pucat.
  • Kaji penyebab kelemahan, pola pengobatan, nyeri, obat.
  • Evaluasi peningkatan intoleransi aktivitas.
  • Berikan santunan dalam kegiatan perawatan diri sesuai indikasi.
  • Kolaborasi agenda rehabilitasi jantung/ aktivitas.
Diagnosa Keperawatan. 4.

Kelebihan volume cairan bekerjasama dengan menurunnya laju filtrasi glomerulus (menurunnya curah jantung)/ meningkatnya produksi ADH dan retensi natrium/ air.

Kriteria hasil:
  • Mendemonstrasikan volume cairan stabil dengan keseimbangan masukan dan pengeluaran, berat tubuh stabil dan tak ada edema.
  • Menyatakan pemahaman tentang/ pembatasan cairan individual.
Intervensi:
  • Pantau haluaran urine, catat jumlah dan warna.
  • Pantau/ hitung keseimbangan pemasukan dan pengeluaran selama 24 jam.
  • Pertahankan tirah baring dengan posisi semi fowler.
  • Timbang berat tubuh tiap hari.
  • Pantau tanda vital (TD).
  • Kaji bising usus, catat keluhan anoreksia, misal: distensi abdomen, konstipasi.
  • Berikan masakan yang gampang dicerna porsi kecil dan sering.
Diagnosa Keperawatan. 5.

Kerusakan integritas kulit bekerjasama dengan edema, penurunan perfusi jaringan.

Kriteria hasil:
  • Mempertahankan integritas kulit.
  • Mendemonstrasikan prilaku/ teknik mencegah kerusakan kulit.
Intervensi:
  • Lihat kulit, catat penonjolan tulang, adanya edema, area sirkulasinya terganggu/ pigmentasi, atau kegemukan/ kurus.
  • Ubah posisi sering di daerah tidur/ kursi, bantu latihan rentang gerak pasif/ aktif.
  • Berikan perawatan kulit sering, meminimalkan dengan kelembapan/ eksresi.
  • Hindari obat intramuskuler.
  • Kolaborasi pemberian tekanan alternatif/ kasur.
Diagnosa Keperawatan. 6

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh bekerjasama dengan penurunan nafsu makan.

Tujuan dan Kriteria hasil:
  • Meningkatkan masukan oral.
  • Menunjukkan tidak adanya tanda-tanda malnutrisi.
Intervensi:
  • Identifikasi faktor-faktor yang mendukung, mual-muntah, nyeri, dispnea yang berat.
  • Atur tindakan pernapasan satu jam sebelum makan.
  • Auskultasi suara abdomen, observasi distensi abdomen.
  • Berikan makan dalam porsi kecil tapi sering.
  • Evaluasi status nutrisi.


Daftar Pustaka
  • Herdman, T. Heather. 2015. NANDA International 2015-2017. Jakarta: EGC.
  • NANDA. 2012. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan NANDA NIC-NOC. Yogyakarja: Media Hardy
  • Kowalak, M.W. 2011. Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta : EGC.
  • Muttaqin, A. 2012. Buku Ajar : Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Sistem Kardiovaskular dan Hematologi. Jakarta : Salemba Medika.
  • Nurarif, A.H. dan Kusuma, H. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan NANDA NIC-NOC.  Yogyakarta : Media Action.
  • Udjiati, W. 2013. Keperawatan Kardiovaskular. Jakarta : Salemba Medika.
Untuk mendownload laporan pendahuluan / LP decompensasi cordis (DC) / gagal jantung lengkap pdf dan doc, dibawah
  • Laporan pendahuluan decompensasi cordis / gagal jantung doc, (Ambil File)
  • Laporan pendahuluan decompensasi cordis / gagal jantung pdf, (Ambil File)
Link Alternatif
Demikian laporan pendahuluan / LP decompensasi cordis (DC) / gagal jantung, download pdf dan doc kami bagikan, agar bisa menjadi refferensi teman-teman perawat sekalian dalam pembuatan kiprah keperawatan menyerupai askep, makalah ataupun LP itu sendiri. Terima kasih.
 
Top