Ada banyak sekali cara pengobatan alternative di negeri kita yang kaya ini. Memang kalau dilihat dari kacamata kedokteran barat, akan “mustahil” atau tidak mampu diterima akal. Namun kalau dilihat dari kacamata timur, mampu jadi ada “kebenaran” yang mampu diterima. Sebagaimana halnya metode pengobatan traditional China yang mulai diterima oleh masyarakat barat. Akupuntur misalnya.
Salah satu pengobatan alternative yang ada yaitu cabut angin. Cabut angin (kadang disebut juga tarik angin) berbeda dengan kerokan, meskipun sekilas hampir sama. Bagian tubuh yang dikerok atau dicabut angin akan meninggalkan bekas kemerahan atau bahkan menghitam, namun proses terjadinya bekas merah itu berbeda.
Beberapa perbedaan antara cabut angin dengan kerokan yaitu sebagai berikut:
Media/Alat
Kerokan biasanya menggunakan logam lingkaran (biasanya uang logam, atau alat khusus untuk kerokan). Untuk mengurangi rasa sakit, biasanya digunakanlah minyak sebagai pelumas. Menurut Pak Jono, tukang cabut angin yang saya kenal, cabut angin mampu menggunakan tiga jenis media yang berbeda, yaitu: jahe, bawang, atau sirih.
Pak Jono biasa menggunakan jahe untuk melaksanakan pengobatan, alasannya yaitu jahe cukup mudah didapatkan, tidak mudah rusak saat digunakan dan tidak terlalu berbau. Sirih mudah sobek waktu digunakan, dan sulit didapat, alasannya yaitu harus menggunakan sirih yang bercabang tiga (tiga daun dengan pangkal tulang daun yang menyatu). Sedangkan bawang akan meninggalkan anyir yang kurang sedap bagi pasien.
Pola/alur
Kerokan mengambil pola/alur yang relative terpola. Membujur sepanjang tulang belakang, dan kemudian diteruskan dengan alur mendatar ke samping, dengan pangkal pada tulang belakang dan ujung pada sisi luar badan. Cabut angin tidak mengikuti teladan tertentu. Si tukang cabut angin akan mengikuti letak angin yang ada dalam tubuh kita.
Pelaku
Kerokan mampu dilakukan oleh siapapun, sederhana saja, asal semua media ada, minyaknya ada, jadi deh. Siapapun mampu mengerok. Cabut angin tidak mampu dilakukan oleh sembarang orang. Hanya orang-orang yang diberi anugerah untuk mampu melaksanakan cabut angin sajalah yang mampu melaksanakan cabut angin.
Manfaat
Kerokan hanya untuk mengatasi flu, tidak enak badan, maupun masuk angin saja. Untuk gangguan kesehatan yang lain tidak mampu diatasi dengan kerokan. Cabut angin mempunyai manfaat yang lain. Menurut kesaksian beberapa teman, Pak Jono sering juga membantu para penderita stroke.
Oh ya, selain penyakit oleh angin, Pak Jono juga mampu membatu orang-orang yang KENA angin.
Tolong dibedakan yach masuk angin dengan kena angin. Orang-orang di Kalimantan, biasa menyebut orang yang terkena pengaruh ilmu ilmu metafisik atau santet sebagai orang tersebut kena angin.
Menurut Pak Jono, semua penyakit maupun santet datangnya dari angin. Angin yang masuk ke dalam tubuh, dan kemudian mengkristal, itulah yang menjadi sumber menyakit.
Bagaimana sih rasanya dicabut angin?
Saya pernah beberapa kali cabut angin. Pada bab yang tidak ada anginnya sih tidak terasa apa-apa, hampir sama dengan di kerok saja. Nah kalo pada bab yang ada anginnya, gres deh terasa agak sakit, perih, hingga suakiiiiitttt!!! Rasanya berbeda-beda pada masing-masing orang, tergantung dengan posisi atau alur angin yang ada di tubuh. Ada yang mengelompok di satu tempat, sehingga setelah dicabut angin, bekasnya berupa noktah saja. Sedangkan bekas yang terjadi pada saya waktu itu berupa garis-garis, alasannya yaitu anginnya membentuk alur. Waktu dicabut angin pada bab itu, rasanya ibarat disayat sayat. Lumayan suakeeeettt!!! Apalagi kalau jahenya hingga patah! Itu berarti ada banyak angin di situ, dan rasanya, ehhhmmm …
Setelah tarik angin, tubuh terasa lebih segar, fresh, dan yang terang tidur terasa lebih enak.
Anda pernah cabut angin? Atau pengobatan alternative lainnya??