Laporan Pendahuluan Tetanus Lengkap Sampai Konsep Askep, Download Pdf Dan Doc

<div style="text-align: justify;"> Teman-teman sejawat sekalian pada postingan kali ini kami bagikan laporan pendahuluan tetanus yang merupakan tinjauan teori hingga konsep asuhan keperawatan terhadap penyakit tetanus,</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Jika teman-teman sedang mencari laporan pendahuluan tetanus, berarti teman-teman tiba pada halaman yang tepat, lantaran pada postingan ini telah kami sediakan laporan pendahuluan tetanus dalam format pdf dan doc yang sangat cocok dipakai sebagai acuan dalam pembuatan kiprah askep, LP, atau makalah.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Untuk mendownload laporan pendahuluan tetanus pdf dan doc, telah kami sediakan link unduhan diakhir artikel ini.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <h3 style="text-align: justify;"> Laporan Pendahuluan Tetanus.</h3> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Pengertian</b></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Tetanus yang juga dikenal dengan lockjaw , merupakan penyakit yang disebakan oleh tetanospasmin, yaitu homogen neurotoksin yang diproduksi oleh Clostridium tetani yang menginfeksi sistem urat saraf dan otot sehingga saraf dan otot menjadi kaku (rigid). Kitasato merupakan orang pertama yang berhasil mengisolasi organisme dari korban insan yang terkena tetanus dan juga melaporkan bahwa toksinnya sanggup dinetralisasi dengan antibodi yang spesifik.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Tetanus yaitu penyakit infeksi yang disebabkan oleh toksin kuman clostiridium tetani yang dimanefestasikan dengan kejang otot secara proksimal dan diikuti kekakuan seluruh badan. Kekakuan tonus otot ini selalu nampak pada otot masester dan otot rangka.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Penyakit tetanus yaitu penyakit infeksi yang diakibatkan toksin kuman Clostridium tetani, bermanifestasi dengan kejang otot secara proksimal dan diikuti kekakuan otot seluruh badan. Kekuatan tonus otot massater dan otot-otot rangka.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Tetanus yaitu penyakit infeksi yang ditandai oleh kekakuan dan kejang otot, tanpa disertai gangguan kesadaran, sebagai akhir dari toksin kuman closteridium tetani </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Jadi, sanggup disimpulkan Tetanus merupakan penyakit infeksi yang berbahaya disebabkan oleh toksin yang mensugesti system urat saraf dan otot.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Etiologi</b></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Sering kali tempat masuk kuman sukar dikteahui teteapi suasana anaerob ibarat pada luka tusuk, lukakotor, adanya benda absurd dalam luka yang menyembuh , otitis media, dan cairies gigi, menunjang berkembang biaknya kuman yang menghasilkan endotoksin.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Penyakit ini tersebar di seluruh dunia, terutama pada tempat resiko tinggi dengan cakupan imunisasi DPT yang rendah. Reservoir utama kuman ini yaitu tanah yang mengandung kotoran ternak sehingga resiko penyakit ini di tempat peternakan sangat tinggi. Spora kuman Clostridium tetani yang tahan kering sanggup bertebaran di mana-mana.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Port of entry tak selalu sanggup diketahui dengan pasti, namun sanggup diduga melalui:</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Luka tusuk, gigitan binatang, luka bakar</li> <li style="text-align: justify;">Luka operasi yang tidak dirawat dan dibersihkan dengan baik</li> <li style="text-align: justify;">OMP, caries gigi</li> <li style="text-align: justify;">Pemotongan tali pusat yang tidak steril.</li> <li style="text-align: justify;">Penjahitan luka robek yang tidak steril.</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> Clostridium tetani termasuk dalam basil Gram positif, anaerob obligat, sanggup membentuk spora, dan berbentuk drumstick. Spora yang dibuat oleh C. tetani ini sangat resisten terhadap panas dan antiseptik. Ia sanggup tahan walaupun telah diautoklaf (1210C, 10-15 menit) dan juga resisten terhadap fenol dan biro kimia lainnya. </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Bakteri Clostridium tetani ini banyak ditemukan di tanah, kotoran insan dan binatang peliharaan dan di tempat pertanian.Umumnya, spora basil ini terdistribusi pada tanah dan akses penceranaan serta feses dari kuda, domba, anjing, kucing, tikus, babi, dan ayam. Ketika basil tersebut berada di dalam tubuh, ia akan menghasilkan neurotoksin (sejenis protein yang bertindak sebagai racun yang menyerang potongan sistem saraf). C. tetani menghasilkan dua buah eksotoksin, yaitu tetanolysin dan tetanospasmin.Fungsi dari tetanoysin tidak diketahui dengan pasti, namun juga sanggup memengaruhi tetanus. Tetanospasmin merupakan toksin yang cukup kuat.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Patofisiologi</b></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Bentuk spora dalam suasana anaerob sanggup menjelma kuman vegetatif yang menghasilkan eksotoksin. Toksin ini menjalar intrakasonal hingga ganglin/simpul saraf dan mengakibatkan hilangnya keseimbanngan tonus otot sehingga terjadi kekakuan otot baik lokal maupun mnyeluruh. Bila toksin banyak, selain otot bergaris, otot polos dan saraf otak juga terpengaruh.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Sumber energi otak yaitu glukosa yang melalui proses oksidasi dipecah menjadi CO2 dan air. Sel dikelilingi oleh membran yang terdiri dari permukaan dalam yaitu lipoid dan permukaan luar yaitu ionik. Dalam keadaan normal membran sel neuron sanggup dilalui dengan gampang oleh ion kalium (K+) dan sangat sulit dilalui oleh ion natrium (Na+) dan elektrolit lainnya, kecuali ion klorida (Cl-). Akibatnya konsentrasi ion K+ dalam sel neuron tinggi dan konsentrasi Na+ rendah, sedang di luar sel neuron terdapat keadaan sebalikya. Karena perbedaan jenis dan konsentrasi ion di dalam dan di luar sel, maka terdapat perbedaan potensial membran yang disebut potensial membran dari neuron. Untuk menjaga keseimbangan potensial membran dibutuhkan energi dan santunan enzim Na-K ATP-ase yang terdapat pada permukaan sel.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Keseimbangan potensial membran ini sanggup diubah oleh :</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Perubahan konsentrasi ion di ruang ekstraselular</li> <li style="text-align: justify;">Rangsangan yang tiba mendadak contohnya mekanisme, kimiawi atau aliran listrik dari sekitarnya</li> <li style="text-align: justify;">Perubahan patofisiologi dari membran sendiri lantaran penyakit atau keturunan</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> Pada keadaan demam kenaikan suhu 1oC akan mengakibatkan kenaikan metabolisme basal 10-15 % dan kebutuhan oksigen akan meningkat 20%. Pada orang dewasa  sirkulasi otak mencapai 15 % dari seluruh tubuh. Oleh lantaran itu kenaikan suhu tubuh sanggup mengubah keseimbangan dari membran sel neuron dan dalam waktu yang singkat terjadi difusi dari ion kalium maupun ion natrium akhir terjadinya lepas muatan listrik. Lepas muatan listrik ini demikian besarnya sehingga sanggup meluas ke seluruh sel maupun ke membran sel sekitarnya dengan santunan “neurotransmitter” dan terjadi kejang.  Kejang yang berlangsung usang (lebih dari 15 menit) biasanya disertai apnea, meningkatnya kebutuhan oksigen dan energi untuk kontraksi otot skelet yang akibatnya terjadi hipoksemia, hiperkapnia, asidosis laktat disebabkan oleh metabolisme anerobik, hipotensi artenal disertai denyut jantung yang tidak teratur dan suhu tubuh meningkat yang disebabkan makin meningkatnya aktifitas otot dan mengakibatkan metabolisme otak meningkat. </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Fathway tetanus</b></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"> <img border="0" data-original-height="620" data-original-width="628" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh5ma6pH3zhRRJ9ro2irTtObw17ScS_GJRSTxMtHrLCAKacHA4Xpj6wW4kcfqSIGtqP9LmDzw4XBrAcZIr7p7Nzp5UuIeiFbl6NiD5PC-SbWXfdaEM3vFfwT038Gwjjs1gFFd6ClitELYNO/s1600/Fathway+Tetanus.png" /></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Prognosa</b></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Bila periode”periode of onset” pendek penyakit dengan cepat akan berkembang menjadi berat</div> <div style="text-align: justify;">       </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Manifestasi Klinik</b></div> <ul> <li style="text-align: justify;">Keluhan dimulai dengan kaku otot, disusul dengan kesukaran untuk membuka lisan (trismus)</li> <li style="text-align: justify;">Diikuti tanda-tanda risus sardonikus,kekauan otot dinding perut dan ekstremitas (fleksi pada lengan bawah, ekstensi pada telapak kaki)</li> <li style="text-align: justify;">Pada keadaan berat, sanggup terjadi kejang impulsif yang makin lam makin seinrg dan lama, gangguan saraf otonom ibarat hiperpireksia, hiperhidrosis,kelainan irama jantung dan akibatnya hipoksia yang berat</li> <li style="text-align: justify;">Bila  periode”periode of  onset” pendek  penyakit  dengan  cepat     akan berkembang menjadi berat</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> Untuk mudahnya tingkat berat penyakit tetanus dibagi :</div> <ul> <li style="text-align: justify;">ringan ; hamya trismus dan kejang lokal</li> <li style="text-align: justify;">sedang ; mulai terjadi kejang impulsif yang semakin sering, trismus yang tampak nyata, opistotonus dankekauan otot yang menyeluruh.</li> </ul> <br /> <div style="text-align: justify;"> <b>Penatalaksanaan Medik</b><br /> <b><br /></b></div> <div style="text-align: justify;"> Pada dasarnya , penatalaksanaan tetanus bertujuan :</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> a. eliminasi kuman</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 1. debridement</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> untuk menghilangkan suasana anaerob, dengan cara membuang jaringan yang rusak, membuang benda asing, merawat luka/infeksi, membersihkan liang telinga/otitis media, caires gigi.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 2. antibiotika</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> penisilna prokain 50.000-100.000 ju/kg/hari IM, 1-2 hari, minimal 10 hari. Antibiotika lain ditambahkan sesuai dengan penyulit yang timbul.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> b. netralisasi toksin</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> toksin yang sanggup dinetralisir yaitu toksin yang belum menempel di jaringan, sanggup diberikan ATS 5000-100.000 KI</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> c. perawatan suporatif</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> perawatan penderita tetanus harus intensif dan rasional :</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 1.  nutrisi dan cairan</div> <ul> <li style="text-align: justify;">pemberian cairan IV sesuaikan jumlah dan jenisnya dengan keadaan penderita, ibarat sering kejang, hiperpireksia dan sebagainya.</li> <li style="text-align: justify;">beri nutrisi tinggi kalori, bil a perlu dengan nutrisi parenteral</li> <li style="text-align: justify;">bila sounde naso gastrik telah sanggup dipasang (tanpa memperberat kejang) pemberian makanan peroral hendaknya segera dilaksanakan.</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> 2. menjaga semoga nafas tetap efisien</div> <ul> <li style="text-align: justify;">pemebrsihan jalan nafas dari lendir</li> <li style="text-align: justify;">pemberian xat asam tambahan</li> <li style="text-align: justify;">bila perlu , lakukan trakeostomi (tetanus  berat)</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> 3. mengurangi kekakuan dan mengatasi kejang</div> <ul> <li style="text-align: justify;">antikonvulsan diberikan secara tetrasi, diadaptasi dengan kebutuhan dan respon klinis.</li> <li style="text-align: justify;">pada penderita yang cepat memburuk (serangan makin sering dan makin lama), pemberian antikonvulsan dirubah ibarat pada awal terapi yaitu mulai lagi dengan pemberian bolus, dilanjutkan dengan takaran rumatan. </li> </ul> <br /> <div style="text-align: justify;"> Pengobatan rumat</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Fenobarbital takaran maintenance : 8-10 mg/kg BB dibagi 2 takaran pada hari pertama, kedua diteruskan 4-5 mg/kg BB dibagi 2 takaran pada hari berikutnya</li> <li style="text-align: justify;">bila takaran maksimal telah tercapai namun kejang belum teratasi , harus dilakukan pelumpuhan obat secara totoal dan dibantu denga pernafasan maknaik (ventilator)</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> 4. Pengobatan penunjang ketika serangan kejang yaitu :</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Semua pakaian ketat dibuka</li> <li style="text-align: justify;">Posisi kepala sebaiknya miring untuk mencegah aspirasi isi lambung</li> <li style="text-align: justify;">Usahakan semoga jalan napas bebasu ntuk menjamin  kebutuhan oksigen</li> <li style="text-align: justify;">Pengisapan lendir harus dilakukan secara teratur dan diberikan oksigen</li> </ul> <br /> <div style="text-align: justify;"> <b><br /></b></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Konsep Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan tetanus</b></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Pengkajian</b></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Pengkajian yaitu pendekatan sistemik untuk mengumpulkan data dan menganalisa, sehingga sanggup diketahui kebutuhan perawatan pasien tersebut. (Santosa. NI, 1989, 154)</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Langkah-langkah dalam pengkajian meliputi pengumpulan data, analisa dan sintesa data serta perumusan diagnosa keperawatan. Pengumpulan data akan memilih kebutuhan dan duduk kasus kesehatan atau keperawatan yang meliputi kebutuhan fisik, psikososial dan lingkungan pasien. Sumber data didapatkan dari pasien, keluarga, teman, team kesehatan lain, catatan pasien dan hasil investigasi laboratorium. Metode pengumpulan data melalui observasi (yaitu dengan cara inspeksi, palpasi, auskultasi, perkusi), wawancara (yaitu berupa percakapan untuk memperoleh data yang diperlukan), catatan (berupa catatan klinik, dokumen yang gres maupun yang lama), literatur (mencakup semua materi, buku-buku, duduk kasus dan surat kabar).</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Pengumpulan data pada masalah tetenus  ini meliputi :</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> a. Data subyektif</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 1. Biodata/Identitas</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Biodata klien meliputi nama, umur, jenis kelamin.</li> <li style="text-align: justify;">Biodata dipertanyakan untuk mengetahui status sosial anak meliputi nama, umur, agama, suku/bangsa, pendidikan, pekerjaan, penghasilan, alamat.</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> 2. Keluhan utama kejang </div> <div style="text-align: justify;"> 3. Riwayat Penyakit (Darto Suharso, 2000)</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Riwayat penyakit yang diderita kini tanpa kejang ditanyakan :</li> <li style="text-align: justify;">Apakah disertai demam ? Dengan mengetahui ada tidaknya demam yang menyertai kejang, maka diketahui apakah infeksi infeksi memegang peranan dalam terjadinya bangkitan kejang. Jarak antara timbulnya kejang dengan demam..</li> <li style="text-align: justify;">Lama serangan : Seorang ibu yang anaknya mengalami kejang mencicipi waktu berlangsung lama. Lama bangkitan kejang kita sanggup mengetahui kemungkinan respon terhadap prognosa dan pengobatan.</li> <li style="text-align: justify;">Pola serangan : Perlu diusahakan semoga diperoleh citra lengkap mengenai contoh serangan apakah bersifat umum, fokal, tonik, klonik ? </li> <li style="text-align: justify;">Apakah serangan berupa kontraksi sejenak tanpa hilang kesadaran ibarat epilepsi mioklonik ?</li> <li style="text-align: justify;">Apakah serangan berupa tonus otot hilang sejenak disertai gangguan kesadaran ibarat epilepsi akinetik ?</li> <li style="text-align: justify;">Apakah serangan dengan kepala dan tubuh mengadakan flexi sementara tangan naik sepanjang kepala, ibarat pada spasme infantile ?</li> <li style="text-align: justify;">Pada kejang demam sederhana kejang ini bersifat umum. </li> <li style="text-align: justify;">Frekuensi serangan : Apakah penderita mengalami kejang sebelumnya, umur berapa kejang terjadi untuk pertama kali, dan berapa frekuensi kejang per tahun. Prognosa makin kurang baik apabila kejang timbul pertama kali pada umur muda dan bangkitan kejang sering timbul.</li> <li style="text-align: justify;">Keadaan sebelum, selama dan setelah serangan : Sebelum kejang perlu ditanyakan adakah rangsangan tertentu yang sanggup menimbulkan kejang, contohnya lapar, lelah, muntah, sakit kepala dan lain-lain. Dimana kejang dimulai dan bagaimana menjalarnya. Sesudah kejang perlu ditanyakan apakah penderita segera sadar, tertidur, kesadaran menurun, ada paralise, dan sebagainya ?</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> Riwayat penyakit kini yang menyertai</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Apakah muntah, diare, truma kepala, gagap bicara (khususnya pada penderita epilepsi), gagal ginjal, kelainan jantung, DHF, ISPA, OMA, Morbili dan lain-lain.</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> 4. Riwayat Penyakit Dahulu</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Sebelum penderita mengalami serangan kejang ini ditanyakan apakah penderita pernah mengalami kejang sebelumnya, umur berapa ketika kejang terjadi untuk pertama kali ? </li> <li style="text-align: justify;">Apakah ada riwayat stress berat kepala, luka tusuk, lukakotor, adanya benda absurd dalam luka yang menyembuh , otitis media, dan cairies gigi, menunjang berkembang biaknya kuman yang menghasilkan endotoksin.</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> 5. Riwayat kesehatan keluarga.</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Kebiasaan perawatan luka dengan menggunakan materi yang kurang aseptik.</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> 6. Riwayat sosial</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Hubungan interaksi dengan keluarga dan pekrjaannya</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> 7. Pola kebiasaan dan fungsi kesehatan</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Ditanyakan keadaan sebelum dan selama sakit bagaimana ?</li> <li style="text-align: justify;">Pola kebiasaan dan fungsi ini meliputi :Pola persepsi dan tatalaksanaan hidup sehat</li> <li style="text-align: justify;">Gaya hidup yang berkaitan dengan kesehatan, pengetahuan wacana kesehatan, pencegahan dan kepatuhan pada setiap perawatan dan tindakan medis ?</li> <li style="text-align: justify;">Bagaimana pandangan terhadap penyakit yang diderita, pelayanan kesehatan yang diberikan, tindakan apabila ada anggota keluarga yang sakit, penggunaan obat-obatan pertolongan pertama.</li> <li style="text-align: justify;">Pola nutrisi : Untuk mengetahui asupan kebutuhan gizi  Ditanyakan bagaimana kualitas dan kuantitas dari makanan yang dikonsumsi oleh klien ?</li> <li style="text-align: justify;">Makanan apa saja yang disukai dan yang tidak ? Bagaimana selera makan anak ? Berapa kali minum, jenis dan jumlahnya per hari ?</li> <li style="text-align: justify;">Pola Eliminasi : BAK<span style="white-space: pre;"> </span>:<span style="white-space: pre;"> </span>ditanyakan frekuensinya, jumlahnya, secara makroskopis ditanyakan bagaimana warna, bau, dan apakah terdapat darah ? Serta ditanyakan apakah disertai nyeri saat  kencing, BAB<span style="white-space: pre;"> </span>:<span style="white-space: pre;"> </span>ditanyakan kapan waktu BAB, teratur atau tidak ? Bagaimana konsistensinya lunak,keras,cair atau berlendir ?</li> <li style="text-align: justify;">Pola acara dan latihan </li> <li style="text-align: justify;">Pola tidur/istirahat : Berapa jam sehari tidur ? Berangkat tidur jam berapa ? Bangun tidur jam berapa ? Kebiasaan sebelum tidur, bagaimana dengan tidur siang ?</li> </ul> <br /> <div style="text-align: justify;"> b.  Data Obyektif</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 1. Pemeriksaan Umum (Corry S, 2000 hal : 36)</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Pertama kali perhatikan keadaan umum vital : tingkat kesadaran, tekanan darah, nadi, respirasi dan suhu. Pada kejang demam sederhana akan didapatkan suhu tinggi sedangkan kesadaran setelah kejang akan kembali normal ibarat sebelum kejang tanpa kelainan neurologi.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 2. Pemeriksaan Fisik</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Kepala</li> <li style="text-align: justify;">Rambut : Dimulai warna, kelebatan, distribusi serta karakteristik lain rambut. Pasien dengan malnutrisi energi protein memiliki rambut yang jarang, kemerahan ibarat rambut jagung dan gampang dicabut tanpa mengakibatkan rasa sakit pada pasien.</li> <li style="text-align: justify;">Muka/ Wajah : Adakah tanda rhisus sardonicus, opistotonus, trimus ? Apakah ada gangguan nervus cranial ?</li> <li style="text-align: justify;">Mata : Saat serangan kejang terjadi dilatasi pupil, untuk itu periksa pupil dan ketajaman penglihatan. Apakah keadaan sklera, konjungtiva ?</li> <li style="text-align: justify;">Telinga : Periksa fungsi telinga, kebersihan indera pendengaran serta tanda-tanda adanya infeksi ibarat pembengkakan dan nyeri di tempat belakang telinga, keluar cairan dari telinga, berkurangnya pendengaran.</li> <li style="text-align: justify;">Hidung : Apakah ada pernapasan cuping hidung? Polip yang menyumbat jalan napas ? Apakah keluar sekret, bagaimana konsistensinya, jumlahnya ?</li> <li style="text-align: justify;">Mulut : Adakah tanda-tanda sardonicus? Adakah cynosis? Bagaimana keadaan lidah? Adakah stomatitis? Berapa jumlah gigi yang tumbuh? Apakah ada caries gigi ?</li> <li style="text-align: justify;">Tenggorokan : Adakah tanda-tanda peradangan tonsil ? Adakah tanda-tanda infeksi faring, cairan eksudat ?</li> <li style="text-align: justify;">Leher : Adakah tanda-tanda kaku kuduk, pembesaran kelenjar tiroid ? Adakah pembesaran vena jugulans ?</li> <li style="text-align: justify;">Thorax : Pada infeksi, amati bentuk dada klien, bagaimana gerak pernapasan, frekwensinya, irama, kedalaman, adakah retraksi?</li> <li style="text-align: justify;">Intercostale ? Pada auskultasi, adakah bunyi napas komplemen ?</li> <li style="text-align: justify;">Jantung : Bagaimana keadaan dan frekwensi jantung serta iramanya ? Adakah bunyi komplemen ? Adakah bradicardi atau tachycardia ?</li> <li style="text-align: justify;">Abdomen : Adakah distensia abdomen serta kekakuan otot pada abdomen ? Bagaimana turgor kulit dan peristaltik usus ? Adakah tanda meteorismus? Adakah pembesaran lien dan hepar</li> <li style="text-align: justify;">Kulit : Bagaimana keadaan kulit baik kebersihan maupun warnanya? Apakah terdapat oedema, hemangioma ? Bagaimana keadaan turgor kulit ?</li> <li style="text-align: justify;">Ekstremitas : Apakah terdapat oedema, atau paralise terutama setelah terjadi kejang? Bagaimana suhunya pada tempat akral ?</li> <li style="text-align: justify;">Genetalia : Adakah kelainan bentuk oedema, tanda-tanda infeksi ? </li> </ul> <br /> <div style="text-align: justify;"> c.  Pemeriksaan Penunjang</div> <div style="text-align: justify;"> Tergantung sarana yang tersedia dimana pasien dirawat, pemeriksaannya meliputi :</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 1. Darah</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Glukosa Darah<span style="white-space: pre;"> </span>:<span style="white-space: pre;"> </span>Hipoglikemia merupakan predisposisi kejang  (N < 200 mq/dl)</li> <li style="text-align: justify;">BUN<span style="white-space: pre;"> </span>:<span style="white-space: pre;"> </span>Peningkatan BUN memiliki potensi kejang dan merupakan indikasi nepro toksik akhir dari pemberian obat.</li> <li style="text-align: justify;">Elektrolit<span style="white-space: pre;"> </span>:<span style="white-space: pre;"> </span>K, Na</li> <li style="text-align: justify;">Ketidakseimbangan elektrolit merupakan predisposisi kejang</li> <li style="text-align: justify;">Kalium ( N 3,80 – 5,00 meq/dl )</li> <li style="text-align: justify;">Natrium ( N 135 – 144 meq/dl )</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> 2. Skull Ray<span style="white-space: pre;"> </span>:<span style="white-space: pre;"> </span>Untuk mengidentifikasi adanya proses desak ruang dan adanya lesi</div> <div style="text-align: justify;"> 3. EEG<span style="white-space: pre;"> </span>:<span style="white-space: pre;"> </span>Teknik untuk menekan acara listrik otak melalui tengkorak yang utuh untuk mengetahui fokus acara kejang, hasil biasanya normal.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> d. Analisa dan Sintesa Data</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Analisa data merupakan proses intelektual yang meliputi kegiatan mentabulasi, menyeleksi, mengelompokkan, mengaitkan data, memilih kesenjangan informasi, melihat contoh data, membandingakan dengan standar, menginterpretasi dan akibatnya menciptakan kesimpulan. Hasil analisa data yaitu pernyataan duduk kasus keperawatan atau yang disebut diagnosa keperawatan.   </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Diagnosa Keperawatan</b></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Diagnosa keperawatan yaitu pernyataan yang jelas, singkat, dan niscaya wacana duduk kasus pasien/klien serta penyebabnya yang sanggup dipecahkan atau diubah melalui tindakan keperawatan.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Diagnosa keperawatan yang muncul yaitu :</div> <ol> <li style="text-align: justify;">Risiko terjadinya cedera fisik berafiliasi dengan serangan kejang berulang.</li> <li style="text-align: justify;">Risiko terjadinya ketidakefektifan jalan nafas berafiliasi dengan sekunder dari depresi pernafasan</li> <li style="text-align: justify;">Bersihan jalan nafas tidak efektif berafiliasi dengan produksi sekret yang hiperbola pad ajalan nafas atas.</li> <li style="text-align: justify;">Kurangnya pengetahuan keluarga wacana penanganan penyakitnya berafiliasi dengan keterbatasan informasi.</li> <li style="text-align: justify;">Peningkatan suhu tubuh berafiliasi dengan reaksi eksotoksin </li> </ol> <br /> <div style="text-align: justify;"> <b>Perencanaan </b></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Perencanaan merupakan keputusan awal wacana apa yang akan dilakukan, bagaimana, kapan itu dilakukan, dan siapa yang akan melaksanakan kegiatan tersebut. Rencana keperawatan yang memperlihatkan arah pada kegiatan keperawatan. (Santosa. NI, 1989;160)</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Diagnosa Keperawatan 1</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Risiko terjadinya cedera fisik berafiliasi dengan kejang berulang </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Tujuan <span style="white-space: pre;"> </span>:<span style="white-space: pre;"> </span>Klien tidak mengalami cedera selama perawatan</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Kriteria hasil<span style="white-space: pre;"> </span>:<span style="white-space: pre;"> </span></div> <ul> <li style="text-align: justify;">Klien tidak ada cedera akhir serangan kejang</li> <li style="text-align: justify;">klien tidur dengan tempat tidur pengaman</li> <li style="text-align: justify;">Tidak terjadi serangan kejang ulang.</li> <li style="text-align: justify;">Suhu 36 – 37,5 º C , Nadi 60-80x/menit (bayi), Respirasi 16-20 x/menit </li> <li style="text-align: justify;">Kesadaran composmentis</li> </ul> <br /> <div style="text-align: justify;">  Rencana Tindakan :</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <table border="1" cellpadding="0" cellspacing="0" class="MsoNormalTable" style="border-collapse: collapse; border: none; margin-left: 32.4pt; text-align: justify;"> <tbody> <tr> <td style="border: solid windowtext 1.0pt; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 179.8pt;" valign="top" width="240"><div class="MsoNormal" style="tab-stops: 99.25pt 106.35pt; text-align: center;"> <b>INTERVENSI<o:p></o:p></b></div> </td> <td style="border-left: none; border: solid windowtext 1.0pt; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-left-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 212.25pt;" valign="top" width="283"><div class="MsoNormal" style="tab-stops: 99.25pt 106.35pt; text-align: center;"> <b>RASIONAL<o:p></o:p></b></div> </td> </tr> <tr> <td style="border-top: none; border: solid windowtext 1.0pt; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-top-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 179.8pt;" valign="top" width="240"><div class="MsoNormal" style="margin-left: 21.6pt; mso-list: l0 level4 lfo1; text-indent: -18.0pt;"> <!--[if !supportLists]-->1.<span style="font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;">      </span><!--[endif]-->Identifikasi dan hindari faktor pencetus<o:p></o:p></div> <div class="MsoNormal" style="margin-left: 21.6pt; mso-list: l0 level4 lfo1; text-indent: -18.0pt;"> <!--[if !supportLists]-->2.<span style="font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;">      </span><!--[endif]-->tempatkan klien pada tempat tidur yang menggunakan pengaman di ruang yang damai dan nyaman<o:p></o:p></div> <div class="MsoNormal" style="margin-left: 21.6pt; mso-list: l0 level4 lfo1; text-indent: -18.0pt;"> <!--[if !supportLists]-->3.<span style="font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;">      </span><!--[endif]-->anjurkan klien istirahat<o:p></o:p></div> <div class="MsoNormal" style="margin-left: 21.6pt; mso-list: l0 level4 lfo1; text-indent: -18.0pt;"> <!--[if !supportLists]-->4.<span style="font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;">      </span><!--[endif]-->sediakan disamping tempat tidur tongue spatel dan gudel untuk mencegah pengecap jatuh ke belakng apabila klien kejang<o:p></o:p></div> <div class="MsoNormal" style="margin-left: 21.6pt; mso-list: l0 level4 lfo1; text-indent: -18.0pt;"> <!--[if !supportLists]-->5.<span style="font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;">      </span><!--[endif]-->lindungi klien pada ketika kejang dengan :<o:p></o:p></div> <div class="MsoNormal" style="margin-left: 21.6pt; mso-list: l2 level1 lfo3; tab-stops: list 21.6pt; text-indent: -18.0pt;"> <!--[if !supportLists]-->-<span style="font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;">          </span><!--[endif]-->longgarakn pakaian<o:p></o:p></div> <div class="MsoNormal" style="margin-left: 21.6pt; mso-list: l2 level1 lfo3; tab-stops: list 21.6pt; text-indent: -18.0pt;"> <!--[if !supportLists]-->-<span style="font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;">          </span><!--[endif]-->posisi miring ke satu sisi<o:p></o:p></div> <div class="MsoNormal" style="margin-left: 21.6pt; mso-list: l2 level1 lfo3; tab-stops: list 21.6pt; text-indent: -18.0pt;"> <!--[if !supportLists]-->-<span style="font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;">          </span><!--[endif]-->jauhkan klien dari alat yang sanggup melukainya<o:p></o:p></div> <div class="MsoNormal" style="margin-left: 21.6pt; mso-list: l2 level1 lfo3; tab-stops: list 21.6pt; text-indent: -18.0pt;"> <!--[if !supportLists]-->-<span style="font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;">          </span><!--[endif]-->kencangkan pengaman tempat tidur<o:p></o:p></div> <div class="MsoNormal" style="margin-left: 21.6pt; mso-list: l2 level1 lfo3; tab-stops: list 21.6pt; text-indent: -18.0pt;"> <!--[if !supportLists]-->-<span style="font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;">          </span><!--[endif]-->lakukan suction jikalau banyak sekret<o:p></o:p></div> <div class="MsoNormal" style="margin-left: 21.6pt; mso-list: l0 level4 lfo1; text-indent: -18.0pt;"> <!--[if !supportLists]-->6.<span style="font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;">      </span><!--[endif]-->catat penyebab mulainya kejang, proses berapa lama, adanya sianosis dan inkontinesia, deviasi dari mata dan gejala-hgejala lainnya yang timbul.<o:p></o:p></div> <div class="MsoNormal" style="margin-left: 21.6pt; mso-list: l0 level4 lfo1; text-indent: -18.0pt;"> <!--[if !supportLists]-->7.<span style="font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;">      </span><!--[endif]-->sesudah kejang observasi TTV setiap 15-30 menit dan obseervasi keadaan klien hingga benar-benar pulih dari kejang<o:p></o:p></div> <div class="MsoNormal" style="margin-left: 21.6pt; mso-list: l0 level4 lfo1; text-indent: -18.0pt;"> <!--[if !supportLists]-->8.<span style="font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;">      </span><!--[endif]-->observasi imbas samping dan keefektifan obat<o:p></o:p></div> <div class="MsoNormal" style="margin-left: 21.6pt; mso-list: l0 level4 lfo1; text-indent: -18.0pt;"> <!--[if !supportLists]-->9.<span style="font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;">      </span><!--[endif]-->observasi adanya depresi pernafasan dan gangguan irama jantung<o:p></o:p></div> <div class="MsoNormal" style="margin-left: 21.6pt; mso-list: l0 level4 lfo1; text-indent: -18.0pt;"> <!--[if !supportLists]-->10.<span style="font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;">  </span><!--[endif]-->lakukan investigasi neurologis setelah kejang<o:p></o:p></div> <div class="MsoNormal" style="margin-left: 21.6pt; mso-list: l0 level4 lfo1; text-indent: -18.0pt;"> <!--[if !supportLists]-->11.<span style="font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;">  </span><!--[endif]-->kerja sama dengan tim :<o:p></o:p></div> <div class="MsoNormal" style="margin-left: 21.6pt; mso-list: l1 level1 lfo2; tab-stops: list 21.6pt; text-indent: -18.0pt;"> <!--[if !supportLists]-->-<span style="font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;">          </span><!--[endif]-->pemberian obat antikonvulsan takaran tinggi<o:p></o:p></div> <div class="MsoNormal" style="margin-left: 21.6pt; mso-list: l1 level1 lfo2; tab-stops: list 21.6pt; text-indent: -18.0pt;"> <!--[if !supportLists]-->-<span style="font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;">          </span><!--[endif]-->pemeberian antikonvulsan (valium, dilantin, phenobarbital)<o:p></o:p></div> <div class="MsoNormal" style="margin-left: 21.6pt; mso-list: l1 level1 lfo2; tab-stops: list 21.6pt; text-indent: -18.0pt;"> <!--[if !supportLists]-->-<span style="font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;">          </span><!--[endif]-->pemberian oksigen tambahan<o:p></o:p></div> <div class="MsoNormal" style="margin-left: 21.6pt; mso-list: l1 level1 lfo2; tab-stops: list 21.6pt; text-indent: -18.0pt;"> <!--[if !supportLists]-->-<span style="font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;">          </span><!--[endif]-->pemberian cairan parenteral<o:p></o:p></div> <div class="MsoNormal" style="margin-left: 21.6pt; mso-list: l1 level1 lfo2; tab-stops: list 21.6pt; text-indent: -18.0pt;"> <!--[if !supportLists]-->-<span style="font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;">          </span><!--[endif]-->pembuatan CT scan<o:p></o:p></div> <div class="MsoNormal"> <br /></div> </td> <td style="border-bottom: solid windowtext 1.0pt; border-left: none; border-right: solid windowtext 1.0pt; border-top: none; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-left-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-top-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 212.25pt;" valign="top" width="283"><div class="MsoNormal"> 1. Penemuan faktor penggerak untuk menetapkan rantai penyebaran toksin tetanus.<o:p></o:p></div> <div class="MsoNormal"> 2. Tempat yang nyaman dan damai sanggup mengurangi stimuli atau rangsangan yang sanggup menimbulkan kejang<o:p></o:p></div> <div class="MsoNormal"> 4. efektivitas energi yang dibutuhkan untuk metabolisme.<o:p></o:p></div> <div class="MsoNormal"> 5. pengecap jatung sanggup menimbulkan obstruksi jalan nafas.<o:p></o:p></div> <div class="MsoNormal"> <br /></div> <div class="MsoNormal"> 5. tindakan untuk mengurangi atau mencegah terjadinya cedera fisik.<o:p></o:p></div> <div class="MsoNormal"> <br /></div> <div class="MsoNormal"> <br /></div> <div class="MsoNormal"> <br /></div> <div class="MsoNormal"> <br /></div> <div class="MsoNormal"> <br /></div> <div class="MsoNormal"> <br /></div> <div class="MsoNormal"> <br /></div> <div class="MsoNormal"> <br /></div> <div class="MsoNormal"> 6. dokumentasi untuk pedoman dalam penaganan berikutnya.<o:p></o:p></div> <div class="MsoNormal"> <br /></div> <div class="MsoNormal"> <br /></div> <div class="MsoNormal"> <br /></div> <div class="MsoNormal"> <br /></div> <div class="MsoNormal"> 7. tanda-tanda vital indikator terhadap perkembangan penyakitnya dan citra status umum klien.<o:p></o:p></div> <div class="MsoNormal"> <br /></div> <div class="MsoNormal"> <br /></div> <div class="MsoNormal"> 8. imbas samping dan efektifnya obat dibutuhkan motitoring untuk tindakan lanjut.<o:p></o:p></div> <div class="MsoNormal"> 9 dan 10 kompliksi kejang sanggup terjadi depresi pernafasan dan kelainan irama jantung.<o:p></o:p></div> <div class="MsoNormal"> <br /></div> <div class="MsoNormal"> 11. untuk mengantisipasi kejang, kejang berulang dengan menggunakan obat antikonvulsan baik berupa bolus, syringe pump.<o:p></o:p></div> <div class="MsoNormal"> <br /></div> <div class="MsoNormal"> <br /></div> </td> </tr> </tbody></table> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Diagnosa Keperawatan 2</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Kurang pengetahuan klien dan keluarga wacana penanganan penyakitnya berafiliasi dengan kurangnya informasi.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Tujuan<span style="white-space: pre;"> </span>:<span style="white-space: pre;"> </span>Pengetahuan klien dan keluarga wacana penanganan penyakitnya sanggup meningkat.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Kriteria Hasil<span style="white-space: pre;"> </span>:<span style="white-space: pre;"> </span></div> <ul> <li style="text-align: justify;">Klien dan keluarga sanggup mengerti proses penyakit dan penanganannya</li> <li style="text-align: justify;">klien sanggup diajak kolaborasi dalam jadwal terapi</li> <li style="text-align: justify;">klien dan keluarga sanggup menyatakan melaksanakan penejlasan dna pendidikan kesehatan yang diberikan.</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> Rencana Tindakan :</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <table border="1" cellpadding="0" cellspacing="0" class="MsoNormalTable" style="border-collapse: collapse; border: none; margin-left: 32.4pt; text-align: justify;"> <tbody> <tr> <td style="border: solid windowtext 1.0pt; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 179.8pt;" valign="top" width="240"><div class="MsoNormal" style="tab-stops: 99.25pt 106.35pt; text-align: center;"> <b>INTERVENSI<o:p></o:p></b></div> </td> <td style="border-left: none; border: solid windowtext 1.0pt; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-left-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 212.25pt;" valign="top" width="283"><div class="MsoNormal" style="tab-stops: 99.25pt 106.35pt; text-align: center;"> <b>RASIONAL<o:p></o:p></b></div> </td> </tr> <tr> <td style="border-top: none; border: solid windowtext 1.0pt; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-top-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 179.8pt;" valign="top" width="240"><div class="MsoNormal"> 1. Identifikasi tingkat pengetahuan klien dan keluarga<o:p></o:p></div> <div class="MsoNormal"> 2. Hindari perlindungan yang hiperbola terhadap klien , biarkan klien melaksanakan acara sesuai dengan kemampuannya.<o:p></o:p></div> <div class="MsoNormal"> 3. ajarkan pada klein dan keluarga wacana peraawatan yang harus dilakukan sema kejang<o:p></o:p></div> <div class="MsoNormal"> 4. jelaskan pentingnya mempertahankan status kesehatan yang optimal dengan diit, istirahat, dan acara yang sanggup menimbulkan kelelahan.<o:p></o:p></div> <div class="MsoNormal"> 5. jelasakan wacana imbas samping obat (gangguan penglihatan, nausea, vomiting, kemerahan pada kulit, synkope dan konvusion)<o:p></o:p></div> <div class="MsoNormal"> 6. jaga kebersihan lisan dan gigi secara teratur <o:p></o:p></div> </td> <td style="border-bottom: solid windowtext 1.0pt; border-left: none; border-right: solid windowtext 1.0pt; border-top: none; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-left-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-top-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 212.25pt;" valign="top" width="283"><div class="MsoNormal"> 1. Tingkat pengetahuan penting untuk modifikasi proses pembelajaran orang dewasa.<o:p></o:p></div> <div class="MsoNormal"> 2. tidak memanipulasi klien sehingga ada proses kemandirian yang terbatas.<o:p></o:p></div> <div class="MsoNormal"> <br /></div> <div class="MsoNormal"> 3. kolaborasi yang baik akanmembantu dalam proses penyembuhannnya<o:p></o:p></div> <div class="MsoNormal"> <br /></div> <div class="MsoNormal"> 4. status kesehatan yang baik membawa damapak pertahanan tubuh baik sehingga tidak timbul penyakit penyerta/penyulit.<o:p></o:p></div> <div class="MsoNormal"> <br /></div> <div class="MsoNormal"> 5. imbas samping yang ditemukan secara dini lebih kondusif dalam penaganannya.<o:p></o:p></div> <div class="MsoNormal"> <br /></div> <div class="MsoNormal"> 6. Kebersihan lisan dan gigi yang baik merupakan dasar salah satu pencegahan terjadinya infeksi berulang.<o:p></o:p></div> </td> </tr> </tbody></table> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b><br /></b> <b>Pelaksanaan / Implementasi</b></div> <div style="text-align: justify;">       </div> <div style="text-align: justify;"> Pelaksanaan keperawatan merupakan kegiatan yang dilakukan sesuai dengan planning yang telah ditetapkan. Selama pelaksanaan kegiatan sanggup bersifat sanggup berdiri diatas kaki sendiri dan kolaboratif. Selama melaksanakan kegiatan perlu diawasi dan dimonitor kemajuan kesehatan klien ( Santosa. NI, 1989;162 )</div> <div style="text-align: justify;">       </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Evaluasi</b></div> <div style="text-align: justify;">       </div> <div style="text-align: justify;"> Tahap penilaian dalam proses keperawatan menyangkut pengumpulan data subyektif dan obyektif yang akan memperlihatkan apakah tujuan pelayanan keperawatan sudah dicapai atau belum. Bila perlu langkah penilaian ini merupakan langkah awal dari identifikasi dan analisa duduk kasus selanjutnya ( Santosa.NI, 1989;162).</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Daftar Pustaka</b></div> <ul> <li style="text-align: justify;">Lynda Juall C, 1999, Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan, Penerjemah Monica Ester, EGC, Jakarta</li> <li style="text-align: justify;">Marilyn E. Doenges, 1999, Rencana Asuhan Keperawatan, Penerjemah Kariasa I Made, EGC, Jakarta</li> <li style="text-align: justify;">Santosa NI, 1989, Perawatan I (Dasar-Dasar Keperawatan), Depkes RI, Jakarta.</li> <li style="text-align: justify;">Suharso Darto, 1994, Pedoman Diagnosis dan Terapi, F.K. Universitas Airlangga, Surabaya. </li> </ul> <div style="text-align: justify;"> Untuk mendownload laporan pendahuluan tetanus pdf dan doc, dibawah :</div> <div> <ul> <li style="text-align: justify;"><b><span style="background-color: cyan;">Laporan pendahuluan tetanus pdf</span>, <i><a href="https://drive.google.com/file/d/1khlcw9dmLCwPvECwv5wpbj56kNMtGIlQ/view?usp=sharing" target="_blank">(Ambil File)</a></i></b></li> <li style="text-align: justify;"><b><span style="background-color: lime;">Laporan pendahuluan tetanus doc</span>, <i><a href="https://drive.google.com/file/d/1sWgSnxAhjWpN6pTKeJ5BJQCGNUksH4Ym/view?usp=sharing" target="_blank">(Ambil File)</a></i></b></li> </ul> <div style="text-align: justify;"> Link Alternatif</div> </div> <div> <ul> <li style="text-align: justify;"><b><span style="color: red;"><a href="https://drive.google.com/file/d/1sWgSnxAhjWpN6pTKeJ5BJQCGNUksH4Ym/view?usp=sharing" target="_blank">Alternatif doc 1</a></span></b></li> <li style="text-align: justify;"><b><span style="color: red;"><a href="https://drive.google.com/file/d/1khlcw9dmLCwPvECwv5wpbj56kNMtGIlQ/view?usp=sharing" target="_blank">Alternatif pdf 1</a></span></b></li> <li style="text-align: justify;"><b><span style="color: red;"><a href="https://drive.google.com/file/d/1sWgSnxAhjWpN6pTKeJ5BJQCGNUksH4Ym/view?usp=sharing" target="_blank">Alternatif doc 2</a></span></b></li> <li style="text-align: justify;"><b><span style="color: red;"><a href="https://drive.google.com/file/d/1khlcw9dmLCwPvECwv5wpbj56kNMtGIlQ/view?usp=sharing" target="_blank">Alternatif pdf 2</a></span></b></li> </ul> <div style="text-align: justify;"> Demikian laporan pendahuluan tetanus, pdf dan doc kami bagikan, semoga bermanfaat. terima kasih.</div> </div>

Laporan Pendahuluan Tetanus Lengkap Sampai Konsep Askep, Download Pdf Dan Doc

Teman-teman sejawat sekalian pada postingan kali ini kami bagikan laporan pendahuluan tetanus yang merupakan tinjauan teori hingga konsep a...

+ Baca selengkapnya »

Laporan Pendahuluan Morbili / Campak, Download Format Pdf Dan Doc

<div style="text-align: justify;"> Teman-teman perawat dimanapun berada, kali ini kami bagikan laporan pendahuluan morbili atau juga yang lebih dikenal dengan nama campak.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Pada postingan kali ini kami share laporan pendahuluan morbili lengkap, dari tinjauan teori hingga konsep askep, bila teman-teman membutuhkan materi yang akan dipakai sebagai acuan dalam pembuatan askep atau makalah maka laporan pendahuluan ini sangat bisa untuk digunakan.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Untuk mempermudah teman-teman sekalian juga pada lp morbili ini telah kami sediakan file dalam format pdf dan doc yang sanggup didownload diakhir artikel ini, sehingga teman-teman tinggal edit saja sesuai dengan kebutuhan masing-masing.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <h3> <b>Laporan Pendahuluan Morbili / Campak.</b></h3> </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Pengertian</b></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Morbili yaitu penyakit virus akut, menular, yang ditandai dengan 3 stadium, yaitu stadium kataran, stadium erupsi dan stadium konvalensi. (Perawatan anak sakit, 351).</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Morbili yaitu penyakit infeksi virus akut,menular yang ditandai 3 stadium yaitu stadium kataral, stadium erupsi, dan stadium konvalensensia. Morbili sanggup disebut juga campak,”measles”,rubeola.(IKA,FKUI Volume 2, 1985)</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Morbili ialah penyakit infeksi virus akut, menular yang ditandai dengan 3 stadium yaitu : stadium inkubasi, stadium prodromal dan stadium erupsi (Rampengan, 1997: 90)</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Campak yaitu organisme yang sangat menular ditularkan melalui rute udara dari seseorang yang terinfeksi pada orang lain yang rentan (Smeltzer, 2001:2443)</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Morbili ialah penyakit infeksi virus akut, menular yang ditandai dengan 3 stadium, yaitu : a. stadium kataral, b. stadium erupsi dan c. stadirum konvelensi. (Rusepno, 2002:624)</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Morbili ialah penyakit infeksi virus akut, menular yang ditandai dengan 3 stadium, yaitu (1) stadium kataral, (2) stadium erupsi dan (3) stadirum konvelensi. (Ngastiyah, 1997:351)</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Campak, measles atau rubeola yaitu penyakit virus akut yang disebabkan oleh virus campak. (Hardjiono, 2004:95)</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Campak yaitu demam eksantematosa akut oleh virus yang menular ditandai oleh tanda-tanda prodromal yang khas, ruam kulit dan bercak koplik. (Ovedoff, 1995:451)</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Measles atau rubeola yaitu penyakit infeksi tinggi akut melibatkan traktus respiratorius dan dikarakteristikkan oleh ras makulopapuler confluent. (N. Clex, 2001:153).</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Morbili adlah penyakit infeksi virus akut yang ditandai oleh tiga stadium yaitu stadium kataral, stadium erupsi, dan stadium konvalensi (Suriadi, 2001:211).</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Morbili yaitu penyakit infeksi virus akut, menular yang ditandai dengan 3 stadium, yaitu stadium kataral, stadium erupsi, dan stadium konvalesensi. (Mansjoer, 2000 : 47).</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Etiologi</b></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Penyebabnya yaitu virus morbili yang terdapat dalam sekret nasofaring dan darah selama masa prodormal hingga 24 jam setelah timbulnya bercak-bercak. Cara penularannya dengan droplet dan kontak (IKA,FKUI Volume 2, 1985).</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Penyebab penyakit ini yaitu homogen virus yang tergolong dalam famili paramyxovirus yaitu genus virus morbili. Virus ini sangat sensitif terhadap panas dan dingin, dan sanggup diinaktifkan pada suhu 30oC dan -20oC, sinar matahari, eter, tripsin, dan beta propiolakton. Sedang formalin sanggup memusnahkan daya infeksinya tetapi tidak mengganggu acara komplemen. (Rampengan, 1997 : 90-91)</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Penyebab morbili yaitu virus morbili yang terdapat dalam sekret nasofaring dan darah selama masa prodromal hingga 24 jam setelah timbul bercak-bercak, cara penularan dengan droplet dan kontak (Ngastiyah, 1997:351)</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Campak yaitu suatu virus RNA, yang termasuk famili Paramiksoviridae, genus Morbilivirus. Dikenal hanya 1 tipe antigen saja; yang strukturnya mirip dengan virus penyebab parotitis epidemis dan parainfluenza. Virus tersebut ditemukan di dalam sekresi nasofaring, darah dan air kemih, paling tidak selama periode prodromal dan untuk waktu singkat setelah munculnya ruam kulit. Pada suhu ruangan, virus tersebut sanggup tetap aktif selama 34 jam. (Nelson, 1992 : 198).</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Virus morbili berasal dari sekret kanal pernafasan, darah urin dari orang yang tereinfeksi. Penyebaran infeksi melalui kontak pribadi dengan dorplet dari orang yang terinfeksi selama 10 – 20 hari, dimana periode yang sangat menular, ialah dari hari pertama hingga hari ke-4 setelah timbulnya rash (pada umunya pada stadium kataran).</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Patofisiologi</b></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Penularan terjadi secara droplet dan kontak virus ini melalui kanal pernafasan dan masuk ke system retikulo endothelial, berkembang biak dan selanjutnya menyebar ke seluruh tubuh. Hal tersebut akan mengakibatkan tanda-tanda pada kanal pernafasan, kanal cerna, konjungtiva dan disusul dengan tanda-tanda patoknomi berupa bercak koplik dan ruam kulit. Antibodi yang terbentuk berperan dalam timbulnya ruam pada kulit dan netralisasi virus dalam sirkulasi. Mekanisme imunologi seluler juga ikut berperan dalam eliminasi virus.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Patofisiologi Organisme (virus morbili) menular melalui rute udara, dalam waktu 24 jam, dari awal muncul reaksi terhadap virus morbili maka akan terjadi eksudat yang serous dan proliferasi sel mononukleus dan beberapa sel polimorfonukleus di sekitar kapiler. Kelainan ini terdapat pada kulit, selaput lendir nasofaring, bronkus dan konjungtiva (Ngastiyah, 1997:352).</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Sebagai reaksi terhadap virus maka terjadi eksudat yang serous dan proliferasi sel mononukleus dan beberapa sel polimorfonukleus disekitar kapiler. Kelainan ini terdapat pada kulit, selaput lendir nasofaring, bronkus dan konjungtiva (IKA,FKUI Volume 2,1985).</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Fathway Morbili</b></div> <div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"> <img border="0" data-original-height="993" data-original-width="890" height="640" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiPW4wapKfYCbvDEggGq53-5rbggvyLMP7y3aHY6uq3NDu7SIJCPMFsb4nUzzLVUXHjrQbacp2vtlvE6pioMj6EPVqmP14HRvLDqHkI20_RBwTFLVOyPs5y4wCK9wQUvUzKua9TWZ9keNsF/s640/Fathway+morbili.png" width="573" /></div> <div style="text-align: justify;"> Untuk mendownload fathway morbili doc, <span style="background-color: cyan;"><b><a href="https://drive.google.com/file/d/1xRLaPOC4pdBAJ0rFeQONhYD82KrekcNF/view?usp=sharing" target="_blank">DISINI</a></b></span></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Manifetasi Klinik</b></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Penyakit ini terbagi dalam 3 stadium, yaitu :</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 1. Stadium prodormal (katarallis).</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Biasanya stadium ini berlangsung 4 – 5 hari disertai panas tubuh, malaise (lemah), batuk, fotopobia, konjungtivitis, koriza. Menjelang selesai stadium kataral dan 24 jam timbul eritema (ruam pada selaput lendir), timbul bercak koplik berwarna putih kelabu, sebesar ujung jarum dan dikelilingi eritema. Kadang – kadang terdapat makula halus yang kemudian menghilang sebelum stadium erupsi. Secara klinis, citra penyakit ibarat influensa dan sering didiagnosis sebagai influensa. Diagnosis asumsi sanggup dibentuk bila ada bercak klopik dan pasien pernah kontak dengan pasien morbili dalam waktu 2 ahad terakhir.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 2. Stadium erupsi.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Koriza dan batuk- batuk bertambah, timbul eritema atau titik merah dipalatum durum dan palatum mole. Kadang- kadang terlihat pula bercak koplik. Biasanya disertai juga meningkatnya suhu tubuh. Diantara makula terdapat kulit yang normal. Mula- mula makula timbul di belakang telinga, dibagian atas lateral tengkuk sepanjang rambut dan cuilan belakang pipi.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Dalam dua hari bercak- bercak menjalar kemuka, lenga atas, cuilan dada, punggung, perut dan tungkai bawah. Kadang- kadang terdapat perdaraha ringan pada kulit. Rasa gatal, muka bengkak, ruam mencapai anggota bawah umumnya pada hari ketiga dan akan menghilang dengan urutan mirip terjadinya. Terdapat juga sedikit splenomegali serta sering pula disertai diare dan muntah.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Variasi morbili yang biasa ini yaitu : black measles yaitu ; morbili yang disertai perdarahan pada kulit, milut hidung dan traktus digestivus.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 3. Stadium konvalensi</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Erupsi berkurang meninggalkan bekas yang berwarna lebih renta (Hiperpigmentasi) yang usang kelamaan akan menghilang sendiri. Selain itu ditemukan pula kulit bersisik. Hiperpigmentasi ini merupakan tanda-tanda patognomonik untuk morbili. Suhu menurun hingga menjadi normal, kecuali bila ada komplikasi. Selanjutnya diikuti tanda-tanda anoreksia, malaise, limfadenopati. (Ngastiyah, Perawatan anak sakit, 351).</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Komplikasi</b></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Pada penyakit morbili terdapat resistensi umum yang menurun sehingga sanggup terjadi uji tuberkulin yang semula konkret berkembang menjadi negatif. Sehingga memudahkan terjadinya komplikasi sekunder mirip otitis media akut, ensepalitis, bronkopneumonia.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Bronkopneumonia ini sanggup mengakibatkan ajal bagi yang masih muda, anak dengan malnutrisi energi protein (KKP), penyakit menahun, leukemia dll. Oleh lantaran itu pada keadaan tertentu perlu diadakan pencegahan. Komplikasi nerologis pada morbili sanggup berupa hemiplegia, paraplegia, afasia, gangguan mental, encepalitis.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Penatalaksanaan</b></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Pada anak berumur 15 bulan sangat dianjurkan untuk menunjukkan imunisasi akjtif yaitu dengan tunjangan vaksin morbili live attenuated. Karena dipastikan anak sebelum umur 15 bulan belum sanggup membentuk antibody secara baik lantaran masih ada antibody dari ibu. Bila terdapat alergi sebaiknya vaksin ditunda hingga dua ahad sehabis sembuh. Vaksin morbili dihentikan diberikan pada anak dengan infeksi kanal pernafasan yang akut atau infeksi lainnya yang disertai demam, anak dengan defisiensi imunologik dan anak dengan obat imunosupresif.</div> <div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Konsep Asuhan Keperawatan</b></div> <div style="text-align: justify;"> <b><br /></b></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Pengkajian</b></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Pengkajian dasar pada pasien dengan morbili bagaimana riwayat kperawatan yaitu mulai dari semenjak lahir hingga sekarang, riwayat imunisasi yaitu sesuai dengan atau teratur tidak sesuai dengan acara imunisasi denga umur/ perkembangan umur, pernah tidak kontak pribadi dengan orang yang terinfeksi khususnya morbili. Selain itu sanggup dikaji tanda – tanda demam atau suhu tubuhnya, koriza, batuk usang tau tidak, konjungtivitis, bercak koplik ada atau tidak, pakah ada eritema pada cuilan belakang indera pendengaran dan leher, bagaimana kebutuhan nutrisinya sesuai dengan TKTP, bagaimana nafsu makannya, selain itu yang perlu diperhatikan keadaan dari anak itu sendiri kondisinya lemah, lesu atau nampak pucat.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Diagnosa Keperawatan</b></div> <ol> <li style="text-align: justify;">Resiko penyebaran infeksi bekerjasama dengan organisme virulen.</li> <li style="text-align: justify;">Gangguan integritas kulit bekerjasama dengan adanya rash.</li> <li style="text-align: justify;">Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan badan bekerjasama dengan iuntake yang tidak adekuat.</li> <li style="text-align: justify;">Gangguan acara bekerjasama dengan isolasi dari kelompok sebaya.</li> </ol> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Intervensi Keperawatan</b></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Diagnosa. 1.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Resiko penyebaran infeksi bekerjasama dengan organisme virulen.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Tujuan : ekspansi infeksi tidak terjadi.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Intervensi :</div> <ul> <li style="text-align: justify;">tempatkan anak pada ruang khusus.</li> <li style="text-align: justify;">Pertahankan isolasi yang ketat dirumah sakit.</li> <li style="text-align: justify;">Gunakan mekanisme proteksi infeksi bila melaksanakan kontak dengan anak.</li> <li style="text-align: justify;">Mempertahankan istirahat selama periode prodormal (kataral).</li> <li style="text-align: justify;">Berikan antibiotik sesuai dengan indikasi.</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> Diagnosa. 2.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Gangguan integritas kulit bekerjasama dengan adanya rash.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Tujuan : anak sanggup mempertahankan integritas kulit.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Intervensi :</div> <ul> <li style="text-align: justify;">pertahankan kuku anak tetap pendek.</li> <li style="text-align: justify;">Jelaskan pada anak untuk tidak menggaruk rash.</li> <li style="text-align: justify;">Mandikan pasien dengan memakai sabun dengan lembut untuk mencegah infeksi.</li> <li style="text-align: justify;">Berikan obat antipruritus topikal dan anestesi topikal.</li> <li style="text-align: justify;">Beirikan antihistamin sesuai order.</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Diagnosa. 3.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan badan bekerjasama dengan iuntake yang tidak adekuat.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Tujuan : anak membuktikan tanda- tanda terpenuhinya kebutuhan nutrisi.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Intervensi :</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Kaji ketidakmampuan anak untuk makan.</li> <li style="text-align: justify;">Berikan masakan yang disertai dengan suplemen nutirisi untuk meningkatkan kualitas intake nutrisi.</li> <li style="text-align: justify;">Anjurkan pada orang renta untuk menunjukkan masakan dengan porsi sedikit tapi sering.</li> <li style="text-align: justify;">Pertahankan kebersihan ekspresi anak.</li> <li style="text-align: justify;">Kolaborasi untuk tunjangan nutrisi parenteral bila kebutuhan nutrisi melalui oral tidak mencukupi kebutuhan gizi anak.</li> <li style="text-align: justify;">Jelaskan pentingnya intake nutrisi yang adekuat untuk penyembuha penyakit.</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Diagnosa. 4</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Gangguan acara bekerjasama dengan isolasi dari kelompok sebaya.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Tujuan : anak sanggup melaksanakan acara sesuai dengan usia dan kiprah perkembangan selama menjalani isolasi dari sahabat sebaya atau anggota keluarga. </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Intervensi :</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Berikan acara ringan yang sesuai dengan usia anak.</li> <li style="text-align: justify;">Libatkan anak dalam mengatur acara harian dan mempunyai acara yang diinginkan.</li> <li style="text-align: justify;">Ijinkan anak untuk mengerjakan kiprah sekolah selama di rumah sakit.</li> <li style="text-align: justify;">Anjurkan anak untuk bekerjasama dengan sahabat bila mungkin.</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Daftar Pustaka</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Kartasasmita, Cissy. B. (1998). Bagian Ilmu Keperawatan anak. Bandung : FKUP/ RSHS.</li> <li style="text-align: justify;">Ngastiah. (1995). Perawatan anak sakit. Jakarta : EGC</li> <li style="text-align: justify;">Ricard E Behrman, MD Victor C Voughan MD. (1992). Ilmu Kesehatan Anak cuilan II (alih bahasa). Jakarta : EGC</li> <li style="text-align: justify;">Rampengan T.H , Laurents I.R. 1997. Penyakit Infeksi Tropik Pada Anak. Edisi 1, Cetakan III. Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta</li> <li style="text-align: justify;">Silalahi Levi, 2004. Campak. http://www.tempointeraktif.com</li> <li style="text-align: justify;">Depkes, R.I., 2004. Campak di Indonesia. http://www.penyakitmenular. info.</li> <li style="text-align: justify;">Hassan, et al. 1985. Ilmu Kesehatan Anak. Infomedika: Jakarta.</li> <li style="text-align: justify;">Hartanto, Huriawati, dr., dkk,. 2006. Kamus Kedokteran Dorland, Edisi Dua Sembilan. EGC: Jakarta.</li> <li style="text-align: justify;">Betz, Cecity L., Linda A. Sowden. 2002. Buku Saku Keperawan Pediatri. EGC: Jakarta.</li> <li style="text-align: justify;">Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 1985. Ilmu Kesehatan Anak 2. Bagian Kesehatan Anak Fakultas</li> <li style="text-align: justify;">Kedokteran Universitas Indonesia: Jakarta</li> <li style="text-align: justify;">H. John. 2005. Kamus Ringkas Kedokteran Stedman untuk Profesi Kesehatan Edisi Empat, EGC: Jakarta.</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> Download laporan pendahuluan morbili / Campak pdf dan doc, dibawah :</div> <div> <ul> <li style="text-align: justify;"><b><span style="background-color: cyan;">Laporan pendahuluan morbili pdf</span>, <i><a href="https://drive.google.com/file/d/1vGnuFV5ArJKw411u20k1zwVAhWB4tNyY/view?usp=sharing" target="_blank">(Ambil File)</a></i></b></li> <li style="text-align: justify;"><b><span style="background-color: lime;">Laporan pendahuluan morbili doc</span>, <i><a href="https://drive.google.com/file/d/1a6JPsiUg2A5q677-JYjhZ9zVogZCZFrA/view?usp=sharing" target="_blank">(Ambil File)</a></i></b></li> </ul> <div style="text-align: justify;"> Alternatif </div> </div> <div> <ul> <li style="text-align: justify;"><b><span style="color: red;"><a href="https://drive.google.com/file/d/1a6JPsiUg2A5q677-JYjhZ9zVogZCZFrA/view?usp=sharing" target="_blank">Alternatif lp morbili doc 1</a></span></b></li> <li style="text-align: justify;"><b><span style="color: red;"><a href="https://drive.google.com/file/d/1vGnuFV5ArJKw411u20k1zwVAhWB4tNyY/view?usp=sharing" target="_blank">Alternatif lp morbili pdf 1</a></span></b></li> <li style="text-align: justify;"><b><span style="color: red;"><a href="https://drive.google.com/file/d/1a6JPsiUg2A5q677-JYjhZ9zVogZCZFrA/view?usp=sharing" target="_blank">Alternatif lp morbili doc 2</a></span></b></li> <li style="text-align: justify;"><b><span style="color: red;"><a href="https://drive.google.com/file/d/1vGnuFV5ArJKw411u20k1zwVAhWB4tNyY/view?usp=sharing" target="_blank">Alternatif lp morbili pdf 2</a></span></b></li> </ul> <div style="text-align: justify;"> Demikian laporan pendahuluan morbili / campak, download format pdf dan doc kami bagikan, silahkan diambil bagi yang membutuhkan, terima kasih</div> </div>

Laporan Pendahuluan Morbili / Campak, Download Format Pdf Dan Doc

Teman-teman perawat dimanapun berada, kali ini kami bagikan laporan pendahuluan morbili atau juga yang lebih dikenal dengan nama campak. ...

+ Baca selengkapnya »

Laporan Pendahuluan / Lp Atresia Ani Lengkap, Download File Format Pdf Dan Doc

<div style="text-align: justify;"> Teman-teman perawat dimanapun berada, selamat tiba di blog sederhana kami, kali ini kami bagikan laporan pendahuluan atresia ani yaitu sebuah konsep teori hingga konsep asuhan keperawatan ihwal penyakit atresia ani.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Pada kesempatan kali ini kami share lp atresia ani dalam format doc dan pdf, dengan tujuan mempermudah teman-teman perawat sekalian dalam pembuatan kiprah makalah ataupun askep atresia ani, tinggal edit beberapa belahan sesuai dengan kebutuhan teman-teman perawat sekalian,</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Diakhir telah kami sediakan link unduhan untuk mendownload file laporan pendahuluan atresia ani pdf dan doc.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <h3 style="text-align: justify;"> <b>Laporan Pendahuluan Atresia Ani</b></h3> <div style="text-align: justify;"> <b>Pengertian</b></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Atresia berasal dari bahasa Yunani, a artinya tidak ada, trepis artinya nutrisi atau makanan. Dalam istilah kedokteran atresia itu sendiri yakni keadaan tidak adanya atau tertutupnya lubang tubuh normal atau organ tubular secara kongenital disebut juga clausura. Dengan kata lain tidak adanya lubang di tempat yang seharusnya berlubang atau buntunya kanal atau rongga tubuh, hal ini bisa terjadi lantaran bawaan semenjak lahir atau terjadi kemudian lantaran proses penyakit yang mengenai kanal itu. Atresia sanggup terjadi pada seluruh kanal tubuh, contohnya atresia ani. Atresia ani yaitu tidak berlubangnya dubur. Atresia ani mempunyai nama lain yaitu anus imperforata. Jika atresia terjadi maka hampir selalu memerlukan tindakan operasi untuk menciptakan kanal ibarat keadaan normalnya</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Atresia Ani / Atresia Rekti yakni ketiadaan atau tertutupnya rectal secara congenital (Dorland, 1998).</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Atresia Ani yakni kelainan kongenital yang dikenal sebagai anus imperforate mencakup anus, rectum atau keduanya (Betz, 2002).</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Atresia ini atau anus imperforate yakni tidak terjadinya perforasi membran yang memisahkan belahan entoderm menimbulkan pembentukan lubang anus yang tidak sempurna. Anus tampak rata atau sedikit cekung ke dalam atau kadang berbentuk anus namun tidak bekerjasama eksklusif dengan rectum (Purwanto, 2001)</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Atresia Ani merupakan kelainan bawaan (kongenital), tidak adanya lubang atau kanal anus (Donna L. Wong, 2003: 205).</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Suatu perineum tanpa apertura anal diuraikan sebagai inperforata. Ladd dan Gross (1966) membagi anus inperforata dalam 4 golongan, yaitu:</div> <ol> <li style="text-align: justify;">Stenosis rectum yang lebih rendah atau pada anus</li> <li style="text-align: justify;">Membran anus menetap</li> <li style="text-align: justify;">Anus inperforata dan ujung rectum yang buntu terletak pada majemuk jarak dari peritoneum</li> <li style="text-align: justify;">Lubang anus yang terpisah dengan ujung rectum yang buntu</li> </ol> <div style="text-align: justify;"> Pada golongan 3 hampir selalu disertai fistula, pada bayi perempuan yang sering ditemukan fisula rektovaginal (bayi buang air besar lewat vagina) dan jarang rektoperineal, tidak pernah rektobrinarius. Sedang pada bayi pria sanggup terjadi fistula rektourinarius dan berakhir dikandung kemih atau uretra serta jarang rektoperineal.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Etiologi</b></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Atresia ani sanggup disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain:</div> <ol> <li style="text-align: justify;">Putusnya kanal pencernaan dari atas dengan tempat dubur sehingga bayi lahir tanpa lubang dubur.</li> <li style="text-align: justify;">Kegagalan pertumbuhan dikala bayi dalam kandungan berusia 12 minggu/3 bulan.</li> <li style="text-align: justify;">Adanya gangguan atau berhentinya perkembangan embriologik didaerah usus, rektum belahan distal serta traktus urogenitalis, yang terjadi antara ahad keempat hingga keenam usia kehamilan.</li> </ol> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Patofisiologi</b></div> <div style="text-align: justify;">       </div> <div style="text-align: justify;"> Terjadinya anus imperforata lantaran kelainan congenital dimana dikala proses perkembangan embrionik tidak lengkap pada proses perkembangan anus dan rectum. Dalam perkembangan selanjutnya ujung ekor dari belakang berkembang jadi kloaka yang juga akan berkembang jadi genitor urinary dan struktur anoretal.</div> <div style="text-align: justify;">       </div> <div style="text-align: justify;"> Atresia ani ini terjadi lantaran tidak sempurnanya migrasi dan perkembangan kolon antara 12 ahad atau tiga bulan selama perkembangan janin. Kegagalan tersebut terjadi lantaran keanehan pada tempat uterus dan vagina, atau juga pada proses obstruksi. Anus imperforate ini terjadi lantaran tidak adanya pembukaan usus besar yang keluar anus sehingga mengakibatkan feses tidak sanggup dikeluarkan.</div> <div style="text-align: justify;">       </div> <div style="text-align: justify;"> Manifestasi klinis diakibatkan adanya obstuksi dan adanya 'fistula. Obstuksi ini menimbulkan distensi abdomen, sekuestrasi cairan, muntah dengan segala karenanya Apabila urin mengalir melalui fistel menuju rektum, maka urin akan diabsorbsi sehingga terjadi asidosis hiperchloremia, sebaliknya feses mengalir kearah traktus urinarius mengakibatkan abses berulang. Pada keadaan ini biasanya akan terbentuk fistula antara rectum dengan organ sekitarnya. Pada perempuan 90% dengan fistula ke vagina (rektovagina) atau perineum (rektovestibuler). Pada laki- laki biasanya letak tinggi, umumnya fistula menuju ke vesika urinaria atau ke prostate (rektovesika) pada letak rendah fistula menuju ke urethra (rektourethralis)</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Fathway Atresia Ani</b></div> <div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"> <img border="0" data-original-height="750" data-original-width="747" height="640" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgk1pN1o7SWrHiR_hKQDyOdL2yQqcrcyeCeGEp6Eolb9yzUjSpvCj2VVRWaGyc9sNpgp4MdWjDy6QaevwCvaIi7tidrjzSSY17VbwPTcDkcObCwz6JHcWhGZy7HXl7GECL9zdKXhjfDnkrz/s640/Fathway+atresia+ani+1.png" width="637" /></div> <div style="text-align: justify;"> Untuk mendownload Fathway atresia ani format doc, <b style="background-color: cyan;"><a href="https://drive.google.com/file/d/1peipKI1HHlWogSrHsSw4Kw2yMlJxcHB1/view?usp=sharing" target="_blank">DISINI</a></b></div> <div style="text-align: justify;"> <b><br /></b></div> <div style="text-align: justify;"> <b><br /></b></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Gambaran Klinik</b></div> <div style="text-align: justify;"> <span style="white-space: pre;"> </span></div> <div style="text-align: justify;"> Pada sebagian besar anomati ini neonatus ditemukan dengan obstruksi usus. Tanda berikut merupakan indikasi beberapa abnormalitas:</div> <ol> <li style="text-align: justify;">Tidak adanya apertura anal</li> <li style="text-align: justify;">Mekonium yang keluar dari suatu orifisium abnormal</li> <li style="text-align: justify;">Muntah dengan abdomen yang kembung</li> <li style="text-align: justify;">Kesukaran defekasi,  contohnya dikeluarkannya feses ibarat mirip stenosis</li> </ol> <div style="text-align: justify;"> Untuk mengetahui kelainan ini secara dini, pada semua bayi gres lahir harus dilakukan colok anus dengan menggunakan termometer yang dimasukkan hingga sepanjang 2 cm ke dalam anus. Atau sanggup juga dengan jari kelingking yang menggunakan sarung tangan. Jika terdapat kelainan, maka termometer atau jari tidak sanggup masuk. Bila anus terlihat normal dan penyumbatan terdapat lebih tinggi dari perineum. Gejala akan timbul dalam 24-48 jam setelah lahir berupa perut kembung, muntah berwarna hijau.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b><br /></b></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Komplikasi     </b>     </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Komplikasi yang sanggup terjadi pada penderita atresia ani antara lain :</div> <div style="text-align: justify;"> 1.      Asidosis hiperkioremia.</div> <div style="text-align: justify;"> 2.      Infeksi kanal kemih yang bisa berkepanjangan.</div> <div style="text-align: justify;"> 3.      Kerusakan uretra (akibat mekanisme bedah).</div> <div style="text-align: justify;"> 4.      Komplikasi jangka panjang.</div> <div style="text-align: justify;"> a.       Eversi mukosa anal</div> <div style="text-align: justify;"> b.      Stenosis (akibat kontriksi jaringan perut dianastomosis)</div> <div style="text-align: justify;"> 5.       Masalah atau kelambatan yang bekerjasama dengan toilet training.</div> <div style="text-align: justify;"> 6.      Inkontinensia (akibat stenosis awal atau impaksi)</div> <div style="text-align: justify;"> 7.      Prolaps mukosa anorektal.</div> <div style="text-align: justify;"> 8.      Fistula kambuan (karena ketegangan diare pembedahan dan infeksi)n (Ngastiyah, 1997 : 248)</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Pemeriksaan Penunjang</b></div> <ol> <li style="text-align: justify;">X-ray, ini memperlihatkan adanya gas dalam usus</li> <li style="text-align: justify;">Pewarnaan radiopak dimasukkan kedalam traktus urinarius, contohnya suatu sistouretrogram mikturasi akan memperlihatkan korelasi rektourinarius dan kelainan urinarius</li> <li style="text-align: justify;">Pemeriksaan urin, perlu dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat mekonium </li> </ol> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Penatalaksanaan</b></div> <ul> <li style="text-align: justify;">Medis:</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> 1. Eksisi membran anal</div> <div style="text-align: justify;"> 2. Fistula, yaitu dengan melaksanakan kolostomi sememtara dan setelah umur 3 bulan dilakukan koreksi sekaligus</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <ul> <li style="text-align: justify;">Keperawatan</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> Kepada orang bau tanah perlu diberitahukan mengenai kelainan pada anaknya dan keadaan tersebut sanggup diperbaiki dengan jalan operasi. Operasi akan dilakukan 2 tahap yaitu tahap pertama hanya dibuatkan anus buatan dan setelah umur 3 bulan dilakukan operasi tahapan ke 2, selain itu perlu diberitahukan perawatan anus buatan dalam menjaga kebersihan untuk mencegah infeksi. Serta memperhatikan kesehatan bayi.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Konsep Asuhan Keperawatan</b></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Pengkajian</b></div> <ol> <li style="text-align: justify;">Biodata klien</li> <li style="text-align: justify;">Riwayat keperawatan</li> <li style="text-align: justify;">Riwayat keperawatan/kesehatan sekarang</li> <li style="text-align: justify;">Riwayat kesehatan masa lalu</li> </ol> <div style="text-align: justify;"> Riwayat tumbuh kembang</div> <ol> <li style="text-align: justify;">BB lahir abnormal</li> <li style="text-align: justify;">Kemampuan motorik halus, motorik kasar, kognitif dan tumbuh kembang pernah mengalami stress berat dikala sakit</li> <li style="text-align: justify;">Sakit kehamilan mengalami abses intrapartal</li> <li style="text-align: justify;">Sakit kehamilan tidak keluar mekonium</li> </ol> <div style="text-align: justify;"> Pola nutrisi – Metabolik</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Anoreksia, penurunan BB dan malnutrisi umu terjadi pada pasien dengan atresia ani post kolostomi. Keinginan pasien untuk makan mungkin terganggu oleh mual dan munta dampak dari anestesi.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Pola Eliminasi</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Dengan pengeluaran melalui kanal kencing, usus, kulit dan paru maka tubuh dibersihkan dari materi – materi yang melebihi kebutuhan dan dari produk buangan. Oleh lantaran pada atresia ani tidak terdapatnya lubang pada anus, sehingga pasien akan mengalami kesulitan dalam defekasi</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Pola Aktivitas dan Latihan</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Pola latihan dan kegiatan dipertahankan untuk menhindari kelemahan otot.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Pola Persepsi Kognitif</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Menjelaskan ihwal fungsi penglihatan, pendengaran, penciuman, daya ingatan masa kemudian dan ketanggapan dalam menjawab pertanyaan.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Pola Tidur dan Istirahat</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Pada pasien mungkin tumpuan istirahat dan tidur terganggu lantaran nyeri pada luka inisisi.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Konsep Diri dan Persepsi Diri</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Menjelaskan konsep diri dan persepsi diri contohnya body image, body comfort. Terjadi sikap distraksi, gelisah, penolakan lantaran dampak luka jahitan operasi</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Peran dan Pola Hubungan</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Bertujuan untuk mengetahui kiprah dan korelasi sebelum dan setelah sakit. Perubahan tumpuan biasa dalam tanggungjawab atau perubahan kapasitas fisik untuk melaksanakan peran</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Pola Reproduktif dan Sexual</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Pola ini bertujuan menjelaskan fungsi sosial sebagi alat reproduksi</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Pola Pertahanan Diri, Stress dan Toleransi, Adanya faktor stress lama, imbas hospitalisasi, persoalan keuangan,</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Pola Keyakinan dan Nilai</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Untuk menandakan sikap, keyakinan klien dalam melaksanakan agama yang dipeluk dan konsekuensinya dalam keseharian. Dengan ini diperlukan perawat dalam memperlihatkan motivasi dan pendekatan terhadap klien dalam upaya pelaksanaan ibadah (Mediana,1998).</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Pemeriksaan fisik</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Hasil investigasi fisik yang didapatkan pada pasien atresia ani yakni anus tampak merah, usus melebar, kadang – kadang tampak ileus obstruksi, termometer yang dimasukkan melalui anus tertahan oleh jaringan, pada auskultasi terdengan hiperperistaltik, tanpa mekonium dalam 24 jam setelah bayi lahir, tinja dalam urin dan vagina. Doengoes Merillyn, E. 2000.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Diagnosa Keperawatan</b></div> <ol> <li style="text-align: justify;">Gangguan eliminasi BAK b.d Dysuria</li> <li style="text-align: justify;">Gangguan rasa nyaman b.d vistel rektovaginal, Dysuria</li> <li style="text-align: justify;">Resti abses b.d feses masuk ke uretra, mikroorganisme masuk kanal kemih</li> <li style="text-align: justify;">Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan b.d mual, muntah, anoreksia</li> <li style="text-align: justify;">Gangguan rasa nyaman, nyeri b.d stress berat jaringan post operasi</li> <li style="text-align: justify;">Resti abses b.d perawatan tidak adekuat, stress berat jaringan post operasi</li> <li style="text-align: justify;">Resti kerusakan integritas kulit b.d perubahan tumpuan defekasi, pengeluaran tidak terkontrol</li> </ol> <div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Intervensi Keperawatan</b></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <table border="1" style="text-align: justify;"> <tbody> <tr> <td>Diagnosa Perawat</td> <td>Tujuan</td> <td>Intervensi</td> </tr> <tr> <td>Gangguan eliminasi BAK b.d vistel rektovaginal, Dysuria</td> <td>Tidak terjadi perubahan tumpuan eliminasi BAK setelah dilakukan tindakan keperawatan dengan KH:<br /> <ul> <li>Pasien sanggup BAK dengan normal </li> <li>tidak ada perubahan pada jumlah urine </li> </ul> </td> <td><br /> <ul> <li>Kaji tumpuan eliminasi BAK pasien </li> <li>Awasi pemasukan dan pengeluaran serta karakteristik urine </li> <li>Selidiki keluhan kandung kemih penuh </li> <li>Awasi/observasi hasil laborat </li> <li>Kolaborasi santunan obat sesuai indikasi</li> </ul> </td> </tr> <tr> <td>Gangguan rasa nyaman, nyeri b.d vistel rektovaginal, Dysuria </td> <td>Pasien merasa nyaman setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam dengan KH:<br /> <br /> <ul> <li>Nyeri berkurang </li> <li>Pasien merasa tenang</li> </ul> </td> <td><br /> <ul> <li>kaji tingkat nyeri yang dirasakan pasien </li> <li>Ajarkan teknik relaksasi distraksi </li> <li>Berikan posisi yang nyaman pada pasien </li> <li>Jelaskan penyebab nyeri dan awasi perubahan kejadian </li> <li>Kolaborasi santunan obat sesuai indikasi</li> </ul> </td> </tr> <tr> <td>Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan b.d mual, muntah, anoreksia</td> <td>Tidak terjadi kekurangan nutrisi setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam dengan KH :<br /> <br /> <ul> <li>Pasien tidak mengalami penurunan berat tubuh Turgor pasien baik </li> <li>Pasien tidak mual, muntah </li> <li>Nafsu makan bertambah</li> </ul> </td> <td><br /> <ul> <li>Kaji KU pasien </li> <li>Timbang berat tubuh pasien </li> <li>Catat frekuensi mual, muntah pasien </li> <li>Catat masukan nutrisi pasien </li> <li>Beri motivasi pasien untuk meningkatkan asupan nutrisi </li> <li>Kolaborasi dengan jago gizi dalam pengaturan menu</li> </ul> </td> </tr> <tr> <td>Nyeri b.d stress berat jaringan post operasi (Kolostomi)</td> <td>Nyeri berkurang setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 24 jam pertama dengan KH:<br /> <br /> <ul> <li>Nyeri berkurang </li> <li>Pasien merasa tenang </li> <li>Tidak ada perubahan tanda vital</li> </ul> </td> <td><br /> <ul> <li>Kaji tingkat nyeri yang dirasakan pasien </li> <li>Berikan klarifikasi pada pasien ihwal nyeri yang terjadi </li> <li>Berikan tindakan kenyamanan, yakinkan pada pasien bahwa perubahan posisi tidak menciderai stoma </li> <li>Ajarkan teknik relaksasi, distraksi </li> <li>Bantu melaksanakan latihan rentang gerak </li> <li>Awasi adanya kekakuan otot abdominal </li> <li>Kolaborasi santunan analgetik</li> </ul> </td> </tr> <tr> <td>Resti kerusakan integritas kulit b.d perubahan tumpuan defekasi, pengeluaran tidak terkontrol </td> <td>Tidak terjadi kerusakan integritas kulit setalah dilakukan tindakan keperawatan 24 jam pertama dengan KH:<br /> <br /> <ul> <li>Mempertahankan integritas kulit </li> <li>Tidak terdapat gejala kerusakan integritas kulit </li> <li>Mengindentifisikasi faktor resiko individu</li> </ul> </td> <td><br /> <ul> <li>Lihat stoma/area kulit peristomal pada setiap penggantian kantong </li> <li>Ukur stoma secara periodik contohnya tia perubahan kantong </li> <li>Berikan proteksi kulit yang efektif </li> <li>Kosongkan irigasi dan kebersihan dengan rutin </li> <li>Awasi adanya rasa gatal disekitar stoma </li> <li>Kolaborasi dengan jago terapi.</li> </ul> </td> </tr> </tbody></table> </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Daftar Pustaka</b></div> <ul> <li style="text-align: justify;">Brunner and Suddarth. (1996). Text book of Medical-Surgical Nursing. EGC. Jakarta.</li> <li style="text-align: justify;">Doengoes Merillynn. (1999) (Rencana Asuhan Keperawatan). Nursing care plans. Guidelines for planing and documenting patient care. Alih bahasa : I Made Kariasa, Ni Made Sumarwati. EGC. Jakarta.</li> <li style="text-align: justify;">Dorland. (1998). Kamus Saku Kedokteran Dorlana. Alih Bahasa: Dyah Nuswantari Ed. 25. Jakarta: EGC </li> <li style="text-align: justify;">Prince A Sylvia. (1995). (patofisiologi). Clinical Concept. Alih bahasa : Peter Anugrah EGC. Jakarta.</li> <li style="text-align: justify;">Long, Barbara. C. (1996). Perawatan Medikal Bedah. Terjemahan: Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan. USA: CV Mosby</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> Untuk mendownload laporan pendahuluan atresia ani pdf dan doc, dibawah :</div> <div> <ul> <li style="text-align: justify;"><b><span style="background-color: cyan;">Laporan pendahuluan atresia ani pdf</span>, <i><a href="https://drive.google.com/file/d/16d0ECCGB9Tw3_CcumiBoIF0ChBtTJhan/view?usp=sharing" target="_blank">(Ambil File)</a></i></b></li> <li style="text-align: justify;"><b><span style="background-color: lime;">Laporan pendahuluan atresia ani doc</span>, <i><a href="https://drive.google.com/file/d/1duJreL114LuYWzSA2g5xyqivOh_mi9P7/view?usp=sharing" target="_blank">(Ambil File)</a></i></b></li> </ul> <div style="text-align: justify;"> Link Alternatif</div> </div> <div> <ul> <li style="text-align: justify;"><b><span style="color: red;"><a href="https://drive.google.com/file/d/16d0ECCGB9Tw3_CcumiBoIF0ChBtTJhan/view?usp=sharing" target="_blank">Alternatif LP Atresia Ani pdf 1</a></span></b></li> <li style="text-align: justify;"><b><span style="color: red;"><a href="https://drive.google.com/file/d/1duJreL114LuYWzSA2g5xyqivOh_mi9P7/view?usp=sharing" target="_blank">Alternatif LP Atresia Ani doc 1</a></span></b></li> <li style="text-align: justify;"><b><span style="color: red;"><a href="https://drive.google.com/file/d/16d0ECCGB9Tw3_CcumiBoIF0ChBtTJhan/view?usp=sharing" target="_blank">Alternatif LP Atresia Ani pdf 2</a></span></b></li> <li style="text-align: justify;"><b><span style="color: red;"><a href="https://drive.google.com/file/d/1duJreL114LuYWzSA2g5xyqivOh_mi9P7/view?usp=sharing" target="_blank">Alternatif LP Atresia Ani doc 2</a></span></b></li> </ul> <div style="text-align: justify;"> Demikian laporan pendahuluan atresia ani lengkap, pdf dan doc kami bagikan, biar bermanfaat dan terima kasih.</div> </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div>

Laporan Pendahuluan / Lp Atresia Ani Lengkap, Download File Format Pdf Dan Doc

Teman-teman perawat dimanapun berada, selamat tiba di blog sederhana kami, kali ini kami bagikan laporan pendahuluan atresia ani yaitu sebu...

+ Baca selengkapnya »

Laporan Pendahuluan Kerikil Terusan Kemih (Ureterolithiasis), Download File Pdf Dan Doc

<div style="text-align: justify;"> Teman-teman perawat dimanapun berada, kali ini kami bagikan laporan pendahuluan kerikil terusan kemih (ureterolithiasi) yakni tinjauan teori hingga konsep asuhan keperawatan ihwal penyakit kerikil terusan kemih.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Pada kesempatan ini kami  share laporan pendahuluan kerikil terusan kemih ( ureterolithiasis) lengkap dalam format pdf dan doc, dengan tujuan semoga selalu sanggup mempermudah teman-teman perawat sekalian dalam pembuatan kiprah akademik perawat.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Untuk mendapat file laporan pendahuluan kerikil terusan kemih (ureterolithiasis) dalam format pdf dan doc siap edit, telah kami sediakan link unduhan diakhir artikel ini :</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <h3 style="text-align: justify;"> <b>Laporan Pendahuluan Batu Saluran Kemih (Urolithiasis)</b></h3> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Pengertian</b></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Adanya kerikil pada terusan perkemihan dalam ginjal, ureter, atau kandung kemih yang membentuk kristal; kalsium, oksalat, fosfat, kalsium urat, asam urat dan magnesium. </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Batu sanggup menjadikan obstruksi, abses atau oedema pada terusan perkemihan, kira-kira 75% dari semua kerikil yang terbentuk terdiri atas; kalsium </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Faktor resiko kerikil ginjal meliputi;stasis perkemihan,infeksi terusan perkemihan, hiperparatiroidismempenyakit abses usus, gout, intake kalsium dan vit D berlebih, immobilitas usang dan dehidrasi. </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Batu terusan kemih yaitu adanya kerikil di traktus urinarius. (ginjal, ureter, atau kandung kemih, uretra) yang membentuk kristal; kalsium, oksalat, fosfat, kalsium urat, asam urat dan magnesium.(Brunner & Suddath,2002). </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Batu terusan kemih atau Ureterolithiasis yaitu adanya kerikil di dalam terusan kemih. (Luckman dan Sorensen). Dari dua definisi tersebut diatas saya mengambil kesimpulan bahwa kerikil terusan kemih yaitu adanya kerikil di dalam terusan perkemihan yang mencakup ginjal,ureter,kandung kemih dan uretra. </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Faktor –faktor yang mensugesti pembentukan batu; </b></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> a. Faktor intrinsik </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Hereditair (keturunan), umur 30-50 tahun, Jenis kelamin pria > perempuan </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> b. Faktor ekstrinsik </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Geografik, Iklim dan temperatur, Asupan air , Diet (banyak purin, oksalat dan kalsium mempermudah terjadinya batu. </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Teori terbentuknya kerikil </b></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> a. Teori Intimatriks </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Terbentuknya BSK. memerlukan adanya substansi organik sebagai inti .Substansi ini terdiri dari mukopolisakarida dan mukoproptein A yang mempermudah kristalisasi dan agregasi substansi pembentukan batu. </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> b. Teori Supersaturasi </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Terjadi kejenuhan substansi pembentuk kerikil dalam urine seperti; sistin,santin,asam urat,kalsium oksalat akan mempermudah terbentuknya batu. </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> c. Teori Presipitasi-Kristaliasi </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Perubahan pH urine akan mensugesti solubilitas substasi dalam urine .Urine yang bersifat asam akan mengendap sistin,santin,asam dan garam urat,urine alkali akan mengendap garam-garam fosfat.. </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> d. Teori Berkurangnya faktor penghambat </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Berkurangnya faktor penghambat menyerupai peptid fosfat, pirofosfatpolifosfat, sitrat magnesium.asam mukopolisakarida akan mempermudah terbentuknya BSK. </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Etiologi</b></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Penyebab terbentuknya kerikil terusan kemih hingga ketika ini belum diketahui pasti, tetapi ada beberapa faktor predisposisi terjadinya kerikil pada terusan kemih yaitu: </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> a. Infeksi </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Infeksi terusan kencing sanggup menjadikan nekrosis jaringan ginjal dan akan menjadi inti pembentukan kerikil terusan kencing . Infeksi basil akan memecah ureum dan membentuk amonium yang akan mengubah pH urine menjadi alkali. </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> b. Stasis dan Obstruksi urine </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Adanya obstruksi dan stasis urine akan mempermudah pembentukan kerikil terusan kencing. </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> c. Jenis kelamin </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Pria lebih banyak daripada perempuan </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> d. Ras </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Pada tempat tertentu angka insiden kerikil terusan kemih lebih tinggi daripada tempat lain, Daerah bantu di Afrika Selatan hampir tidak dijumpai penyakit kerikil terusan kemih. </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> e.Keturunan </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> di duga diturunkan dari orang tuanya.. </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> f. Air minum </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Memperbanyak diuresis dengan cara banyak minum air akan mengurangi kemungkinan terbentuknya kerikil ,sedangkan kurang minum menjadikan kadar semua substansi dalam urine meningkat </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> g. Pekerjaan </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Pekerja keras yang banyak bergerak mengurangi kemungkinan terbentuknya kerikil daripada pekerja yang lebih banyak duduk. </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> h.Suhu </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Tempat yang bersuhu panas menjadikan banyak mengeluarkan keringat sedangkan asupan air kurang dan tingginya kadar mineral dalam air minum meningkatkan insiden kerikil terusan kemih </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> i. Makanan </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Masyarakat yang banyak mengkonsumsi protein hewani angka morbiditas BSk berkurang .Penduduk yang vegetarian yang kurang makan putih telur lebih sering menderita BSK ( buli-buli dan Urethra ) </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Patofisologi</b></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Menurut (Dinda, 2011: hal 2) Secara teoritis kerikil sanggup terbentuk di seluruh terusan kemih terutama pada tempat-tempat yang sering mengalami kendala pedoman urine (stasis urine), yaitu sistem kalises ginjal atau buli-buli. Adnya kelainan bawaan pada pelvikalises, divertikel, obstruksi infravesika kronis menyerupai pada hyperplasia prostat berigna, striktura, dan buli-buli neurogenik merupakan keadaan-keadaan yang memudahkan terjadi pembentukan batu. (Dinda, 2011: hal 2) </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Batu terdiri atas kristal-kristal yang tersusun oleh bahan-bahan organic yang terlarut di dalam urine. Kristal-kristal tersebut tetap berada dalam keadaan metastable (tetap larut) kemudian akan mengadakan agregasi, dan menarik bahan-bahan lain sehingga menjadi kristal yang lebih besar. Meskipun ukurannya cukup besar, agregat Kristal masih ringkih dan belum cukup bisa membuntu terusan kemih. Untuk itu agregat Kristal melekat pada epitel terusan kemih, dan dari sini bahan-bahan lain diendapkan pada 3 agregat itu sehingga membentuk kerikil yang cukup besar untuk menyumbat terusan kemih. (Dinda, 2011: hal 2) </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Kondisi metasble di pengaruhi oleh suhu, pH larutan, adanya koloid di dalam urine, kosentrasi solute di dalam urine, laju pedoman di dalam terusan kemih, atau adanya koloid di dalam urine, kosentrasi solute di dalam terusan kemih, atau adanya korpus alienum di dalam terusan kemih yang bertindak sebagai inti batu. (Dinda, 2011: hal 2) </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Lebih dari 80% kerikil terusan kemih terdiri atas kerikil kalsium, baik yang berikatan dengan oksalat maupun dengan fosfat, membentuk kerikil kalsium oksalat dan kalsium fosfat, sedangkan sisanya berasal dari kerikil asam urat, kerikil magnesium ammonium fosfat, kerikil xanthyn, kerikil sistein, dan kerikil jenis lainnya. Meskipun patogenesis pembentukan batu-batu di atas hampir sama, tetapi suasana di dalam terusan kemih yang memungkinkan terbentuknya jenis kerikil itu tidak sama. Misalkan kerikil asam urat gampang terbentuk dalam suasana asam, sedangkan kerikil magnesium amonium fosfat terbentuk lantaran urine bersifat basa. (Dinda, 2011: hal 2) </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Fathway kerikil terusan Kemih</b></div> <div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"> <img border="0" data-original-height="845" data-original-width="759" height="640" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgYd0brIU9noPDOIB0mgVMprS2X_miYEpOsfy8fkwC3RNTqGCZnmKQbC1IGzgjAyiXz58DdT2lO6J6t-jp6VPUnUnPAZDweZrWNHVUBuf5EPjm8q5f95B5OfcJntM34Rc1F1UXxaF3ZrpwJ/s640/Fathway+batu+saluran+kemih+1.png" width="574" /></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Pemeriksaan Diagnostik.</b></div> <ul> <li style="text-align: justify;">Urinalisa; warna mungkin kuning ,coklat gelap,berdarah,secara umum mengambarkan SDM, SDP, kristal ( sistin,asam urat,kalsium oksalat), ph asam (meningkatkan sistin dan kerikil asam urat) alkali ( meningkatkan magnesium, fosfat amonium, atau kerikil kalsium fosfat), urine 24 jam :kreatinin, asam urat kalsium, fosfat, oksalat, atau sistin mungkin meningkat), kultur urine mengambarkan ISK, BUN/kreatinin serum dan urine; aneh (tinggi pada serum/rendah pada urine) sekunder terhadap tingginya kerikil obstruktif pada ginjal menjadikan iskemia/nekrosis.</li> <li style="text-align: justify;">Darah lengkap: Hb,Ht,abnormal jikalau psien kehilangan cairan tubuh berat atau polisitemia.</li> <li style="text-align: justify;">Hormon Paratyroid mungkin meningkat jikalau ada gagal ginjal ( PTH. Merangsang reabsobsi kalsiumm dari tulang, meningkatkan sirkulasi s\erum dan kalsium urine.</li> <li style="text-align: justify;">Foto Rntgen; mengambarkan adanya kalkuli atau perubahan anatomik pada area ginjal dan sepanjang urewter.</li> <li style="text-align: justify;">IVP.: memberukan konfirmasi cepat urolithiasis menyerupai penyebab nyeri,abdominal atau panggul.Menunjukan keanehan pada struktur anatomik (distensi ureter).</li> <li style="text-align: justify;">Sistoureterokopi;visualiasi kandung kemih dan ureter sanggup mengambarkan kerikil atau imbas obstruksi.</li> <li style="text-align: justify;">USG ginjal: untuk memilih perubahan obstruksi,dan lokasi batu. :</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Komplikasi:</b></div> <div> <ul> <li style="text-align: justify;">Infeksi</li> <li style="text-align: justify;">Obstruksi</li> <li style="text-align: justify;">Hidronephrosis.</li> </ul> </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Penatalaksanaan;</b></div> <ul> <li style="text-align: justify;">Menghilangkan obstruksi</li> <li style="text-align: justify;">Mengobati infeksi</li> <li style="text-align: justify;">Menghilangkan rasa nyeri.</li> <li style="text-align: justify;">Mencegah terjadinya gagal ginjal dan mengurangi kemungkinan terjadinya rekurensi</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Konsep Asuhan Keperawatan</b></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Pengkajian Data Dasar Pada Pasien Dengan Batu Saluran Kencing</b></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 1) Aktivitas/istrirahat </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Kaji ihwal pekerjaan yang monoton,lingkungan pekerjaan apakah pasien terpapar suhu tinnggi,keterbatasan kegiatan ,misalnya lantaran penyakit yang kronis atau adanya cedera pada medulla Spinalis.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 2) Sirkulasi </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Kaji terjadinya peningkatan tekanan Darah/Nadi, yang disebabkan ;nyeri,ansietas atau gagal ginjal.Daerah ferifer apakah teraba hangat(kulit) merah atau pucat.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 3) Eliminasi </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Kaji adanya riwayat ISK kronis.obstruksi sebelumnya(kalkulus) </div> <div style="text-align: justify;"> Penurunan haluaran urinr, kandung kemih penuh, rasa terbekar ketika BAK. Keinginan /dorongan ingin berkemih terus, oliguria, haematuria, piuri atau perubahan contoh berkemih.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 4) Makanan / cairan; </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Kaji adanya mual, muntah, nyeri tekan abdomen, diit tinggi purin, kalsium oksalat atau fosfat, atau ketidak cukupan pemasukan cairan tidak cukup minum, terjadi distensi abdominal, penurunan bising usus.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 5) Nyeri/kenyamanan </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Kaji episode akut nyeri berat, nyeri kolik.lokasi tergantung pada lokasi kerikil contohnya pada panggul di regio sudut kostovertebral sanggup menyebar ke punggung, abdomen, dan turun ke lipat paha’genetalia, nyeri dangkal konstan mengambarkan kalkulus ada di pelvis atau kalkulus ginjal. Nyeri yang khas yaitu nyeri akut tidak hilang dengan posisi atau tindakan lain, nyeri tekan pada area ginjal pada palpasi.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 6) Keamanan </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Kaji terhadap penggunaan alkohol proteksi ketika demam atau menggigil. </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 7) Riwayat Penyakit : </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Kaji adanya riwayat kerikil terusan kemih pada keluarga, penyakit ginjal, hipertensi, gout, ISK kronis, riwayat penyakit, usus halus, bedah abdomen sebelumnya, hiperparatiroidisme, penggunaan antibiotika, anti hipertensi, natrium bikarbonat, alupurinol, fosfat, tiazid, pemasukan hiperbola kalsium atau vitamin D.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Diagnosa Keperawatan </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <ol> <li style="text-align: justify;">Nyeri berafiliasi dengan iritasi pada terusan kemih</li> <li style="text-align: justify;">Perubahan contoh eliminasi: urine berafiliasi dengan obstruksi lantaran batu.</li> <li style="text-align: justify;">Risiko tinggi kekurangan volume cairan berafiliasi dengan mual dan muntah</li> <li style="text-align: justify;">Ketidakefektifan management regiment terapeutik ihwal perawatan post operasi dan pencegahan berafiliasi dengan kurangnya pengetahuan/informasi </li> </ol> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <br /> <div style="text-align: justify;"> <span style="font-weight: 700;"><br /></span></div> <b></b><br /> <div style="text-align: justify;"> <b><b>Rencana Asuhan Keperawatan </b></b></div> <b> </b><br /> <div style="text-align: justify;"> <b><br /></b> </div> <table border="0" cellpadding="0" cellspacing="0" class="MsoNormalTable" style="border-collapse: collapse; text-align: justify; width: 652px;"> <tbody> <tr> <td style="border: solid windowtext 1.0pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 26.7pt;" valign="top" width="36"><div class="MsoNormal"> <span lang="EN-GB">No</span><o:p></o:p></div> </td> <td style="border-left: none; border: solid windowtext 1.0pt; mso-border-left-alt: solid windowtext 1.0pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 92.1pt;" valign="top" width="123"><div class="MsoNormal"> <span lang="EN-GB">Diagnosa</span><o:p></o:p></div> </td> <td style="border-left: none; border: solid windowtext 1.0pt; mso-border-left-alt: solid windowtext 1.0pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 99.25pt;" valign="top" width="132"><div class="MsoNormal"> <span lang="EN-GB">Tujuan/KH</span><o:p></o:p></div> </td> <td style="border-left: none; border: solid windowtext 1.0pt; mso-border-left-alt: solid windowtext 1.0pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 5.0cm;" valign="top" width="189"><div class="MsoNormal"> <span lang="EN-GB">Intervensi</span><o:p></o:p></div> </td> <td style="border-left: none; border: solid windowtext 1.0pt; mso-border-left-alt: solid windowtext 1.0pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 129.45pt;" valign="top" width="173"><div class="MsoNormal"> <span lang="EN-GB">Rasional</span><o:p></o:p></div> </td> </tr> <tr> <td style="border-top: none; border: solid windowtext 1.0pt; mso-border-top-alt: solid windowtext 1.0pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 26.7pt;" valign="top" width="36"><div class="MsoNormal"> <span lang="EN-GB">1.</span><o:p></o:p></div> </td> <td style="border-bottom: solid windowtext 1.0pt; border-left: none; border-right: solid windowtext 1.0pt; border-top: none; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 92.1pt;" valign="top" width="123"><div class="MsoNormal"> Nyeri berafiliasi dengan adanya iritasi pada terusan kemih<o:p></o:p></div> </td> <td style="border-bottom: solid windowtext 1.0pt; border-left: none; border-right: solid windowtext 1.0pt; border-top: none; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 99.25pt;" valign="top" width="132"><div class="MsoNormal"> Hasil yang diharapkan:<o:p></o:p></div> <div class="MsoNormal"> -            Pasien bebas dari rasa nyeri<o:p></o:p></div> <div class="MsoNormal"> -            Pasien tampak rileks, bisa tidur dan istirahat.<o:p></o:p></div> </td> <td style="border-bottom: solid windowtext 1.0pt; border-left: none; border-right: solid windowtext 1.0pt; border-top: none; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 5.0cm;" valign="top" width="189"><div class="MsoNormal"> 1. Kaji karakteristik nyeri ( lokasi, lama, intensitas dan radiasi)<o:p></o:p></div> <div class="MsoNormal"> 2.Observasi gejala vital, tensi, nadi, cemas<o:p></o:p></div> <div class="MsoNormal"> 3.       Jelaskan  penyebab rasa nyeri<o:p></o:p></div> <div class="MsoNormal"> 4.       Ciptakan lingkungan yang nyaman<o:p></o:p></div> <div class="MsoNormal"> 5.       Bantu untuk mengalihkan rasa nyeri: teknik napas dalam.<o:p></o:p></div> <div class="MsoNormal"> 6.       Beri kompres hangat pada punggung<o:p></o:p></div> <div class="MsoNormal"> 7.       Kolaborasi dengan dokter untuk pinjaman analgetik<o:p></o:p></div> </td> <td style="border-bottom: solid windowtext 1.0pt; border-left: none; border-right: solid windowtext 1.0pt; border-top: none; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 129.45pt;" valign="top" width="173"><div class="MsoNormal"> 1.      membantu mengevaluasi perkembangan dari obstruksi.<o:p></o:p></div> <div class="MsoNormal"> 2.      nyeri ahli ditandai dengan peningkatan tekanan darah dan nadi.<o:p></o:p></div> <div class="MsoNormal"> 3.      mengurangi kecemasan pasien.<o:p></o:p></div> <div class="MsoNormal"> 4.      meningkatkan relaksasi, menurunkan tegangan otot.<o:p></o:p></div> <div class="MsoNormal"> 5.      meningkatkan relaksasi dan mengurangi nyeri.<o:p></o:p></div> <div class="MsoNormal"> 6.      mengurangi ketegangan otot.<o:p></o:p></div> <div class="MsoNormal"> 7.      analgetik menghilangkan rasa nyeri.<o:p></o:p></div> </td> </tr> <tr style="height: 272.9pt; mso-yfti-irow: 2;"> <td style="border-top: none; border: solid windowtext 1.0pt; height: 272.9pt; mso-border-top-alt: solid windowtext 1.0pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 26.7pt;" valign="top" width="36"><div class="MsoNormal"> <span lang="EN-GB">2.</span><o:p></o:p></div> </td> <td style="border-bottom: solid windowtext 1.0pt; border-left: none; border-right: solid windowtext 1.0pt; border-top: none; height: 272.9pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 92.1pt;" valign="top" width="123"><div class="MsoNormal"> Perubahan contoh elminasi: urine berafiliasi dengan inflamasi, obstruksi lantaran batu.<o:p></o:p></div> </td> <td style="border-bottom: solid windowtext 1.0pt; border-left: none; border-right: solid windowtext 1.0pt; border-top: none; height: 272.9pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 99.25pt;" valign="top" width="132"><div class="MsoNormal"> Hasil yang diharapkan:<o:p></o:p></div> <div class="MsoNormal"> -            Pola eliminasi urine dan output dalam batas normal.<o:p></o:p></div> <div class="MsoNormal"> -            Tidak menunjukkan gejala obstruksi (tidak ada rasa sakit ketika berkemih, pengeluaran urin lancar).<o:p></o:p></div> </td> <td style="border-bottom: solid windowtext 1.0pt; border-left: none; border-right: solid windowtext 1.0pt; border-top: none; height: 272.9pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 5.0cm;" valign="top" width="189"><div class="MsoNormal"> 1.       Monitor intake dan output.<o:p></o:p></div> <div class="MsoNormal"> 2.       Anjurkan untuk meningkatkan cairan per oral 3 – 4 liter per hari.<o:p></o:p></div> <div class="MsoNormal"> 3.       Kaji karakteristik urine<o:p></o:p></div> <div class="MsoNormal"> 4.       Kaji contoh Bak normal pasien, catat kelainnya.<o:p></o:p></div> </td> <td style="border-bottom: solid windowtext 1.0pt; border-left: none; border-right: solid windowtext 1.0pt; border-top: none; height: 272.9pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 129.45pt;" valign="top" width="173"><div class="MsoNormal"> 1.      menginformasikan fungsi ginjal.<o:p></o:p></div> <div class="MsoNormal"> 2.      mempermudah pengeluaran batu, mencegah terjadinya pengendapan.<o:p></o:p></div> <div class="MsoNormal"> 3.      adanya darah merupakan indikasi meningkatnya obstruksi/iritasi ureter.<o:p></o:p></div> <div class="MsoNormal"> 4.      batu sanggup menjadikan rangsangan mervus yang menjadikan sensasi untuk buang air kecil<o:p></o:p></div> </td> </tr> <tr> <td style="border-top: none; border: solid windowtext 1.0pt; mso-border-top-alt: solid windowtext 1.0pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 26.7pt;" valign="top" width="36"><div class="MsoNormal"> <span lang="SV">3.</span><o:p></o:p></div> </td> <td style="border-bottom: solid windowtext 1.0pt; border-left: none; border-right: solid windowtext 1.0pt; border-top: none; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 92.1pt;" valign="top" width="123"><div class="MsoNormal"> Risiko tinggi kekurangan volume cairan berafiliasi dengan mual dan muntah.<o:p></o:p></div> </td> <td style="border-bottom: solid windowtext 1.0pt; border-left: none; border-right: solid windowtext 1.0pt; border-top: none; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 99.25pt;" valign="top" width="132"><div class="MsoNormal"> Hasil yang diharapkan:<o:p></o:p></div> <div class="MsoNormal"> -           Keseimbangan cairan adekuat<o:p></o:p></div> <div class="MsoNormal"> -            Turgor kulit baik<o:p></o:p></div> </td> <td style="border-bottom: solid windowtext 1.0pt; border-left: none; border-right: solid windowtext 1.0pt; border-top: none; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 5.0cm;" valign="top" width="189"><div class="MsoNormal"> 1.       Monitor intake dan output<o:p></o:p></div> <div class="MsoNormal"> 2.       Berikan intake cairan 3 – 4 liter per hari.<o:p></o:p></div> <div class="MsoNormal"> 3.       Monitor gejala vital, turgor kulit, membran mukosa.<o:p></o:p></div> <div class="MsoNormal"> 4.       Berikan cairan intra vena sesuai intruksi dokter.<o:p></o:p></div> <div class="MsoNormal"> 5.       Kalau perlu berikan obat anti enemik.<o:p></o:p></div> </td> <td style="border-bottom: solid windowtext 1.0pt; border-left: none; border-right: solid windowtext 1.0pt; border-top: none; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 129.45pt;" valign="top" width="173"><div class="MsoNormal"> 1.      membandingkan secara positif dan mengantisipasi output yang sanggup dijadikan tanda adanya renal stasis<o:p></o:p></div> <div class="MsoNormal"> 2.      menjaga keseimbangan cairan untuk homeostasis.<o:p></o:p></div> <div class="MsoNormal"> 3.       dapat menunjukkan gejala dehidrasi.<o:p></o:p></div> <div class="MsoNormal"> 4.      menjaga keseimbangan cairan jikalau intake per oral kurang.<o:p></o:p></div> <div class="MsoNormal"> 5.      mengurangi mual dan muntah.<o:p></o:p></div> </td> </tr> <tr> <td style="border-top: none; border: solid windowtext 1.0pt; mso-border-top-alt: solid windowtext 1.0pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 26.7pt;" valign="top" width="36"><div class="MsoNormal"> <span lang="EN-GB">4.</span><o:p></o:p></div> </td> <td style="border-bottom: solid windowtext 1.0pt; border-left: none; border-right: solid windowtext 1.0pt; border-top: none; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 92.1pt;" valign="top" width="123"><div class="MsoNormal"> Ketidakefektifan management regiment terapeutik ihwal perawatan post operasi dan pencegahan berafiliasi dengan kurangnya pengetahuan/informasi<o:p></o:p></div> </td> <td style="border-bottom: solid windowtext 1.0pt; border-left: none; border-right: solid windowtext 1.0pt; border-top: none; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 99.25pt;" valign="top" width="132"><div class="MsoNormal"> Hasil yang diharapkan:<o:p></o:p></div> <div class="MsoNormal"> -            Pasien mengungkapkan proses penyakit, faktor-faktor penyebab.<o:p></o:p></div> <div class="MsoNormal"> -            Pasien sanggup berpartisipasi dalam perawatan.<o:p></o:p></div> </td> <td style="border-bottom: solid windowtext 1.0pt; border-left: none; border-right: solid windowtext 1.0pt; border-top: none; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 5.0cm;" valign="top" width="189"><div class="MsoNormal"> 1.       Kaji pengetahuan pasien/tanyakan proses sakit dan impian pasien.<o:p></o:p></div> <div class="MsoNormal"> 2.       Jelaskan pentingnya peningkatan cairan per oral 3 – 4 liter per hari.<o:p></o:p></div> <div class="MsoNormal"> 3.       Jelaskan dan anjurkan pasien untuk melaksanakan kegiatan secara teratur.<o:p></o:p></div> <div class="MsoNormal"> 4.       Identifikasi gejala nyeri, hematuri, oliguri.<o:p></o:p></div> <div class="MsoNormal"> 5.       Jelaskan mekanisme pengobatan dan perubahan gaya hidup.<o:p></o:p></div> </td> <td style="border-bottom: solid windowtext 1.0pt; border-left: none; border-right: solid windowtext 1.0pt; border-top: none; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 129.45pt;" valign="top" width="173"><div class="MsoNormal"> 1.      mengetahui tingkat pengetahuan pasien dan memimih cara untuk komunikasi yang tepat.<o:p></o:p></div> <div class="MsoNormal"> 2.      dapat mengurangi stasis urine dan mencagah terjadinya batu.<o:p></o:p></div> <div class="MsoNormal"> 3.      kurang kegiatan mensugesti terjadinya batu.<o:p></o:p></div> <div class="MsoNormal"> 4.      mendeteksi secara dini, komplikasi yang  serius dan berulangnya penyakit.<o:p></o:p></div> <div class="MsoNormal"> 5.      membantu pasien merasakan, mengontrol melalui apa yang terjadi dengan dirinya.<o:p></o:p></div> </td> </tr> </tbody></table> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Daftar Pustaka</b></div> <ul> <li style="text-align: justify;">Carpenito, Linda Juall (1995) Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan ( terjemahan) PT EGC, Jakarta.</li> <li style="text-align: justify;">Doenges,et al, (2000). Rencana Asyuhan Keperawatan ( terjemahan), PT EGC, Jakarta</li> <li style="text-align: justify;">Soeparman, ( 1990), Ilmu Penyakit Dalam Jilid II, Balai Penerbit FKUI, Jakarta.</li> <li style="text-align: justify;">Purnomo, B.B., 2011. Dasar-dasar Urologi. Edisi ke 3, CV. Sagung Seto, Jakarta. Pilasri C., 2007. </li> <li style="text-align: justify;">Depkes RI., 2005. Distribusi Penyakit-Penyakit Sistem Kemih Kelamin Pasien Rawat Inap Menurut Golongan Sebab Sakit Indonesia.</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> Untuk mendownload laporan pendahuluan kerikil terusan kemih (Ureterolithiasis) pdf dan doc dibawah :</div> <div> <ul> <li style="text-align: justify;"><b><span style="background-color: cyan;">Laporan pendahuluan kerikil terusan kemih (ureterolithiasis) doc</span> <i><a href="https://drive.google.com/file/d/1EAcycPX0KN_pJiCyeG5SDD8RFUEDPi8l/view?usp=sharing" target="_blank">(Ambil File)</a></i></b></li> <li style="text-align: justify;"><b><span style="background-color: lime;">Laporan pendahuluan kerikil terusan kemih (ureterolithiasis) pdf</span> <i><a href="https://drive.google.com/file/d/1ugBGZvgOqlJdZv0k_7jnShwkt0yYF3Au/view?usp=sharing" target="_blank">(Ambil File)</a></i></b></li> </ul> <div style="text-align: justify;"> Link Alternatif</div> </div> <div> <ul> <li style="text-align: justify;"><b><span style="color: red;"><a href="https://drive.google.com/file/d/1EAcycPX0KN_pJiCyeG5SDD8RFUEDPi8l/view?usp=sharing" target="_blank">Alternatif LP Batu Saluran Kemih (ureterolithiasis) doc 1</a></span></b></li> <li style="text-align: justify;"><b><span style="color: red;"><a href="https://drive.google.com/file/d/1ugBGZvgOqlJdZv0k_7jnShwkt0yYF3Au/view?usp=sharing" target="_blank">Alternatif LP Batu terusan Kemih (Ureterolithiasis) pdf 1</a></span></b></li> <li style="text-align: justify;"><b><span style="color: red;"><a href="https://drive.google.com/file/d/1EAcycPX0KN_pJiCyeG5SDD8RFUEDPi8l/view?usp=sharing" target="_blank">Alternatif LP Batu Saluran Kemih (ureterolithiasis) doc 2</a></span></b></li> <li style="text-align: justify;"><b><span style="color: red;"><a href="https://drive.google.com/file/d/1ugBGZvgOqlJdZv0k_7jnShwkt0yYF3Au/view?usp=sharing" target="_blank">Alternatif LP Batu terusan Kemih (Ureterolithiasis) pdf 2</a></span></b></li> </ul> <div style="text-align: justify;"> Demikian Laporan pendahuluan kerikil terusan kemih (ureterolithiasis) pdf dan doc kami bagikan, semoga bermanfaat, terima kasih.</div> </div>

Laporan Pendahuluan Kerikil Terusan Kemih (Ureterolithiasis), Download File Pdf Dan Doc

Teman-teman perawat dimanapun berada, kali ini kami bagikan laporan pendahuluan kerikil terusan kemih (ureterolithiasi) yakni tinjauan teor...

+ Baca selengkapnya »