Laporan Pendahuluan Watu Kandung Kemih (Vesikolithiasis) Lengkap, Download Format Pdf Dan Doc

<div style="text-align: justify;"> Dear teman-teman perawat sekalian, tak henti-hentinya kami berusaha menyajikan banyak sekali macam laporan pendahuluan, kalau sebelumnya telah kami bagikan Lp dengan berbgai judul, kali ini kami bagikan laporan pendahuluan kerikil kandung kemih (vesikolithiasis).</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Laporan pendahuluan kerikil kandungan kemih (vesikolithiasis) ini kami bagikan dengan tujuan biar sanggup membantu teman-teman perawat dalam pembuatan kiprah askep, makalah ataupun lp itu sendiri, guna memperlancar proses akademik keperawatan teman-teman sekalia.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Laporna pendahuluan kerikil kandung kemih (vesikolithiasis) ini kami sediakan dalam dua format berbeda yaitu pdf dan doc.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Untuk mendownload laporan pendahuluan kerikil kandung kemih (vesikolithiasi) format doc dan pdf, telah kami sediakan link unduhan diakhir artikel ini, yang sanggup teman-teman perawat gunakan.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <h3 style="text-align: justify;"> <b>Laporan Pendahuluan Batu Kandung Kemih (Vesikolithiasis)</b></h3> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Pengertian</b></div> <div style="text-align: justify;">     </div> <div style="text-align: justify;"> Batu perkemihan sanggup timbul pada banyak sekali tingkat dari sistem perkemihan (ginjal, ureter, kandung kemih), tetapi yang paling sering ditemukan ada di dalam ginjal (Long, 1996:322).</div> <div style="text-align: justify;">     </div> <div style="text-align: justify;"> Vesikolitiasis merupakan kerikil yang menghalangi pemikiran air kemih jawaban penutupan leher kandung kemih, maka pemikiran yang mula-mula lancar secara tiba-tiba akan berhenti dan menetes disertai dengan rasa nyeri ( Sjamsuhidajat dan Wim de Jong, 1998:1027).</div> <div style="text-align: justify;">     </div> <div style="text-align: justify;"> Pernyataan lain menyebutkan bahwa vesikolitiasis yaitu kerikil kandung kemih yang merupakan keadaan tidak normal di kandung kemih, kerikil ini mengandung komponen kristal dan matriks organik (Sjabani dalam Soeparman, 2001:377).</div> <div style="text-align: justify;">     </div> <div style="text-align: justify;"> Vesikolitiasis yaitu kerikil yang ada di vesika urinaria ketika terdapat defisiensi substansi tertentu, menyerupai kalsium oksalat, kalsium fosfat, dan asam urat meningkat atau ketika terdapat defisiensi subtansi tertentu, menyerupai sitrat yang secara normal mencegah terjadinya kristalisasi dalam urin (Smeltzer, 2002:1460).</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Etiologi</b></div> <div style="text-align: justify;">     </div> <div style="text-align: justify;"> Menurut Smeltzer (2002:1460) bahwa, kerikil kandung kemih disebabkan infeksi, statis urin dan periode imobilitas (drainage renal yang lambat dan perubahan metabolisme kalsium).</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Faktor- faktor yang mempengaruhi berdasarkan Soeparman (2001:378) kerikil kandung kemih (Vesikolitiasis) adalah</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 1. Hiperkalsiuria</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Suatu peningkatan kadar kalsium dalam urin, disebabkan karena, hiperkalsiuria idiopatik (meliputi hiperkalsiuria disebabkan masukan tinggi natrium, kalsium dan protein), hiperparatiroidisme primer, sarkoidosis, dan kelebihan vitamin D atau kelebihan kalsium.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 2. Hipositraturia</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Suatu penurunan ekskresi inhibitor pembentukan kristal dalam air kemih, khususnya sitrat, disebabkan idiopatik, asidosis tubulus ginjal tipe I (lengkap atau tidak lengkap), minum Asetazolamid, dan diare dan masukan protein tinggi.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 3. Hiperurikosuria</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Peningkatan kadar asam urat dalam air kemih yang sanggup memacu pembentukan kerikil kalsium lantaran masukan diet purin yang berlebih.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 4. Penurunan jumlah air kemih</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Dikarenakan masukan cairan yang sedikit.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 5. Jenis cairan yang diminum</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Minuman yang banyak mengandung soda menyerupai soft drink, jus apel dan jus anggur.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 6. Hiperoksalouria</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Kenaikan ekskresi oksalat diatas normal (45 mg/hari), insiden ini disebabkan oleh diet rendah kalsium, peningkatan absorbsi kalsium intestinal, dan penyakit usus kecil atau jawaban reseksi pembedahan yang mengganggu absorbsi garam empedu.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 7. Ginjal Spongiosa Medula</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Disebabkan lantaran volume air kemih sedikit, kerikil kalsium idiopatik (tidak dijumpai predisposisi metabolik).</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 8. Batu Asan Urat</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Batu asam urat banyak disebabkan lantaran pH air kemih rendah, dan hiperurikosuria (primer dan sekunder).</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 9. Batu Struvit</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Batu struvit disebabkan lantaran adanya nanah saluran kemih dengan organisme yang memproduksi urease.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Kandungan kerikil kemih kebayakan terdiri dari :</div> <ol> <li style="text-align: justify;">75 % kalsium.</li> <li style="text-align: justify;">15 % kerikil tripe/batu struvit (Magnesium Amonium Fosfat).</li> <li style="text-align: justify;">6 % kerikil asam urat.</li> <li style="text-align: justify;">1-2 % sistin (cystine).</li> </ol> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Patofisiologi</b></div> <div style="text-align: justify;"> <span style="white-space: pre;"> </span></div> <div style="text-align: justify;"> Kelainan bawaan atau cidera, keadan patologis yang disebabkan lantaran infeksi, pembentukan kerikil disaluran kemih dan tumor, keadan tersebut sering menimbulkan bendungan. Hambatan yang menimbulkan sumbatan pemikiran kemih baik itu yang disebabkan lantaran infeksi, stress berat dan tumor serta kelainan metabolisme sanggup menimbulkan penyempitan atau struktur uretra sehingga terjadi bendungan dan statis urin. Jika sudah terjadi bendungan dan statis urin usang kelamaan kalsium akan mengendap menjadi besar sehingga membentuk kerikil (Sjamsuhidajat dan Wim de Jong, 2001:997).</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Proses pembentukan kerikil ginjal dipengaruhi oleh beberapa faktor yang kemudian dijadikan dalam beberapa teori (Soeparman, 2001:388):</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 1. Teori Supersaturasi</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Tingkat kejenuhan komponen-komponen pembentuk kerikil ginjal mendukung terjadinya kristalisasi. Kristal yang banyak menetap menimbulkan terjadinya agregasi kristal dan kemudian menjadi batu.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 2. Teori Matriks</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Matriks merupakan mikroprotein yang terdiri dari 65 % protein, 10 % hexose, 3-5 hexosamin dan 10 % air. Adanya matriks menimbulkan penempelan kristal-kristal sehingga menjadi batu.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 3. Teori Kurangnya Inhibitor</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Pada individu normal kalsium dan fosfor hadir dalam jumlah yang melampaui daya kelarutan, sehingga membutuhkan zat penghambat pengendapan. fosfat mukopolisakarida dan fosfat merupakan penghambat pembentukan kristal. Bila terjadi kekurangan zat ini maka akan gampang terjadi pengendapan.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 4. Teori Epistaxy</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Merupakan pembentuk kerikil oleh beberapa zat secara bersama-sama. Salah satu jenis kerikil merupakan inti dari kerikil yang lain yang merupakan pembentuk pada lapisan luarnya. Contoh ekskresi asam urat yang berlebih dalam urin akan mendukung pembentukan kerikil kalsium dengan materi urat sebagai inti pengendapan kalsium.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 5. Teori Kombinasi</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Batu terbentuk lantaran kombinasi dari majemuk teori diatas.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Fathway vesikolithiasis</b></div> <div style="text-align: justify;"> <b><br /></b></div> <div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"> <img border="0" data-original-height="1059" data-original-width="892" height="640" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgISmqQ5gxCQ_V9iTu57YengtgkqxXh_BpqZ_sU_xgvLD_98ZJob_5OrcasRR2P802_chLarFc7MJVRMrCjVruG3K3qF6_OKg-f2ySaoqvKkxCH0sl9hdXfjY1cygpHAc_HokDlJrOMIRbp/s640/Fathway+vesikolithiasis+1.png" width="539" /></div> <div style="text-align: justify;"> Untuk Mendownload Fathway vesikolithiasis format doc, <b style="background-color: cyan;"><a href="https://drive.google.com/file/d/18qD44_tcp9FteFmLp2O_HkDEVQuiRT8q/view?usp=sharing" target="_blank">DISINI</a></b></div> <div style="text-align: justify;"> <b style="background-color: cyan;"><br /></b></div> <div style="text-align: justify;"> <b style="background-color: cyan;"><br /></b></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Manifestasi Klinis</b></div> <div style="text-align: justify;">     </div> <div style="text-align: justify;"> Batu yang terjebak di kandung kemih biasanya menimbulkan iritasi dan berafiliasi dengan nanah traktus urinarius dan hematuria, jikalau terjadi obstruksi pada leher kandung kemih menimbulkan retensi urin atau sanggup menimbulkan sepsis, kondisi ini lebih serius yang sanggup mengancam kehidupan pasien, sanggup pula kita lihat tanda menyerupai mual muntah, gelisah, nyeri dan perut kembung (Smeltzer, 2002:1461).</div> <div style="text-align: justify;">     </div> <div style="text-align: justify;"> Jika sudah terjadi komplikasi menyerupai seakan-akan hidronefrosis maka gejalanya tergantung pada penyebab penyumbatan, lokasi, dan lamanya penyumbatan. Jika penyumbatan timbul dengan cepat (Hidronefrosis akut) biasanya akan menimbulkan koliks ginjal (nyeri yang luar biasa di tempat antara rusuk dan tulang punggung) pada sisi ginjal yang terkena. Jika penyumbatan berkembang secara perlahan (Hidronefrosis kronis), biasanya tidak mengakibatkan tanda-tanda atau nyeri tumpul di tempat antara tulang rusuk dan tulang punggung.</div> <div style="text-align: justify;">       </div> <div style="text-align: justify;"> Selain tanda diatas, tanda hidronefrosis yang lain berdasarkan Samsuridjal</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Hematuri.</li> <li style="text-align: justify;">Sering ditemukan nanah disaluran kemih.</li> <li style="text-align: justify;">Demam.</li> <li style="text-align: justify;">Rasa nyeri di tempat kandung kemih dan ginjal.</li> <li style="text-align: justify;">Mual.</li> <li style="text-align: justify;">Muntah.</li> <li style="text-align: justify;">Nyeri abdomen.</li> <li style="text-align: justify;">Disuria.</li> <li style="text-align: justify;">Menggigil.</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Pemeriksaan Penunjang</b></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Pemeriksaan penunjangnya dilakukan di laboratorium yang meliputi pemeriksaan:</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 1. Urine</div> <ul> <li style="text-align: justify;">pH lebih dari 7,6 biasanya ditemukan kuman area splitting, organisme sanggup berbentuk kerikil magnesium amonium phosphat, pH yang rendah menimbulkan pengendapan kerikil asam urat.</li> <li style="text-align: justify;">Sedimen : sel darah meningkat (90 %), ditemukan pada penderita dengan batu, bila terjadi nanah maka sel darah putih akan meningkat.</li> <li style="text-align: justify;">Biakan Urin : Untuk mengetahui adanya basil yang berkontribusi dalam proses pembentukan kerikil saluran kemih.</li> <li style="text-align: justify;">Ekskresi kalsium, fosfat, asam urat dalam 24 jam untuk melihat apakah terjadi hiperekskresi.</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 2. Darah</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Hb akan terjadi anemia pada gangguan fungsi ginjal kronis.</li> <li style="text-align: justify;">Lekosit terjadi lantaran infeksi.</li> <li style="text-align: justify;">Ureum kreatinin untuk melihat fungsi ginjal.</li> <li style="text-align: justify;">Kalsium, fosfat dan asam urat.</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 3. Radiologis</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Foto BNO/IVP untuk melihat posisi batu, besar batu, apakah terjadi bendungan atau tidak.</li> <li style="text-align: justify;">Pada gangguan fungsi ginjal maka IVP tidak sanggup dilakukan, pada keadaan ini sanggup dilakukan retrogad pielografi atau dilanjutkan dengan antegrad pielografi tidak menunjukkan informasi yang memadai.</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 4. USG (Ultra Sono Grafi)</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Untuk mengetahui sejauh mana terjadi kerusakan pada jaringan ginjal.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 5. Riwayat Keluarga</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Untuk mengetahui apakah ada anggota keluarga yang menderita kerikil saluran kemih, jikalau ada untuk mengetahui pencegahan, pengobatan yang telah dilakukan, cara mengambilan batu, dan analisa jenis batu.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Komplikasi</b></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Komplikasi yang disebabkan dari Vesikolithotomi (Perry dan Potter, 2002:1842) yaitu sebagai berikut:</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> a. Sistem Pernafasan</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Atelektasis bida terjadi jikalau perluasan paru yang tidak adekuat lantaran dampak analgetik, anestesi, dan posisi yang dimobilisasi yang menimbulkan perluasan tidak maksimal. Penumpukan sekret sanggup menimbulkan pnemunia, hipoksia terjadi lantaran tekanan oleh agens analgetik dan anestesi serta sanggup terjadi emboli pulmonal.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> b. Sistem Sirkulasi</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Dalam sistem peredaran darah sanggup menimbulkan perdarahan lantaran lepasnya jahitan atau lepasnya bekuan darah pada tempat insisi yang sanggup menimbulkan trauma hipovolemik. Statis vena yang terjadi lantaran duduk atau imobilisasi yang terlalu usang sanggup terjadi tromboflebitis, statis vena juga sanggup menimbulkan trombus atau lantaran stress berat pembuluh darah.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> c. Sistem Gastrointestinal</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Akibat imbas anestesi sanggup menimbulkan peristaltik usus menurun sehingga sanggup terjadi distensi abdomen dengan tanda dan tanda-tanda meningkatnya lingkar perut dan terdengar suara timpani ketika diperkusi. Mual dan muntah serta konstipasi sanggup terjadi lantaran belum normalnya peristaltik usus.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> d. Sistem Genitourinaria</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Akibat dampak anestesi sanggup menimbulkan pemikiran urin involunter lantaran hilangnya tonus otot.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> e. Sistem Integumen</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Perawatan yang tidak memperhatikan kesterilan sanggup menimbulkan infeksi, buruknya fase penyembuhan luka sanggup menimbulkan dehisens luka dengan tanda dan tanda-tanda meningkatnya drainase dan penampakan jaringan yang ada dibawahnya. Eviserasi luka/kelurnya organ dan jaringan internal melalui insisi sanggup terjadi jikalau ada dehisens luka serta sanggup terjadi pula surgical mump (parotitis).</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> f. Sistem Saraf</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Bisa mengakibatkan nyeri yang tidak sanggup diatasi.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Penatalaksanaan</b></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Menurut  Soeparman ( 2001:383) pengobatan sanggup dilakukan dengan :</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 1. Mengatasi Simtom</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Ajarkan dengan tirah baring dan cari penyebab utama dari vesikolitiasis, berikan spasme analgetik atau inhibitor sintesis prostaglandin, bila terjadi koliks ginjal dan tidak di kontra indikasikan pasang kateter.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 2. Pengambilan Batu</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Batu sanggup keluar sendiri : Batu tidak diharapkan keluar dengan impulsif jikalau ukurannya melebihi 6 mm.</li> <li style="text-align: justify;">Vesikolithotomi.</li> <li style="text-align: justify;">Pengangkatan Batu</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> a. Lithotripsi gelombang kejut ekstrakorporeal</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Prosedur non invasif yang dipakai untuk menghancurkan batu. Litotriptor yaitu alat yang dipakai untuk memecahkan  kerikil tersebut, tetapi alat ini hanya sanggup memecahkan kerikil dalam batas ukuran 3 cm ke bawah. Bila kerikil di atas ukuran ini sanggup ditangani dengan gelombang kejut atau sistolitotomi melalui sayatan prannenstiel. Setelah kerikil itu pecah menjadi belahan yang terkecil menyerupai pasir, sisa kerikil tersebut dikeluarkan secara spontan.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> b.Metode endourologi pengangkatan batu</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Bidang endourologi mengabungkan ketrampilan mahir radiologi mengangkat kerikil renal tanpa pembedahan mayor. Batu diangkat dengan forseps atau jarring, tergantung dari ukurannya. Selain itu alat ultrasound sanggup dimasukkan ke selang nefrostomi disertai gelombang ultrasonik untuk menghancurkan batu.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 3. Ureteroskopi</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Ureteroskopi meliputi visualisasi dan saluran ureter dengan memasukkan alat ureteroskop melalui sistoskop. Batu sanggup dihancurkan dengan memakai laser, litotrips elektrohidraulik, atau ultrasound kemudian diangkat.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 4. Pencegahan (batu kalsium kronik-kalsium oksalat)</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Menurunkan konsentrasi reaktan (kalsium dan oksalat)</li> <li style="text-align: justify;">Meningkatkan konsentrasi inhibitor pembentuk kerikil yaitu sitrat (kalium sitrat 20 mEq tiap malam hari, minum jeruk nipis atau lemon malam hari), dan bila kerikil tunggal dengan meningkatkan masukan cairan dan investigasi terpola pembentukan kerikil baru.</li> <li style="text-align: justify;">Pengaturan diet dengan meningkatkan masukan cairan, hindari masukan soft drinks, kurangi masukan protein (sebesar 1 g/Kg BB /hari), membatasi masukan natrium, diet rendah natrium (80-100 meq/hari), dan masukan kalsium.</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 4. Pemberian obat</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Untuk mencegah presipitasi kerikil gres kalsium oksalat, diubahsuaikan kelainan metabolik yang ada.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Konsep Asuhan Keperawatan</b></div> <div style="text-align: justify;"> <b><br /></b></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Pengkajian</b></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 1. Biodata klien dan penanggung jawab</div> <div style="text-align: justify;"> 2. Keluhan klien : Nyeri pinggang, sakit ketika miksi keluar darah serta nyeri pada supra pubis.</div> <div style="text-align: justify;"> 3. Riwayat penyakit sebelumnya</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Apakah klien pernah dirawat sebelumnya bagaimana cara klien mengatasi nyeri (mis. Nyeri berkurang jikalau klien bnyak minum dan mengurangi aktifitas</li> <li style="text-align: justify;">Apakah klien ada riwayat alergi</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> 4. Riwayat penyakit keluarga</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Apakah ada keluarga yang mengalami penyakit yang sama</li> <li style="text-align: justify;">Apakah keluarga biasa mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung asam urat (ikan, daging, jeroan dan ayam)</li> <li style="text-align: justify;">Apakah klien biasa minum air yang sudah dimasak</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> 5. Pemeriksaan fisik</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Pada abdomen nyeri tekan pada pinggang</li> <li style="text-align: justify;">Apakah bledder terasa penuh</li> <li style="text-align: justify;">Nyeri pada pangkal paha</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> 6. Pemeriksaan penunjang</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Lab. </li> <li style="text-align: justify;">hematuria (bila terjadi obstruksi yang lama)</li> <li style="text-align: justify;">Pemeriksaan pielografi intravena</li> <li style="text-align: justify;">Pemeriksaan ultrasonografi</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> Adanya kerikil didalam ginjal, vesika urinaria dan tanda-tanda obstruksi urine </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Diagnosa Keperawatan</b></div> <ol> <li style="text-align: justify;">Bersihan jalan nafas tidak efektif berafiliasi dengan imbas anestesi (Carpenito, 2001:324).</li> <li style="text-align: justify;">Pola nafas tidak efektif berafiliasi dengan depresi pernafasan jawaban imbas anestesi (Perry dan Potter, 2002:911).</li> <li style="text-align: justify;">Gangguan rasa nyaman: nyeri berafiliasi dengan pementingan saraf tepi jawaban insisi (Doenges, 1999:688).</li> <li style="text-align: justify;">Nutrisi kurang dari kebutuhan berafiliasi dengan mual dan muntah (Doenges, 1999:691 ).</li> <li style="text-align: justify;">Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berafiliasi dengan perdarahan jawaban insisi (Doenges, 1999:808).</li> <li style="text-align: justify;">Resiko tinggi nanah berafiliasi dengan insisi luka jawaban operasi (Doenges, 1999 : 682).</li> <li style="text-align: justify;">Resiko tinggi gangguan integritas kulit berafiliasi dengan drainase luka (Carpenito, 2001:302).</li> </ol> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Intervensi Keperawatan</b></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Diagnosa. 1</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Bersihan jalan nafas tidak efektif berafiliasi dengan imbas anestesi (Carpenito, 2001:324)</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Tujuan :  Tidak terjadi gangguan pernafasan</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Kriteria Hasil : Tidak tersedak, Sekret tidak menumpuk di jalan nafas dan tidak ditemukan tanda cyanosis</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Intervensi :</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Kaji teladan nafas klien.</li> <li style="text-align: justify;">Kaji perubahan tanda vital secara drastis.</li> <li style="text-align: justify;">Kaji adanya syanosis.</li> <li style="text-align: justify;">Bersihkan sekret dijalan nafas.</li> <li style="text-align: justify;">Ciptakan lingkungan yang nyaman.</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Diagnosa. 2</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Pola nafas tidak efektif berafiliasi dengan depresi pernafasan jawaban imbas anestesi (Doenges, 1999:911).</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Tujuan : teladan nafas menjadi normal (vesikuler).</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Kriteria Hasil : teladan nafas efektif, bebas dari sianosis atau tanda-tanda hipoksia.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Intervensi :</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Pertahankan jalan nafas dengan memiringkan kepala, hiperekstensi rahang, pemikiran udara faringeal oral.</li> <li style="text-align: justify;">Observasi frekuensi dan kedalaman pernafasan.</li> <li style="text-align: justify;">Posisikan klien dengan nyaman.</li> <li style="text-align: justify;">Observasi pengembalian fungsi otot pernafasan.</li> <li style="text-align: justify;">Lakukan pengisapan lendir jikalau diperlukan.</li> <li style="text-align: justify;">Berikan 0ksigen jikalau diperlukan.</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Diagnosa. 3</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Gangguan rasa nyaman : nyeri berafiliasi dengan pementingan saraf tepi jawaban insisi (Doenges, 1999:688).</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Tujuan : klien merasa nyaman.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Kriteria Hasil : klien tidak gelisah, skala nyeri 1-2, tanda vital normal.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Intervensi :</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Kaji tanda vital klien.</li> <li style="text-align: justify;">Catat lokasi dan lamanya intensitas nyeri.</li> <li style="text-align: justify;">Ajarkan teknik relaksasi dan distraksi.</li> <li style="text-align: justify;">Ciptakan lingkungan yang nyaman.</li> <li style="text-align: justify;">Kolaborasi derma analgesik (Narkotik), anti spasmodik dan kortikosteroid.</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Diagnosa. 4</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Nutrisi kurang dari kebutuhan berafiliasi dengan mual dan muntah (Doenges, 1999 :691)</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Kriteria Hasil : Klien habis satu porsi dari rumah sakit, tidak mengeluh lemas, membran mukosa lembab dan tanda vital normal.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Intervensi :</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Kaji tanda vital klien.</li> <li style="text-align: justify;">Kaji kebutuhan nutrisi klien.</li> <li style="text-align: justify;">Timbang berat tubuh klien setiap hari.</li> <li style="text-align: justify;">Kaji turgor klien.</li> <li style="text-align: justify;">Awasi input dan output klien.</li> <li style="text-align: justify;">Cacat kejadian muntah dan catat karakteristik dan frekuensi muntah.</li> <li style="text-align: justify;">Berikan makan sedikit tetapi sering.</li> <li style="text-align: justify;">Ciptakan lingkungan yang nyaman bagi klien.</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Diagnosa. 5.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berafiliasi dengan perdarahan jawaban insisi (Doenges, 1999:808).</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Tujuan : Membaiknya keseimbangan cairan dan elektrolit.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Kriteria Hasil :</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Monitor tanda vital.</li> <li style="text-align: justify;">Monitor urin meliputi warna hemates sesuai indikasi.</li> <li style="text-align: justify;">Pertahankan pencatatan komulatif jumlah dan tipe pemasukan cairan.</li> <li style="text-align: justify;">Monitor status mental klien.</li> <li style="text-align: justify;">Monitor berat tubuh tiap hari.</li> <li style="text-align: justify;">Awasi investigasi laboratorium (Hb, Ht, dan natrium urin).</li> <li style="text-align: justify;">Kolaborasi derma diuretik.</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Diagnosa. 6</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Resiko tinggi nanah berafiliasi dengan insisi luka operasi (Doenges, 1999 : 682).</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Tujuan : Tidak terjadi infeksi.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Kriteria Hasil: Limfosit dalam batas normal, tanda vital normal dan tidak ditemukan tanda infeksi.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Intervensi :</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Kaji lokasi dan luas luka.</li> <li style="text-align: justify;">Pantau jikalau terdapat tanda nanah (rubor, dolor, kolor, tumor dan perubahan fungsi).</li> <li style="text-align: justify;">Pantau tanda vital klien.</li> <li style="text-align: justify;">Kolaborasi derma antibiotik.</li> <li style="text-align: justify;">Ganti balut dengan prinsip steril.</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Diagnosa. 7</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Resiko tinggi gangguan integritas kulit berafiliasi dengan drainase luka (Carpenito, 2001:302).</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Tujuan : Tidak terjadi gangguan integritas kulit .</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Kriteria Hasil: tidak ditemukan tanda infeksi, tidak ada luka tambahan</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Intervensi :</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Kaji drainase luka.</li> <li style="text-align: justify;">Monitor adanya tanda nanah (rubor, dolor, kolor, tumor dan perubahan fungsi).</li> <li style="text-align: justify;">Kaji adanya luka pelengkap pada klien.</li> <li style="text-align: justify;">Ganti balut dengan prinsip steril.</li> <li style="text-align: justify;">Kolaborasi derma antibiotik</li> <li style="text-align: justify;">Himbau biar klien membatasi mobilitasnya.</li> </ul> <div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Daftar Pustaka</b></div> <br /> <ul> <li style="text-align: justify;">Corwin, Elizabeth aja. 2009. Buku Saku PATOFISIOLOGI </li> <li style="text-align: justify;">Penerbit buku kedokteranEGC: Jakarta. Doengos, Marilynn, E, dkk. 2000.</li> <li style="text-align: justify;">Rencana Asuhan Keperawatan. Penerbit bukukedokteran EGC: Jakarta.</li> <li style="text-align: justify;">Smeltzer, Suzanne.C dan Brenda G. bare. 2002.</li> <li style="text-align: justify;">Keperawatan medical bedah .Penerbit buku kedokteran EGC: Jakarta Somantri, Iman. 2008.</li> <li style="text-align: justify;">KMB: Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika Alsagaff, Hood, 2006,</li> <li style="text-align: justify;">Dasar-dasar Ilmu Penyakit Paru, Airlangga University Press, Surabaya. Pearce, Evelyn, 2006,</li> <li style="text-align: justify;">Anatomi dan Fisiologi untuk Para Medis, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Pooter, Patricia, A., 2005,</li> <li style="text-align: justify;">Buku Ajar Fundamental Keperawatan, Edisi 4, EGC, Jakarta.</li> <li style="text-align: justify;">Anonim1.Buku Ilmu Penyakit Dalam.Vol 3 Ed 4. Jakarta: EGC Misnadiarly.2008. Penyakit Infeksi saluran napas. Jakarta: Pustaka Populer Obor</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> Untuk mendownloas laporan pendahuluan kerikil kandung kemih (vesikolithiasis) format pdf dan doc, dibawah :</div> <div> <ul> <li style="text-align: justify;"><b><span style="background-color: cyan;">Laporan pendahuluan kerikil saluran kemih (vesikolithiasis) pdf</span>, <i><a href="https://drive.google.com/file/d/13n6-xvZ8UjxNeuOBYoE-snFNa88PW_Zq/view?usp=sharing" target="_blank">(Ambil File)</a></i></b></li> <li style="text-align: justify;"><b><span style="background-color: lime;">Laporan pendahuluan kerikil saluran kemih (vesikolithiasis) doc</span>, <i><a href="https://drive.google.com/file/d/1XF3vnxGj_KwQRtfvjeS-k8OBferQcYNm/view?usp=sharing" target="_blank">(Ambil File)</a></i></b></li> </ul> <div style="text-align: justify;"> Link Alternatif</div> </div> <div> <ul> <li style="text-align: justify;"><b style="background-color: #ffe599;"><a href="https://drive.google.com/file/d/13n6-xvZ8UjxNeuOBYoE-snFNa88PW_Zq/view?usp=sharing" target="_blank">alternatif lp vesikolithiasis pdf 1</a></b></li> <li style="text-align: justify;"><b style="background-color: #93c47d;"><a href="https://drive.google.com/file/d/1XF3vnxGj_KwQRtfvjeS-k8OBferQcYNm/view?usp=sharing" target="_blank">alternatif lp vesikolithiasis doc 1</a></b></li> </ul> <ul> <li style="text-align: justify;"><b style="background-color: #76a5af;"><a href="https://drive.google.com/file/d/13n6-xvZ8UjxNeuOBYoE-snFNa88PW_Zq/view?usp=sharing" target="_blank">alternatif lp vesikolithiasis pdf 2</a></b></li> <li style="text-align: justify;"><b style="background-color: #6aa84f;"><a href="https://drive.google.com/file/d/1XF3vnxGj_KwQRtfvjeS-k8OBferQcYNm/view?usp=sharing" target="_blank">alternatif lp vesikolithiasis doc 2</a></b></li> </ul> <div style="text-align: justify;"> Demikian laporan pendahuluan kerikil kandung kemih (vesikolithiasis) kami bagikan, semoga bermanfaat dan sanggup membantu teman-teman perawat sekalian, terima kasih.</div> </div> </div>

Laporan Pendahuluan Watu Kandung Kemih (Vesikolithiasis) Lengkap, Download Format Pdf Dan Doc

Dear teman-teman perawat sekalian, tak henti-hentinya kami berusaha menyajikan banyak sekali macam laporan pendahuluan, kalau sebelumnya te...

+ Baca selengkapnya »

Laporan Pendahuluan Ventrikel Septum Defek (Vsd) Lengkap Sampai Konsep Asuhan Keperawatan, Format Pdf Dan Doc.

<div style="text-align: justify;"> Teman-teman perawat sekalian diamanapun berada, masih perihal laporan pendahuluan, kali ini kami coba bagikan laporan pendahuluan Ventrikel Septum Defek (VSD) lengkap hingga konsep asuhan keperawatan, format pdf dan doc.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Untuk membantu teman-teman perawat seluruh Indonesia, disini kami berusaha menyajikan laporan pendahuluan Ventrikel Septum Defek (VSD) terlengkap, dan juga kami sediakan dalam format file pdf dan doc sehingga sahabat - sahabat tinggal edit sesuai kebutuhan untuk menyelesaiak kiprah keperawatan baik askep, makalah maupun lp itu semdiri.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Diakhir artikel ini telah kami sediakan link unduhan, yang sanggup dipakai untuk mendaownload file Laporan pendahuluan Ventrikel Septum Defek (VSD) pdf dan doc :</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <h3 style="text-align: justify;"> <b>Laporan Pendahuluan Ventrikel Septum Defek (VSD)</b></h3> <div style="text-align: justify;"> <b><br /></b></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Pengertian</b></div> <div style="text-align: justify;">       </div> <div style="text-align: justify;"> Ventrikel Septum Defek (VSD) ialah suatu keadaan asing yaitu adanya pembukaan antara ventrikel kiri dan ventrikel kanan.(Rita &Suriadi, 2001).</div> <div style="text-align: justify;">       </div> <div style="text-align: justify;"> Ventrikel Septum Defek (VSD) ialah adanya hubungan (lubang) asing pada sekat yang memisahkan ventrikel kanan dan ventrikel kiri. (Heni dkk, 2001).</div> <div style="text-align: justify;">       </div> <div style="text-align: justify;"> Ventrikel Septum Defek (VSD) ialah kelainan jantung berupa tidak sempurnanya penutupan dinding pemisah antara kedua ventrikel sehingga darah dari ventrikel kiri ke kanan, dan sebaliknya. Umumnya congenital dan merupakan kelainan jantung bawaan yang paling umum ditemukan (Junadi, 1982)</div> <div style="text-align: justify;">       </div> <div style="text-align: justify;"> Ventrikel Septum Defek (VSD) ialah kelainan jantung bawaan berupa lubang pada septum interventrikuler, lubang tersebut hanya satu atau lebih yang terjadi tanggapan kegagalan fungsi septum interventrikuler semasa janin dalam kandungan. Sehingga darah bisa mengalir dari ventrikel kiri ke kanan ataupun sebaliknya</div> <div style="text-align: justify;">       </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Klasifikasi</b></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 1. Klasifikasi Ventrikel Septum Defek (VSD) menurut kelainan Hemodinamik</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Defek kecil dengan tahanan paru normal</li> <li style="text-align: justify;">Defek sedang dengan tahahan vaskuler paru normal</li> <li style="text-align: justify;">Defek besar dengan hipertensi pulmonal hiperkinetik</li> <li style="text-align: justify;">Defek besar dengan penyakit obstruksivaskuler paru</li> </ul> <br /> <div style="text-align: justify;"> 2. Klasifikasi  Ventrikel Septum Defek (VSD) menurut letak anatomis</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Defek didaerah pars membranasea septum, yang disebut defek membran atau lebih baik perimembran (karena hampir selalu mengenai jaringan di sekitarnya). Berdasarkan ekspansi (ekstensi) defeknya, defek peri membran ini dibagi lagi menjadi yang dengan ekspansi ke outlet, dengan ekspansi ke inlet, dan defek peri membran dengan ekspansi ke kawasan trabekuler.</li> <li style="text-align: justify;">Defek muskuler, yang sanggup dibagi lagi menjadi : defek muskuler inlet, defek muskuler outlet dan defek muskuler trabekuler.</li> <li style="text-align: justify;">Defek subarterial, terletak tepat dibawah kedua katup aorta dan arteri pulmonalis, lantaran itu disebut pula doubly committed subarterial VSD. Defek ini dahulu disebut defek suprakristal, lantaran letaknya diatas supraventrikularis. Yang terpenting pada defek ini ialah bahwa katup aorta dan katup arteri pulmonalis terletak pada ketinggian yang sama, dengan defek septum ventrikel tepat berada di bawah katup tersebut. (dalam keadaan normal katup pulmonal lebih tinggi daripada katup aorta, sehingga pada defek perimembran lubang terletak tepat di bawah katup aorta namun jauh dari katup pulmonal)</li> </ul> <br /> <div style="text-align: justify;">           </div> <div style="text-align: justify;"> <b>Fisiologi</b></div> <div style="text-align: justify;">    </div> <div style="text-align: justify;"> Fungsi utama jantung ialah untuk memompakan darah ke seluruh tubuh dengan cara mengembang dan menguncup yang disebabkan oleh lantaran adanya rangsangan yang berasal dari susunan saraf otonom.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Sirkulasi darah</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 1. Sistem Peredaran darah besar</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Darah meninggalkan ventrikel kiri melalui aorta dan arteri-arteri yang lebih kecil atau arteriola ke seluruh tubuh. Arteri mempunyai dinding yang berotot yang sanggup menyempitkan dan menahan pedoman darah yang berfungsi untuk mempertahankan tekanan darah arteri dan mengatur pedoman darah kapiler. Dalam jaringan kapiler terjadi pertukaran zat antara plasma dan jaringan interstitial. Kapiler-kapiler bergabung membentuk venula dan vena kava inferior dan masuk ke atrium kanan jantung.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 2. system peredaran darah kecil</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Darah dari ventrikel kanan melalui arteri pulmonalis dan arteri – arteri yang lebih kecil membawa darah kotor ke paru-paru. Di paru-paru (alveoli) terdapat peningkatan o2 dan pelepasan co2 dalam kapiler pulmonal. Kapiler pulmonal kemudian bergabung membentuk vena dan membawa darah higienis ke jantung melalui atrium kiri.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Etiologi</b></div> <div style="text-align: justify;">       </div> <div style="text-align: justify;"> Penyebab terjadinya penyakit jantung bawaan belum sanggup diketahui secara pasti, tetapi ada beberapa factor yang diduga mempunyai imbas pada peningkatan angka kejadian PJB yaitu :</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 1. Faktor prenatal</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Ibu menderita penyakit abuh : Rubela</li> <li style="text-align: justify;">Ibu alkoholisme</li> <li style="text-align: justify;">Umur ibu lebih dari 40 tahun</li> <li style="text-align: justify;">Ibu menderita penyakit DM yang memerlukan insulin</li> <li style="text-align: justify;">Ibu meminum obat-obatan penenang</li> </ul> <br /> <div style="text-align: justify;"> 2. Faktor genetic</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Anak yang lahir sebelumnya menderita PJB</li> <li style="text-align: justify;">Ayah/ibu menderita PJB</li> <li style="text-align: justify;">Kelainan kromosom contohnya sindrom down</li> <li style="text-align: justify;">Lahir dengan kelainan bawaan yang lain </li> </ul> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <br /> <div style="text-align: justify;"> <b>Patofisiologi</b></div> <div style="text-align: justify;">       </div> <div style="text-align: justify;"> Ventrikel Septum Defek (VSD) ditandai dengan adanya hubungan septal yang memungkinkan darah mengalir pribadi antar ventrikel, biasanya dari kiri ke kanan. Diameter defek ini bervariasi dari 0,5 – 3,0 cm. Perubahan fisiologi yang terjadi sanggup dijelaskan sebagai berikut :</div> <ol> <li style="text-align: justify;">Tekanan lebih tinggi pada ventrikel kiri dan meningklatkan pedoman darah kaya oksigen melalui defek tersebut ke ventrikel kanan.</li> <li style="text-align: justify;">Volume darah yang meningkat dipompa ke dalam paru, yang risikonya dipenuhi darah, dan sanggup menjadikan naiknya tahanan vascular pulmoner.</li> <li style="text-align: justify;">Jika tahanan pulmoner ini besar, tekanan ventrikel kanan meningkat, menjadikan piarau terbalik, mengalirkan darah miskin oksigen dari ventrikel kanan ke kiri, menjadikan sianosis. </li> </ol> <div style="text-align: justify;"> Keseriusan gangguan ini tergantung pada ukuran dan derajat hipertensi pulmoner. Jika anak asimptomatik, tidak dibutuhkan pengobatan; tetapi bila timbul gagal jantung kronik atau anak beresiko mengalami perubahan vascular paru atau memperlihatkan adanya pirau yang andal diindikasikan untuk penutupan defek tersebut. Resiko bedah kira-kira 3% dan usia ideal untuk pembedahan ialah 3 hingga 5 tahun.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Fathway VSD</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"> <img border="0" data-original-height="508" data-original-width="633" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjo11xCLbIy_rxg1a2ZDa3WY7peUyo_rrDsQ3oSQ6Gzp8JT2I6adpw0Ob9opb1ZaEeqQyORKqMzsGepgLRWMwBA5pDAnPJXucVkbnF7Vrzn9sKJ7INQ6vGBWQl5YsCAz9uqT37ElMYy0Mwn/s1600/Fathway+VSD.png" /></div> <div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"> <br /></div> <div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"> Untuk mendownload Fathway VSD doc, <b style="background-color: cyan;"><a href="https://drive.google.com/file/d/1hk81cPAG6OV1KBtCni_ppRXdAm77hpww/view?usp=sharing" target="_blank">DISINI</a></b></div> <div style="text-align: justify;"> <b><br /></b></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Tanda dan Gejala</b></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Tanda dan tanda-tanda VSD Tergantung pada besar kecilnya defek (lubang).</div> <ol> <li style="text-align: justify;">Tanda khas ialah mur-mur pansistolik keras dan kasar, umumnya paling terang terdengar pada tepi kiri bawah sternum</li> <li style="text-align: justify;">Beban yang terlalu berat dari ventrikel kanan menjadikan hipertrofi dan pembesaran jantung yang nyata.</li> <li style="text-align: justify;">Dengan meningkatnya resistensi vascular paru, sering terdapat dispneu dan abuh paru.</li> <li style="text-align: justify;">Mungkin terdapat tanda-tanda sianosis</li> <li style="text-align: justify;">Pertumbuhan terganggu</li> <li style="text-align: justify;">Kesulitan makan</li> </ol> <br /> <div style="text-align: justify;"> <b>Pemeriksaan Diagnostik</b></div> <ul> <li style="text-align: justify;">Kateterisasi jantung memperlihatkan adanya hubungan asing antar ventrikel</li> <li style="text-align: justify;">EKG dan foto thoraks memperlihatkan adanya hipertrofi ventrikel kiri</li> <li style="text-align: justify;">Hitung darah lengkap untuk uji prabedah rutin</li> <li style="text-align: justify;">Uji masa protombin (PT) dan masa tromboplastin parsial (PTT) yang dialkukan sebelum pembedahan sanggup mengungkapkan kecenderungan perdarahan (biasanya normal)</li> </ul> <br /> <div style="text-align: justify;"> <b>Komplikasi</b></div> <ul> <li style="text-align: justify;">Gagal jantung</li> <li style="text-align: justify;">Endokarditis</li> <li style="text-align: justify;">Insufisiensi aorta</li> <li style="text-align: justify;">Stenosis pulmonal</li> <li style="text-align: justify;">Hipertensi pulmonal (penyakit pembuluh darah paru yang progresif)</li> </ul> <br /> <div style="text-align: justify;"> <b>Penatalaksanaan Medis</b></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 1. Atasi gizi, abuh dan kegagalan jantung. Pada kasus dengan defek kecil (1-5mm) dan  perkembangan baik tidak memerlukan operasi.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 2. Pembedahan : </div> <ul> <li style="text-align: justify;">menutup defek dengan dijahit melalui cardiopulmonary bypass</li> <li style="text-align: justify;">pembedahan Pulmonal Arteri Bunding (PAB) atau penutupan defek untuk mengurangi pedoman ke paru.</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> 3. Non pembedahan : menutup defek dengan alat melalui kateterisasi jantung</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 4. Pemberian vasopresor atau vasodilator : </div> <ul> <li style="text-align: justify;">Dopamin ( intropin )</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> Memiliki imbas inotropik positif pada miocard, menjadikan peningkatan curah jantung dan peningkatan tekanan  sistolik serta tekanan nadi , sedikit sekali atau tidak ada efeknya pada tekanan diastolik ;digunakan untuk gangguan hemodinamika yang disebabkan bedah jantung terbuka (dosis diatur untuk mempertahankan tekanan darah dan perfusi ginjal)</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Isopreterenol ( isuprel )</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> Memiliki imbas inotropik positif pada miocard, menjadikan peningkatan curah jantung : menurunan tekanan diastolik dan tekanan rata-rata sambil meningkatkan tekanan sisitolik.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Konsep Asuhan Keperawatan</b></div> <div style="text-align: justify;"> <b><br /></b></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Pengkajian</b></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Dalam diagnosa keperawatan, perlu dilakukan pengkajian data dari hasil :</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Anamnesa</li> <li style="text-align: justify;">Inspeksi</li> <li style="text-align: justify;">Palpasi</li> <li style="text-align: justify;">Perkusi</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> Dari hasil pengkajian tersebut, data yang diperoleh ialah problem yang dialami klien</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Penyebab timbulnya keluhan</li> <li style="text-align: justify;">Informasi perihal kelainan struktur dan fungsi jantung atau pembuluh darah</li> <li style="text-align: justify;">Informasi perihal kekuatan jantung dan acara klien yang tidak memperberat kerja jantung</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Anamnesa</b></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Hal-hal yang perlu diungkapkan dalam melaksanakan anamnesa ialah :</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 1. Riwayat perkawinan</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Pengkajian apakah anak ini diinginkan atau tidak, lantaran apabila anak tersebut tidak diinginkan kemungkinan selama hamil ibu telah memakai obat-obat yang bertujuan untuk menggugurkan kandungannya</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 2. Riwayat kehamilan</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Apakah selama hamil ibu pernah menderita penyakit yang sanggup mempengaruhi proses pertumbuhan janin, menyerupai hipertensi, diabetus melitus atau penyakit virus menyerupai rubella khususnya bila terjangkit pada kehamilan trisemester pertama.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 3. Riwayat keperawatan </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Respon fisiologis terhadap defek ( sianosisi, acara terbatas )</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 4. Kaji adanya tanda-tanda gagal jantung: nafas cepat, sesak nafas, retraksi, suara jantung perhiasan ( mur-mur ), edema tungkai dan hepatomegali )</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 5. Kaji adanya tanda-tanda hipoxia kronis : clubbing finger</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 6. Kaji contoh makan, contoh pertambahan berat badan</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 7. Apakah diantara keluarga ada yang menderita penyakit yang sama</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 8. Apakah ibu atau ayah perokok (terutama selama hamil)</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 9. Apakah ibu atau ayah pernah menderita penyakit kelamin (seperti sipilis)</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 10. Sebelum hamil apakah ibu mengikuti KB dan bentuk KB yang pernah digunakan</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 11. Obat-obat apa saja yang pernah dimakan ibu selama hamil</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 12. Untuk anak sendiri apakah pernah menderita penyakit demam reumatik</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 13. Apakah ada kesulitan dalam pemberian makan atau minum khususnya pada bayi</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 14. Obat-obat apa saja yang pernah dimakan anak</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Diagnosa Keperawatan</b></div> <ol> <li style="text-align: justify;">Penurunan curah jantung yang berafiliasi dengan malformasi jantung.</li> <li style="text-align: justify;">Gangguan pertukaran gas berafiliasi dengan kongesti pulmonal.</li> <li style="text-align: justify;">Tidak toleransi terhadap aktifitas berafiliasi dengan ketidakseimbangan antara pemakaian oksigen oleh tubuh dan suplay oksigen ke sel.</li> <li style="text-align: justify;">Perubahan pertumbuhan dan perkembanganberhubungan dengan tidak adekuatnya suplai oksigen dan zat nutrisi ke jaringan</li> <li style="text-align: justify;">Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berafiliasi dengan kelelahan pada dikala makan dan meningkatnya kebutuhan kalori</li> <li style="text-align: justify;">Resiko abuh berafiliasi dengan menurunnya status kesehatan.</li> <li style="text-align: justify;">Perubahan kiprah orangtua berafiliasi dengan hospitalisasi anak, kekhawatiran terhadap peyakit anak.</li> </ol> <br /> <div style="text-align: justify;"> <b>Intervensi Keperawatan</b></div> <div style="text-align: justify;"> <b><br /></b> Diagnosa. 1. </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Penurunan curah jantung yang berafiliasi dengan malformasi jantung.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Tujuan : meningkatkan curah jantung</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Kriteria Hasil : anak akan memperlihatkan tanda-tanda membaiknya curah jantung</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Intervensi :</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Observasi kualitas dan kekuatan denyut jantung, nadi perifer, warna dan kehangatan kulit.</li> <li style="text-align: justify;">Tegakkan derajad sinosis ( sirkumoral, membran mukosa, clubbing)</li> <li style="text-align: justify;">Monitor tanda-tanda CHF ( gelisah, takikardi, tacipnea, sesak, lelah dikala minum susu, periorbotal edema, oliguri dan hepatomegali )</li> <li style="text-align: justify;">Berkolaborasi dalam pemberian digoxin sesuai order dengan memakai teknik pencegahan ancaman toxisitas.</li> <li style="text-align: justify;">Berikan pengobatan untuk menurunkan afterload</li> <li style="text-align: justify;">Berikan diuretik sesuai indikasi</li> </ul> <br /> <div style="text-align: justify;"> Diagnosa. 2</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Gangguan pertukaran gas berafiliasi dengan kongesti pulmonal.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Tujuan : meningkatkan resisitensi pembuluh paru</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Kriteria Hasil : anak akan memperlihatkan tanda-tanda tidak adanya peningkatan resistensi pembuluh paru</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Intervensi :</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Monitor kualitas dan irama pernafasan</li> <li style="text-align: justify;">Atur posisi anak dengan posisi fowler</li> <li style="text-align: justify;">Hindari anak dari orang yang terinfeksi</li> <li style="text-align: justify;">Berikan istirahat yang cukup</li> <li style="text-align: justify;">Berikan nutrisi yang optimal</li> <li style="text-align: justify;">Berikan oksigen bila ada indikasi</li> </ul> <br /> <div style="text-align: justify;"> Diagnosa. 3</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Tidak toleransi terhadap aktifitas berafiliasi dengan ketidakseimbangan antara pemakaian oksigen oleh tubuh dan suplay oksigen ke sel.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Tujuan : mempertahankan tingkat acara yang adekuat</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Kriteria Hasil : anak akan mempertahankan tingkat acara yang adekuat dan anak akan berpartisipasi dalam acara yang dilakukan oleh seusianya</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Intervensi : </div> <ul> <li style="text-align: justify;">Ijinkan anak untuk sering beristirahat dan hindari gangguan pada dikala tidur</li> <li style="text-align: justify;">Anjurkan untuk melaksanakan permainan dan acara ringan</li> <li style="text-align: justify;">Bantu anak untuk menentukan acara yang sesuai dengan usia, kondisi dan kemampuan anak</li> <li style="text-align: justify;">Berikan periode istirahat sehabis melakuakan aktivitas</li> <li style="text-align: justify;">Hindarkan suhu lingkungan yang terlalu panas atau dingin</li> <li style="text-align: justify;">Hindarkan hal-hal yang menjadikan ketakutan kecemasan pada anak.</li> </ul> <br /> <div style="text-align: justify;"> Diagnosa. 4</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Perubahan pertumbuhan dan perkembanganberhubungan dengan tidak adekuatnya suplai oksigen dan zat nutrisi ke jaringan</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Tujuan : mempertahankan pertumbuhan berat tubuh yang sesuai</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Kriteria Hasil : anak akan tumbuh sesuai dengan kurva pertumbuhan berat tubuh dan tinggi badan</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Intervensi :</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Sediakan diet yang seimbang, tinggi zat-zat nutrisi untuk mencapai pertumbuhan yang adekuat</li> <li style="text-align: justify;">Monitor tinggi dan berat badan, dokumentasikan dalam bentuk grafik untuk mengetahui kecenderungan pertumbuhan anak</li> </ul> <br /> <div style="text-align: justify;"> Diagnosa. 5</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berafiliasi dengan kelelahan pada dikala makan dan meningkatnya kebutuhan kalori</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Tujuan : mempertahankan intake kuliner dan minuman untuk mempertahankan berat tubuh dan </div> <div style="text-align: justify;"> menopang pertumbuhan</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Kriteria Hasil : anak akan mempertahankan intake kuliner dan minuman untuk mempertahankan berat tubuh dan menopang pertumbuhan</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Intervensi :</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Timbang berat tubuh setiap hari dengan timbangan yang sama dan waktu yang sama</li> <li style="text-align: justify;">Catat intake dan output secara benar</li> <li style="text-align: justify;">Berikan kuliner dengan porsi kesil tapi sering untuk menghindari kelelahan pada dikala makan</li> <li style="text-align: justify;">Hindari kegiatan perawatan yang tidak perlu </li> <li style="text-align: justify;">Pertahankan nutrisi dengan mencegah kekurangan kalium, natrium dan memperlihatkan zat gizi</li> <li style="text-align: justify;">Sediakan diet yang seimbang, tinggi zat nutrisi untuk mencapai pertumbuhan yang adekuat</li> <li style="text-align: justify;">Anak-anak yang mendapat diuretik biasanya sangat haus, oleh lantaran itu cairan tidak dibatasi.</li> </ul> <br /> <div style="text-align: justify;"> Diagnosa. 6</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Resiko abuh berafiliasi dengan menurunnya status kesehatan.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Tujuan : mencegah terjadinya infeksi</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Kriteria Hasil : anak tidak akan memperlihatkan tanda-tanda infeksi</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Intervensi :</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Hindari kontak dengan individu yang terinfeksi</li> <li style="text-align: justify;">Berikan istirahat yang adekuat</li> <li style="text-align: justify;">Berikan kebutuhan nutrisi yang optimal</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Diagnosa. 7</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Perubahan kiprah orangtua berafiliasi dengan hospitalisasi anak, kekhawatiran terhadap peyakit anak.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Tujuan : memperlihatkan pemberian pada orang tua</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Kriteria Hasil : orang bau tanah akan mengekspresikan perasaannya lantaran mempunyai anak denan kelainan jantung, mendiskusikan planning pengobatan dan mempunyai doktrin bahwa orang bau tanah mempunyai peranan penting dalam keberhasilan pengobatan</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Intervensi :</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Ajarkan orang bau tanah untuk mengeskpresikan perasaannya tanggapan mempunyai anak dengan kelainan jantung, mendiskusikan planning pengobatan dan mempunyai doktrin bahwa orang bau tanah mempunyai peranan penting dalam keberhasilana pengbatan</li> <li style="text-align: justify;">Eksplorasi perasaan orang bau tanah mengenai perasaan ketakutan, rasa bersalah, berduka dan perasaan tidak mampu</li> <li style="text-align: justify;">Mengurangi ketakutan dan kecemasan orang bau tanah dengan memperlihatkan informasi yang jelas</li> <li style="text-align: justify;">Libatkan orang bau tanah dalam perawatan anak selama di rumah sakit</li> <li style="text-align: justify;">Memberikan dorongan kepada keluarga untuk melibatkan anggota keluarga yang lain dalam perawatan anak.</li> </ul> <br /> <div style="text-align: justify;"> <b>Perencanaan pemulangan</b></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 1. Kontrol sesuai waktu yang ditentukan </div> <div style="text-align: justify;"> 2. Jelaskan acara yang sanggup dilakukan anak sesuia dengan usia dan kondisi penyakit</div> <div style="text-align: justify;"> 3. Mengajarkan keterampilan yang dibutuhkan di rumah, yaitu :</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Tehnik pemberian obat</li> <li style="text-align: justify;">Tehnik pemberian makanan</li> <li style="text-align: justify;">Tindakan untuk mengatasi bila terjadi hal-hal ynag mencemaskan</li> <li style="text-align: justify;">Tanda-tanda komplikasi, siapa yang akan dihubungi bila membutuhkan pertolongan</li> </ul> <br /> <div style="text-align: justify;"> <b>Daftar Pustaka</b></div> <ul> <li style="text-align: justify;">Betz, Cecily L, Buku Saku Keperawatan pediatric, Ed3. Jakarta, EGC. 2002</li> <li style="text-align: justify;">Heni R dkk, Buku Ajar Keperawatan Kardiovaskular, Jakarta, Pusat kesehatan Jantung dan Pembuluh darah nasional “Harapan Kita” 2001.</li> <li style="text-align: justify;">Junadi dkk, Kapita SElekta kedokteran, Ed2, Media Aesculapius, FKUI, 1982</li> <li style="text-align: justify;">Suriadi & Rita Y, Asuhan keperawatan Pada Anak, Ed1. Jakarta, Sagung Seto, 2001</li> <li style="text-align: justify;">Samsjuhidayat & Wim de Jong, Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi Revisi, Jakarta, EGC, 1997.</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> Untuk mendownload laporan pendahuluan Ventrikel Septum Defek (VSD) Lengkap Hingga Konsep Asuhan Keperawatan, format pdf dan doc. Dibawah :</div> <div> <ul> <li style="text-align: justify;"><b><span style="background-color: cyan;">Laporan Pedahuluan Ventrikel Septum Defek (VSD) pdf</span>, <i><a href="https://drive.google.com/file/d/1igPrvuT6pivMyU4e8_4m4McZzPMZxyXK/view?usp=sharing" target="_blank">(Ambil File)</a></i></b></li> <li style="text-align: justify;"><b><span style="background-color: lime;">Laporan Pedahuluan Ventrikel Septum Defek (VSD) doc</span>, <i><a href="https://drive.google.com/file/d/1Rm_Nk1dj4Z_DSaty806jTPga3Gis7LnC/view?usp=sharing" target="_blank">(Ambil File)</a></i></b></li> </ul> <div style="text-align: justify;"> Link Alternatif</div> </div> <div> <ul> <li style="text-align: justify;"><b><span style="color: red;"><a href="https://drive.google.com/file/d/1Rm_Nk1dj4Z_DSaty806jTPga3Gis7LnC/view?usp=sharing" target="_blank">Alternatif LP VSD doc 1</a></span></b></li> <li style="text-align: justify;"><b><span style="color: red;"><a href="https://drive.google.com/file/d/1igPrvuT6pivMyU4e8_4m4McZzPMZxyXK/view?usp=sharing" target="_blank">Alternatif LP VSD pdf 1</a></span></b></li> </ul> <ul> <li style="text-align: justify;"><b><span style="color: red;"><a href="https://drive.google.com/file/d/1Rm_Nk1dj4Z_DSaty806jTPga3Gis7LnC/view?usp=sharing" target="_blank">Alternatif LP VSD doc 2</a></span></b></li> <li style="text-align: justify;"><b><span style="color: red;"><a href="https://drive.google.com/file/d/1igPrvuT6pivMyU4e8_4m4McZzPMZxyXK/view?usp=sharing" target="_blank">Alternatif LP VSD pdf 2</a></span></b></li> </ul> <div style="text-align: justify;"> <b>Demikian Laporan Pendahuluan </b>Ventrikel Septum Defek (VSD) Lengkap Hingga Konsep Asuhan Keperawatan, format pdf dan doc. Kami bagikan, Semoga bisa teman-teman perawat jadikan referensi, Terima kasih.</div> </div>

Laporan Pendahuluan Ventrikel Septum Defek (Vsd) Lengkap Sampai Konsep Asuhan Keperawatan, Format Pdf Dan Doc.

Teman-teman perawat sekalian diamanapun berada, masih perihal laporan pendahuluan, kali ini kami coba bagikan laporan pendahuluan Ventrikel...

+ Baca selengkapnya »

Laporan Pendahuluan Kejang Demam Lengkap, Download Pdf Dan Doc

<div style="text-align: justify;"> Kami bagikan laporan pendahuluan kejang demam lengkap, download pdf dan doc.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Pada laporan pendahuluan kejang demam ini telah kami susun selengkap mungkin mulai dari tinjauan teori hingga konsep asuhan keperawatan, kejang demam merupakan salah satu penyakit yang sering kita temui pada anak- anak, kasus ini sering kita jumpai pada ruangan PICU ataupun ruangan anak-anak.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Teman-teman perawat yang sedang praktek di stase anak biasanya membutuhkan laporan pendahuluan kejang demam, dari itu kali ini kami sediakan, dengan tujuan sanggup membantu teman-teman perawat sekalian dalam pembuatan kiprah askep, makalah ataupun LP dengan kasus kejang demam.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Laporan pendahuluan kejang demam ini, kami sediakan dalam bentuk dua format berbeda yakni pdf dan doc, teman-teman perawat sekalian sanggup mendownload nya diakhir artikel ini, melalui link yang telah kami sediakan.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <h3 style="text-align: justify;"> <b>Laporan Pendahuluan Kejang Demam</b></h3> <div style="text-align: justify;"> <b><br /></b></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Pengertian</b></div> <div style="text-align: justify;">     </div> <div style="text-align: justify;"> Kejang demam atau febrile convulsion ialah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di atas 38oC) yang disebabkan oleh proses ekstrakranium (Ngastiyah, 1997:229).</div> <div style="text-align: justify;">       </div> <div style="text-align: justify;"> Kejang merupakan perubahan fungsi otak mendadak dan sementara sebagai akhir dari kegiatan neuronal yang gila dan pelepasan listrik serebral yang berlebihan.(betz & Sowden,2002)</div> <div style="text-align: justify;">       </div> <div style="text-align: justify;"> Kejang demam ialah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh ( suhu rektal diatas 380 C) yang disebabkan oleh proses ekstrakranium.</div> <div style="text-align: justify;">       </div> <div style="text-align: justify;"> Berdasarkan pengertian diatas Makara sanggup disimpulkan kejang demam ialah kenaikan suhu tubuh yang mengakibatkan perubahan fungsi otak akhir perubahan potensial listrik serebral yang hiperbola sehingga menjadikan renjatan berupa kejang.</div> <div style="text-align: justify;">     </div> <div style="text-align: justify;">     </div> <div style="text-align: justify;"> <b>Etiologi</b></div> <div style="text-align: justify;">     </div> <div style="text-align: justify;"> Bangkitan kejang pada bayi dan anak disebabkan oleh kenaikan suhu tubuh yang tinggi dan cepat, yang disebabkan oleh infeksi diluar susunan syaraf pusat contohnya : tonsilitis ostitis media akut, bronchitis, dll</div> <div style="text-align: justify;">       </div> <div style="text-align: justify;"> Penyebab yang niscaya dari terjadinya kejang demam tidak diketahui. Kejang demam biasanya bekerjasama dengan demam yang tiba-tiba tinggi dan kebanyakan terjadi pada hari pertama anak mengalami demam.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Kejang berlangsung selama beberapa detik hingga beberapa menit. kejang demam cenderung ditemukan dalam satu keluarga, sehingga diduga melibatkan faktor keturunan (faktor genetik). Kadang kejang yang bekerjasama dengan demam disebabkan oleh penyakit lain, ibarat keracunan, meningitis atau ensefalitis.  Roseola atau infeksi oleh virus herpes pada manusia  juga sering mengakibatkan kejang demam pada anak-anak. Shigella pada Disentri juga sering menyebakan demam tinggi dan kejang demam pada belum dewasa (Mediacastore, 2011: 8).</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Menurut Jessica (2011: 3) penyebab dan faktor resiko terjadinya kejang demam ialah sebagai berikut:</div> <ol> <li style="text-align: justify;">Infeksi virus</li> <li style="text-align: justify;">Infeksi traktus pernapasan atas</li> <li style="text-align: justify;">Infeksi traktus digestivus (gastroenteritis)</li> <li style="text-align: justify;">Infeksi jalan masuk kemih </li> <li style="text-align: justify;">Otitis Media</li> <li style="text-align: justify;">Faktor genetik</li> </ol> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Patofisiologi</b></div> <div style="text-align: justify;">     </div> <div style="text-align: justify;"> Sumber energi otak ialah glukosa yang melalui proses oksidasi dipecah menjadi CO2 dan air. Sel dikelilingi oleh membran yang terdiri dari permukaan dalam yaitu lipoid dan permukaan luar yaitu ionik. Dalam keadaan normal membran sel neuron sanggup dilalui dengan gampang oleh ion kalium (K+) dan sangat sulit dilalui oleh ion natrium (Na+) dan elektrolit lainnya, kecuali ion klorida (Cl-). Akibatnya konsentrasi ion K+ dalam sel neuron tinggi dan konsentrasi Na+ rendah, sedang di luar sel neuron terdapat keadaan sebalikya. Karena perbedaan jenis dan konsentrasi ion di dalam dan di luar sel, maka terdapat perbedaan potensial membran yang disebut potensial membran dari neuron. Untuk menjaga keseimbangan potensial membran diharapkan energi dan sumbangan enzim Na-K ATP-ase yang terdapat pada permukaan sel.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Keseimbangan potensial membran ini sanggup diubah oleh :</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 1. Perubahan konsentrasi ion di ruang ekstraselular</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Rangsangan yang tiba mendadak contohnya mekanisme, kimiawi atau fatwa listrik dari sekitarnya</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 2. Perubahan patofisiologi dari membran sendiri lantaran penyakit atau keturunan</div> <div style="text-align: justify;">     </div> <div style="text-align: justify;"> Pada keadaan demam kenaikan suhu 1oC akan menjadikan kenaikan metabolisme basal 10-15 % dan kebutuhan oksigen akan meningkat 20%. Pada anak 3 tahun sirkulasi otak mencapai 65 % dari seluruh tubuh dibandingkan dengan orang remaja yang hanya 15 %. Oleh lantaran itu kenaikan suhu tubuh sanggup mengubah keseimbangan dari membran sel neuron dan dalam waktu yang singkat terjadi difusi dari ion kalium maupun ion natrium akhir terjadinya lepas muatan listrik. Lepas muatan listrik ini demikian besarnya sehingga sanggup meluas ke seluruh sel maupun ke membran sel sekitarnya dengan sumbangan “neurotransmitter” dan terjadi kejang. Kejang demam yang berlangsung usang (lebih dari 15 menit) biasanya disertai apnea, meningkatnya kebutuhan oksigen dan energi untuk kontraksi otot skelet yang karenanya terjadi hipoksemia, hiperkapnia, asidosis laktat disebabkan oleh metabolisme anerobik, hipotensi artenal disertai denyut jantung yang tidak teratur dan suhu tubuh meningkat yang disebabkan makin meningkatnya aktifitas otot dan menjadikan metabolisme otak meningkat.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Fathway Kejang Demam</b></div> <div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"> <img border="0" data-original-height="558" data-original-width="504" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg-xInJirub4hvLta9jmeOO-0MfS21cIoS7WGYP6XJI4yWVhfemWevYRR53N2ZWsvMB6kNImugXqkX0plDchsEn-nZGfpRv9rmn8NSfgRhyphenhyphen33L8tgn7Ecs2aZd8klh0rZzgrteDu44mrPIb/s1600/Fathway+Kejang+Demam.png" /></div> <div style="text-align: justify;"> Untuk mendownload Fathway Kejang demam format doc, <b style="background-color: cyan;"><a href="https://drive.google.com/file/d/11RqW3EfD97DYxdGZPTfCxo6QBk3pKDqd/view?usp=sharing" target="_blank">DISINI</a></b></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Prognosa</b></div> <div style="text-align: justify;">       </div> <div style="text-align: justify;"> Dengan penanggulangan yang sempurna dan cepat prognosisnya baik dan tidak perlu mengakibatkan kematian, resiko seorang anak sehabis menderita kejang demam tergantung faktor :</div> <ol> <li style="text-align: justify;">Riwayat penyakit kejang tanpa demam dalam keluarga</li> <li style="text-align: justify;">Kelainan dalam perkembangan atau kelainan saraf sebelum anak menderita kejang</li> <li style="text-align: justify;">Kejang yang berlangsung usang atau kejang fokal </li> </ol> <div style="text-align: justify;"> Bila terdapat paling sedikit 2 dari 3 faktor tersebut di atas, di kemudian hari akan mengalami serangan kejang tanpa demam sekitar 13 %, dibanding bila hanya terdapat satu atau tidak sama sekali faktor tersebut, serangan kejang tanpa demam 2%-3% saja (“Consensus Statement on Febrile Seizures 1981”).</div> <div style="text-align: justify;">     </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Manifestasi Klinik</b></div> <div style="text-align: justify;">       </div> <div style="text-align: justify;"> Serangan kejang biasanya terjadi 24 jam pertama sewaktu demam, berlangsung singkat dengan sifat bangkitan kejang sanggup berbentuk tonik-klonik, tonik, klonik, fokal atau akinetik. Umumnya kejang berhenti sendiri. Begitu kejang berhenti anak tidak memberi reaksi apapun sejenak tapi setelah beberapa detik atau menit anak akan sadar tanpa ada kelainan saraf.</div> <div style="text-align: justify;">       </div> <div style="text-align: justify;"> Di Subbagian Anak FKUI RSCM Jakarta, kriteria Livingstone digunakan sebagai pedoman menciptakan diagnosis kejang demam sederhana, yaitu :</div> <ol> <li style="text-align: justify;"> Umur anak ketika kejang antara 6 bulan dan 4 tahun</li> <li style="text-align: justify;">Kejang berlangsung tidak lebih dari 15 menit</li> <li style="text-align: justify;">Kejang bersifat umum</li> <li style="text-align: justify;">Kejang timbul dalam 16 jam pertamam setelah timbulnya demam</li> <li style="text-align: justify;">Pemeriksaan saraf sebelum dan sehabis kejang normal</li> <li style="text-align: justify;">Pemeriksaan EEG yang dibentuk sedikitnya satu ahad sehabis suhu normal tidak memperlihatkan kelainan</li> <li style="text-align: justify;">Frekuensi kejang bangkitan dalam satu tahun tidak melebihi empat kali    </li> </ol> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Pemeriksaan Penunjang</b></div> <div> <div style="text-align: justify;">       </div> <div style="text-align: justify;"> Tergantung sarana yang tersedia dimana pasien dirawat, pemeriksaannya mencakup :</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 1. Darah</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Glukosa Darah<span style="white-space: pre;"> </span>:<span style="white-space: pre;"> </span>Hipoglikemia merupakan predisposisi kejang  (N < 200 mq/dl)</li> <li style="text-align: justify;">BUN<span style="white-space: pre;"> </span>:<span style="white-space: pre;"> </span>Peningkatan BUN memiliki potensi kejang dan merupakan indikasi nepro toksik akhir dari pemberian obat.</li> <li style="text-align: justify;">Elektrolit<span style="white-space: pre;"> </span>:<span style="white-space: pre;"> </span>K, Na</li> <li style="text-align: justify;">Ketidakseimbangan elektrolit merupakan predisposisi kejang</li> <li style="text-align: justify;">Kalium ( N 3,80 – 5,00 meq/dl )</li> <li style="text-align: justify;">Natrium ( N 135 – 144 meq/dl )</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> 2. Cairan Cerebo Spinal<span style="white-space: pre;"> </span>:<span style="white-space: pre;"> </span>Mendeteksi tekanan gila dari CCS tanda infeksi, pendarahan penyebab kejang.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 3. Skull Ray<span style="white-space: pre;"> </span>:<span style="white-space: pre;"> </span>Untuk mengidentifikasi adanya proses desak ruang dan adanya lesi</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 4. Tansiluminasi<span style="white-space: pre;"> </span>:<span style="white-space: pre;"> </span>Suatu cara yang dikerjakan pada bayi dengan UUB masih terbuka (di bawah 2 tahun) di kamar gelap dengan lampu khusus untuk transiluminasi kepala.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 5. EEG<span style="white-space: pre;"> </span>:<span style="white-space: pre;"> </span>Teknik untuk menekan kegiatan listrik otak melalui tengkorak yang utuh untuk mengetahui fokus kegiatan kejang, hasil biasanya normal.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 6. CT Scan<span style="white-space: pre;"> </span>:<span style="white-space: pre;"> </span>Untuk mengidentifikasi lesi cerebral infaik hematoma, cerebral oedem, trauma, abses, tumor dengan atau tanpa kontras.</div> </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Penatalaksanaan Medik</b></div> <div style="text-align: justify;">       </div> <div style="text-align: justify;"> Dalam penaggulangan kejang demam ada 4 faktor yang perlu dikerjakan, yaitu :</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 1. Pemberantasan kejang secepat mungkin</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Pemberantasan kejang di Sub serpihan Saraf Anak, Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI sebagai berikut :</div> <div style="text-align: justify;"> Apabila seorang anak tiba dalam keadaan kejang, maka :</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Segera diberikan diazepam intravena, takaran rata-rata<span style="white-space: pre;"> </span>0,3 mg/kg Atau diazepam rectal takaran : 10 kg : 5 mg, bila kejang tidak berhenti 10 kg : 10 mg, tunggu 15 menit sanggup diulang dengan cara/dosis yang sama</li> <li style="text-align: justify;">berikan takaran awal fenobarbital, takaran : neonatus<span style="white-space: pre;"> </span>:<span style="white-space: pre;"> </span>30 mg I.M, 1 bulan – 1 tahun<span style="white-space: pre;"> </span>:<span style="white-space: pre;"> </span>50 mg I.M dan 1 tahun<span style="white-space: pre;"> </span>:<span style="white-space: pre;"> </span>75 mg I.M</li> <li style="text-align: justify;">Bila diazepam tidak tersedia, pribadi menggunakan fenobarbital dengan takaran awal dan selanjutnya diteruskan dengan takaran rumat.<span style="white-space: pre;"> </span></li> </ul> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 2. Pengobatan penunjang</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Pengobatan penunjang ketika serangan kejang ialah :</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Semua pakaian ketat dibuka</li> <li style="text-align: justify;">Posisi kepala sebaiknya miring untuk mencegah aspirasi isi lambung</li> <li style="text-align: justify;">Usahakan biar jalan napas bebasuntuk menjamin  kebutuhan oksigen</li> <li style="text-align: justify;">Pengisapan lendir harus dilakukan secara teratur dan diberikan oksigen</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Pengobatan rumat</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Fenobarbital takaran maintenance : 8-10 mg/kg BB dibagi 2 takaran pada hari pertama, kedua diteruskan 4-5 mg/kg BB dibagi 2 takaran pada hari berikutnya.</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Mencari dan mengobati penyebab</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Penyebab kejang demam ialah infeksi respiratorius serpihan atas dan astitis media akut. Pemberian antibiotik yang adekuat untuk mengobati penyakit tersebut. Pada pasien yang diketahui kejang usang investigasi lebih intensif ibarat fungsi lumbal, kalium, magnesium, kalsium, natrium dan faal hati. Bila perlu rontgen foto tengkorak, EEG, ensefalografi, dll.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Konsep Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Kejang Demam</b></div> <div style="text-align: justify;">     </div> <div style="text-align: justify;"> <b>Pengkajian</b></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Pengkajian neurologik :</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 1.<span style="white-space: pre;"> </span>Tanda – tanda vital</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Suhu</li> <li style="text-align: justify;">Pernapasan</li> <li style="text-align: justify;">Denyut jantung</li> <li style="text-align: justify;">Tekanan darah</li> <li style="text-align: justify;">Tekanan nadi</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 2.<span style="white-space: pre;"> </span>Hasil investigasi kepala</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Fontanel : menonjol, rata, cekung</li> <li style="text-align: justify;">Lingkar kepala : dibawah 2 tahun</li> <li style="text-align: justify;">Bentuk Umum</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 3.<span style="white-space: pre;"> </span>Reaksi pupil</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Ukuran</li> <li style="text-align: justify;">Reaksi terhadap cahaya</li> <li style="text-align: justify;">Kesamaan respon</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 4.<span style="white-space: pre;"> </span>Tingkat kesadaran</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Kewaspadaan : respon terhadap panggilan</li> <li style="text-align: justify;">Iritabilitas</li> <li style="text-align: justify;">Letargi dan rasa mengantuk</li> <li style="text-align: justify;">Orientasi terhadap diri sendiri dan orang lain</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 5.<span style="white-space: pre;"> </span>Afek</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Alam perasaan</li> <li style="text-align: justify;">Labilitas</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 6.<span style="white-space: pre;"> </span>Aktivitas kejang</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Jenis</li> <li style="text-align: justify;">Lamanya</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 7.<span style="white-space: pre;"> </span>Fungsi sensoris</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Reaksi terhadap nyeri</li> <li style="text-align: justify;">Reaksi terhadap suhu</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 8.<span style="white-space: pre;"> </span>Refleks</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Refleks tendo superfisial</li> <li style="text-align: justify;">Reflek patologi</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 9.<span style="white-space: pre;"> </span>Kemampuan intelektual</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Kemampuan menulis dan menggambar</li> <li style="text-align: justify;">Kemampuan membaca</li> </ul> <div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> </div> <div> <div style="text-align: justify;"> <b>Analisa dan Sintesa data</b></div> </div> <div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Analisa data merupakan proses intelektual yang mencakup kegiatan mentabulasi, menyeleksi, mengelompokkan, mengaitkan data, memilih kesenjangan informasi, melihat contoh data, membandingakan dengan standar, menginterpretasi dan karenanya menciptakan kesimpulan. Hasil analisa data ialah pernyataan problem keperawatan atau yang disebut diagnosa keperawatan.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> </div> <div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> </div> <div style="text-align: justify;"> <b>Diagnosa Keperawatan</b></div> <div style="text-align: justify;">     </div> <div style="text-align: justify;"> Diagnosa keperawatan ialah pernyataan yang jelas, singkat, dan niscaya wacana problem pasien/klien serta penyebabnya yang sanggup dipecahkan atau diubah melalui tindakan keperawatan.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Diagnosa keperawatan yang muncul ialah :</div> <ol> <li style="text-align: justify;">Resiko terjadinya kejang ulang bekerjasama dengan hiperthermi.</li> <li style="text-align: justify;">Resiko terjadinya stress berat fisik bekerjasama dengan kurangnya koordinasi otot</li> <li style="text-align: justify;">Gangguan rasa nyaman bekerjasama dengan hiperthermi yang ditandai : Suhu meningkat, Anak tampak rewel</li> <li style="text-align: justify;">Kurangnya pengetahuan keluarga bekerjasama dengan keterbatasan informasi yang ditandai : keluarga sering bertanya wacana penyakit anaknya.</li> </ol> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Intervensi Keperawatan</b></div> <div style="text-align: justify;">     </div> <div style="text-align: justify;"> Perencanaan merupakan keputusan awal wacana apa yang akan dilakukan, bagaimana, kapan itu dilakukan, dan siapa yang akan melaksanakan kegiatan tersebut. Rencana keperawatan yang menawarkan arah pada kegiatan keperawatan. (Santosa. NI, 1989;160)</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Diagnosa Keperawatan 1:</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Resiko terjadi kejang ulang bekerjasama dengan hipertermi.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Tujuan <span style="white-space: pre;"> </span>:<span style="white-space: pre;"> </span>Klien tidak mengalami kejang selama bekerjasama dengan hiperthermi</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Kriteria hasil<span style="white-space: pre;"> </span>:<span style="white-space: pre;"> </span></div> <ul> <li style="text-align: justify;">Tidak terjadi serangan kejang ulang.</li> <li style="text-align: justify;">Suhu 36,5 – 37,5 º C (bayi), 36 – 37,5 º C (anak)</li> <li style="text-align: justify;">Nadi 110 – 120 x/menit (bayi), 100-110 x/menit (anak)</li> <li style="text-align: justify;">Respirasi 30 – 40 x/menit (bayi), 24 – 28 x/menit (anak)</li> <li style="text-align: justify;">Kesadaran composmentis</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;">  Rencana Tindakan :</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Longgarkan pakaian, berikan pakaian tipis yang gampang menyerap keringat. Rasional : proses konveksi akan terhalang oleh pakaian yang ketat dan tidak menyerap keringat.</li> <li style="text-align: justify;">Berikan kompres dingin. Rasional<span style="white-space: pre;"> </span> : perpindahan panas secara konduksi</li> <li style="text-align: justify;">Berikan ekstra cairan (susu, sari buah, dll. Rasional : ketika demam kebutuhan akan cairan tubuh meningkat.</li> <li style="text-align: justify;">Observasi kejang  dan tanda vital tiap 4 jam. Rasional : Pemantauan yang teratur memilih tindakan yang akan dilakukan.</li> <li style="text-align: justify;">Batasi kegiatan selama anak panas. Rasional<span style="white-space: pre;"> </span>: kegiatan sanggup meningkatkan metabolisme dan meningkatkan panas.</li> <li style="text-align: justify;">Berikan anti piretika dan pengobatan sesuai advis. Rasional<span style="white-space: pre;"> </span>: Menurunkan panas pada pusat hipotalamus dan sebagai propilaksis</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Diagnosa Keperawatan 2</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Resiko terjadi stress berat fisik bekerjasama dengan kurangnya koordinasi otot.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Tujuan<span style="white-space: pre;"> </span>:<span style="white-space: pre;"> </span>Tidak terjadi stress berat fisik selama perawatan.</div> <div style="text-align: justify;"> Kriteria Hasil<span style="white-space: pre;"> </span>:<span style="white-space: pre;"> </span></div> <ol> <li style="text-align: justify;">Tidak terjadi stress berat fisik selama perawatan.</li> <li style="text-align: justify;">Mempertahankan tindakan yang mengontrol kegiatan kejang.</li> <li style="text-align: justify;">Mengidentifikasi tindakan yang harus diberikan ketika terjadi kejang.</li> </ol> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;">  Rencana Tindakan :</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Beri pengaman pada sisi daerah tidur dan penggunaan daerah tidur yang rendah. Rasional : meminimalkan injuri ketika kejang</li> <li style="text-align: justify;">Tinggalah bersama klien selama fase kejang. Rasional<span style="white-space: pre;"> </span>: meningkatkan keamanan klien.</li> <li style="text-align: justify;">Berikan tongue spatel diantara gigi atas dan bawah. Rasional : menurunkan resiko stress berat pada mulut.</li> <li style="text-align: justify;">Letakkan klien di daerah yang lembut. Rasional : membantu menurunkan resiko injuri fisik pada ekstimitas ketika kontrol otot volunter berkurang.</li> <li style="text-align: justify;">Catat tipe kejang (lokasi,lama) dan frekuensi kejang. Rasional :<span style="white-space: pre;"> </span>membantu menurunkan lokasi area cerebral yang terganggu.</li> <li style="text-align: justify;">Catat gejala vital sehabis fase kejang. Rasional<span style="white-space: pre;"> </span>: mendeteksi secara dini keadaan yang abnormal</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Diagnosa Keperawatan 3</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Gangguan rasa nyaman bekerjasama dengan hiperthermi.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Tujuan <span style="white-space: pre;"> </span>:<span style="white-space: pre;"> </span>Rasa nyaman terpenuhi</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Kriteria hasil<span style="white-space: pre;"> </span>:</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <ol> <li style="text-align: justify;">Suhu tubuh 36 – 37,5º C, N ; 100 – 110 x/menit, </li> <li style="text-align: justify;">RR : 24 – 28 x/menit, Kesadaran composmentis, anak tidak rewel.</li> </ol> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Rencana Tindakan :</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Kaji faktor – faktor terjadinya hiperthermi. Rasional : mengetahui penyebab terjadinya hiperthermi lantaran penambahan pakaian/selimut sanggup menghambat penurunan suhu tubuh.</li> <li style="text-align: justify;">Observasi tanda – tanda vital tiap 4 jam sekali. Rasional : Pemantauan tanda vital yang teratur sanggup memilih perkembangan keperawatan yang selanjutnya.</li> <li style="text-align: justify;">Pertahankan suhu tubuh normal. Rasional : suhu tubuh sanggup dipengaruhi oleh tingkat aktivitas, suhu lingkungan, kelembaban tinggiakan mempengaruhi panas atau dinginnya tubuh.</li> <li style="text-align: justify;">Ajarkan pada keluarga menawarkan kompres masbodoh pada kepala / ketiak. Rasional : proses konduksi/perpindahan panas dengan suatu materi perantara.</li> <li style="text-align: justify;">Anjurkan untuk menggunakan baju tipis dan terbuat dari kain katun. Rasional<span style="white-space: pre;"> </span>:<span style="white-space: pre;"> </span>proses hilangnya panas akan terhalangi oleh pakaian tebal dan tidak sanggup menyerap keringat.</li> <li style="text-align: justify;">Atur sirkulasi udara ruangan. Rasional : Penyediaan udara bersih.</li> <li style="text-align: justify;">Beri ekstra cairan dengan menganjurkan pasien banyak minum. Rasional : Kebutuhan cairan meningkat lantaran penguapan tubuh meningkat.</li> <li style="text-align: justify;">Batasi kegiatan fisik. Rasional : kegiatan meningkatkan metabolismedan meningkatkan panas.</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Diagnosa Keperawatan 4</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Kurangnya pengetahuan keluarga sehubungan keterbataaan informasi.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Tujuan <span style="white-space: pre;"> </span>:<span style="white-space: pre;"> </span>Pengetahuan keluarga bertambah wacana penyakit anaknya.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Kriteria hasil<span style="white-space: pre;"> </span>:<span style="white-space: pre;"> </span></div> <ol> <li style="text-align: justify;">Keluarga tidak sering bertanya tentang  penyakit anaknya.</li> <li style="text-align: justify;">Keluarga bisa diikutsertakan dalam proses keperawatan.</li> <li style="text-align: justify;">keluarga mentaati setiap proses keperawatan.</li> </ol> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;">  Rencana Tindakan :</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Kaji tingkat pengetahuan keluarga. Rasional<span style="white-space: pre;"> </span>: Mengetahui sejauh mana pengetahuan yang dimiliki keluarga dan kebenaran informasi yang didapat.</li> <li style="text-align: justify;">Beri klarifikasi kepada keluarga lantaran dan akhir kejang demam. Rasional: klarifikasi wacana kondisi yang dialami sanggup membantu menambah wawasan keluarga</li> <li style="text-align: justify;">Jelaskan setiap tindakan perawatan yang akan dilakukan. Rasional : biar keluarga mengetahui tujuan setiap tindakan perawatan</li> <li style="text-align: justify;">Berikan Health Education wacana cara menolong anak kejang dan mencegah kejang demam. Rasional<span style="white-space: pre;"> </span>: sebagai upaya alih informasi dan mendidik keluarga biar sanggup berdiri diatas kaki sendiri dalam mengatasi problem kesehatan.</li> <li style="text-align: justify;">Berikan Health Education biar selalu sedia obat penurun panas, bila anak panas. Rasional : mencegah peningkatan suhu lebih tinggi dan serangan kejang ulang.</li> <li style="text-align: justify;">Jika anak sembuh, jaga biar anak tidak terkena penyakit infeksi dengan menghindari orang atau sahabat yang menderita penyakit menular sehingga tidak mencetuskan kenaikan suhu. Rasional : sebagai upaya preventif serangan ulang</li> <li style="text-align: justify;">Beritahukan keluarga kalau anak akan mendapat imunisasi biar memberitahukan kepada petugas imunisasi bahwa anaknya pernah menderita kejang demam. Rasional : imunisasi pertusis menawarkan reaksi panas yang sanggup mengakibatkan kejang demam</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Pelaksanaan / Implementasi</b></div> <div style="text-align: justify;">     </div> <div style="text-align: justify;"> Pelaksanaan keperawatan merupakan kegiatan yang dilakukan sesuai dengan planning yang telah ditetapkan. Selama pelaksanaan kegiatan sanggup bersifat sanggup berdiri diatas kaki sendiri dan kolaboratif. Selama melaksanakan kegiatan perlu diawasi dan dimonitor kemajuan kesehatan klien ( Santosa. NI, 1989;162 )</div> <div style="text-align: justify;">     </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Evaluasi</b></div> <div style="text-align: justify;">     </div> <div style="text-align: justify;"> Tahap penilaian dalam proses keperawatan menyangkut pengumpulan data subyektif dan obyektif yang akan memperlihatkan apakah tujuan pelayanan keperawatan sudah dicapai atau belum. Bila perlu langkah penilaian ini merupakan langkah awal dari identifikasi dan analisa problem selanjutnya ( Santosa.NI, 1989;162).</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: center;"> <table border="1" cellpadding="0" cellspacing="0" class="MsoNormalTable" style="border-collapse: collapse; border: none; text-align: justify;"> <tbody> <tr> <td style="border: solid windowtext 1.0pt; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 33.75pt;" valign="top" width="45"><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;"> <span lang="EN-AU" style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">NO.<o:p></o:p></span></div> </td> <td style="border-left: none; border: solid windowtext 1.0pt; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-left-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 177.2pt;" valign="top" width="236"><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;"> <span lang="EN-AU" style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">Diagnosa/Masalah<o:p></o:p></span></div> </td> <td style="border-left: none; border: solid windowtext 1.0pt; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-left-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 191.35pt;" valign="top" width="255"><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;"> <span lang="EN-AU" style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">Evaluasi<o:p></o:p></span></div> </td> </tr> <tr> <td style="border-top: none; border: solid windowtext 1.0pt; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-top-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 33.75pt;" valign="top" width="45"><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"> <span lang="EN-AU" style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">1.<o:p></o:p></span></div> <div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"> <br /></div> <div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"> <br /></div> <div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"> <br /></div> <div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"> <br /></div> <div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"> <br /></div> <div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"> <br /></div> <div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"> <span lang="EN-AU" style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">2<o:p></o:p></span></div> <div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"> <br /></div> <div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"> <br /></div> <div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"> <br /></div> <div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"> <br /></div> <div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"> <br /></div> <div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"> <br /></div> <div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"> <br /></div> <div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"> <br /></div> <div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"> <br /></div> <div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"> <span lang="EN-AU" style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">3.<o:p></o:p></span></div> <div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"> <br /></div> <div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"> <br /></div> <div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"> <br /></div> <div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"> <br /></div> <div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"> <br /></div> <div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"> <br /></div> <div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"> <br /></div> <div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"> <span lang="EN-AU" style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">4.<o:p></o:p></span></div> <div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"> <br /></div> <div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"> <br /></div> <div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"> <br /></div> <div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"> <br /></div> <div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"> <br /></div> <div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"> <br /></div> <div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"> <br /></div> <div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"> <span lang="EN-AU" style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">.<o:p></o:p></span></div> </td> <td style="border-bottom: solid windowtext 1.0pt; border-left: none; border-right: solid windowtext 1.0pt; border-top: none; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-left-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-top-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 177.2pt;" valign="top" width="236"><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"> <span lang="EN-AU" style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">Potensial kejang berulang berhu-bungan dengan hiperthermi.<o:p></o:p></span></div> <div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"> <br /></div> <div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"> <br /></div> <div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"> <br /></div> <div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"> <br /></div> <div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"> <br /></div> <div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"> <span lang="EN-AU" style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">Potensial terjadi stress berat fisik bekerjasama kurangnya koordina-si otot.<o:p></o:p></span></div> <div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"> <br /></div> <div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"> <br /></div> <div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"> <br /></div> <div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"> <br /></div> <div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"> <br /></div> <div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"> <br /></div> <div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"> <br /></div> <div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"> <span lang="EN-AU" style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">Gangguan rasa nyaman berhu-bungan dengan hiperthermi.<o:p></o:p></span></div> <div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"> <br /></div> <div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"> <br /></div> <div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"> <br /></div> <div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"> <br /></div> <div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"> <br /></div> <div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"> <br /></div> <div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"> <span lang="EN-AU" style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">Kurangnya pengetahuan keluarga bekerjasama dengan keterbatasan informasi.<o:p></o:p></span></div> </td> <td style="border-bottom: solid windowtext 1.0pt; border-left: none; border-right: solid windowtext 1.0pt; border-top: none; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-left-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-top-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 191.35pt;" valign="top" width="255"><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"> <span lang="EN-AU" style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">Klien tidak mengalami kejang selama 2x24 jam.<o:p></o:p></span></div> <div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"> <span lang="EN-AU" style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">Kriteria :<o:p></o:p></span></div> <div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 22.95pt; mso-list: l2 level1 lfo1; tab-stops: 22.95pt; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;"> <!--[if !supportLists]--><span lang="EN-AU" style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">-<span style="font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;">          </span></span><!--[endif]--><span lang="EN-AU" style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">Tidak terjadi serangan ulang<o:p></o:p></span></div> <div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 22.95pt; mso-list: l2 level1 lfo1; tab-stops: 22.95pt; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;"> <!--[if !supportLists]--><span lang="EN-AU" style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">-<span style="font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;">          </span></span><!--[endif]--><span lang="EN-AU" style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">Suhu : 36 – 37,5 º C<o:p></o:p></span></div> <div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 22.95pt; mso-list: l2 level1 lfo1; tab-stops: 22.95pt; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;"> <!--[if !supportLists]--><span lang="EN-AU" style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">-<span style="font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;">          </span></span><!--[endif]--><span lang="EN-AU" style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">N       : 100 – 110 kali/menit<o:p></o:p></span></div> <div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 22.95pt; mso-list: l2 level1 lfo1; tab-stops: 22.95pt; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;"> <!--[if !supportLists]--><span lang="EN-AU" style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">-<span style="font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;">          </span></span><!--[endif]--><span lang="EN-AU" style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">Kesadaran : composmentis<o:p></o:p></span></div> <div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"> <span lang="EN-AU" style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">Tidak terjadi stress berat fisik selama perawatan.<o:p></o:p></span></div> <div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"> <span lang="EN-AU" style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">Kriteria :<o:p></o:p></span></div> <div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 22.95pt; mso-list: l1 level1 lfo2; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;"> <!--[if !supportLists]--><span lang="EN-AU" style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">-<span style="font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;">          </span></span><!--[endif]--><span lang="EN-AU" style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">Tidak terjadi traumas fisik selama kejang.<o:p></o:p></span></div> <div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 22.95pt; mso-list: l1 level1 lfo2; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;"> <!--[if !supportLists]--><span lang="EN-AU" style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">-<span style="font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;">          </span></span><!--[endif]--><span lang="EN-AU" style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">Mempertahankan tindakan yang mengontrol kegiatan kejang.<o:p></o:p></span></div> <div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 22.95pt; mso-list: l1 level1 lfo2; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;"> <!--[if !supportLists]--><span lang="EN-AU" style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">-<span style="font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;">          </span></span><!--[endif]--><span lang="EN-AU" style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">Mengidentifikasi tindakan yang harus diberikan ketika terjadi kejang.<o:p></o:p></span></div> <div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"> <span lang="EN-AU" style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">Rasa nyaman terpenuhi<o:p></o:p></span></div> <div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"> <span lang="EN-AU" style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">Kriteria :<o:p></o:p></span></div> <div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 22.95pt; mso-list: l3 level1 lfo3; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;"> <!--[if !supportLists]--><span lang="EN-AU" style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">-<span style="font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;">          </span></span><!--[endif]--><span lang="EN-AU" style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">Tanda vital :<o:p></o:p></span></div> <div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 22.95pt; text-align: justify;"> <span lang="EN-AU" style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">Suhu : 36 – 37,5ºC<o:p></o:p></span></div> <div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 58.4pt; text-indent: -35.45pt;"> <span lang="EN-AU" style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">N      : 100 – 110 kali/ menit<o:p></o:p></span></div> <div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 58.4pt; text-indent: -35.45pt;"> <span lang="EN-AU" style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">RR    : 24 – 28 kali/menit<o:p></o:p></span></div> <div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 22.95pt; mso-list: l3 level1 lfo3; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;"> <!--[if !supportLists]--><span lang="EN-AU" style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">-<span style="font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;">          </span></span><!--[endif]--><span lang="EN-AU" style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">Kesadaran : composmentis<o:p></o:p></span></div> <div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 22.95pt; mso-list: l3 level1 lfo3; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;"> <!--[if !supportLists]--><span lang="EN-AU" style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">-<span style="font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;">          </span></span><!--[endif]--><span lang="EN-AU" style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">Anak tidak rewel<o:p></o:p></span></div> <div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"> <span lang="EN-AU" style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">Pengetahuan keluarga bertambah wacana penyakit anaknya.<o:p></o:p></span></div> <div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"> <span lang="EN-AU" style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">Kriteria :<o:p></o:p></span></div> <div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 30.05pt; mso-list: l0 level1 lfo4; tab-stops: 30.05pt; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;"> <!--[if !supportLists]--><span lang="EN-AU" style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">-<span style="font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;">          </span></span><!--[endif]--><span lang="EN-AU" style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">Keluarga tidak sering bertanya wacana penyakit anaknya.<o:p></o:p></span></div> <div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 30.05pt; mso-list: l0 level1 lfo4; tab-stops: 30.05pt; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;"> <!--[if !supportLists]--><span lang="EN-AU" style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">-<span style="font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;">          </span></span><!--[endif]--><span lang="EN-AU" style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">Keluarga bisa diikutserta-kan dalam proses perawatan.<o:p></o:p></span></div> <div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 30.05pt; mso-list: l0 level1 lfo4; tab-stops: 30.05pt; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;"> <!--[if !supportLists]--><span lang="EN-AU" style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">-<span style="font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;">          </span></span><!--[endif]--><span lang="EN-AU" style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">Keluarga mentaati setiap proses perawatan.<o:p></o:p></span></div> </td> </tr> </tbody></table> </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Daftar Pustaka</b></div> <ul> <li style="text-align: justify;">Lumbantobing SM, 1989, Penatalaksanaan Mutakhir Kejang Pada Anak, Gaya Baru, Jakarta</li> <li style="text-align: justify;">Lynda Juall C, 1999, Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan, Penerjemah Monica Ester, EGC, Jakarta</li> <li style="text-align: justify;">Marilyn E. Doenges, 1999, Rencana Asuhan Keperawatan, Penerjemah Kariasa I Made, EGC, Jakarta</li> <li style="text-align: justify;">Matondang, Corry S, 2000, Diagnosis Fisis Pada Anak, Edisi ke 2, PT. Sagung Seto: Jakarta. </li> <li style="text-align: justify;">Ngastiyah, 1997, Perawatan Anak Sakit, EGC, Jakarta </li> <li style="text-align: justify;">Rendle John, 1994, Ikhtisar Penyakit Anak, Edisi ke 6, Binapura Aksara, Jakarta.</li> <li style="text-align: justify;">Santosa NI, 1989, Perawatan I (Dasar-Dasar Keperawatan), Depkes RI, Jakarta.</li> <li style="text-align: justify;">Santosa NI, 1993, Asuhan Kesehatan Dalam Konteks Keluarga, Depkes RI, Jakarta. </li> <li style="text-align: justify;">Soetjiningsih, 1995, Tumbuh Kembang Anak, EGC, Jakarta </li> <li style="text-align: justify;">Suharso Darto, 1994, Pedoman Diagnosis dan Terapi, F.K. Universitas Airlangga, Surabaya. </li> <li style="text-align: justify;">Sumijati M.E, dkk, 2000, Asuhan Keperawatan Pada Kasus Penyakit Yang Lazim Terjadi Pada Anak, PERKANI : Surabaya.<span style="white-space: pre;"> </span></li> <li style="text-align: justify;">Wahidiyat Iskandar, 1985, Ilmu Kesehatan Anak, Edisi 2, Info Medika,  Jakarta.</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> Untuk mendownload laporan pendahuluan kejang demam lengkap format pdf dan doc, dibawah :</div> <div> <ul> <li style="text-align: justify;"><b><span style="background-color: cyan;">Laporan pendahuluan kejang demam pdf</span>, <i><a href="https://drive.google.com/file/d/1Rgkl_bnmj_AN93OkHz2JD4fzamWKkSYw/view?usp=sharing" target="_blank">(Ambil File)</a></i></b></li> <li style="text-align: justify;"><b><span style="background-color: lime;">Laporan pendahuluan kejang demam doc</span>, <i><a href="https://drive.google.com/file/d/1di1-hkI4nBLMLWdsyThFDhy7LP5otyHX/view?usp=sharing" target="_blank">(Ambil File)</a></i></b></li> </ul> <div style="text-align: justify;"> Link Alternatif</div> </div> <div> <ul> <li style="text-align: justify;"><b><span style="color: red;"><a href="https://drive.google.com/file/d/1di1-hkI4nBLMLWdsyThFDhy7LP5otyHX/view?usp=sharing" target="_blank">Alternatif LP Kejang demam doc 1</a></span></b></li> <li style="text-align: justify;"><b><span style="color: red;"><a href="https://drive.google.com/file/d/1Rgkl_bnmj_AN93OkHz2JD4fzamWKkSYw/view?usp=sharing" target="_blank">Alternatif LP Kejang demam pdf 1</a></span></b></li> </ul> <ul> <li style="text-align: justify;"><b><span style="color: red;"><a href="https://drive.google.com/file/d/1di1-hkI4nBLMLWdsyThFDhy7LP5otyHX/view?usp=sharing" target="_blank">Alternatif LP Kejang demam doc 2</a></span></b></li> <li style="text-align: justify;"><b><span style="color: red;"><a href="https://drive.google.com/file/d/1Rgkl_bnmj_AN93OkHz2JD4fzamWKkSYw/view?usp=sharing" target="_blank">Alternatif LP Kejang demam pdf 2</a></span></b></li> </ul> <div style="text-align: justify;"> Demikian laporan pendahuluan kejang demam format pdf dan doc kami bagikan, semoga bisa membantu teman-teman perawat dalam pembuatan tugas, terima kasih.</div> </div>

Laporan Pendahuluan Kejang Demam Lengkap, Download Pdf Dan Doc

Kami bagikan laporan pendahuluan kejang demam lengkap, download pdf dan doc. Pada laporan pendahuluan kejang demam ini telah kami susun...

+ Baca selengkapnya »