Laporan Pendahuluan / Lp Efusi Pleura Lengkap, Download Format Doc Dan Pdf

<div style="text-align: justify;"> Kami bagikan laporan pendahuluan efusi pleura pdf dan doc.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Teman sejawat sekalian tidak henti-hentinya kami selalu bagikan laporan pendahuluan lengkap, untuk postingan kali ini kami share laporan pendahuluan / LP efusi pleura yang telah kami susun lengkap menurut beberapa referensi, mulai dari tinjauan teori hingga konsep askep.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Bertujuan membantu teman-teman perawat sekalian laporan pendahuluan efusi pleura ini kami sediakan dalam bentuk dua file yaitu pdf dan doc, yang bisa didownload melalui link unduhan yang telah kami selipkan diakhir artikel ini.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <h3 style="text-align: justify;"> Laporan Pendahuluan Efusi Pleura</h3> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Pengertian</b></div> <div style="text-align: justify;">  <span style="white-space: pre;"> </span>      </div> <div style="text-align: justify;"> Efusi pleura yakni suatu keadaan dimana terdapat penumpukan cairan dari dalam kavum pleura diantara pleura parietalis dan pleura viseralis sanggup berupa cairan transudat atau cairan eksudat ( Pedoman Diagnosis danTerapi / UPF ilmu penyakit paru, 1994, 111).</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Efusi pleura yakni penumpukan cairan di dalam ruang pleural, proses penyakit primer jarang terjadi namun biasanya terjadi sekunder tanggapan penyakit lain. Efusi sanggup berupa cairan jernih, yang mungkin merupakan transudat, eksudat, atau sanggup berupa darah atau pus (Baughman C Diane, 2000)</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Efusi pleura yakni pengumpulan cairan dalam ruang pleura yang terletak diantara permukaan visceral dan parietal, proses penyakit primer jarang terjadi tetapi biasanya merupakan penyakit sekunder terhadap penyakit lain. Secara normal, ruang pleural mengandung sejumlah kecil cairan (5 hingga 15ml) berfungsi sebagai pelumas yang memungkinkan permukaan pleural bergerak tanpa adanya friksi (Smeltzer C Suzanne, 2002).</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Efusi pleura yakni istilah yang digunakan bagi penimbunan cairan dalam rongga pleura. (Price C Sylvia, 1995)</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya masalah</b></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> a. Anatomi</div> <div style="text-align: justify;">         </div> <div style="text-align: justify;"> Paru-paru terletak pada rongga dada. Masing-masing paru berbentuk kerucut. Paru kanan dibagi oleh dua buah fisura kedalam tiga lobus atas, tengah dan bawah.  Paru kiri dibagi oleh sebuah tisuda ke dalam dua lobus atas dan bawah (John Gibson, MD, 1995, 121).</div> <div style="text-align: justify;">       </div> <div style="text-align: justify;"> Permukaan datar paru menghadap ke tengah rongga dada atau kavum mediastinum. Pada potongan tengah terdapat tampuk paru-paru atau hillus paru-paru dibungkus oleh selaput yang tipis disebut Pleura (Syaifudin B.AC , 1992, 104).</div> <div style="text-align: justify;">       </div> <div style="text-align: justify;"> Pleura merupakan membran tipis, transparan yang menutupi paru dalam dua lapisan : Lapisan viseral, yang bersahabat dengan permukaan paru dan lapisan parietal menutupi permukaan dalam dari dinding dada. Kedua lapisan tersebut berlanjut pada radix paru. Rongga pleura yakni ruang diantara kedua lapisan tersebut.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> b. Fisiologi</div> <div style="text-align: justify;">       </div> <div style="text-align: justify;"> Sistem pernafasan atau disebut juga sistem respirasi yang berarti “bernafas lagi” memiliki kiprah atau fungsi menyediakan oksigen (O2) serta mengeluarkan carbon dioksida (CO2) dari tubuh. Fungsi penyediaan O2 serta pengeluaran CO2 merupakan fungsi yang vital bagi kehidupan.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Proses respirasi berlangsung beberapa tahap antara lain :</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 1) Ventilasi</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Adalah proses pengeluaran udara ke dan dari dalam paru. Proses ini terdiri atas 2 tahap :</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Inspirasi yaitu pergerakan udara dari luar ke dalam paru. Inspirasi terjadi dengan adanya kontraksi otot diafragma dan interkostalis eksterna yang menimbulkan volume thorax membesar sehingga tekanan intra alveolar menurun dan udara masuk ke dalam paru.</li> <li style="text-align: justify;">Ekspirasi yaitu pergerakan udara dari dalam ke luar paru yang terjadi bila otot-otot expirasi relaxasi sehingga volume thorax mengecil yang secara otomatis menekan intra pleura dan volume paru mengecil dan tekanan intra alveola menurun sehingga udara keluar dari paru.</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> 2) Pertukaran gas di dalam alveol dan darah.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 3) Transport gas</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Yaitu perpindahan gas dari paru ke jaringan dan dari jaringan ke paru dengan sumbangan darah (aliran darah).</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 4) Pertukaran gas antara darah dengan sel-sel jaringan.Metabolisme penggunaan O2 di dalam sel serta pembuatan CO2 yang juga disebut pernafasan seluler. (Alsagaff H, Abdul Moekty, 1995, 15).</div> <div style="text-align: justify;">     </div> <div style="text-align: justify;"> Permukaan rongga pleura berbatasan lembab sehingga gampang bergerak satu ke yang lainnya (John Gibson, MD, 1995, 123). Dalam keadaan normal seharusnya tidak ada rongga kosong diantara kedua pleura lantaran biasanya hanya terdapat sekitar 10-20 cc cairan yang merupakan lapisan tipis serosa yang selalu bergerak secara teratur (Soeparman, 1990, 785). Setiap ketika jumlah cairan dalam rongga pleura bisa menjadi lebih dari cukup untuk memisahkan kedua pleura, maka kelebihan tersebut akan dipompa keluar oleh pembuluh limfatik (yang membuka secara langsung) dari rongga pleura ke dalam mediastinum. Permukaan superior dari diafragma dan permukaan lateral dari pleura parietis disamping adanya keseimbangan antara produksi oleh pleura parietalis dan absorbsi oleh pleura viseralis . Oleh lantaran itu ruang pleura disebut sebagai ruang potensial. Karena ruang ini normalnya begitu sempit sehingga bukan merupakan ruang fisik yang jelas. (Guyton dan Hall, Ege,1997, 607).</div> <div style="text-align: justify;">   </div> <div style="text-align: justify;">   </div> <div style="text-align: justify;"> <b>Klasifikasi </b></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Berdasarkan jenis cairan yang terbnetuk, cairan pleura dibagi menjadi transudat, eksudat dan hemoragis</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Transudat sanggup disebabkan oleh kegagalan jantung kongestif (gagal jantung kiri), sindroma nefrotik, asites (oleh lantaran sirosis kepatis), syndroma vena cava superior, tumor, sindroma meig.</li> <li style="text-align: justify;">Eksudat disebabkan oleh infeksi, TB, preumonia dan sebagainya,     tumor, ifark paru, radiasi, penyakit kolagen.</li> <li style="text-align: justify;">Effusi hemoragis sanggup disebabkan oleh adanya tumor, trauma,     infark paru, tuberkulosis.</li> <li style="text-align: justify;">Berdasarkan lokasi cairan yang terbentuk, effusi dibagi menjadi unilateral dan bilateral. Efusi yang unilateral tidak memiliki kaitan yang spesifik dengan penyakit penyebabnya akan tetapi effusi yang bilateral ditemukan pada penyakit-penyakit dibawah ini :Kegagalan jantung kongestif, sindroma nefrotik, asites, infark paru, lupus eritematosus systemic, tumor dan tuberkolosis.</li> </ul> <br /> <div style="text-align: justify;"> <b>Etiologi</b></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Hambatan resorbsi cairan dari rongga pleura, lantaran adanya bendungan ibarat pada dekompensasi kordis, penyakit ginjal, tumor mediatinum, sindroma meig (tumor ovarium) dan sindroma vena kava superior.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Pembentukan cairan yang berlebihan, lantaran radang (tuberculosis, pneumonia, virus), bronkiektasis, nanah amuba subfrenik yang menembus ke rongga pleura, lantaran tumor dimana masuk cairan berdarah dan lantaran trauma. Di Indonesia 80% lantaran tuberculosis.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Kelebihan cairan rongga pleura sanggup terkumpul pada proses penyakit neoplastik, tromboembolik, kardiovaskuler, dan infeksi. Ini disebabkan oleh sedikitnya satu dari empat prosedur dasar :</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Peningkatan tekanan kapiler subpleural atau limfatik</li> <li style="text-align: justify;">Penurunan tekanan osmotic koloid darah</li> <li style="text-align: justify;">Peningkatan tekanan negative intrapleural</li> <li style="text-align: justify;">Adanya inflamasi atau neoplastik pleura</li> </ul> <br /> <div style="text-align: justify;"> <b>Patofisiologi</b></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Dalam keadaan normal hanya terdapat 10-20 ml cairan di dalam rongga pleura. Jumlah cairan di rongga pleura tetap, lantaran adanya tekanan hidrostatis pleura parietalis sebesar 9 cm H2O. Akumulasi cairan pleura sanggup terjadi apabila tekanan osmotik koloid menurun contohnya pada penderita hipoalbuminemia dan bertambahnya permeabilitas kapiler tanggapan ada proses keradangan atau neoplasma, bertambahnya tekanan hidrostatis tanggapan kegagalan jantung dan tekanan negatif intra pleura apabila terjadi atelektasis paru (Alsagaf H, Mukti A, 1995, 145).</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Effusi pleura berarti terjadi pengumpulan sejumlah besar cairan bebas dalam kavum pleura. Kemungkinan penyebab efusi antara lain :</div> <ol> <li style="text-align: justify;">penghambatan drainase limfatik dari rongga pleura.</li> <li style="text-align: justify;">gagal jantung yang menimbulkan tekanan kapiler paru dan tekanan perifer menjadi sangat tinggi sehingga menimbulkan transudasi cairan yang hiperbola ke dalam rongga pleura </li> <li style="text-align: justify;">sangat menurunnya tekanan osmotik kolora plasma, jadi juga memungkinkan transudasi cairan yang hiperbola (4) infeksi atau setiap penyebab peradangan apapun pada permukaan pleura dari rongga pleura, yang memecahkan membran kapiler dan memungkinkan pengaliran protein plasma dan cairan ke dalam rongga secara cepat (Guyton dan Hall , Egc, 1997, 623-624).</li> </ol> <br /> <div style="text-align: justify;"> <b>Fathway Efusi Pleura</b></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"> <img border="0" data-original-height="489" data-original-width="382" height="640" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhqPi9P2R3ly9dUiH15RzRqoe7cyeB83qQ4o64-ngGvv664YDToNEGzbxKx5XLNC4JUGbd0NjbvkUXZ94dEmk0KpTCMeFLH6jsxVyWD5ZV78Tm1iaiCTfW_bqlAI5f0EZx4WL3sYlzSr3Uz/s640/Fathway+Efusi+Pluera.png" width="498" /></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <h3 style="text-align: justify;"> <b>Untuk download Fathway Efusi Pluera doc, <span style="background-color: cyan;"><a href="https://drive.google.com/file/d/1xW-3op0Cp_d9AgBuAfIzefIoaSrJJq1x/view?usp=sharing" target="_blank">DISINI</a></span></b></h3> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Manifestasi Klinis</b></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Adanya timbunan cairan menimbulkan perasaan sakit lantaran pergesekan, setelah cairan cukup banyak rasa sakit hilang. Bila cairan banyak, penderita akan sesak napas.</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Adanya gejala-gejala penyakit penyebab ibarat demam, menggigil, dan nyeri dada pleuritis (pneumonia), panas tinggi (kokus), subfebril (tuberkulosisi), banyak keringat, batuk, banyak riak.</li> <li style="text-align: justify;">Deviasi trachea menjauhi tempat yang sakit sanggup terjadi kalau terjadi penumpukan cairan pleural yang signifikan.</li> <li style="text-align: justify;">Pemeriksaan fisik dalam keadaan berbaring dan duduk akan berlainan, lantaran cairan akan berpindah tempat. Bagian yang sakit akan kurang bergerak dalam pernapasan, fremitus melemah (raba dan vocal), pada perkusi didapati kawasan pekak, dalam keadaan duduk permukaan cairan membentuk garis melengkung (garis Ellis Damoiseu).</li> <li style="text-align: justify;">Didapati segitiga Garland, yaitu kawasan yang pada perkusi redup timpani dibagian atas garis Ellis Domiseu. Segitiga Grocco-Rochfusz, yaitu kawasan pekak lantaran cairan mendorong mediastinum kesisi lain, pada auskultasi kawasan ini didapati vesikuler melemah dengan ronki.</li> <li style="text-align: justify;">Pada permulaan dan final penyakit terdengar krepitasi pleura.</li> </ul> <br /> <div style="text-align: justify;"> <b><br /></b></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Pemeriksaan Diagnostik</b></div> <ul> <li style="text-align: justify;">Pemeriksaan radiologik (Rontgen dada), pada permulaan didapati menghilangnya sudut kostofrenik. Bila cairan lebih 300ml, akan tampak cairan dengan permukaan melengkung. Mungkin terdapat pergeseran di mediatinum.</li> <li style="text-align: justify;">Ultrasonografi</li> <li style="text-align: justify;">Torakosentesis / pungsi pleura untuk mengetahui kejernihan, warna, biakan tampilan, sitologi, berat jenis. Pungsi pleura diantara linea aksilaris anterior dan posterior, pada sela iga ke-8. Didapati cairan yang mungkin serosa (serotorak), berdarah (hemotoraks), pus (piotoraks) atau kilus (kilotoraks). Bila cairan serosa mungkin berupa transudat (hasil bendungan) atau eksudat (hasil radang).</li> <li style="text-align: justify;">Cairan pleural dianalisis dengan kultur bakteri, pewarnaan gram, basil tahan asam (untuk TBC), hitung sel darah merah dan putih, investigasi kimiawi (glukosa, amylase, laktat dehidrogenase (LDH), protein), analisis sitologi untuk sel-sel malignan, dan pH.</li> <li style="text-align: justify;">Biopsi pleura mungkin juga dilakukan</li> </ul> <br /> <div style="text-align: justify;"> <b>Penatalaksanaan medis</b></div> <ul> <li style="text-align: justify;">Tujuan pengobatan yakni untuk menemukan penyebab dasar, untuk mencegah penumpukan kembali cairan, dan untuk menghilangkan ketidaknyamanan serta dispneu. Pengobatan spesifik ditujukan pada penyebab dasar (co; gagal jantung kongestif, pneumonia, sirosis).</li> <li style="text-align: justify;">Torasentesis dilakukan untuk membuang cairan, untuk mendapatkan specimen guna keperluan analisis dan untuk menghilangkan disneu.</li> <li style="text-align: justify;">Bila penyebab dasar malignansi, efusi sanggup terjadi kembali dalam beberapa hari tatau minggu, torasentesis berulang menimbulkan nyeri, penipisan protein dan elektrolit, dan kadang pneumothoraks. Dalam keadaan ini kadang diatasi dengan pemasangan selang dada dengan drainase yang dihubungkan ke system drainase water-seal atau pengisapan untuk mengevaluasiruang pleura dan pengembangan paru.</li> <li style="text-align: justify;">Agen yang secara kimiawi mengiritasi, ibarat tetrasiklin dimasukkan kedalam ruang pleura untuk mengobliterasi ruang pleural dan mencegah akumulasi cairan lebih lanjut.</li> <li style="text-align: justify;">Pengobatan lainnya untuk efusi pleura malignan termasuk radiasi dinding dada, bedah plerektomi, dan terapi diuretic.</li> </ul> <br /> <div style="text-align: justify;"> <b>Konsep Asuhan Keperawatan</b></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Pemberian Asuhan Keperawatan merupakan proses terapeutik yang melibatkan korelasi kerjasama dengan klien, keluarga atau masyarakat untuk mencapai tingkat kesehatan yang optimal (Canpernito, 2000,2).</div> <div style="text-align: justify;">       </div> <div style="text-align: justify;"> Perawat memerlukan metode ilmiah dalam melaksanakan proses terapeutik tersebut yaitu proses keperawatan. Proses keperewatan digunakan untuk membantu perawat dalam melaksanakan praktek keperawatan secara sistematis dalam mengatasi problem keperawatan yang ada, dimana keempat komponennya saling mempengaruhi satu sama lain yaitu : pengkajian, perencanaan, implementasi dan penilaian yang membentuk suatu mata rantai (Budianna Keliat, 1994,2).</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Pengkajian </b></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Pengumpulan Data</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Data-data yang dikumpulkan atau dikaji mencakup :</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> a. Identitas Pasien</div> <div style="text-align: justify;">   </div> <div style="text-align: justify;"> Pada tahap ini perawat perlu mengetahui perihal nama, umur, jenis kelamin, alamat rumah, agama atau kepercayaan, suku bangsa, bahasa yang dipakai, status pendidikan dan pekerjaan pasien.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> b. Keluhan Utama</div> <div style="text-align: justify;">   </div> <div style="text-align: justify;"> Keluhan utama merupakan faktor utama yang mendorong pasien mencari pertolongan atau berobat ke rumah sakit. Biasanya pada pasien dengan effusi pleura didapatkan keluhan berupa sesak nafas, rasa berat pada dada, nyeri pleuritik tanggapan iritasi pleura yang bersifat tajam dan terlokasilir terutama pada ketika batuk dan bernafas serta batuk non produktif.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> c. Riwayat Penyakit Sekarang</div> <div style="text-align: justify;">   </div> <div style="text-align: justify;"> Pasien dengan effusi pleura biasanya akan diawali dengan adanya tanda-tanda ibarat batuk, sesak nafas, nyeri pleuritik, rasa berat pada dada, berat tubuh menurun dan sebagainya. Perlu juga ditanyakan mulai kapan keluhan itu muncul. Apa tindakan yang telah dilakukan untuk menurunkan atau menghilangkan keluhan-keluhannya tersebut.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> d. Riwayat Penyakit Dahulu</div> <div style="text-align: justify;">   </div> <div style="text-align: justify;"> Perlu ditanyakan apakah pasien pernah menderita penyakit ibarat TBC paru, pneumoni, gagal jantung, trauma, asites dan sebagainya. Hal ini dibutuhkan untuk mengetahui kemungkinan adanya faktor predisposisi.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> e. Riwayat Penyakit Keluarga</div> <div style="text-align: justify;">   </div> <div style="text-align: justify;"> Perlu ditanyakan apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit-penyakit yang disinyalir sebagai penyebab effusi pleura ibarat Ca paru, asma, TB paru dan lain sebagainya.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> f. Riwayat Psikososial</div> <div style="text-align: justify;">   </div> <div style="text-align: justify;"> Meliputi perasaan pasien terhadap penyakitnya, bagaimana cara mengatasinya serta bagaimana sikap pasien terhadap tindakan yang dilakukan terhadap dirinya.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> g. Pengkajian Pola-Pola Fungsi Kesehatan</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 1. Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat</div> <div style="text-align: justify;">      </div> <div style="text-align: justify;"> Adanya tindakan medis dan perawatan di rumah sakit mempengaruhi perubahan persepsi perihal kesehatan, tapi kadang juga memunculkan persepsi yang salah terhadap pemeliharaan kesehatan. Kemungkinan adanya riwayat kebiasaan merokok, minum alkohol dan penggunaan obat-obatan bisa menjadi faktor predisposisi timbulnya penyakit.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 2. Pola nutrisi dan metabolisme</div> <div style="text-align: justify;">      </div> <div style="text-align: justify;"> Dalam pengkajian pola nutrisi dan metabolisme, kita perlu melaksanakan pengukuran tinggi tubuh dan berat tubuh untuk mengetahui status nutrisi pasien, selain juga perlu ditanyakan kebiasaan makan dan minum sebelum dan selama MRS pasien dengan effusi pleura akan mengalami penurunan nafsu makan tanggapan dari sesak nafas dan penitikberatan pada struktur abdomen. Peningkatan metabolisme akan terjadi tanggapan proses penyakit. pasien dengan effusi pleura keadaan umumnya lemah.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 3. Pola eliminasi</div> <div style="text-align: justify;">      </div> <div style="text-align: justify;"> Dalam pengkajian pola eliminasi perlu ditanyakan mengenai kebiasaan delusi dan defekasi sebelumdan setelah MRS. Karena keadaan umum pasien yang lemah, pasien akan lebih banyak bed rest sehingga akan menimbulkan konstipasi, selain tanggapan pencernaan pada struktur abdomen menimbulkan penurunan peristaltik otot-otot tractus degestivus.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 4. Pola kegiatan dan latihan</div> <div style="text-align: justify;">      </div> <div style="text-align: justify;"> Akibat sesak nafas, kebutuhan O2 jaringan akan kurang terpenuhi dan Px akan cepat mengalami kelelahan pada kegiatan minimal. Disamping itu pasien juga akan mengurangi aktivitasnya tanggapan adanya nyeri dada. Dan untuk memenuhi kebutuhan ADL nya sebagian kebutuhan pasien dibantu oleh perawat dan keluarganya.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 5. Pola tidur dan istirahat</div> <div style="text-align: justify;">      </div> <div style="text-align: justify;"> Adanya nyeri dada, sesak nafas dan peningkatan suhu tubuh akan besar lengan berkuasa terhadap pemenuhan kebutuhan tidur dan istitahat, selain itu tanggapan perubahan kondisi lingkungan dari lingkungan rumah yang hening ke lingkungan rumah sakit, dimana banyak orang yang mondar-mandir, berisik dan lain sebagainya.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 6. Pola korelasi dan peran</div> <div style="text-align: justify;">      </div> <div style="text-align: justify;"> Akibat dari sakitnya, secara pribadi pasien akan mengalami perubahan peran, misalkan pasien seorang ibu rumah tangga, pasien tidak sanggup menjalankan fungsinya sebagai seorang ibu yang harus mengasuh anaknya, mengurus suaminya. Disamping itu, kiprah pasien di masyarakatpun juga mengalami perubahan dan semua itu mempengaruhi korelasi interpersonal pasien.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 7. Pola persepsi dan konsep diri</div> <div style="text-align: justify;">      </div> <div style="text-align: justify;"> Persepsi pasien terhadap dirinya akan berubah. Pasien yang tadinya sehat, tiba-tiba mengalami sakit, sesak nafas, nyeri dada. Sebagai seorang awam, pasien mungkin akan beranggapan bahwa penyakitnya yakni penyakit berbahaya dan mematikan. Dalam hal ini pasien mungkin akan kehilangan citra positif terhadap dirinya.</div> <div style="text-align: justify;">      </div> <div style="text-align: justify;"> 8. Pola sensori dan kognitif</div> <div style="text-align: justify;">      </div> <div style="text-align: justify;"> Fungsi panca indera pasien tidak mengalami perubahan, demikian juga dengan proses berpikirnya.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 9. Pola reproduksi seksual</div> <div style="text-align: justify;">      </div> <div style="text-align: justify;"> Kebutuhan seksual pasien dalam hal ini korelasi seks intercourse akan terganggu untuk sementara waktu lantaran pasien berada di rumah sakit dan kondisi fisiknya masih lemah.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 10. Pola penanggulangan stress</div> <div style="text-align: justify;">      </div> <div style="text-align: justify;"> Bagi pasien yang belum mengetahui proses penyakitnya akan mengalami stress dan mungkin pasien akan banyak bertanya pada perawat dan dokter yang merawatnya atau orang yang mungkin dianggap lebih tahu mengenai penyakitnya.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 11. Pola tata nilai dan kepercayaan</div> <div style="text-align: justify;">      </div> <div style="text-align: justify;"> Sebagai seorang beragama pasien akan lebih mendekatkan dirinya kepada Allah dan menganggap bahwa penyakitnya ini yakni suatu cobaan dari Tuhan.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> h. investigasi fisik</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 1. Status Kesehatan Umum</div> <div style="text-align: justify;">      </div> <div style="text-align: justify;"> Tingkat kesadaran pasien perlu dikaji, bagaimana penampilan pasien secara umum, ekspresi wajah pasien selama dilakukan anamnesa, sikap dan sikap pasien terhadap petugas, bagaimana mood pasien untuk mengetahui tingkat kecemasan dan ketegangan pasien. Perlu juga dilakukan pengukuran tinggi tubuh berat tubuh pasien.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 2. Sistem Respirasi</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Inspeksi pada pasien effusi pleura bentuk hemithorax yang sakit mencembung, iga mendatar, ruang antar iga melebar, pergerakan pernafasan menurun. Pendorongan mediastinum ke arah hemithorax kontra lateral yang diketahui dari posisi trakhea dan ictus kordis. RR cenderung meningkat dan Px biasanya dyspneu.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Fremitus tokal menurun terutama untuk effusi pleura yang jumlah cairannya > 250 cc. Disamping itu pada palpasi juga ditemukan pergerakan dinding dada yang tertinggal pada dada yang sakit.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Suara perkusi redup hingga peka tegantung jumlah cairannya. Bila cairannya tidak mengisi penuh rongga pleura, maka akan terdapat batas atas cairan berupa garis lengkung dengan ujung lateral atas ke medical penderita dalam posisi duduk. Garis ini disebut garis Ellis-Damoisseaux. Garis ini paling terperinci di potongan depan dada, kurang terperinci di punggung.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Auskultasi Suara nafas menurun hingga menghilang. Pada posisi duduk cairan makin ke atas makin tipis, dan dibaliknya ada kompresi atelektasis dari parenkian paru, mungkin saja akan ditemukan tanda-tanda auskultasi dari atelektasis kompresi di sekitar batas atas cairan. Ditambah lagi dengan tanda  i – e artinya bila penderita diminta mengucapkan kata-kata i maka akan terdengar bunyi e sengau, yang disebut egofoni (Alsagaf H, Ida Bagus, Widjaya Adjis, Mukty Abdol, 1994,79)</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 3. Sistem Cardiovasculer</div> <div style="text-align: justify;">      </div> <div style="text-align: justify;"> Pada inspeksi perlu diperhatikan letak ictus cordis, normal berada pada ICS – 5 pada linea medio claviculaus kiri selebar 1 cm. Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya pembesaran jantung. Palpasi untuk menghitung frekuensi jantung (health rate) dan harus diperhatikan kedalaman dan teratur tidaknya denyut jantung, perlu juga menyidik adanya thrill yaitu getaran ictus cordis. Perkusi untuk memilih batas jantung dimana kawasan jantung terdengar pekak. Hal ini bertujuan untuk memilih adakah pembesaran jantung atau ventrikel kiri. Auskultasi untuk memilih bunyi jantung I dan II tunggal atau gallop dan adakah bunyi jantung III yang merupakan tanda-tanda payah jantung serta adakah murmur yang memperlihatkan adanya peningkatan arus turbulensi darah.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 4. Sistem Pencernaan</div> <div style="text-align: justify;">      </div> <div style="text-align: justify;"> Pada inspeksi perlu diperhatikan, apakah abdomen membuncit atau datar, tepi perut menonjol atau tidak, umbilicus menonjol atau tidak, selain itu juga perlu di inspeksi ada tidaknya benjolan-benjolan atau massa.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Auskultasi untuk mendengarkan bunyi peristaltik usus dimana nilai normalnya 5-35 kali permenit. Pada palpasi perlu juga diperhatikan, adakah nyeri tekan abdomen, adakah massa (tumor, feces), turgor kulit perut untuk mengetahui derajat hidrasi pasien, apakah hepar teraba, juga apakah lien teraba. Perkusi abdomen normal tympanik, adanya massa padat atau cairan akan menimbulkan bunyi pekak (hepar, asites, vesika urinarta, tumor).</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 5. Sistem Neurologis</div> <div style="text-align: justify;">      </div> <div style="text-align: justify;"> Pada inspeksi tingkat kesadaran perlu dikaji Disamping juga dibutuhkan investigasi GCS. Adakah composmentis atau somnolen atau comma. refleks patologis, dan bagaimana dengan refleks fisiologisnya. Selain itu fungsi-fungsi sensoris juga perlu dikaji ibarat pendengaran, penglihatan, penciuman, perabaan dan pengecapan.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 6. Sistem Muskuloskeletal</div> <div style="text-align: justify;">      </div> <div style="text-align: justify;"> Pada inspeksi perlu diperhatikan adakah edema peritibial, palpasi pada kedua ekstremetas untuk mengetahui tingkat perfusi perifer serta dengan pemerikasaan capillary refil time. Dengan inspeksi dan palpasi dilakukan investigasi kekuatan otot kemudian dibandingkan antara kiri dan kanan.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 7. Sistem  Integumen </div> <div style="text-align: justify;">      </div> <div style="text-align: justify;"> Inspeksi mengenai keadaan umum kulit higiene, warna ada tidaknya lesi pada kulit, pada Px dengan effusi biasanya akan tampak cyanosis tanggapan adanya kegagalan sistem transport O2. Pada palpasi perlu diperiksa mengenai kehangatan kulit (dingin, hangat, demam). Kemudian texture kulit (halus-lunak-kasar) serta turgor kulit untuk mengetahui derajat hidrasi seseorang.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> i. Pemeriksaan Penunjang</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Hasil investigasi medis dan laboratorium</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 1. Pemeriksaan Radiologi</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Pada fluoroskopi maupun foto thorax PA cairan yang kurang dari 300 cc tidak bisa terlihat. Mungkin kelainan yang tampak hanya berupa penumpukkan kostofrenikus. Pada effusi pleura sub pulmonal, meski cairan pleura lebih dari 300 cc, frenicocostalis  tampak tumpul, diafragma kelihatan meninggi. Untuk memastikan dilakukan dengan foto thorax lateral dari sisi yang sakit (lateral dekubitus) ini akan memperlihatkan hasil yang memuaskan bila cairan pleura sedikit (Hood Alsagaff, 1990, 786-787).</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 2. Biopsi Pleura</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Biopsi ini berkhasiat untuk mengambil specimen jaringan pleura dengan melalui biopsi jalur percutaneus. Biopsi ini digunakan untuk mengetahui adanya sel-sel ganas atau kuman-kuman penyakit (biasanya masalah pleurisy tuberculosa dan tumor pleura)   (Soeparman, 1990, 788).</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> j. Pemeriksaan Laboratorium</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Dalam investigasi cairan pleura terdapat beberapa investigasi antara lain :</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 1. Pemeriksaan Biokimia</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Secara biokimia effusi pleura terbagi atas transudat dan eksudat yang perbedaannya sanggup dilihat pada tabel berikut :</div> <div style="text-align: justify;">       </div> <table border="1" cellpadding="0" cellspacing="0" class="MsoTableGrid" style="border-collapse: collapse; border: none; margin-left: 47.95pt; text-align: justify;"> <tbody> <tr style="height: 21.7pt; mso-yfti-firstrow: yes; mso-yfti-irow: 0;"> <td style="border: solid windowtext 1.0pt; height: 21.7pt; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 138.85pt;" valign="top" width="185"><div class="MsoSubtitle" style="text-align: justify;"> <br /></div> </td> <td style="border-left: none; border: solid windowtext 1.0pt; height: 21.7pt; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-left-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 111.3pt;" valign="top" width="148"><div class="MsoSubtitle" style="text-align: justify;"> Transudat<o:p></o:p></div> </td> <td style="border-left: none; border: solid windowtext 1.0pt; height: 21.7pt; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-left-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 109.6pt;" valign="top" width="146"><div class="MsoSubtitle"> Eksudat<o:p></o:p></div> <div class="MsoSubtitle" style="text-align: justify;"> <br /></div> </td> </tr> <tr style="height: 29.6pt; mso-yfti-irow: 1;"> <td style="border-top: none; border: solid windowtext 1.0pt; height: 29.6pt; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-top-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 138.85pt;" valign="top" width="185"><div class="MsoSubtitle" style="text-align: justify;"> Kadar protein dalam effusi 9/dl<o:p></o:p></div> </td> <td style="border-bottom: solid windowtext 1.0pt; border-left: none; border-right: solid windowtext 1.0pt; border-top: none; height: 29.6pt; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-left-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-top-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 111.3pt;" valign="top" width="148"><div class="MsoSubtitle" style="text-align: justify;"> <3<o:p></o:p></div> </td> <td style="border-bottom: solid windowtext 1.0pt; border-left: none; border-right: solid windowtext 1.0pt; border-top: none; height: 29.6pt; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-left-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-top-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 109.6pt;" valign="top" width="146"><div class="MsoSubtitle" style="text-align: justify;"> >3<o:p></o:p></div> </td> </tr> <tr> <td style="border-top: none; border: solid windowtext 1.0pt; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-top-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 138.85pt;" valign="top" width="185"><div class="MsoSubtitle" style="text-align: justify;"> Kadar protein dalam effusi<o:p></o:p></div> </td> <td style="border-bottom: solid windowtext 1.0pt; border-left: none; border-right: solid windowtext 1.0pt; border-top: none; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-left-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-top-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 111.3pt;" valign="top" width="148"><div class="MsoSubtitle" style="text-align: justify;"> <0.5<o:p></o:p></div> </td> <td style="border-bottom: solid windowtext 1.0pt; border-left: none; border-right: solid windowtext 1.0pt; border-top: none; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-left-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-top-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 109.6pt;" valign="top" width="146"><div class="MsoSubtitle" style="text-align: justify;"> >0.5<o:p></o:p></div> </td> </tr> <tr> <td style="border-top: none; border: solid windowtext 1.0pt; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-top-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 138.85pt;" valign="top" width="185"><div class="MsoSubtitle" style="text-align: justify;"> Kadar protein dalam serum<o:p></o:p></div> </td> <td style="border-bottom: solid windowtext 1.0pt; border-left: none; border-right: solid windowtext 1.0pt; border-top: none; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-left-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-top-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 111.3pt;" valign="top" width="148"><div class="MsoSubtitle" style="text-align: justify;"> <br /></div> </td> <td style="border-bottom: solid windowtext 1.0pt; border-left: none; border-right: solid windowtext 1.0pt; border-top: none; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-left-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-top-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 109.6pt;" valign="top" width="146"><div class="MsoSubtitle" style="text-align: justify;"> <br /></div> </td> </tr> <tr> <td style="border-top: none; border: solid windowtext 1.0pt; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-top-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 138.85pt;" valign="top" width="185"><div class="MsoSubtitle" style="text-align: justify;"> Kadar LDH dalam effusi (1-U)<o:p></o:p></div> </td> <td style="border-bottom: solid windowtext 1.0pt; border-left: none; border-right: solid windowtext 1.0pt; border-top: none; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-left-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-top-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 111.3pt;" valign="top" width="148"><div class="MsoSubtitle" style="text-align: justify;"> <200<o:p></o:p></div> </td> <td style="border-bottom: solid windowtext 1.0pt; border-left: none; border-right: solid windowtext 1.0pt; border-top: none; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-left-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-top-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 109.6pt;" valign="top" width="146"><div class="MsoSubtitle" style="text-align: justify;"> <200<o:p></o:p></div> </td> </tr> <tr> <td style="border-top: none; border: solid windowtext 1.0pt; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-top-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 138.85pt;" valign="top" width="185"><div class="MsoSubtitle"> Kadar LDH dalam effusi                           <o:p></o:p></div> </td> <td style="border-bottom: solid windowtext 1.0pt; border-left: none; border-right: solid windowtext 1.0pt; border-top: none; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-left-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-top-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 111.3pt;" valign="top" width="148"><div class="MsoSubtitle" style="text-align: justify;">    < 0,6             <o:p></o:p></div> </td> <td style="border-bottom: solid windowtext 1.0pt; border-left: none; border-right: solid windowtext 1.0pt; border-top: none; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-left-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-top-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 109.6pt;" valign="top" width="146"><div class="MsoSubtitle" style="text-align: justify;"> > 0,6<o:p></o:p></div> <div class="MsoSubtitle" style="text-align: justify;"> <br /></div> </td> </tr> <tr> <td style="border-top: none; border: solid windowtext 1.0pt; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-top-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 138.85pt;" valign="top" width="185"><div class="MsoSubtitle" style="text-align: justify;"> Kadar LDH dalam serum<o:p></o:p></div> </td> <td style="border-bottom: solid windowtext 1.0pt; border-left: none; border-right: solid windowtext 1.0pt; border-top: none; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-left-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-top-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 111.3pt;" valign="top" width="148"><div class="MsoSubtitle" style="text-align: justify;"> <br /></div> </td> <td style="border-bottom: solid windowtext 1.0pt; border-left: none; border-right: solid windowtext 1.0pt; border-top: none; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-left-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-top-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 109.6pt;" valign="top" width="146"><div class="MsoSubtitle" style="text-align: justify;"> <br /></div> </td> </tr> <tr> <td style="border-top: none; border: solid windowtext 1.0pt; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-top-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 138.85pt;" valign="top" width="185"><div class="MsoSubtitle" style="text-align: justify;"> Berat jenis cairan effusi<o:p></o:p></div> </td> <td style="border-bottom: solid windowtext 1.0pt; border-left: none; border-right: solid windowtext 1.0pt; border-top: none; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-left-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-top-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 111.3pt;" valign="top" width="148"><div class="MsoSubtitle" style="text-align: justify;"> < 1,016<o:p></o:p></div> </td> <td style="border-bottom: solid windowtext 1.0pt; border-left: none; border-right: solid windowtext 1.0pt; border-top: none; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-left-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-top-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 109.6pt;" valign="top" width="146"><div class="MsoSubtitle" style="text-align: justify;"> > 1,016<o:p></o:p></div> <div class="MsoSubtitle" style="text-align: justify;"> <br /></div> </td> </tr> <tr> <td style="border-top: none; border: solid windowtext 1.0pt; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-top-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 138.85pt;" valign="top" width="185"><div class="MsoSubtitle" style="text-align: justify;"> Rivalta<o:p></o:p></div> </td> <td style="border-bottom: solid windowtext 1.0pt; border-left: none; border-right: solid windowtext 1.0pt; border-top: none; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-left-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-top-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 111.3pt;" valign="top" width="148"><div class="MsoSubtitle" style="text-align: justify;">             Negatif            <o:p></o:p></div> </td> <td style="border-bottom: solid windowtext 1.0pt; border-left: none; border-right: solid windowtext 1.0pt; border-top: none; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-left-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-top-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 109.6pt;" valign="top" width="146"><div class="MsoSubtitle"> Positif<o:p></o:p></div> </td> </tr> </tbody></table> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Disamping investigasi tersebut diatas, secara biokimia diperiksakan juga cairan pleura :</div> <br /> <ul> <li style="text-align: justify;">Kadar pH dan glukosa. Biasanya merendah pada penyakit-penyakit infeksi, arthritis reumatoid dan neoplasma</li> <li style="text-align: justify;">Kadar amilase. Biasanya meningkat pada paulercatilis dan metastasis adenocarcinona (Soeparman, 1990, 787).</li> </ul> <br /> <div style="text-align: justify;"> b. Analisa cairan pleura</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Transudat <span style="white-space: pre;"> </span>: jernih, kekuningan</li> <li style="text-align: justify;">Eksudat<span style="white-space: pre;"> </span>: kuning, kuning-kehijauan</li> <li style="text-align: justify;">Hilothorax<span style="white-space: pre;"> </span>: putih ibarat susu</li> <li style="text-align: justify;">Empiema<span style="white-space: pre;"> </span>        : kental dan keruh</li> <li style="text-align: justify;">Empiema anaerob<span style="white-space: pre;"> </span>: berbau busuk</li> <li style="text-align: justify;">Mesotelioma<span style="white-space: pre;"> </span>: sangat kental dan berdarah</li> </ul> <br /> <div style="text-align: justify;"> c. Perhitungan sel dan sitologi</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Leukosit 25.000 (mm3):empiema</li> <li style="text-align: justify;">Banyak Netrofil<span style="white-space: pre;"> </span>:<span style="white-space: pre;"> </span>pneumonia, infark paru, pankreatilis, TB   paru</li> <li style="text-align: justify;">Banyak Limfosit<span style="white-space: pre;"> </span>: tuberculosis, limfoma,  keganasan.</li> <li style="text-align: justify;">Eosinofil meningkat<span style="white-space: pre;"> </span>:<span style="white-space: pre;"> </span>emboli paru, poliatritis nodosa, benalu dan    jamur</li> <li style="text-align: justify;">Eritrosit<span style="white-space: pre;"> </span>:<span style="white-space: pre;"> </span>mengalami peningkatan 1000-10000/ mm3 cairan tampak kemorogis, sering dijumpai pada pankreatitis atau pneumoni. Bila erytrosit > 100000 (mm3 memperlihatkan infark paru, stress berat dada dan keganasan.</li> <li style="text-align: justify;">Misotel banyak<span style="white-space: pre;"> </span>:<span style="white-space: pre;"> </span>Jika terdapat mesotel kecurigaan TB bisa disingkirkan.</li> <li style="text-align: justify;">Sitologi<span style="white-space: pre;"> </span>:<span style="white-space: pre;"> </span>Hanya   50 - 60 %  kasus- masalah keganasan sanggup ditemukan sel ganas. Sisanya kurang lebih terdeteksi lantaran akumulasi cairan pleura lewat prosedur obstruksi, preamonitas atau atelektasis (Alsagaff Hood, 1995 : 147,148)</li> </ul> <br /> <div style="text-align: justify;"> d. Bakteriologis</div> <div style="text-align: justify;">      </div> <div style="text-align: justify;"> Jenis kuman yang sering ditemukan dalam cairan pleura yakni pneamo cocclis, E-coli, klebsiecla, pseudomonas, enterobacter. Pada pleuritis TB kultur cairan terhadap kuman tahan asam hanya sanggup memperlihatkan yang positif hingga 20 % (Soeparman, 1998: 788).</div> <div style="text-align: justify;"> Analisa Data</div> <div style="text-align: justify;">       </div> <div style="text-align: justify;"> Setelah semua data dikumpulkan, kemudian dikelompokkan dan dianalisa sehingga sanggup ditemukan adanya problem yang muncul pada penderita effusi pleura. Selanjutnya problem tersebut dirumuskan dalam diagnosa keperawatan.</div> <div style="text-align: justify;">       </div> <div style="text-align: justify;"> <b><br /></b></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Diagnosa Keperawatan</b></div> <div style="text-align: justify;">       </div> <div style="text-align: justify;"> Penentuan diagnosa keperawatan harus menurut analisa data sari hasil pengkajian, maka diagnosa keperawatan yang ditemukan di kelompokkan menjadi diagnosa aktual, potensial dan kemungkinan. (Budianna Keliat, 1994,1)</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Beberapa diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien dengan effusi pleura antara lain :</div> <ol> <li style="text-align: justify;">Ketidakefektifan pola pernafasan berafiliasi dengan menurunnya perluasan paru sekunder terhadap penumpukkan cairan dalam rongga pleura (Susan Martin Tucleer, dkk, 1998).</li> <li style="text-align: justify;">Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. Sehubungan dengan peningkatan metabolisme tubuh, pencernaan nafsu makan tanggapan sesak nafas sekunder terhadap penitikberatan struktur abdomen (Barbara Engram, 1993).</li> <li style="text-align: justify;">Cemas sehubungan dengan adanya ancaman final hidup yang dibayangkan (ketidakmampuan untuk bernafas).</li> <li style="text-align: justify;">Gangguan pola tidur dan istirahat sehubungan dengan batuk yang menetap dan sesak nafas serta perubahan suasana lingkungan Barbara Engram).</li> <li style="text-align: justify;">Ketidakmampuan melaksanakan kegiatan sehari-hari sehubungan dengan keletihan (keadaan fisik yang lemah)  (Susan Martin Tucleer, dkk, 1998).</li> <li style="text-align: justify;">Kurang pengetahuan mengenai kondisi, hukum pengobatan sehubungan dengan kurang terpajang informasi  (Barbara Engram, 1993)</li> </ol> <br /> <div style="text-align: justify;"> <b>Perencanaan Keperawatan</b></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Setelah merumuskan diagnosa keperawatan, dibentuk planning tindakan untuk mengurangi, menghilangkan dan mencegah problem klien.(Budianna Keliat, 1994, 16)</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Diagnosa Keperawatan I</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Ketidakefektifan pola pernafasan berafiliasi dengan menurunnya perluasan paru sekunder terhadap penumpukan cairan dalam rongga pleura.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Tujuan : Pasien bisa mempertahankan fungsi paru secara normal</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Kriteria hasil : Irama, frekuensi dan kedalaman pernafasan dalam batas normal, pada investigasi sinar X dada tidak ditemukan adanya akumulasi cairan, bunyi nafas terdengar jelas.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Rencana tindakan : </div> <ul> <li style="text-align: justify;">Identifikasi faktor penyebab. Rasional : Dengan mengidentifikasikan penyebab, kita sanggup memilih jenis effusi pleura sehingga sanggup mengambil tindakan yang tepat.</li> <li style="text-align: justify;">Kaji kualitas, frekuensi dan kedalaman pernafasan, laporkan setiap perubahan yang terjadi. Rasional : Dengan mengkaji kualitas, frekuensi dan kedalaman pernafasan, kita sanggup mengetahui sejauh mana perubahan kondisi pasien.</li> <li style="text-align: justify;">Baringkan pasien dalam posisi yang nyaman, dalam posisi duduk, dengan kepala tempat tidur ditinggikan 60 – 90 derajat. Rasional : Penurunan diafragma memperluas kawasan dada sehingga perluasan paru bisa maksimal.</li> <li style="text-align: justify;">Observasi tanda-tanda vital (suhu, nadi, tekanan darah, RR dan respon pasien). Rasional : Peningkatan RR dan tachcardi merupakan indikasi adanya penurunan fungsi paru.</li> <li style="text-align: justify;">Lakukan auskultasi bunyi nafas tiap 2-4 jam. Rasional : Auskultasi sanggup memilih kelainan bunyi nafas pada potongan paru-paru.</li> <li style="text-align: justify;">Bantu dan ajarkan pasien untuk batuk dan nafas dalam yang efektif. Rasional :  Menekan kawasan yang nyeri ketika batuk atau nafas dalam. Penekanan otot-otot dada serta abdomen menciptakan batuk lebih efektif.</li> <li style="text-align: justify;">Kolaborasi dengan tim medis lain untuk pemberian O2 dan obat-obatan serta foto thorax. Rasional : Pemberian oksigen sanggup menurunkan beban pernafasan dan mencegah terjadinya sianosis tanggapan hiponia. Dengan foto thorax sanggup dimonitor kemajuan dari berkurangnya cairan dan kembalinya daya kembang paru.</li> </ul> <br /> <div style="text-align: justify;"> Diagnosa Keperawatan II</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh sehubungan dengan peningkatan metabolisme tubuh, penurunan nafsu makan tanggapan sesak nafas.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Kriteria hasil  : Konsumsi lebih  40 % jumlah makanan, berat tubuh normal dan hasil laboratorium dalam batas normal.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Rencana tindakan : </div> <ul> <li style="text-align: justify;">Beri motivasi perihal pentingnya nutrisi. Rasional : Kebiasaan makan seseorang dipengaruhi oleh kesukaannya, kebiasaannya, agama, ekonomi dan pengetahuannya perihal pentingnya nutrisi bagi tubuh.</li> <li style="text-align: justify;">Auskultasi bunyi bising usus. Rasional : Bising usus yang menurun atau meningkat memperlihatkan adanya gangguan pada fungsi pencernaan.</li> <li style="text-align: justify;">Lakukan oral hygiene setiap hari. Rasional : Bau verbal yang kurang sedap sanggup mengurangi nafsu makan.</li> <li style="text-align: justify;">Sajikan masakan semenarik mungkin. Rasional :  Penyajian masakan yang menarik sanggup meningkatkan nafsu makan.</li> <li style="text-align: justify;">Beri masakan dalam porsi kecil tapi sering. Rasional : Makanan dalam porsi kecil tidak membutuhkan energi, banyak selingan memudahkan reflek.</li> <li style="text-align: justify;">Kolaborasi dengan tim gizi dalam pemberian di’it TKTP. Rasional :  Di’it TKTP sangat baik untuk kebutuhan metabolisme dan pembentukan antibody lantaran diet TKTP menyediakan  kalori dan semua asam amino esensial.</li> <li style="text-align: justify;">Kolaborasi dengan dokter atau konsultasi untuk melaksanakan investigasi laboratorium alabumin dan pemberian vitamin dan tambahan nutrisi lainnya (zevity, ensure, socal, putmocare) kalau intake diet terus menurun lebih 30 % dari kebutuhan. Rasional : Peningkatan intake protein, vitamin dan mineral sanggup menambah asam lemak dalam tubuh. </li> </ul> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Diagnosa Keperawatan III</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> Cemas atau ketakutan sehubungan dengan adanya ancaman final hidup yang dibayangkan (ketidakmampuan untuk bernafas).</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Tujuan<span style="white-space: pre;"> </span>:<span style="white-space: pre;"> </span>Pasien bisa memahami dan mendapatkan keadaannya sehingga tidak terjadi kecemasan.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Kriteria hasil <span style="white-space: pre;"> </span>:<span style="white-space: pre;"> </span>Pasien bisa bernafas secara normal, pasien bisa mengikuti keadaan dengan keadaannya. Respon non verbal klien tampak lebih rileks dan santai, nafas teratur dengan frekuensi 16-24 kali permenit, nadi 80-90 kali permenit.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Rencana tindakan : </div> <ul> <li style="text-align: justify;">Berikan posisi yang menyenangkan bagi pasien. Biasanya dengan semi fowler</li> <li style="text-align: justify;">Jelaskan mengenai penyakit dan diagnosanya. Rasional : pasien bisa mendapatkan keadaan dan mengerti sehingga sanggup diajak kerjasama dalam perawatan.</li> <li style="text-align: justify;">Ajarkan teknik relaksasi. Rasional : Mengurangi ketegangan otot dan kecemasan</li> <li style="text-align: justify;">Bantu dalam menggala sumber koping yang ada. Rasional : Pemanfaatan sumber koping yang ada secara konstruktif sangat bermanfaat dalam mengatasi stress.</li> <li style="text-align: justify;">Pertahankan korelasi saling percaya antara perawat dan pasien. Rasional : Hubungan saling percaya membantu proses terapeutik</li> <li style="text-align: justify;">Kaji faktor yang menimbulkan timbulnya rasa cemas. Rasional : Tindakan yang sempurna dibutuhkan dalam mengatasi problem yang dihadapi klien dan membangun kepercayaan dalam mengurangi kecemasan.</li> <li style="text-align: justify;">Bantu pasien mengenali dan mengakui rasa cemasnya. Rasional : Rasa cemas merupakan imbas emosi sehingga apabila sudah teridentifikasi dengan baik, perasaan yang mengganggu sanggup diketahui.</li> </ul> <br /> <div style="text-align: justify;"> Diagnosa Keperawatan IV</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Gangguan pola tidur dan istirahat sehubungan dengan batuk yang menetap dan nyeri pleuritik.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Tujuan<span style="white-space: pre;"> </span>:<span style="white-space: pre;"> </span>Tidak terjadi gangguan pola tidur dan kebutuhan istirahat terpenuhi.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Kriteria hasil<span style="white-space: pre;"> </span>: Pasien tidak sesak nafas, pasien sanggup tidur dengan nyaman tanpa mengalami gangguan, pasien sanggup tertidur dengan gampang dalam waktu 30-40 menit dan pasien beristirahat atau tidur dalam waktu 3-8 jam per hari.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Rencana tindakan : </div> <ul> <li style="text-align: justify;">Beri posisi senyaman mungkin bagi pasien. Rasonal : Posisi semi fowler atau posisi yang menyenangkan akan memperlancar peredaran O2 dan CO2.</li> <li style="text-align: justify;">Tentukan kebiasaan motivasi sebelum tidur malam sesuai dengan kebiasaan pasien sebelum dirawat. Rasional : Mengubah pola yang sudah menjadi kebiasaan sebelum tidur akan mengganggu proses tidur.</li> <li style="text-align: justify;">Anjurkan pasien untuk latihan relaksasi sebelum tidur. Rasional : Relaksasi sanggup membantu mengatasi gangguan tidur.</li> <li style="text-align: justify;">Observasi tanda-tanda kardinal dan keadaan umum pasien. Rasional : Observasi tanda-tanda kardinal guna mengetahui perubahan terhadap kondisi pasien. </li> </ul> <br /> <div style="text-align: justify;"> Diagnosa Keperawatan V</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Ketidakmampuan melaksanakan kegiatan sehari-hari sehubungan dengan keletihan (keadaan fisik yang lemah).</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Tujuan <span style="white-space: pre;"> </span>:<span style="white-space: pre;"> </span>Pasien bisa melaksanakan kegiatan seoptimal mungkin.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Kriteria hasil<span style="white-space: pre;"> </span>:<span style="white-space: pre;"> </span>Terpenuhinya kegiatan secara optimal, pasien kelihatan segar dan bersemangat, personel hygiene pasien cukup.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Rencana tindakan : </div> <ul> <li style="text-align: justify;">Evaluasi respon pasien ketika beraktivitas, catat keluhan dan tingkat kegiatan serta adanya perubahan tanda-tanda vital. Raasional : Mengetahui sejauh mana kemampuan pasien dalam melaksanakan aktivitas.</li> <li style="text-align: justify;">Bantu Px memenuhi kebutuhannya. Rasional : Memacu pasien untuk berlatih secara aktif dan mandiri.</li> <li style="text-align: justify;">Awasi Px ketika melaksanakan aktivitas. Rasional : Memberi pendidikan pada Px dan keluarga dalam perawatan selanjutnya.</li> <li style="text-align: justify;">Libatkan keluarga dalam perawatan pasien. Rasional : Kelemahan suatu tanda Px belum bisa beraktivitas secara penuh.</li> <li style="text-align: justify;">Jelaskan pada pasien perihal perlunya keseimbangan antara kegiatan dan istirahat. Rasional : Istirahat perlu untuk menurunkan  kebutuhan metabolisme.</li> <li style="text-align: justify;">Motivasi dan awasi pasien untuk melaksanakan kegiatan secara bertahap. Rasional : Aktivitas yang teratur dan sedikit demi sedikit akan membantu mengembalikan pasien pada kondisi normal. </li> </ul> <br /> <div style="text-align: justify;"> Diagnosa Keperawatan VI</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Kurang pengetahuan mengenai kondisi, hukum pengobatan sehubungan dengan kurangnya informasi.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Tujuan  : Pasien dan keluarga tahu mengenai kondisi dan hukum pengobatan.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Kriteria hasil : </div> <ul> <li style="text-align: justify;">Px dan keluarga menyatakan pemahaman penyebab masalah.</li> <li style="text-align: justify;">PX dan keluarga bisa mengidentifikasi tanda dan tanda-tanda yang memerlukan penilaian medik.</li> <li style="text-align: justify;">Px dan keluarga mengikuti acara pengobatan dan memperlihatkan perubahan pola hidup yang perlu untuk mencegah terulangnya masalah.</li> </ul> <br /> <div style="text-align: justify;"> Rencana tindakan :</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Kaji patologi problem individu. Rasional : Informasi menurunkan takut lantaran ketidaktahuan. Memberikan pengetahuan dasar untuk pemahaman kondisi dinamik dan pentingnya intervensi terapeutik.</li> <li style="text-align: justify;">Identifikasi kemungkinan kambuh atau komplikasi jangka panjang. Rasional : Penyakit paru yang ada ibarat PPOM berat, penyakit paru infeksi dan keganasan sanggup meningkatkan kejadian kambuh.</li> <li style="text-align: justify;">Kaji ulang tanda atau tanda-tanda yang memerlukan penilaian medik cepat (contoh, nyeri dada tiba-tiba, dispena, distress pernafasan). Rasional : Berulangnya effusi pleura memerlukan intervensi medik untuk mencegah, menurunkan potensial komplikasi.</li> <li style="text-align: justify;">Kaji ulang praktik kesehatan yang baik (contoh, nutrisi baik, istirahat, latihan).  Rasional : Mempertahankan kesehatan umum meningkatkan penyembuhan dan sanggup mencegah kekambuhan.</li> </ul> <br /> <div style="text-align: justify;"> <b>Pelaksanaan</b></div> <div style="text-align: justify;">       </div> <div style="text-align: justify;"> Implementasi merupakan pelaksanaan planning keperawatan oleh perawat terhadap pasien. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan planning keperawatan diantaranya :</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Intervensi dilaksanakan sesuai dengan planning setelah dilakukan validasi ; ketrampilan interpersonal, teknikal dan intelektual dilakukan dengan cermat dan efisien pada situasi yang tepat, keamanan fisik dan psikologis klien dilindungi serta dokumentasi intervensi dan respon pasien.</li> <li style="text-align: justify;">Pada tahap implementasi ini merupakan aplikasi secara kongkrit dari planning intervensi yang telah dibentuk untuk mengatasi problem kesehatan dan perawatan yang muncul pada pasien (Budianna Keliat, 1994,4).</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Evaluasi</b></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Evaluasi merupakan langkah terakhir dalam proses keperawatan, dimana penilaian yakni kegiatan yang dilakukan secara terus menerus dengan melibatkan pasien, perawat dan anggota tim kesehatan lainnya.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Tujuan dari penilaian ini yakni untuk menilai apakah tujuan dalam planning keperawatan tercapai dengan baik atau tidak dan untuk melaksanakan pengkajian ulang (US. Midar H, dkk, 1989).</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Kriteria dalam memilih tercapainya suatu tujuan, pasien :</div> <ol> <li style="text-align: justify;">Mampu mempertahankan fungsi paru secara normal.</li> <li style="text-align: justify;">Kebutuhan nutrisi terpenuhi.</li> <li style="text-align: justify;">Tidak terjadi gangguan pola tidur dan kebutuhan istirahat terpenuhi.</li> <li style="text-align: justify;">Dapat memenuhi kebutuhan perawatan diri sehari-hari untuk mengembalikan kegiatan ibarat biasanya.</li> <li style="text-align: justify;">Menunjukkan pengetahuan dan gejala-gejala gangguan pernafasan ibarat sesak nafas, nyeri dada sehingga sanggup melaporkan segera ke dokter atau perawat yang merawatnya.</li> <li style="text-align: justify;">Mampu mendapatkan keadaan sehingga tidak terjadi kecemasan.</li> <li style="text-align: justify;">Menunjukkan pengetahuan perihal tindakan pencegahan yang berafiliasi dengan penatalaksanaan kesehatan, mencakup kebiasaan yang tidak menguntungkan bagi kesehatan ibarat merokok, minum minuman beralkohol dan pasien juga memperlihatkan pengetahuan perihal kondisi penyakitnya.</li> </ol> <br /> <div style="text-align: justify;"> <b>Daftar Pustaka</b></div> <br /> <ul> <li style="text-align: justify;">Al sagaff H dan Mukti. A, Dasar – Dasar Ilmu Penyakit Paru, Airlangga University   Press, Surabaya ; 1995</li> <li style="text-align: justify;">Carpenito, Lynda Juall, Diagnosa keperawatan Aplikasi pada Praktek Klinik Edisi 6,  Penerbit Buku Kedokteran EGC,;1995</li> <li style="text-align: justify;">Carpenito, Lynda Juall, Rencana Asuhan dan Dokumentasi keperawatan Edisi 2,     Penerbit Buku Kedokteran EGC ; 1995</li> <li style="text-align: justify;">Engram, Barbara, Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Volume I, Penerbit Buku Kedokteran EGC ; 1999</li> <li style="text-align: justify;">Ganong F. William, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 17, Jakarta EGC ; 1998</li> <li style="text-align: justify;">Gibson, John, MD, Anatomi Dan Fisiologi Modern Untuk Perawat, Jakarta EGC ;  199</li> <li style="text-align: justify;">Keliat, Budi Anna. Proses Keperawatan, Arcan Jakarta ; 1991</li> <li style="text-align: justify;">Laboratorium Ilmu Penyakit Paru FK UNAIR, Dasar – Dasar Diagnostik Fisik Paru, Surabaya; 199</li> <li style="text-align: justify;">Lismidar,proses keperawatan H,dkk, Proses keperawatan, AUP, 1990</li> <li style="text-align: justify;">Marrilyn. E. Doengus, Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Edisi 3 Jakarta EGC ; 1999</li> <li style="text-align: justify;">Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Soetomo, Pedoman Diagnosis dan Terapi Lab/UPF Ilmu Penyakit Paru, Airlangga University Press; 199</li> <li style="text-align: justify;">B.AC,Syaifudin, Anatomi dan fisiologi untuk perawat, EGC; 1992</li> <li style="text-align: justify;">Soeparman A. Sarwono Waspadji, Ilmu Penyakit Dalam jilid II ; 1990</li> <li style="text-align: justify;">Susan Martin Tucker, Standar Perawatan Pasien, Jakarta EGC ; 1998</li> <li style="text-align: justify;">Soedarsono, Guidelines of Pulmonology, Surabaya ; 2000 </li> </ul> <div style="text-align: justify;"> Untuk mendownload laporan pendahuluan efusi pleura pdf dan doc, dibawah :</div> <div style="text-align: justify;"> <ul> <li><b><span style="background-color: cyan;">Laporan pendahuluan efusi pleura pdf</span>, <i><a href="https://drive.google.com/file/d/1mOehctnes9MTtjjPQhNloaGaN7hXu_FF/view?usp=sharing" target="_blank">(Ambil File)</a></i></b></li> <li><b><span style="background-color: lime;">Laporan pendahuluan efusi plerura doc</span>, <i><a href="https://drive.google.com/file/d/1coz4nqFijFKEu-lM0EMtO4ZgHp_k8Yow/view?usp=sharing" target="_blank">(Ambil File)</a></i></b></li> </ul> <div> Link Alternatif</div> <div> <ul> <li><b><a href="https://drive.google.com/file/d/1coz4nqFijFKEu-lM0EMtO4ZgHp_k8Yow/view?usp=sharing" target="_blank">Alternatif LP efusi pleura doc 1</a></b></li> <li><b><a href="https://drive.google.com/file/d/1mOehctnes9MTtjjPQhNloaGaN7hXu_FF/view?usp=sharing" target="_blank">Alternatif LP efusi pleura pdf 1</a></b></li> </ul> <ul> <li><b><a href="https://drive.google.com/file/d/1coz4nqFijFKEu-lM0EMtO4ZgHp_k8Yow/view?usp=sharing" target="_blank">Alternatif LP efusi pleura doc 2</a></b></li> <li><b><a href="https://drive.google.com/file/d/1mOehctnes9MTtjjPQhNloaGaN7hXu_FF/view?usp=sharing" target="_blank">Alternatif LP efusi pleura pdf 2</a></b></li> </ul> <div> Demikian laporan pendahuluan efusi pleura lengkap, download pdf dan doc kami bagikan, supaya bisa menjadi rujukan teman-teman perawat sekalian dalam pembuatan kiprah keperawatan. terima kasih.</div> </div> </div>

Laporan Pendahuluan / Lp Efusi Pleura Lengkap, Download Format Doc Dan Pdf

Kami bagikan laporan pendahuluan efusi pleura pdf dan doc. Teman sejawat sekalian tidak henti-hentinya kami selalu bagikan laporan pend...

+ Baca selengkapnya »

Laporan Pendahuluan Cad (Coronary Artery Deases) / Arteri Koroner, Download Format Pdf Dan Doc

<div style="text-align: justify;"> Kami bagikan laporan pendahuluan CAD pdf dan doc</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Teman-teman sejawat sekalian alhamdulillah hingga ketika ini kami masih diberi kesempatan untuk menshare laporan pendahuluan dan ilmu keperawatan lainnya.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Pada kesempatan kali ini kami mengembangkan laporan pendahuluan CAD yaitu suatu keadaan dimana terjadi penumpukan plak pada arteri koroner sehngga terjadinya penyempitan arteri koroner. laporan pendahuluan CAD ini kami susun selengkap mungkin dan juga kami sediakan dalam format pdf dan doc supaya mempermudah sahabat perawat sekalian dalam pembuatan tugas.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Untuk mendownload laporan pendahuluan CAD format pdf dan doc, telah kami selipkan link unduhan diakhir artikel ini yang bisa teman-teman sekalian gunakan untuk mengambil file lp CAD.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Laporan pendahuluan CAD</b></div> <div style="text-align: justify;"> <b><br /></b></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Defenisi</b></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> CAD yakni penyakit pada arteri koroner dimana terjadi penyempitan atau sumbatan pada liang arteri koroner oleh lantaran proses atherosklerosis. Pada proses artherosklerosis terjadi perlemakan pada dinding arteri koroner yang sudah terjadi semenjak usia muda hingga usia lanjut. Proses ini umumnya normal  pada setiap orang. Terjadinya infark sanggup disebabkan beberapa faktor resiko, hal ini tergantung dari individu.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Sirkulasi Koronaria</b></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Dua arteri koronaria yang melayani miocardium muncul dari sinus katup aorta pada pangkal aorta. Sirkulasi koroner ini terdiri dari arteri koronaria kanan dan arteri koronaria kiri. Arteri koronaria kiri mempunyai dua cabang besar, arteria desendens anterior kiri dan arteria sirkumfleksa kiri. Arteria-arteria ini berjalan melingkari  jantung  dalam dua celah anatomi eksterna : suklus atrioventrikularis, yang melingkari jantung di antara atrium dan ventrikel, dan suklus interventrikularis yang memisahkan kedua ventrikel.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Efisiensi jantung sebagai pompa tergantung dari nutrisi dan oksigenasi otot jantung. Sirkulasi koroner meliput seluruh permukaan jantung, membawa oksigen dan nutrisi ke miokardium melalui cabang-cabang intramiokardial yang kecil-kecil. Untuk sanggup mengetahui akibat-akibat dari penyakit jantung koroner, maka kita harus mengenal terlebih dahulu distribusi arteria koronaria ke otot jantung dan sistem penghantar. Morbiditas dan dan mortalitas pada infark miokardia tergantung pada derajat gangguan fungsi yang ditimbulkannya, baik mekanis maupun elektris.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Faktor Resiko :</b></div> <div style="text-align: justify;"> <b><br /></b></div> <div style="text-align: justify;"> Faktor yang bisa menjadi penggagas CAD terbagi menjadi 2 faktor resiko yaitu :</div> <div style="text-align: justify;"> <b><br /></b></div> <table border="1" cellpadding="0" cellspacing="0" class="MsoNormalTable" style="border-collapse: collapse; border: none; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-insideh: .5pt solid windowtext; mso-border-insidev: .5pt solid windowtext; mso-padding-alt: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; mso-table-layout-alt: fixed;"> <tbody> <tr> <td style="border: solid windowtext 1.0pt; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 230.4pt;" valign="top" width="307"><div class="MsoNormal"> Yang sanggup dirubah:<o:p></o:p></div> <div class="MsoNormal"> <br /></div> <div class="MsoNormal"> Mayor:<o:p></o:p></div> <div class="MsoNormal"> </div> <ul> <li>Peningkatan lipid serum</li> <li>Hipertensi</li> <li>Merokok</li> <li>Gangguan toleransi glukosa</li> <li>Diet tinggi lemak jenuh, kelesterol dan kalori</li> </ul> <br /> <div class="MsoNormal"> <o:p></o:p></div> <div class="MsoNormal"> <o:p> </o:p>Minor:</div> <div class="MsoNormal"> <o:p></o:p></div> <div class="MsoNormal"> </div> <ul> <li>Gaya hidup yang kurang bergerak</li> <li>Stress psikologik</li> <li>Type kepribadian</li> </ul> <br /> <div class="MsoNormal"> <o:p></o:p></div> </td> <td style="border-left: none; border: solid windowtext 1.0pt; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-left-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 230.4pt;" valign="top" width="307"><div class="MsoNormal"> Yang tidak sanggup dirubah:<o:p></o:p></div> <div class="MsoNormal"> </div> <ul> <li>Usia</li> <li>Jenis kelamin</li> <li>Riwayat keluarga</li> <li>Ras</li> </ul> <br /> <div class="MsoNormal"> <o:p></o:p></div> <div class="MsoNormal"> <br /></div> </td> </tr> </tbody></table> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Etiologi</b></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Terdapat empat faktor resiko biologis yang tak sanggup diubah, yaitu: usia, jenis kelamin, ras dan riwayat keluarga. Kerentanan terhadap aterosklerosis koroner meningkat dengan bertambahnya usia. Penyakit yang serius jarang terjadi sebelum usia 40 tahun. Wanita sepertinya relative kebal terhadap penyakit ini hingga setelah menopause, dan kemudian menjadi sama rentannya menyerupai pria. Efek proteksi estrogen dianggap sebagai klarifikasi adanya imunitas perempuan pada usia sebelum menopause. Orang Amerika-Afrika lebih rentan terhadap aterosklerosis daripada orang kulit putih. Akhirnya, riwayat keluarga yang positif terhadap penyakit jantung koroner (yaitu, saudara atau orang renta yang menderita penyakit ini sebelum usia 50 tahun) meningkatkan kemungkinan timbulnya aterosklerosis premature.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Faktor-faktor resiko pemanis lainnya masih sanggup diubah, sehingga berpotensi sanggup memperlambat proses aterogenik. Faktor-faktor resiko mayor adalah:</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 1. Hiperlipidemia</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Lipid plasma yakni kolesterol, trigliserida, fosfolipid, dan asam lemak bebas berasal dari oksigen, dari masakan dan endogen dari sintesis lemak.kolesterol dan trigriserida yakni dua jenis lipid yang relatif mempunyai makna klinis yang penting sehubungan dengan asteriogenesis. Lipid tidak larut dalam plasma tetapi terikat pada protein sebagai mekamisme transport dalam serum. Peningkatan kolesterol dihubungkan dengan meningkatnya resikoterhadap koronaria sementara kadar kolesterol HDL yang meningkat sepertinya berperan sebagai faktor pelindung terhadap penyakit arteri koronaria.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 2. Hipertensi</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Tekanan darah tinggi yakni faktor resiko yang paling membahayakan lantaran biasanya tidak menandakan gejalasampai kondisi telah menjadi lanjut/ kronis. Tekanan darah tinggi mengakibatkan meningkatnya gradien tekanan yang harus dilawan oleh ventrikel kiri ketika memompa darah. Tekanan tinggi yang tidak terkontrol sanggup mengakibatkan kebutuhan oksigen jantung meningkat.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 3. Merokok</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Resiko meroko tergantung pada jumlah roko yang digunakan perhari, bukan pada lamanya seseorang merokok. Seseorang yang meroko lebih dari sebungkus sehari, beresiko mengalami kesehatan khususnya gangguan jantu 2 kali lebih besar daripada mereka yang tidakmerokok. Merokok berperan dalam memperburuk kondisi penyakit arteri koroner melalui 3 cara meliputi:</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Menghirup asam akan meningkatkan kadar karbonn monoksida (CO) darah. Hemoglobin, komponen darah yang mengangkut oksigen lebih gampang terikat pada karbon monoksida daripada oksigen. Hal ini mengakibatkan oksigen yang disuplai ke jantung menjadi sangat berlebih, sehingga jantung bekerja lebih berat untuk menghasilkan energi yang sama besarnya.</li> <li style="text-align: justify;">Asam nikotinat pada tembakau memicu pelepasan katekolamin, yang mengakibatkan kontriksi.</li> <li style="text-align: justify;">Merokok, meningkatkan adhesi trombositmengakibatkan pembentukan thrombus</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> 4. Diabetes Mellitus</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Penderita DM cenderung mempunyai prevalensi arteriosklerosis yang lebih tinggi, demikian juga pada kasus arteriosklerosis koloner prematur berat. Hiperglekimia mengakibatkan peningkatan agrerasi trombosit yang ddapat mengakibatkan trombus. Hiperglekimia bisamenjadi penyebab kelainan metabolisme lemak/ predisposisi terhadap degenerasi vaskular yang berkaitan dengan gangguan intoleransi terhadap glukosa.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Patofisiologi</b></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Pada keadaan normal terdapat keseimbangan antara anutan darah arteri koronaria dengan kebutuhan miokard. Pada CAD mengatakan ketidakseimbangan antar anutan darah arterial dan kebutuhan miokardium.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Keseimbangan ini dipengaruhi oleh :</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Aliran darah koroner</li> <li style="text-align: justify;">Kepekaan miokardium terhadap iskhemik</li> <li style="text-align: justify;">Kadar oksigen dalam darah</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> Aliran darah arterial yang berkurang hampir selalu disebabkan oleh arteriosklerosis.</div> <div style="text-align: justify;"> Arteriosklerosis mengakibatkan penimbunan lipid dan jaringan fibrosa dalam arteria koronaria sehingga secara progresif mempersempit lumen pembuluh darah. Bila lumen menyempit maka resistensi terhadap anutan darah akan meningkat dan membahayakan anutan darah mokardium. Bila penyakit ini semakin lanjut, maka penyempitan lumen akan diikuti perubahaan vaskuler yang mengurangi kemampuan pembuluh untuk melebar.Dengan demikian keseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen genting, mem bahayakan myokardium distal dan tempat lesi. Lesi yang bermakna  secara klinis, yang sanggup mengakibatkan iskemi dandisfungsi miokardium biasanya menyumbat lebih dari 75 % lumen pembuluh darah. Langkah simpulan prose patologis yang menimbulkan gangguan klinis sanggup terjadi dengan cara berikut :</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Penyempitan lumen progresif tanggapan pembesaran  plak.</li> <li style="text-align: justify;">Perdarahan pada plak ateroma </li> <li style="text-align: justify;">Pembentukan trombus yang diawali agregrasi trombosit</li> <li style="text-align: justify;">Embolisasi trombus / fragmen plak</li> <li style="text-align: justify;">Spsme arteria koronaria</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> Lesi-lesi arteroskleosis biasanya berkembang pada segmen epikardial proksimal dari arteria koronaria yaitu pada temapat lengkungan yang tajam, percabangan atau perlekatan. Pada tahap lebih lanjut lesi-lesi yang tersebar difus menjadi menonjol.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Pathway CAD</b></div> <div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"> <img border="0" data-original-height="609" data-original-width="447" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjWls7H86Zt4vgH2mArWrhq_bL6ghCZXXFLCwp0URP-tKC9u1vNT0hPPRNWdMLe3lkO02F6q8p6ojN3vYbKojzdOqvJbQmttExca5pvtzLQ_8H0CjKolzxYnoss7emGmc243oWF0Erk8uMM/s1600/Pathway+CAD.png" /></div> <h3 style="text-align: justify;">  Untuk mendownload pathway CAD doc, <span style="background-color: cyan;"><a href="https://drive.google.com/file/d/1OblRJNqel9Z97msh2uo-XqBeb7-ISSic/view?usp=sharing" target="_blank">DISINI</a></span></h3> <div> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Tanda dan gejala</b></div> <ul> <li style="text-align: justify;">Asimtomatik (tanpa gejala-gejala):</li> <li style="text-align: justify;">Simtomatik (dengan gejala-gejala) : Sakit dada, bedebar-debar, sesak napas, pingsan, Sakit dada</li> <li style="text-align: justify;">Angina pektoris (seperti rasa tertekan, berat, diremas, disertai cemas, keringat dingin, sesak napas)</li> <li style="text-align: justify;">Angina pektoris stabil (sakit dada sehabis melaksanakan kegiatan)</li> <li style="text-align: justify;">Angina Varian ( terjadi impulsif umumnya sewaktu istirahat atau pada waktu aktifitas ringan. Biasanya terjadi tanggapan spasme pembuluh arteri koroner).</li> <li style="text-align: justify;">Angina Prisemental (sama dengan angina Varian)</li> <li style="text-align: justify;">Infark miokard ( nyeri yang hebat, menyerupai rasa tertekan, berat, diremas, disertai cemas, keringat dingin, sesak napas, mual, muntah)</li> </ul> <br /> <div style="text-align: justify;"> <b>Pemeriksaan Diagnostik</b></div> <ul> <li style="text-align: justify;">Hb / Ht</li> <li style="text-align: justify;">Hitung trombosit, masa perdarahan, masa pembekuan</li> <li style="text-align: justify;">Elektrolit</li> <li style="text-align: justify;">Analisa Gas Darah  (ABGS) : Identifikasi status oksigen, efektifitas fungsi pernapasan, keseimbangan asam-basa</li> <li style="text-align: justify;">Pulse olimetri</li> <li style="text-align: justify;">BUN / Kreatinin</li> <li style="text-align: justify;">Glukosa</li> <li style="text-align: justify;">Amilase</li> <li style="text-align: justify;">Enzym</li> <li style="text-align: justify;">Chest X Ray</li> <li style="text-align: justify;">Elektrokardiografi (EKG)</li> <li style="text-align: justify;">Angiografi </li> </ul> <br /> <div style="text-align: justify;"> <b>Penatalaksanaan</b></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 1. Pencegahan Primer</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Tindakan pengobatan yang paling penting pada arterosklerosis koroner yakni pencegahan primer itu sendiri. Pencegahan dilakukan lantaran :</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Penyakit ini secra klinis gres terlihat kasatmata setelah ada suatu masa laten yang usang dengan perkembangan penyakit yang tidak bergejala pada awal masa dewasa. Lesi yang dianggap sebagai prekursor penyakit arterosklerosis ditemukan pada dinding arteri koroner pada bawah umur dan cukup umur muda.</li> <li style="text-align: justify;">Tidak ada terapi kuratif untuk penyakit arterosklerosis koroner. Begitu penyakit ini diketahui secara klinis, maka terapi hanya pal;iatif untuk mengurangi tanggapan dan konsekuensi klinis untuk memperlambat perkembangan.</li> <li style="text-align: justify;">Konsekuensi penyakit arterosklerosis koroner, sanggup sangat berbahaya. Infark miokard sanggup terjadi tanpa atau dengan sedikit peringatan lebih dahulu, kejadian simpulan hayat mendadak terjadi sangat tinggi, lebih dari separuh kemtian yang berkaitan dengan infark miokard terjadi pada jam-jam pertama infark, sebelum pasien dirawat di rumah sakit.</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> Arteosklerosis koroner merupakan salah satu penyebab utama simpulan hayat di Amerika serikat. Menurut American Heart Association, sekitar 524.000 simpulan hayat disebabkan lantaran infarka miokard pada tahun 1986.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 2. Pengobatan</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Tujuan pengobatan iskemia miokardium yakni memperbaiki ketidakseimbangan antara kebutuhan miokardium akan oksigen dan suplai oksigen.</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Pengurangan kebutuhan oksigen</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> a. Pengurangan kerja jantung secara farmakologik:</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Nitrogliserin</li> <li style="text-align: justify;">Pengahambat beta adrenergik</li> <li style="text-align: justify;">Digitalis</li> <li style="text-align: justify;">Diuretika</li> <li style="text-align: justify;">Vasodilator</li> <li style="text-align: justify;">Sedativa</li> <li style="text-align: justify;">Antagonis kalsium</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> b. Pengurangan kerja jantung secara fisik :</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Tirah baring</li> <li style="text-align: justify;">Lingkungan yang tenang</li> <li style="text-align: justify;">Peningkatan suplai oksigen:</li> <li style="text-align: justify;">Nitrogliserin</li> <li style="text-align: justify;">Pemberian oksigen</li> <li style="text-align: justify;">Vasopresor</li> <li style="text-align: justify;">Antiaritmia</li> <li style="text-align: justify;">Antikoagulasiadan agenfibrinotik</li> <li style="text-align: justify;">Antagonis kalsium</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> 3. Revascularisasi koroner</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Aliran darah ke miokardium setelah suatu lesi arterosklerotis pada arteri koroner sanggup diperbaiki dengan operasi untuk mengalihkan anutan dan cuilan yang tersumbat dengan suatu cangkok pintas, atau dengan meningkatkan anutan di dalam pembuluh yang sakit melalui pemisahan mekanik serta kompresi atau pemakaian obat yang sanggup melisiskan lesi.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 4. Revascularisasi bedah (cangkok pintas = CABG)</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Pembuluh standar yang digunakan dalam melaksanakan CABG yakni vena savena magna tungkai dan arteria mamae interna kiri dari rongga dada.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Pada pencangkokan pintas dengan vena savena magna, satu ujung dari vena ini disambung ke aporta asendens dan ujung lain ditempelkan pada cuilan pembuluh darah sebelah distal dari sumbatan. Saluran gres ini dibentuk untuk menghindari pembuluh darah yang mengalami penyempitan, sehingga darah sanggup dialirkan ke miokardium yang bersangkutan. </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Konsep Asuhan Keperawatan</b></div> <div style="text-align: justify;"> <b><br /></b></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Pengkajian</b></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 1. Aktifitas</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Dilaporkan : </div> <ul> <li style="text-align: justify;">Kelemahan umum </li> <li style="text-align: justify;">Tidak bisa melaksanakan aktifitas hidup</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> Ditandai dengan: </div> <ul> <li style="text-align: justify;">Tekanan darah berkisar antara 124/91 mmhg- 137/97 mmhg</li> <li style="text-align: justify;">Denyut nadi berkisar antara 100 - 112 x/menit</li> <li style="text-align: justify;">Pernapasan sekitar 16-20 x/menit</li> <li style="text-align: justify;">Terjadi perubahan sesuai dengan aktifitasnya dan rasa nyeri yang timbul sekali-sekali waktu batuk.</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> 2. Sirkulasi</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Dilaporkan :</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Riwayat adanya Infark Miokard Akut, tiga atau lebih penyakit arteri koronaria, kelainan katub jantung, hipertensi</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> Ditandai dengan :</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Tekanan darah yang tidak stabil, irama jantung teratur</li> <li style="text-align: justify;">Disritmia / perubahan EKG</li> <li style="text-align: justify;">Bunyi jantung asing : S3 / S4 murmur </li> <li style="text-align: justify;">Sianosis pada membran mukosa/kulit</li> <li style="text-align: justify;">Dingin  dan kulit lembab</li> <li style="text-align: justify;">Edema / JVD</li> <li style="text-align: justify;">Penurunan denyut nadi perifer</li> <li style="text-align: justify;">Perubahan status mental</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> 4. Status Ego</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Dilaporkan :</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Merasa tak berdaya / pasrah</li> <li style="text-align: justify;">Marah / ketakutan</li> <li style="text-align: justify;">Ketakuatan akan kematian, menjalami operasi, dan komplikasi yang timbul</li> <li style="text-align: justify;">Takut akan perubahan gaya hidup atau fungsi peran</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> Ditandai dengan :</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Kelemahan yang sangat</li> <li style="text-align: justify;">Imsomania</li> <li style="text-align: justify;">Ketegangan </li> <li style="text-align: justify;">Menghindari kontak mata</li> <li style="text-align: justify;">Menangis</li> <li style="text-align: justify;">Perubahan tekanan darah dan teladan napas</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> 5. Makan/minum</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Dilaporkan :</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Perubahan berat badan</li> <li style="text-align: justify;">Hilangnya nafsu makan</li> <li style="text-align: justify;">Nyeri abdomen, nausea/muntah</li> <li style="text-align: justify;">Perubahan frekwensi miksi/meningkat</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> Ditandai dengan :</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Menurunnya BB</li> <li style="text-align: justify;">Kulit kering, turgor kulit menurun</li> <li style="text-align: justify;">Hipotensi postural</li> <li style="text-align: justify;">Bising usus menurun</li> <li style="text-align: justify;">Edem (umum, lokal)</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> 6. Sensoris</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Dilaporkan :</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Sering pusing</li> <li style="text-align: justify;">Vertigo</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> Ditandai dengan : </div> <ul> <li style="text-align: justify;">Perubahan orientasi atau kadang berbicara tidak relefan</li> <li style="text-align: justify;">Mudah marah, tersinggung, apatis.</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> 7. Nyeri / kenyamanan</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Dilaporkan :</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Nyeri dada/ angina</li> <li style="text-align: justify;">Nyeri post operasi</li> <li style="text-align: justify;">Ketidaknyamanan lantaran adanya luka oprasi</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> Ditandai dengan :</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Post operatif</li> <li style="text-align: justify;">Wajah tampak kesakitan</li> <li style="text-align: justify;">Perilaku tidak tenang</li> <li style="text-align: justify;">Membatasi gerakan</li> <li style="text-align: justify;">Gelisah</li> <li style="text-align: justify;">Kelemahan </li> <li style="text-align: justify;">Perubahan tekanan darah, nadi, dan pernapasan</li> </ul> <br /> <div style="text-align: justify;"> 8. Pernapasan </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Dilaporkan :</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Napas cepat dan pendek</li> <li style="text-align: justify;">Post operatif</li> <li style="text-align: justify;">Ketidakmampuan untuk batuk dan napas dalam</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> Ditandai dengan :</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Post operatif </li> <li style="text-align: justify;">Penurunan pengembangan rongga dada</li> <li style="text-align: justify;">Sesak napas (normal lantaran torakotomi)</li> <li style="text-align: justify;">Tanpa bunyi napas (atelektasis)</li> <li style="text-align: justify;">Kecemasan</li> <li style="text-align: justify;">Perubahan pada ABGs / pulse axymetri</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> 9. Rasa Aman</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Dilaporkan :</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Periode bisul perbaikan katub</li> <li style="text-align: justify;">Ditandai dengan :</li> <li style="text-align: justify;">Post operati : peradarahan dari tempat dada atau berasal dari insisi tempat donor.</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> 10. Penyuluhan </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Dilaporkan :</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Faktor resiko menyerupai diabetes militus, penyakit jantung, hipertensi, stroke</li> <li style="text-align: justify;">Penggunaan obat-obat kardivaskuler ya ng bervariasi</li> <li style="text-align: justify;">Memperbaiki kegagalan/kekurangan</li> </ul> <br /> <div style="text-align: justify;"> <b>Diagnosa Keperawatan</b></div> <ol> <li style="text-align: justify;">Gangguan rasa nyaman nyeri berafiliasi dengan iskemia jaringan jantung atau sumbatan pada arteri koronaria.</li> <li style="text-align: justify;">Intoleransi kegiatan berafiliasi ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen, adanya jaringan yang nekrotik dan iskemi pada miokard.</li> <li style="text-align: justify;">Resiko terjadinya penurunan cardiac output berafiliasi dengan perubahan dalam rate, irama, konduksi jantung, menurunya preload atau peningkatan SVR, miocardial infark.</li> <li style="text-align: justify;">Resiko terjadinya penurunan perfusi jaringan berafiliasi dengan penurunan tekanan darah, hipovolemia.</li> <li style="text-align: justify;">Resiko terjadinya ketidakseimbangan cairan excess berafiliasi dengan penurunan perfusi organ (renal), peningkatan retensi natrium, penurunan plasma protein.</li> </ol> <br /> <div style="text-align: justify;"> <b>Intervensi Keperawatan</b></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Diagnosa. 1</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Gangguan rasa nyaman nyeri berafiliasi dengan iskemia jaringan jantung atau sumbatan pada arteri koronaria.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan klien di harapkan bisa menandakan adanya penurunan rasa nyeri dada, menandakan adanya penuruna tekanan dan cara berelaksasi.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Intervensi</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Monitor dan kaji karakteristik dan lokasi nyeri.</li> <li style="text-align: justify;">Monitor tanda-tanda vital (tekanan darah, nadi, respirasi, kesadaran).</li> <li style="text-align: justify;">Anjurkan pada pasien supaya segera melaporkan bila terjadi nyeri dada.</li> <li style="text-align: justify;">Ciptakan suasana lingkungan yangtenang dan nyaman.</li> <li style="text-align: justify;">Ajarkan dan anjurkan pada pasien untuk melaksanakan tehnik relaksasi.</li> <li style="text-align: justify;">Kolaborasi dalam : Pemberian oksigen dan Obat-obatan (beta blocker, anti angina, analgesic)</li> <li style="text-align: justify;">Ukur tanda vital sebelum dan sehabis dilakukan pengobatan dengan narkosa.</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> Diagnosa Keperawatan 2</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Intoleransi kegiatan berafiliasi ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen, adanya jaringan yang nekrotik dan iskemi pada miokard.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Tujuan : setelah di lakukan tindakan perawatan klien menunnjukan peningkatan kemampuan dalam melaksanakan kegiatan (tekanan darah, nadi, irama dalam batas normal) tidak adanya angina.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Intervensi</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Catat irama jantung, tekanan darah dan nadi sebelum, selama dan sehabis melaksanakan aktivitas.</li> <li style="text-align: justify;">Anjurkan pada pasien supaya lebih banyak beristirahat terlebih dahulu.</li> <li style="text-align: justify;">Anjurkan pada pasien supaya tidak “ngeden” pada ketika buang air besar.</li> <li style="text-align: justify;">Jelaskan pada pasien perihal tahap- tahap kegiatan yang boleh dilakukan oleh pasien.</li> <li style="text-align: justify;">Tunjukan pada pasien perihal tanda-tanda fisiki bahwa kegiatan melebihi batas.</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> Diagnosa Keperawatan. 3</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Resiko terjadinya penurunan cardiac output berafiliasi dengan perubahan dalam rate, irama, konduksi jantung, menurunya preload atau peningkatan SVR, miocardial infark.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Tujuan : tidak terjadi penurunan cardiac output selama di lakukan tindakan keperawatan.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Intervensi</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Lakukan pengukuran tekanan darah (bandingkan kedua lengan pada posisi berdiri, duduk dan tiduran jikalau memungkinkan).</li> <li style="text-align: justify;">Kaji kualitas nadi.</li> <li style="text-align: justify;">Catat perkembangan dari adanya S3 dan S4.</li> <li style="text-align: justify;">Auskultasi bunyi nafas.</li> <li style="text-align: justify;">Dampingi pasien pada ketika melaksanakan aktivitas.</li> <li style="text-align: justify;">Sajikan masakan yang gampang di cerna dan kurangi konsumsi kafeine.</li> <li style="text-align: justify;">Kolaborasi dalam: investigasi serial ECG, foto thorax, tunjangan obat-obatan anti disritmia.</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> Diagnosa Keperawatan. 4</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Resiko terjadinya penurunan perfusi jaringan berafiliasi dengan penurunan tekanan darah, hipovolemia.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Tujuan : selama dilakukan tindakan keperawatan tidak terjadi penurunan perfusi jaringan.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Intervensi</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Kaji adanya perubahan kesadaran.</li> <li style="text-align: justify;">Inspeksi adanya pucat, cyanosis, kulit yang masbodoh dan penurunan kualitas nadi perifer.</li> <li style="text-align: justify;">Kaji adanya tanda Homans (pain in calf on dorsoflextion), erythema, edema.</li> <li style="text-align: justify;">Kaji respirasi (irama, kedalam dan perjuangan pernafasan).</li> <li style="text-align: justify;">Kaji fungsi gastrointestinal (bising usus, abdominal distensi, constipasi).</li> <li style="text-align: justify;">Monitor intake dan out put.</li> <li style="text-align: justify;">Kolaborasi dalam: Pemeriksaan ABG, BUN, Serum ceratinin dan elektrolit.</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> Diagnosa Keperawatan. 5</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Resiko terjadinya ketidakseimbangan cairan excess berafiliasi dengan penurunan perfusi organ (renal), peningkatan retensi natrium, penurunan plasma protein.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Tujuan : tidak terjadi kelebihan cairan di dalam tubuh klien selama dalam perawatan.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Intervensi</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Auskultasi suar nafas (kaji adanya crackless).</li> <li style="text-align: justify;">Kaji adanya jugular vein distension, peningkatan terjadinya edema.</li> <li style="text-align: justify;">Ukur intake dan output (balance cairan).</li> <li style="text-align: justify;">Sajikan makan dengan diet rendah garam.</li> <li style="text-align: justify;">Kolaborasi dalam tunjangan deuritika.</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Daftar Pustaka</b></div> <ul> <li style="text-align: justify;">Soeparman, Ilmu Penyakit Dalam, Jilid I, Edisi Kedua, Balai Penerbit FKUI, Jakarta, 1987.</li> <li style="text-align: justify;">Donna D, Marilyn. V, Medical Sugical Nursing, WB Sounders, Philadelpia 1991.</li> <li style="text-align: justify;">Marylin Doenges, Nursing Care Plans,F.A Davis Company, Philadelpia, 1984  </li> <li style="text-align: justify;">Sylvia Anderson Price, Ph D. R.N. dan L.Mc.Carty Wilson, Ph D. R.N, Pathofisiologi proses-proses penyakit, edisi I, Buku ke empat.  </li> </ul> <div style="text-align: justify;"> untuk mendownload laporan pendahuluan CAD (Coronary Artery Deases) / Arteri koroner pdf dan doc, dibawah :</div> <div> <ul> <li style="text-align: justify;"><b><span style="background-color: cyan;">Laporan pendahuluan CAD pdf</span>, <i><a href="https://drive.google.com/file/d/10ZK7oMCGAjCa7qPvCc7D_9TGvXELSTBv/view?usp=sharing" target="_blank">(Ambil File)</a></i></b></li> <li style="text-align: justify;"><b><span style="background-color: lime;">Laporan pendahuluan CAD doc</span>, <i><a href="https://drive.google.com/file/d/15QtjzrCGWt6vtEZ9tRAlHgmNOoK0N_co/view?usp=sharing" target="_blank">(Ambil File)</a></i></b></li> </ul> <div style="text-align: justify;"> Link Alternatif</div> </div> <div> <ul> <li style="text-align: justify;"><b><a href="https://drive.google.com/file/d/15QtjzrCGWt6vtEZ9tRAlHgmNOoK0N_co/view?usp=sharing" target="_blank">Alternatif LP CAD doc 1</a></b></li> <li style="text-align: justify;"><b><a href="https://drive.google.com/file/d/10ZK7oMCGAjCa7qPvCc7D_9TGvXELSTBv/view?usp=sharing" target="_blank">Alternatif LP CAD pdf 1</a></b></li> </ul> <ul> <li style="text-align: justify;"><b><a href="https://drive.google.com/file/d/15QtjzrCGWt6vtEZ9tRAlHgmNOoK0N_co/view?usp=sharing" target="_blank">Alternatif LP CAD doc 2</a></b></li> <li style="text-align: justify;"><b><a href="https://drive.google.com/file/d/10ZK7oMCGAjCa7qPvCc7D_9TGvXELSTBv/view?usp=sharing" target="_blank">Alternatif LP CAD pdf 2</a></b></li> </ul> <div style="text-align: justify;"> Demikian laporan pendahuluan CAD (Coronary Artery Deases) / Arteri Koroner, download format pdf dan doc kami bagikan, semoga sanggup membantu sahabat sejawat dalam pembuatan kiprah keperawatan, terima kasih.</div> </div>

Laporan Pendahuluan Cad (Coronary Artery Deases) / Arteri Koroner, Download Format Pdf Dan Doc

Kami bagikan laporan pendahuluan CAD pdf dan doc Teman-teman sejawat sekalian alhamdulillah hingga ketika ini kami masih diberi kesempa...

+ Baca selengkapnya »

Laporan Pendahuluan / Lp Stress Berat Abdomen Lengkap Dan Terbaru, Download Pdf Dan Doc.

<div style="text-align: justify;"> Kami bagikan laporan pendahuluan stress berat abdomen pdf dan doc.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Teman perawat dimanapun pada kesempatan kali ini kami share laporan pendahuluan / LP stress berat abdomen lengkap dalam format pdf dan doc. laporan pendahuluan stress berat abdomen ini telah kami susun selengkap mungkin menurut beberapa rujukan yang terpercaya.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Bertujuan membantu teman-teman perawat sekalian dalam menciptakan tugas, terutama bagi sahabat perawat yang sedang menjalani keprofesian yang harus menciptakan LP setiap hari, disini kami hadirkan laporan pendahuluan stress berat abdomen tersedia dalam format pdf dan doc, yang bisa diwonload melalui link unduhan yang kami letakkan diakhir artikel ini.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <h3 style="text-align: justify;"> <b>Laporan Pendahuluan Trauma Abdomen</b></h3> <div style="text-align: justify;"> <b><br /></b></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Pengertian</b></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Trauma yaitu luka atau cedera fisik lainnya atau cedera fisiologis akhir gangguan emosional yang hebat. (Brooker,2001)</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Trauma abdomen yaitu cedera pada abdomen, sanggup berupa stress berat tumpul dan tembus serta stress berat yang di sengaja atau tidak di sengaja. (Smeltzer, 2001)</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Trauma tumpul abdomen yaitu pukulan / benturan eksklusif pada rongga abdomen yang menimbulkan cidera tekanan/tindasan pada isi rongga abdomen, terutama organ padat (hati, pancreas, ginjal, limpa) atau berongga (lambung, usus halus, usus besar, pembuluh – pembuluh darah abdominal) dan menimbulkan ruptur abdomen. (Temuh Ilmiah Perawat Bedah Indonesia, 13 Juli 200)<br /> <br /> Trauma tembus abdomen yaitu stress berat abdomen dengan penetrasi ke dalam rongga peritoneum. Luka tembus pada abdomen disebabkan oleh bacokan benda tajam atau luka tembak.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Etiologi</b></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 1. Trauma tembus (trauma perut dengan penetrasi ke dalam rongga peritonium).</div> <div style="text-align: justify;"> Di sebabkan oleh : luka tusuk, luka tembak</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 2. Trauma tumpul (trauma perut tanpa penetrasi ke dalam rongga peritonium).</div> <div style="text-align: justify;"> Di sebabkan oleh : pukulan, benturan, ledakan, deselerasi, kompresi atau sabuk pengaman (set-belt). (FKUI, 1995).</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Anatomi dan Fisiologi</b></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Abdomen ialah rongga terbesar dalam tubuh. Bentuk lonjong dan meluas dari atas diafragma hingga pelvis dibawah.  Rongga abdomen dilukiskan menjadi dua penggalan – abdomen yang sebenarnya, yaitu rongga sebelah atas dan yang lebih besar, dan pelvis yaitu rongga sebelah bawah dab kecil.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Batasan – batasan abdomen. Di atas,  diafragma, Di bawah, pintu masuk panggul dari panggul besar. Di depan dan kedua sisi, otot – otot abdominal, tulang –tulang illiaka dan iga – iga sebelah bawah. Di belakang, tulang punggung, dan otot psoas dan quadratrus lumborum.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Isi Abdomen. Sebagaian besar dari jalan masuk pencernaan, yaitu lambung, usus halus, dan usus besar. Hati menempati penggalan atas, terletak di bawah diafragma, dan menutupi lambung dan penggalan pertama usus halus. Kandung empedu terletak dibawah hati. Pankreas terletak dibelakang lambung, dan limpa terletak dibagian ujung pancreas. Ginjal dan kelenjar suprarenal berada diatas dinding posterior abdomen. Ureter berjalan melalui abdomen dari ginjal. Aorta abdominalis, vena kava inferior, reseptakulum khili dan sebagaian dari jalan masuk torasika terletak didalam abdomen.</div> <div style="text-align: justify;"> Pembuluh limfe dan kelenjar limfe, urat saraf, peritoneum dan lemak juga dijumpai dalam rongga ini.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Patofisiologi</b></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Bila suatu kekuatan eksternal dibenturkan pada badan insan (akibat kecelakaan lalulintas, penganiayaan, kecelakaan olah raga dan terjatuh dari ketinggian), maka beratnya stress berat merupakan hasil dari interaksi antara faktor – faktor fisik  dari kekuatan tersebut dengan jaringan tubuh. Berat stress berat yang terjadi berhubungan  dengan kemampuan obyek statis (yang ditubruk) untuk menahan tubuh. Pada tempat benturan lantaran terjadinya perbedaan pergerakan  dari jaringan badan yang akan menimbulkan disrupsi jaringan. Hal ini juga karakteristik dari permukaan  yang menghentikan badan juga penting. </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Trauma juga tergantung pada elastitisitas dan viskositas dari jaringan tubuh. Elastisitas yaitu kemampuan jaringan untuk kembali pada keadaan yang sebelumnya. Viskositas yaitu kemampuan jaringan untuk menjaga bentuk aslinya walaupun ada benturan. Toleransi badan menahan benturan tergantung pada kedua keadaan tersebut.. Beratnya stress berat yang terjadi tergantung kepada seberapa jauh gaya yang ada akan sanggup melewati ketahanan jaringan. Komponen lain yang harus dipertimbangkan  dalam beratnya stress berat yaitu posisi badan relatif terhadap permukaan benturan. </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Hal tersebut sanggup terjadi cidera organ intra abdominal yang disebabkan beberapa mekanisme :</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Meningkatnya tekanan intra abdominal yang mendadak dan andal oleh gaya tekan dari luar menyerupai benturan setir atau sabuk pengaman yang letaknya tidak benar sanggup menimbulkan terjadinya ruptur dari organ padat maupun organ berongga.</li> <li style="text-align: justify;">Terjepitnya organ intra abdominal antara dinding abdomen anterior dan vertebrae atau struktur tulang dinding thoraks.</li> <li style="text-align: justify;">Terjadi gaya akselerasi – deselerasi secara mendadak sanggup mengakibatkan gaya robek pada organ dan pedikel vaskuler. </li> </ul> <div style="text-align: justify;"> <b>Pathway Trauma Abdomen</b></div> <div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"> <img border="0" data-original-height="625" data-original-width="509" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiwZx9RJA9_dgJjVwfxkWQpt0YF_b0ZLHQs7LqemVdwDvdrvkZ8RGR7mtkC1cenUOZGqQ3RyruBSMSubj_YfUDxEgRKuUlRiltZTkxIhBKCtdKW7S9Qm2WFE2KULGIKyo7wjSYIQ4Qi-uM5/s1600/Pathway+trauma+Abdomen.png" /></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <br /> <h3 style="text-align: justify;"> Untuk mendownload pathway stress berat abdomen doc, <span style="background-color: cyan;"><a href="https://drive.google.com/file/d/1bS1LVc4358iuT-WgAtXRz4C3lrvdQhHC/view?usp=sharing" target="_blank">DISINI</a></span></h3> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Manifestasi Klinik</b></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Menurut (Hudak & Gallo, 2001) tanda dan tanda-tanda stress berat abdomen, yaitu :</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Nyeri</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> Nyeri sanggup terjadi mulai dari nyeri sedang hingga yang berat. Nyeri sanggup timbul di penggalan yang luka atau tersebar. Terdapat nyeri ketika ditekan dan nyeri lepas.</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Darah dan cairan</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> Adanya penumpukan darah atau cairan dirongga peritonium yang disebabkan oleh iritasi.</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Cairan atau udara dibawah diafragma</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> Nyeri disebelah kiri yang disebabkan oleh perdarahan limpa. Tanda ini ada ketika pasien dalam posisi rekumben.</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Mual dan muntah</li> <li style="text-align: justify;">Penurunan kesadaran (malaise, letargi, gelisah)</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> Yang disebabkan oleh kehilangan darah dan tanda-tanda awal hock hemoragi.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Dampak Masalah terhadap Klien</b></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Setiap petaka yang dihadapi seseorang akan selalu menimbulkan dampak duduk kasus baik bio - psiko- social-spiritual yang sanggup menghipnotis kesehatan dan perubahan teladan kehidupan. Dampak dari pre operasi :</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> a. Dampak pada fisik :</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Pola Pernapasan :</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> Keadaan ventilasi pernapasan terganggu jikalau terdapat gangguan / instabilitasi cardiovaskuler, respirasi dan kelainan – kelainan neurologis akhir multiple trauma.</div> <div style="text-align: justify;"> Penyebab yang lain adalah  perdarahan didalam rongga abdominal yang mengakibatkan distended sehingga menekan diafragma yang akan menghipnotis perluasan rongga thoraks.</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Pada sirkulasi</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> Perdarahan dalam rongga abdomen lantaran cidera dari oragan – organ abdominal yang padat maupun berongga atau terputusnya pembuluh darah, sehingga badan kehilangan darah dalam waktu singkat yang menimbulkan shock hipovolemik dimana sisa darah tidak cukup mengisi rongga pembuluh darah.</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Perubahan perfusi jaringan</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> Penurunan perfusi jaringan disebabkan lantaran suplai darah yang dipompakan jantung ke seluruh badan berkurang / tidak mencukupi kesesuaian kebutuhan akhir dari shock hipovolemic.</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Penurunan Volume cairan tubuh.</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> Perdarahan akut akan menghipnotis keseimbangan cairan di dalam tubuh, dimana cairan intra celluler (ICF), Extracelluler (ECF) diantaranya yaitu cairan yang berada di dalam pembuluh darah (IV) dan cairan yang berada di dalam jaringan di antara sel - sel (ISF) akan mengalami defisit atau hipovolemia. </div> <ul> <li style="text-align: justify;">Kerusakan Integritas kulit.</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> Trauma benda tumpul dan tajam akan menimbulkan kerusakan dan terputusnya jaringan  kulit atau yang dibagian dalamnya  diantaranya pembuluh darah, persyarafan dan otot didaerah trauma.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> b. Dampak Psikologis :</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Perasaan cemas dan takut akan menyelimuti diri pasien, hal ini disebabkan lantaran petaka yang dialaminya dan kurangnya gosip wacana tindakan pengobatan dengan jalan pembedahan / operasi.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> c. Dampak Sosial :</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Mengingat dana yang diharapkan untuk tindakan pembedahan tidak sedikit dan harga obat – obatan yang cukup tinggi, hal ini akan menghipnotis kondisi ekonomi dan membutuhkan waktu yang amat segera (sempit)</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Komplikasi</b></div> <ul> <li style="text-align: justify;">Segera : hemoragi, syok, dan cedera.</li> <li style="text-align: justify;">Lambat : nanah (Smeltzer, 2001).</li> </ul> <br /> <div style="text-align: justify;"> <b>Pemeriksaan Diagnostik</b></div> <ol> <li style="text-align: justify;">Pemeriksaan rektum : adanya darah menyampaikan kelainan pada usus besar, kuldosentesi, kemungkinan adanya darah dalam lambung dan kateterisasi, adanya darah menyampaikan adanya lesi pada jalan masuk kencing.</li> <li style="text-align: justify;">Laboratorium : hemoglobin, hematokrit, leukosit dan analisis urine.</li> <li style="text-align: justify;">Radiologik : bila diindikasikan untuk melaksanakan laparatomi.</li> <li style="text-align: justify;">IVP/sistogram : hanya dilakukan bila ada kecurigaan terhadaptrauma jalan masuk kencing.</li> <li style="text-align: justify;">Parasentesis perut : tindakan ini dilakukan pada stress berat tumpul perut yang diragukan adanya kelainan dalam rongga perut atautrauma tumpul perut yang disertai dengan stress berat kepala yang berat, dilakukan dengan memakai jarum pungsi no 18 atau 20 yang ditusukkan melalui dinding perut didaerah kuadran bawah atau digaris tengah dibawah sentra dengan menggosokkan buli-buli terlebih dahulu.</li> <li style="text-align: justify;">Lavase peritoneal : pungsi dan aspirasi/bilasan rongga perut dengan memasukkan cairan garam fisiologis melalui kanula yang dimasukkan kedalam rongga peritonium (FKUI, 1995)</li> </ol> <br /> <div style="text-align: justify;"> <b>Penatalaksanaan</b></div> <ul> <li style="text-align: justify;">Penatalaksanaan kedaruratan ; ABCDE.</li> <li style="text-align: justify;">Pemasangan NGT untuk pengosongan isi lambung dan mencegah aspirasi.</li> <li style="text-align: justify;">Kateter dipasang untuk mengosongkan kandung kencing dan menilai urin yang keluar (perdarahan).</li> <li style="text-align: justify;">Pembedahan/laparatomi (untuk stress berat tembus dan traumatumpul jikalau terjadi rangsangan peritoneal : syok, bising usus tidak terdengar, prolaps visera melalui luka tusuk, darah dalam lambung, buli-buli, rektum ; udara bebas intraperitoneal ; lavase peritoneal positif ; cairan bebas dalam rongga perut) (FKUI, 1995).</li> </ul> <br /> <div style="text-align: justify;"> <b>Konsep Asuhan Keperawatan</b></div> <div style="text-align: justify;"> <b><br /></b></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Pengkajian </b></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Dalam pengkajian pada trauma  abdomen harus menurut prinsip – prinsip Penanggulangan Penderita Gawat Darurat yang mempunyai skala prioritas A (Airway), B (Breathing), C (Circulation). Hal ini dikarenakan stress berat abdomen harus dianggap sebagai dari multi stress berat dan dalam pengkajiannya tidak terpaku pada abdomennya saja.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> a. Anamnesa</div> <div style="text-align: justify;"> b. Biodata</div> <div style="text-align: justify;"> c. Keluhan Utama</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Keluhan yang dirasakan sakit.</li> <li style="text-align: justify;">Hal spesifik dengan penyebab dari traumanya.</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> d. Riwayat penyakit kini (Trauma)</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Penyebab dari traumanya  dikarenakan benda tumpul atau peluru.</li> <li style="text-align: justify;">Kalau penyebabnya jatuh, ketinggiannya berapa dan bagaimana posisinya ketika jatuh.</li> <li style="text-align: justify;">Kapan kejadianya dan jam berapa kejadiannya.</li> <li style="text-align: justify;">Berapa berat keluhan yang dirasakan bila nyeri, bagaimana sifatnya pada quadran mana yang dirasakan paling nyeri atau sakit sekali.</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> e. Riwayat Penyakit yang lalu</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Kemungkinan pasien sebelumnya  pernah menderita gangguan jiwa.</li> <li style="text-align: justify;">Apakah pasien menderita penyakit asthma atau diabetesmellitus dan gangguan faal hemostasis.</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> f. Riwayat psikososial spiritual</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Persepsi pasien terhadap petaka yang dialami.</li> <li style="text-align: justify;">Apakah petaka tersebut mengganggu emosi dan mental.</li> <li style="text-align: justify;">Adakah kemungkinan percobaan bunuh diri (tentamen-suicide).</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> g. Pemeriksaan Fisik</div> <div style="text-align: justify;"> h. Sistim Pernapasan</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Pada inspeksi penggalan frekwensinya, iramanya dan adakah jejas pada dada serta jalan napasnya.</li> <li style="text-align: justify;">Pada palpasi simetris tidaknya dada ketika paru perluasan dan pernapasan tertinggal.</li> <li style="text-align: justify;">Pada perkusi yaitu bunyi hipersonor dan pekak.</li> <li style="text-align: justify;">Pada auskultasi adakah bunyi abnormal, wheezing dan ronchi.</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> i. Sistim cardivaskuler (B2 = blead)</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Pada inspeksi adakah perdarahan aktif atau pasif yang keluar dari tempat abdominal dan adakah anemis.</li> <li style="text-align: justify;">Pada palpasi bagaimana mengenai kulit, suhu tempat akral dan bagaimana bunyi detak jantung menjauh atau menurun dan adakah denyut jantung paradoks.</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> j. Sistim Neurologis (B3 = Brain)</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Pada inspeksi adakah gelisah atau tidak gelisah dan adakah jejas di kepala.</li> <li style="text-align: justify;">Pada palpasi adakah kelumpuhan atau lateralisasi pada anggota gerak</li> <li style="text-align: justify;">Bagaimana tingkat kesadaran yang dialami dengan memakai Glasgow Coma Scale (GCS)</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> k. Sistim Gatrointestinal (B4 = bowel)</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Pada inspeksi :</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Adakah jejas dan luka atau adanya organ yang luar.</li> <li style="text-align: justify;">Adakah distensi abdomen kemungkinan adanya perdarahan dalam cavum abdomen.</li> <li style="text-align: justify;">Adakah pernapasan perut yang tertinggal atau tidak.</li> <li style="text-align: justify;">Apakah kalau batuk terdapat nyeri dan pada quadran berapa, kemungkinan adanya abdomen iritasi.</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> Pada palpasi :</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Adakah spasme / defance mascular dan abdomen.</li> <li style="text-align: justify;">Adakah nyeri tekan dan pada quadran berapa.</li> <li style="text-align: justify;">Kalau ada  vulnus sebatas mana kedalamannya.</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> Pada perkusi :</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Adakah nyeri ketok dan pada quadran mana.</li> <li style="text-align: justify;">Kemungkinan – kemungkinan adanya cairan / udara bebas dalam cavum abdomen.</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> Pada Auskultasi :</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Kemungkinan adanya peningkatan atau penurunan dari bising usus atau menghilang.</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> Pada rectal toucher :</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Kemungkinan adanya darah / lendir pada sarung tangan.</li> <li style="text-align: justify;">Adanya ketegangan tonus otot / lesi pada otot rectum.</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> l. Sistim Urologi ( B5 = bladder)</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Pada inspeksi adakah jejas pada tempat rongga pelvis dan adakah distensi pada tempat vesica urinaria serta bagaimana produksi urine dan warnanya.</li> <li style="text-align: justify;">Pada palpasi adakah nyeri tekan tempat vesica urinaria dan adanya distensi.</li> <li style="text-align: justify;">Pada perkusi adakah nyeri ketok pada tempat vesica urinaria.</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> m. Sistim Tulang dan Otot ( B6 = Bone )</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Pada inspeksi adakah jejas dan kelaian bentuk extremitas terutama tempat pelvis.</li> <li style="text-align: justify;">Pada palpasi adakah ketidakstabilan pada tulang pinggul atau pelvis.</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> n. Pemeriksaan Penunjang :</div> <div style="text-align: justify;"> o. Radiologi :</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Foto BOF (Buick Oversic Foto)</li> <li style="text-align: justify;">Bila perlu thoraks foto.</li> <li style="text-align: justify;">USG (Ultrasonografi)</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> p. Laboratorium :</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Darah lengkap dan sample darah (untuk transfusi), Disini terpenting Hb serial ½ jam sekali sebanyak 3 kali.</li> <li style="text-align: justify;">Urine lengkap (terutama ery dalam urine)</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> q. Elektro Kardiogram</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Pemeriksaan ini dilakukan pada pasien usia lebih 40 tahun.</li> </ul> <br /> <div style="text-align: justify;"> <b>Diagnosa Keperawatan</b></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Adapun duduk kasus perawatan yang actual maupun potensial pada penderita pre operatis stress berat tumpul abdomen yaitu sebagai berikut :</div> <ol> <li style="text-align: justify;">Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit sehubungan dengan terputusnya pembuluh darah arteri / vena suatu jaringan (organ abdomen) yang ditandai dengan adanya perdarahan, jejas atau luka dan distensi abdomen.</li> <li style="text-align: justify;">Perubahan perfusi jaringan sehubngan dengan hypovolemia, penurunan suplai darah ke seluruh badan yang ditandai dengan suhu kulit penggalan akral dingin, capillary refill lebih dari 3 detik dan produksi urine kurang dari 30 ml/jam.</li> <li style="text-align: justify;">Nyeri sehubungan dengan rusaknya jaringan lunak / organ abdomen yang ditandai dengan pasien menyatakan sakit bila perutnya ditekan, nampak menyeringai kesakitan.</li> <li style="text-align: justify;">Cemas sehubungan dengan pengobatan pembedahan yang akan dilakukan yang ditandai dengan pasien menyatakan kekhawatirannya terhadap pembedahan, ekspresi wajah tegang dan gelisah.</li> <li style="text-align: justify;">Kurangnya pengetahuan wacana pembedahan yang akan dilakukan sehubungan dengan kurangnya gosip / gosip inadquat yang itandai dengan pasien bertanya wacana dampak dari petaka yang dialami dan akhir dari pembedahan.</li> </ol> <br /> <div style="text-align: justify;"> <b>Perencanaan / Intervensi keperawatan</b></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Diagnosa. 1</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit sehubungan dengan terputusnya pembuluh darah arteri / vena suatu jaringan (organ abdomen) yang ditandai dengan adanya perdarahan, jejas atau luka dan distensi abdomen.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Tujuan :</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Keseimbangan cairan badan teratasi.</li> <li style="text-align: justify;">Sirkulasi dinamik (perdarahan) sanggup diatasi.</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> Kriteria Hasil :</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Cairan yang keluar seimbang , tidak didapat tanda-tanda – tanda-tanda dehidrasi.</li> <li style="text-align: justify;">Perdarahan yang keluar sanggup berhenti, tidak didapat anemis, Hb diatas 80 gr %</li> <li style="text-align: justify;">Tanda vital dalam batas normal.</li> <li style="text-align: justify;">Perkusi : Tidak didapatkan distensi abdomen.</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> Rencana Tindakan :</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Kaji wacana cairan perdarahan yang keluar adakah citra klinik hipovolemic</li> <li style="text-align: justify;">Jelaskan wacana lantaran – akhir dari kekurangan cairan / perdarahan serta tindakan yang akan kita lakukan.</li> <li style="text-align: justify;">Observasi tanda-tanda – tanda-tanda vital, suhu, nadi,  tensi, respirasi dan kesadaran pasien setiap 15 menit atau 30 menit.</li> <li style="text-align: justify;">Batasi pergerakan yang tidak mempunyai kegunaan dan menambah perdarahan yang keluar.</li> <li style="text-align: justify;">Kolaborasi dengan tim medis dalam pelaksanaan : Pemberian cairan infus (RL) sesuai dengan kondisiMenghentikan perdarahan bila didapat stress berat tajam dengan jalan didrug (ditekan) atau diklem / ligasi, Pemasangan magslang dan katheter + uro – bag, Pemberian transfusi bila Hb krang dari 8 gr %, Pemasangan lingkar abdomen, Pemeriksaan EKG.</li> <li style="text-align: justify;">Kolaborasi dengan tim radiology dalam investigasi (BOF) dan foto thoraks.</li> <li style="text-align: justify;">Kolaborasi dengan tim analis dalam investigasi (DL : darah lengkap) (Hb serial) dan urine lengkap.</li> <li style="text-align: justify;">Monitoring setiap tindakan perawatan / medis yang dilakukan serta catat dilembar observasi.</li> <li style="text-align: justify;">Monitoring cairan yang masuk dan keluar serta perdarahan yang keluar dan catat dilembar observasi.</li> <li style="text-align: justify;">Motivasi kepada klien dan keluarga wacana tindakan perawatan / medis selanjutnya.</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Diagnosa. 2</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Perubahan perfusi jaringan sehubungan dengan hypovolemia, penurunan suplai darah ke seluruh badan yang ditandai dengan suhu kulit penggalan akral dingin, capillary refill lebih dari  3  detik dan produksi urine kurang dari 30 ml/jam.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Tujuan :</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Tidak terjadi / mempertahankan perfusi jaringan dalam kondisi normal.</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> Kriteria hasil :</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Status haemodinamik dalam kondisi normal dan stabil.</li> <li style="text-align: justify;">Suhu dan warna kulit penggalan akral hangat dan kemerahan.</li> <li style="text-align: justify;">Capillary reffil kurang dari 3 detik.</li> <li style="text-align: justify;">Produksi urine lebih dari 30 ml/jam.</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> Rencana Tindakan </div> <ul> <li style="text-align: justify;">Kaji dan monitoring kondisi pasien termasuk Airway, Breathing dan Circulation serta kontrol adanya perdarahan.</li> <li style="text-align: justify;">Lakukan investigasi Glasgow Coma scale (GCS) dan pupil.</li> <li style="text-align: justify;">Observasi tanda – tanda vital setiap 15 menit.</li> <li style="text-align: justify;">Lakukan investigasi Capillary reffil, warna kulit dan kehangatan penggalan akral.</li> <li style="text-align: justify;">Kolaborasi dalam sumbangan cairan infus.</li> <li style="text-align: justify;">Monitoring input dan out put terutama produksi urine.</li> </ul> <br /> <div style="text-align: justify;"> Diagnosa.3 </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Nyeri sehubungan dengan rusaknya jaringan lunak / organ abdomen yang ditandai dengan pasien menyatakan sakit bila perutnya ditekan, nampak menyeringai kesakitan.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Tujuan :</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Rasa nyeri yang dialami klien berkurang / hilang.</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> Kriteria hasil :</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Klien menyampaikan nyerinya berkurang atau hilang.</li> <li style="text-align: justify;">Klien nampak tidak menyeringai kesakitan.</li> <li style="text-align: justify;">Tanda – tanda vital dalam batas normal.</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> Rencana Tindakan :</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Kaji wacana kualitas, intensitas dan penyebaran nyeri.</li> <li style="text-align: justify;">Beri klarifikasi wacana lantaran dan akhir nyeri, serta jelaskan wacana tindakan yang akan dilakukan.</li> <li style="text-align: justify;">Berikan posisi pasien yang nyaman dan hindari pergerakan yang sanggup menimbulkan rangsangan nyeri.</li> <li style="text-align: justify;">Berikan tekhnik relaksasi untuk mengurangi rasa nyeri dengan jalan tarik napas panjang dan dikeluarkan secara perlahan – lahan.</li> <li style="text-align: justify;">Observasi tanda – tanda vital, suhu, nadi, pernafasan dan tekanan darah.</li> <li style="text-align: justify;">Kolaborasi dengan tim medis dalam sumbangan obat analgesik bilamana dibutuhkan, (lihat penyebab utama) </li> </ul> <br /> <div style="text-align: justify;"> Diagnosa.4 </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Cemas sehubungan dengan pengobatan pembedahan yang akan dilakukan yang ditandai dengan pasien menyatakan kekhawatirannya terhadap pembedahan, ekspresi wajah tegang dan gelisah.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Tujuan :</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Kecemasan sanggup diatasi.</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> Kriteria hasil :</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Klien menyampaikan tidak cemas.</li> <li style="text-align: justify;">Ekspresi wajah klien tampak damai dan tidak gelisah.</li> <li style="text-align: justify;">Klien sanggup memakai koping mekanisme yang efektif secara fisik – psiko untuk mengurangi kecemasan.</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> Rencana Tindakan :</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Indetifikasi tingkat kecemasan dan persepsi klien menyerupai takut dan cemas serta rasa kekhawatirannya.</li> <li style="text-align: justify;">Kaji tingkat pengetahuan klien terhadap petaka yang dihadapi dan pengobatan pembedahan yang akan dilakukan.</li> <li style="text-align: justify;">Berikan kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaannya.</li> <li style="text-align: justify;">Berikan perhatian dan menjawab semua pertanyaan klien untuk membantu mengungkapkan perasaannya.</li> <li style="text-align: justify;">Observasi tanda – tanda kecemasan baik mulut dan non verbal.</li> <li style="text-align: justify;">Berikan klarifikasi setiap tindakan persiapan pembedahan sesuai dengan prosedur.</li> <li style="text-align: justify;">Berikan dorongan moral dan sentuhan therapeutic.</li> <li style="text-align: justify;">Berikan klarifikasi dengan memakai bahasa yang sederhana wacana pengobatan pembedahan dan tujuan tindakan tersebut kepada klien beserta keluarga.</li> </ul> <br /> <div style="text-align: justify;"> Diagnosa.5 </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Kurangnya pengetahuan wacana pembedahan yang akan dilakukan sehubungan dengan kurangnya gosip wacana lantaran dan akhir dari stress berat serta dampak dari pembedahan yang ditandai dengan pasien / keluarga sering bertanya dari petugas yang satu ke petugas yang lain, klien / keluarga nampak belum kooperatif.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Tujuan :</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Klien / keluarga mengerti dan memahami wacana tindakan pembedahan yang akan dilakukan.</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> Kriteria hasil :</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Klien / keluarga memahami mekanisme dan tindakan yang akan dilakukan.</li> <li style="text-align: justify;">Klien kooperatif setiap tindakan yang terkait dengan persiapan pembedahan.</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> Rencana Tindakan :</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Kaji tingkat pengetahuan klien / keluarga.</li> <li style="text-align: justify;">Jelaskan secara sederhana wacana pengobatan yang dilakukan dengan jalan pembedahan.</li> <li style="text-align: justify;">Diskusikan wacana hal – hal yang bekerjasama dengan mekanisme pembedahan dan proses penyembuhan.</li> <li style="text-align: justify;">Berikan perhatian dan kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaannya.</li> <li style="text-align: justify;">Anjurkan klien untuk berpartisipasi selama dalam perawatan.</li> <li style="text-align: justify;">Lakukan check list untuk persiapan pre operasi antara lain informed consent, alat/obat dan persiapan darah untuk transfusi.</li> </ul> <br /> <div style="text-align: justify;"> <b>Pelaksanaan keperawatan / Implementasi</b></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Dalam pelaksanaan sesuai dengan planning perawatan dengan modifikasi sesuai dengan kondisi pasien dan kondisi ruangan dan asuhan perawatan yang telah dilakukan di tulis pada lembar catata perawatan sesuai dengan tanggal, jam, serta tanda tangan, nama yang melakukan.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Evaluasi</b><br /> <b><br /></b></div> <div style="text-align: justify;"> Evaluasi dilaksanakan setiap ketika sesudah planning perawatan dilakukan serta ssat pasien pindah dari IRD, sedangkan cara melaksanakan penilaian sesuai dengan criteria keberhasilan pada tujuan planning perawatan. Dengan demikian penilaian sanggup dilakukan sesuai dengan criteria / sasaran secara rinci di tulis pada lembar catatan perkembangan yang berisikan S-O-A-P-I-E-R  (data Subyek, Obyek, Assesment, Implemetasi, Evaluasi dan Revisi.). Dari catatan perkembangan ini seorang perawat sanggup mengetahui beberapa hal antara lain :</div> <ol> <li style="text-align: justify;">Apakah datanya sudah relevan dengan kondisi ketika ini.</li> <li style="text-align: justify;">Apakah ada data perhiasan selama melaksanakan intervensi (perencanaan perawatan).</li> <li style="text-align: justify;">Adakah tujuan perencanaan yang belum tercapai.</li> <li style="text-align: justify;">Tujuan perencanaan perawatan manakah yang belum tercapai.</li> <li style="text-align: justify;">Apakah perlu adanya perubahan dalam perencanaan perawatan.</li> </ol> <br /> <div style="text-align: justify;"> <b>Daftar Pustaka</b></div> <ul> <li style="text-align: justify;">American Callege Of Surgeons. 1997. Advced Trauma Life Suport (ATLS) for Doctors, Edition 6, Amerika Serikat.</li> <li style="text-align: justify;">Departemen Kesehatan RI. 1990. Pusat Diklat Tenaga Kesehatan, Penerapan Proses Keperawatan Pada Klien Gangguan Sistem Pernafasan. Depkes RI.</li> <li style="text-align: justify;">Horison’ s. Gangguan Saluran Pencernaan, Edisi 9 Terjemahan Adji Dharma, EGC Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta.</li> <li style="text-align: justify;">Dolan T. Joant. 1991. Critical Care Nursing Clinical Management Through The Nursing Proces, New York. Amerika Serikat, FA Davis Company. Philadephia.</li> <li style="text-align: justify;">Doenges E. Marilyn. Et  All. 1987. Nursing Care Plans,  Edition 2, Company Philadephia.</li> <li style="text-align: justify;">Wolf. Weitzel. Fuest. 1984. Dasar – Dasar Ilmu Keperawatan. Jakarta. PT Gunung Agung.</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> Untuk mendownload laporan pendahuluan stress berat abdomen pdf dan doc, dibawah :</div> <div style="text-align: justify;"> <ul> <li><b><span style="background-color: cyan;">Laporan pendahuluan stress berat abdomen pdf</span>, <a href="https://drive.google.com/file/d/1H0tiKe4SGgwuPHvpM6Cp3XeyHzE43A6h/view?usp=sharing" target="_blank">(Ambil File)</a></b></li> <li><b><span style="background-color: lime;">Laporan pendahuluan stress berat abdomen doc</span> <a href="https://drive.google.com/file/d/1VtmwG0ZRv5XzuJbx238WI8LAKXVuL8St/view?usp=sharing" target="_blank">(Ambil File)</a></b></li> </ul> <div> Alternatif</div> <div> <ul> <li><b><a href="https://drive.google.com/file/d/1VtmwG0ZRv5XzuJbx238WI8LAKXVuL8St/view?usp=sharing" target="_blank">Alternatif LP stress berat abdomen doc 1</a></b></li> <li><b><a href="https://drive.google.com/file/d/1H0tiKe4SGgwuPHvpM6Cp3XeyHzE43A6h/view?usp=sharing" target="_blank">Alternatif LP stress berat abdomen pdf 1</a></b></li> </ul> <ul> <li><b><a href="https://drive.google.com/file/d/1VtmwG0ZRv5XzuJbx238WI8LAKXVuL8St/view?usp=sharing" target="_blank">Alternatif LP stress berat abdomen doc 2</a></b></li> <li><b><a href="https://drive.google.com/file/d/1H0tiKe4SGgwuPHvpM6Cp3XeyHzE43A6h/view?usp=sharing" target="_blank">Alternatif LP stress berat abdomen pdf 2</a></b></li> </ul> <div> Demikian laporan pendahuluan / LP stress berat abdomen lengkap dan terbaru, download pdf dan doc kami bagikan, biar bisa membantu sahabat - sahabat perawat sekalian dalam menuntaskan kiprah keperawatan, terima kasih.</div> </div> </div>

Laporan Pendahuluan / Lp Stress Berat Abdomen Lengkap Dan Terbaru, Download Pdf Dan Doc.

Kami bagikan laporan pendahuluan stress berat abdomen pdf dan doc. Teman perawat dimanapun pada kesempatan kali ini kami share laporan ...

+ Baca selengkapnya »