Laporan Pendahuluan Fraktur / Lp Patah Tulang Pdf Dan Doc

<div style="text-align: justify;"> Kami bagikan laporan pendahuluan fraktur pdf dan doc.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Masih dalam ranah laporan pendahuluan, kalau sebelumnya telah kami bagikan laporan pendahuluan lainnya dalam format doc dan pdf, pada postingan kali ini kami coba posting laporan pendahuluan fraktur yaitu sebuah tinjauan teori hingga konsep asuhan keperawatan perihal sebuah keadaan terputusnya kontinuitas struktur tulang. </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Laporan pendahuluan ini telah kami susun dengan selengkap mungkin,berdasarkan beberapa referensi, untuk mempermudah teman perawat sekalian dalam pembuatan kiprah disini sengaja kami sediakan dalam dua format doc dan pdf, sehingga memudah kan teman perawat sekalian, tinggal ambil dan edit sesuai dengan kebutuhan selesai.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Untuk mendownload laporan pendahuluan fraktur pdf dan doc, telah kami sediakan link unduhan diakhir artikel yang bisa digunakan.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <h3 style="text-align: justify;"> <b>Laporan Pendahuluan Fraktur</b></h3> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Pengertian </b></div> <div style="text-align: justify;">       </div> <div style="text-align: justify;"> Definisi yang paling sederhana berdasarkan Tucker, et. al (1999: 434) fraktur ialah patahnya kontinuitas tulang. </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Sedangkan berdasarkan Syamsuhidajat dan Jong (1997: 1138) fraktur atau patah tulang ialah terputusnya kontinuitas jaringan tulang atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa. </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Senada dengan definisi yang dinyatakan oleh  para andal diatas Doenges, et. al (2000: 761) juga mendefinisikan fraktur sebagai pemisahan atau patahnya tulang.</div> <div style="text-align: justify;">       </div> <div style="text-align: justify;"> Dari beberapa definisi fraktur diatas sanggup disimpulkan bahwa fraktur atau patah tulang ialah terputusnya kontinuitas struktur tulang yang disebabkan oleh beberapa mekanisme. Penyebab yang paling lazim ialah lantaran trauma.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Anatomi Fisiologi</b></div> <div style="text-align: justify;">       </div> <div style="text-align: justify;"> Menurut Price dan Wilson (1995: 1776) bagian-bagian tulang panjang yaitu diafisis atau batang, ialah kepingan tengah tulang yang berbentuk silinder. Bagian ini tersusun dari tulang kortikal yang  mempunyai kekuatan yang besar. Metafisis ialah kepingan tulang yang melebar didekat ujung simpulan batang. Daerah ini terutama tersusun oleh tulang trabekular atau tulang spongiosa yang mengandung sumsum merah. Sumsum merah juga terdapat dibagian epifisis dan diafisis tulang. Metafisis juga menopang sendi dan menyediakan tempat yang cukup luas untuk perlekatan tendon dan ligamen pada epifisis. Lempeng epifisis ialah tempat pertumbuhan longitudinal pada bawah umur dan akan menghilang pada tulang dewasa.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Klafisikasi Fraktur</b></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Klasifikasi fraktur secara umum :</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 1. Berdasarkan tempat (Fraktur humerus, tibia, clavicula, ulna, radius dan cruris dst).</div> <div style="text-align: justify;"> 2. Berdasarkan komplit atau ketidakklomplitan fraktur:</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Fraktur komplit (garis patah melalui seluruh penampang tulang atau melalui kedua korteks tulang).</li> <li style="text-align: justify;">Fraktur tidak komplit (bila garis patah tidak melalui seluruh garis penampang tulang).</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> 3. Berdasarkan bentuk dan jumlah garis patah :</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Fraktur Komunitif: fraktur dimana garis patah lebih dari satu dan saling berhubungan.</li> <li style="text-align: justify;">Fraktur Segmental: fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi tidak berhubungan.</li> <li style="text-align: justify;">Fraktur Multiple: fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi tidak pada tulang yang sama.</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> 4. Berdasarkan posisi fragmen :</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Fraktur Undisplaced (tidak bergeser): garis patah lengkap ttetapi kedua fragmen tidak bergeser dan periosteum masih utuh.</li> <li style="text-align: justify;">Fraktur Displaced (bergeser): terjadi pergeseran fragmen tulang yang juga disebut lokasi fragmen</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> 5. Berdasarkan sifat fraktur (luka yang ditimbulkan).</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Faktur Tertutup (Closed), bila tidak terdapat kekerabatan antara fragmen tulang dengan dunia luar, disebut juga fraktur higienis (karena kulit masih utuh) tanpa komplikasi. Pada fraktur tertutup ada penjabaran tersendiri yang berdasarkan keadaan jaringan lunak sekitar trauma, yaitu:</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> a. Tingkat 0: fraktur biasa dengan sedikit atau tanpa ceddera jaringan lunak sekitarnya.</div> <div style="text-align: justify;"> b. Tingkat 1: fraktur dengan pengikisan dangkal atau memar kulit dan jaringan subkutan.</div> <div style="text-align: justify;"> c. Tingkat 2: fraktur yang lebih berat dengan kontusio jaringan lunak kepingan dalam dan pembengkakan.</div> <div style="text-align: justify;"> d. Tingkat 3: cedera berat dengan kerusakan jaringan lunak yang nyata ddan ancaman sindroma kompartement.</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Fraktur Terbuka (Open/Compound),  bila terdapat kekerabatan antara kekerabatan antara fragmen tulang dengan dunia luar lantaran adanya perlukaan kulit.</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> Fraktur terbuka dibedakan menjadi beberapa grade yaitu :</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> a. Grade I : luka bersih, panjangnya kurang dari 1 cm.</div> <div style="text-align: justify;"> b. Grade II : luka lebih luas tanpa kerusakan jaringan lunak yang ekstensif.</div> <div style="text-align: justify;"> c. Grade III : sangat terkontaminasi, dan mengalami kerusakan jaringan lunak ekstensif.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 6. Berdasar bentuk garis fraktur dan kekerabatan dengan prosedur syok :</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Fraktur Transversal: fraktur yang arahnya melintang pada tulang dan merupakan akhir syok angulasi atau langsung.</li> <li style="text-align: justify;">Fraktur Oblik: fraktur yang arah garis patahnya membentuk sudut terhadap sumbu tulang dan meruakan akhir syok angulasijuga.</li> <li style="text-align: justify;">Fraktur Spiral: fraktur yang arah garis patahnya berbentuk spiral yang disebabkan syok rotasi.</li> <li style="text-align: justify;">Fraktur Kompresi: fraktur yang terjadi lantaran syok aksial fleksi yang mendorong tulang ke arah permukaan lain.</li> <li style="text-align: justify;">Fraktur Avulsi: fraktur yang diakibatkan lantaran syok tarikan atau traksi otot pada insersinya pada tulang..</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> 7. Berdasarkan kedudukan tulangnya :</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Tidak adanya dislokasi.</li> <li style="text-align: justify;">Adanya dislokasi</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> a. At axim : membentuk sudut.</div> <div style="text-align: justify;"> b. At lotus : fragmen tulang berjauhan.</div> <div style="text-align: justify;"> c. At longitudinal : berjauhan memanjang.</div> <div style="text-align: justify;"> d. At lotus cum contractiosnum : berjauhan dan memendek.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 8. Berdasarkan posisi frakur</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Sebatang tulang terbagi menjadi tiga kepingan :</div> <ul> <li style="text-align: justify;">1/3 proksimal</li> <li style="text-align: justify;">1/3 medial</li> <li style="text-align: justify;">1/3 distal</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> 9. Fraktur Kelelahan       : Fraktur akhir tekanan yang berulang-ulang.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 10. Fraktur Patologis         : Fraktur yang diakibatkan lantaran proses patologis tulang.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Etiologi / Penyebab Fraktur</b></div> <div style="text-align: justify;">       </div> <div style="text-align: justify;"> Umumnya fraktur disebabkan oleh syok namun sanggup juga disebabkan oleh kondisi lain berdasarkan Appley dan Salomon (1995: 238) fraktur sanggup terjadi karena:</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> a. Fraktur akhir insiden trauma</div> <div style="text-align: justify;">       </div> <div style="text-align: justify;"> Sebagian besar disebabkan oleh kekuatan yang tiba-tiba dan hiperbola yang sanggup berupa pemukulan, penghancuran, penekukan, pemuntiran atau penarikan.</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Terkena kekuatan langsung</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> Tulang sanggup patah dan dapat  mengenai jaringan lunak. Karena pemukulan (pukulan sementara) biasanya mengakibatkan fraktur melintang dan kerusakan pada kulit diatasnya. Penghancuran kemungkinan sanggup mengakibatkan fraktur kominutif disertai kerusakan jaringan  lunak  yang luas.</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Terkena kekuatan tak langsung</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> Tulang mengalami fraktur pada tempat yang jauh dari tempat yang terkena kekuatan itu. Kerusakan jaringan lunak di tempat fraktur mungkin tidak ada.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> b. Fraktur kelelahan atau tekanan</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Retak sanggup terjadi pada tulang, ibarat pada logam dan benda lain akhir tekanan berulang-ulang. Keadaan ini paling sering ditemukan pada tibia dan fibula atau  metatarsal, terutama pada atlet, penari dan calon tentara yang jalan berbaris dengan jarak jauh.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> c. Fraktur patalogik  </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Fraktur sanggup terjadi oleh kekuatan tulang yang  berkurang atau ringkih oleh lantaran adanya proses patologis. Proses patologis tersebut antara lain adanya tumor, infeksi atau osteoporosis pada tulang.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Gambaran  klinis</b></div> <div style="text-align: justify;">       </div> <div style="text-align: justify;"> Manifestasi klinis fraktur tergantung pada tingkat keparahan  syok serta lokasi fraktur. Menurut Smeltzer dan Bare (2002: 2358-2359) manifestasi klinis fraktur antara lain:</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> a. Nyeri.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Nyeri terus menerus dan bertambah berat hingga fragmen diimmobilisasi. Spasme otot yang menyertai fraktur merupakan bentuk bidai alamiah yang dirancang untuk meminimalkan gerakan antar fragmen tulang.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> b. Deformitas dan kehilangan fungsi.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Setelah terjadi fraktur, bagian-bagian yang tak sanggup dipakai akan cenderung bergerak secara tidak alamiah (gerakan luar biasa) bukannya tetap rigid ibarat normalnya. Pergeseran fragmen pada fraktur lengan atau tungkai menyebabkan  deformitas (terlihat maupun teraba) ekstremitas, yang bisa diketahui dengan membandingkan dengan ekstremitas normal. Ekstremitas tak sanggup berfungsi dengan baik lantaran fungsi normal otot bergantung pada intregitas tulang tempat melengketnya otot.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> c. Pemendekan tulang.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Pada fraktur panjang, terjadi pemendekan tulang yang sebetulnya lantaran kontraksi otot yang menempel diatas dan bawah tempat fraktur. Fragmen sering saling melingkupi satu sama lain antara 2,5 hingga 5 cm (1 hingga 2 inci).</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> d. Krepitus. </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Saat ekstremitas diperiksa dengan tangan, teraba adanya derik tulang dinamakan krepitus yang teraba akhir goresan antara fragmen satu dengan lainnya. Uji krepitus sanggup mengakibatkan kerusakan jaringan lunak yang lebih berat.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> e. Edema.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Pembengkakan  dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi sebagai akhir syok dan pendarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini bisa gres terjadi sehabis beberapa jam atau hari sehabis cedera</div> <div style="text-align: justify;">       </div> <div style="text-align: justify;"> Tidak semua tanda dan tanda-tanda tersebut terdapat pada setiap fraktur. Kebanyakan justru tidak ada pada fraktur linear, fisur atau fraktur impaksi (permukaan patahan saling terdesak satu sama lain). Diagnosis fraktur bergantung pada gejala, tanda fisik dan investigasi sinar-x pasien. Biasanya pasien mengeluhkan mengalami cedera pada tempat tersebut. </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Patofisiologi</b></div> <div style="text-align: justify;">       </div> <div style="text-align: justify;"> Sabiston (1997: 370) menyatakan bahwa pola fraktur ditentukan dalam tingkat tertentu oleh sifat tenaga yang diberikan. Hal lain yang memilih ialah sudut dari tenaga tersebut, keadaan tulang itu sendiri dan jaringan lunak disekitar tulang (Price dan Wilson, 1995: 1183). Ketiga hal tersebut sanggup mentukan apakah fraktur yang terjadi lengkap artinya mengenai seluruh penampang tulang atau sebagian saja. Menurut Underwood (1999: 811) sifat dan arah garis fraktur juga tergantung dari usia penderita dan jenis tulang yang terkena fraktur. Faktor-faktor ini bukan hanya sanggup memilih sifat dan arah garis fraktur saja lantaran usia penderita, jenis tulang yang fraktur serta pola tempat cedera menghipnotis juga dalam kecepatan prose penyembuhan.</div> <div style="text-align: justify;">       </div> <div style="text-align: justify;"> Pola terjadinya fraktur pada tulang sangat berperan dalam memilih klasifikasinya. Klasifikasi fraktur berdasarkan FKUI (2000: 346-347) dideskripsikan sebagai berikut:</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> a. Komplit atau tidak komplit.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 1. Fraktur komplit, bila garis patah melalui seluruh penampang tulang atau melalui kedua korteks tulang.</div> <div style="text-align: justify;"> 2. Fraktur tidak komplit, bila garis patah tidak melalui seluruh penampang tulang, seperti:</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Hairline fracture  (patah retak rambut).</li> <li style="text-align: justify;">Buckle fracture atau torus fracture, bila terjadi lipatan dari satu korteks dengan kompresi tulang spongiosa dibawahnya, biasanya pada distal radius anak-anak.</li> <li style="text-align: justify;">Greenstick fracture, mengenai satu korteks dengan angulasi korteks lainnya yang terjadi pada tulang panjang anak.</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> b. Bentuk garis patah dan hubunganya dengan prosedur trauma.</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Garis patah melintang<span style="white-space: pre;"> </span>:<span style="white-space: pre;"> </span>trauma angulasi atau langsung.</li> <li style="text-align: justify;">Garis patah oblik<span style="white-space: pre;"> </span>:<span style="white-space: pre;"> </span>trauma angulasi.</li> <li style="text-align: justify;">Garis patah spiral<span style="white-space: pre;"> </span>:<span style="white-space: pre;"> </span>trauma rotasi.</li> <li style="text-align: justify;">Fraktur kompresi<span style="white-space: pre;"> </span>:<span style="white-space: pre;"> </span>trauma aksial fleksi pada tulang spongiosa.</li> <li style="text-align: justify;">Fraktur avulsi<span style="white-space: pre;"> </span>:<span style="white-space: pre;"> </span>trauma tarikan / traksi otot pada insersinya di tulang, contohnya fraktur patella.</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> c. Jumlah garis patah.</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Fraktur kominutif<span style="white-space: pre;"> </span>:<span style="white-space: pre;"> </span>garis patah lebih dari satu dan saling berhubungan.</li> <li style="text-align: justify;">Fraktur segmental<span style="white-space: pre;"> </span>:<span style="white-space: pre;"> </span>garis patah lebih dari satu tetapi tidak berhubungan. Bila dua garis patah disebut pula fraktur bifokal.</li> <li style="text-align: justify;">Faktur multipel<span style="white-space: pre;"> </span>:<span style="white-space: pre;"> </span>garis patah lebih dari satu tetapi pada tulang yang berlainan tempatnya contohnya fraktur femur, fraktur kruris dan fraktur tulang belakang.</li> </ul> <br /> <div style="text-align: justify;"> d. Bergeser atau tidak bergeser.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 1. Fraktur undisplaced (tidak bergeser), garis patah komplit tapi kedua fragmen tidak bergeser, periosteum masih utuh.</div> <div style="text-align: justify;"> 2. Fraktur displaced (bergeser), terjadi pergeseran fragmen-fragmen frakt ur yang juga disebut lokasi fragmen, terbagi menjadi:</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Dislokasi ad longitudinam cum contractionum (pergeseran searah sumbu dan overlapping).</li> <li style="text-align: justify;">Dislokasi ad axim (pegeseran membentuk sudut).</li> <li style="text-align: justify;">Dislokasi ad latus (pergeseran dimana kedua fragmen saling menjauhi).</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> e. Komplikasi atau tanpa komplikasi. Komplikasi sanggup berupa komplikasi dini atau lambat, lokal atau sistemik, oleh syok atau akhir pergerakan.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> f. Terbuka atau tertutup.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 1. Fraktur tertutup (closed), bila tidak terdapat kekerabatan antara fragmen tulang dengan dunia luar.</div> <div style="text-align: justify;"> 2. Fraktur terbuka (open atau compound), bila terdapat kekerabatan antara fragmen tulang dengan dunia luar lantaran adanya perlukaan di kulit. Fraktur terbuka terbagi atas tiga derajat, yaitu </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Derajat I.</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Luka kurang dari 1 cm.</li> <li style="text-align: justify;">Kerusakan jaringan lunak sedikit, tak ada tanda luka remuk </li> <li style="text-align: justify;">Fraktur sederhana, tranversal, oblik atau kominutif ringan.</li> <li style="text-align: justify;">Kontaminasi ringan.</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> Derajat II.</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Laserasi lebih dari 1 cm.</li> <li style="text-align: justify;">Kerusakan jaringan lunak tidak luas, flap atau avulsi.</li> <li style="text-align: justify;">Fraktur kominutif sedang.</li> <li style="text-align: justify;">Kontaminasi sedang.</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> Derajat III.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Terjadi kerusakan jaringan lunak yang luas, meliputi struktur kulit, otot, dan neurovaskuler serta kontaminasi derajat tinggi. Fraktur derajat III terbagi atas:</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Jaringan lunak yang menutupi fraktur adekuat, meskipun terdapat laserasi luas, flap atau avulsi atau fraktur segmental / sangat kominutif yang disebabkan oleh syok berenergi tinggi tanpa melihat besarnya ukuran luka.</li> <li style="text-align: justify;">Kehilangan jaringan lunak dengan fraktur tulang yang terpapar atau kontaminasi.</li> <li style="text-align: justify;">Luka pada pembuluh arteri atau saraf perifer yang harus diperbaiki tanpa melihat kerusakan jaringan lunak.</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> <b>Pathway Fraktur</b></div> <div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"> <a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhE-KfRnHAllxyquEvFA7k4VyrF12z4I-cunEIMDA3KK85ncjOyC3MjuF044cKZHWt549T2B5xnYH5BgSFqmSqq8lMmJUIW-bVKITsAvApAeZu-FOt2fdUimAB1mw-SOKkgfk8tc1Ph3lfV/s1600/Pathway+Fraktur.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="441" data-original-width="574" height="490" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhE-KfRnHAllxyquEvFA7k4VyrF12z4I-cunEIMDA3KK85ncjOyC3MjuF044cKZHWt549T2B5xnYH5BgSFqmSqq8lMmJUIW-bVKITsAvApAeZu-FOt2fdUimAB1mw-SOKkgfk8tc1Ph3lfV/s640/Pathway+Fraktur.png" width="640" /></a></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Untuk mendownload pathway fraktur format doc, <span style="background-color: cyan;"><a href="https://drive.google.com/file/d/1AcxXQhyaQwQ1ry3NUxjnJ6Z9yrdNIk6X/view?usp=sharing" target="_blank">DISINI</a></span></b></div> <br /> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Tahapan penyembuhan Fraktur</b></div> <div style="text-align: justify;">       </div> <div style="text-align: justify;"> Bila terjadi patah tulang maka proses penyembuhannya berbeda dengan jaringan lain. Ketika tulang mengalami cedera, fragmen tulang tidak hanya ditambal dengan jaringan parut ibarat jaringan lain pada umumnya tetapi mengalami regenerasi sendiri. Syamsuhidajat dan Jong (1997: 1146) menyatakan bahwa proses penyembuhan patah tulang ialah proses biologis alami yang akan terjadi pada setiap patah tulang.</div> <div style="text-align: justify;">       </div> <div style="text-align: justify;"> Tahapan-tahapan penyembuhan tulang berdasarkan Smeltzer dan Bare (2002: 2266-2268) ialah sebagai berikut:</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> a. Inflamasi. </div> <div style="text-align: justify;">       </div> <div style="text-align: justify;"> Dengan adanya patah tulang, badan mengalami respon yang sama dengan bila ada cedera di lain tempat dalam tubuh. Terjadi perdarahan dalam jaringan yang cedera dan terjadi pembentukan hematoma pada tempat patah tulang. Ujung fragmen tulang mengalami devitalisasi lantaran terputusnya pasokan darah. Tempat cedera kemudian akan diinvasi oleh makrofag, yang akan membersihkan tempat tersebut. Terjadi inflamasi, pembengkakan dan nyeri. Tahap inflamasi berlangsung beberapa hari dan hilang dengan berkurangnya pembengkakan dan nyeri.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> b. Proliferasi sel.</div> <div style="text-align: justify;">       </div> <div style="text-align: justify;"> Kurang lebih 5 hari, hematoma akan mengalami organisasi. Terbentuk benang-benang fibrin dalam jendalan darah, membentuk jaringan untuk revaskularisasi, dan invasi fibroblast dan osteoblast. Fibroblast dan osteobalast (berkembang dari osteosit, sel endostel dan periosteum) akan menghasilkan kolagen dan proteoglikan sebagai matriks kolagen pada patahan tulang. Terbentuk jaringan ikat fibrus dan tulang rawan (osteosit). Dari periosteum, tampak pertumbuhan melingkar. Kalus tulang rawan tersebut dirangsang oleh gerakan mikro pada tempat patah tulang. Tetapi gerakan yang hiperbola akan merusak struktur kalus.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> c. Pembentukan kalus.</div> <div style="text-align: justify;">       </div> <div style="text-align: justify;"> Pertumbuhan jaringan berlanjut dan bulat tulang rawan tumbuh mencapai sisi yang lain hingga celah terhubungkan. Fragmen patahan tulang digabungkan dengan jaringan fibrus, tulang rawan hingga tulang serat imatur. Bentuk kalus dan volume yang dibutuhkan untuk menghubungkan defek secara pribadi bekerjasama dengan jumlah kerusakan dan pergeseran tulang. Agar fragmen tulang rawan atau jaringan fibrus diharapkan waktu 3 hingga 4 minggu. Secara klinis, fragmen tulang tak bisa lagi digerakkan.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> d. Osifikasi.</div> <div style="text-align: justify;">       </div> <div style="text-align: justify;"> Pembentukan kalus mulai mengalami penurunan dalam 2 hingga 3 ahad patah tulang melalui proses penulangan endokondrial. Mineral terus menerus ditimbun hingga tulang benar-benar telah bersatu dengan keras. Pada patah tulang panjang orang dewasa, penulangan memerlukan waktu 3 hingga 4 bulan.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> e. Remodeling.</div> <div style="text-align: justify;">       </div> <div style="text-align: justify;"> Tahap simpulan perbaikan patah tulang meliputi pengambilan jaringan mati dan reorganisasi tulang gres ke susunan struktural sebelumnya. Remodeling memerlukan waktu berbulan-bulan hingga bertahun-tahun tergantung beratnya tulang yang dibutuhkan, fungsi tulang dan pada masalah yang melibatkan tulang kompak dan kanselus, stress funsional pada tulang. Tulang kanselus mengalami penyembuhan dan remodeling lebih cepat daripada tulang kortikal kompak khususnya pada titik kontak langsung.</div> <div style="text-align: justify;">       </div> <div style="text-align: justify;"> Proses penyembuhan tulang tersebut sanggup terganggu lantaran beberapa hal, sehingga akan memperlambat pertautan dua fragmen. Menurut Long (1996: 359) penyebab gangguan penyembuhan tulang atara lain sebagai berikut:</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Kalus putus atau remuk lantaran acara berlebihan. </li> <li style="text-align: justify;">Edema pada lokasi fraktur, menahan penyaluran nutrisi ke lokasi.</li> <li style="text-align: justify;">Immobilisasi yang tidak efisien.</li> <li style="text-align: justify;">Infeksi terjadi pada lokasi.</li> <li style="text-align: justify;">Kondisi gizi klien buruk.</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> Sedangkan berdasarkan Smeltzer dan Bare (2002: 2361) faktor yang menghambat penyembuhan tulang adalah:</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Trauma lokal ekstensif.</li> <li style="text-align: justify;">Kehilangan tulang.</li> <li style="text-align: justify;">Immobilisasi tidak memadai.</li> <li style="text-align: justify;">Rongga atau jaringan diantara fragmen tulang.</li> <li style="text-align: justify;">Infeksi.</li> <li style="text-align: justify;">Keganasan lokal.</li> <li style="text-align: justify;">Penyakit tulang metabolik ( contohnya penyakit Paget).</li> <li style="text-align: justify;">Radiasi tulang (nekrosis radiasi). </li> <li style="text-align: justify;">Nekrosis avaskuler.</li> <li style="text-align: justify;">Fraktur intraartikuler (cairan sinovial mengandung fibrilisin, yang akan melisis bekuan darah awal dan memperlambat pembentukan jendalan).</li> <li style="text-align: justify;">Usia (lansia sembuh lebih lama).</li> <li style="text-align: justify;">Kortikosteroid (menghambat kecepatan perbaikan).</li> </ul> <div> <div style="text-align: justify;"> <b>Pemeriksaan Penunjang</b></div> <ul> <li style="text-align: justify;">X.Ray dilakukan untuk melihat bentuk patahan atau keadaan tulang yang cedera.</li> <li style="text-align: justify;">Bone scans, Tomogram, atau MRI Scans</li> <li style="text-align: justify;">Arteriogram : dilakukan bila ada kerusakan vaskuler.</li> <li style="text-align: justify;">CCT kalau banyak kerusakan otot.</li> <li style="text-align: justify;">Pemeriksaan Darah Lengkap</li> </ul> <br /> <div style="text-align: justify;"> Lekosit turun/meningkat, Eritrosit dan Albumin turun, Hb, hematokrit sering rendah akhir perdarahan, Laju Endap Darah (LED) meningkat bila kerusakan jaringan lunak sangat luas, Pada masa penyembuhan Ca meningkat di dalam darah, traumaa otot meningkatkan beban kreatinin untuk ginjal. Profil koagulasi: perubahan sanggup terjadi pada kehilangan darah, transfusi multiple, atau cederah hati.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Komplikasi</b></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 1. Komplikasi Awal</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> a. Kerusakan Arteri</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Pecahnya arteri lantaran syok bisa ditandai dengan tidak adanya nadi, CRT menurun, cyanosis kepingan distal, hematoma yang lebar, dan cuek pada ekstrimitas yang disebabkan oleh tindakan emergensi splinting, perubahan posisi pada yang sakit, tindakan reduksi, dan pembedahan.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> b. Kompartement Syndrom</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Komplikasi ini terjadi ketika peningkatan tekanan jaringan dalam ruang tertutup di otot, yang sering bekerjasama dengan akumulasi cairan sehingga mengakibatkan kendala aliran darah yang berat dan berikutnya mengakibatkan kerusakan pada otot. Gejala – gejalanya meliputi rasa sakit lantaran ketidakseimbangan pada luka, rasa sakit yang bekerjasama dengan tekanan yang hiperbola pada kompartemen, rasa sakit dengan perenggangan pasif pada otot yang terlibat, dan paresthesia. Komplikasi ini terjadi lebih sering pada fraktur tulang kering (tibia) dan tulang hasta (radius atau ulna).</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> c. Fat Embolism Syndrom</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Merupakan keadaan pulmonari akut dan sanggup mengakibatkan kondisi fatal. Hal ini terjadi ketika gelembung – gelembung lemak terlepas dari sumsum tulang dan mengelilingi jaringan yang rusak. Gelombang lemak ini akan melewati sirkulasi dan sanggup mengakibatkan oklusi pada pembuluh – pembuluh darah pulmonary yang mengakibatkan sukar bernafas. Gejala dari sindrom emboli lemak meliputi dyspnea, perubahan dalam status mental (gaduh, gelisah, marah, bingung, stupor), tachycardia, demam, ruam kulit ptechie.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> d. Infeksi</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> System pertahanan badan rusak bila ada syok pada jaringan. Pada syok orthopedic infeksi dimulai pada kulit (superficial) dan masuk ke dalam. Ini biasanya terjadi pada masalah fraktur terbuka, tapi bisa juga lantaran penggunaan materi lain dalam pembedahan ibarat pin dan plat.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> e. Avaskuler Nekrosis</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Avaskuler Nekrosis (AVN) terjadi lantaran aliran darah ke tulang rusak atau terganggu yang bisa menyebabkan  nekrosis tulang dan diawali dengan adanya Volkman’s Ischemia. Nekrosis avaskular sanggup terjadi ketika suplai darah ke tulang kurang baik. Hal ini paling sering mengenai fraktur intrascapular femur (yaitu kepala dan leher), ketika kepala femur berputar atau keluar dari sendi dan menghalangi suplai darah. Karena nekrosis avaskular meliputi proses yang terjadi dalam periode waktu yang lama, pasien mungkin tidak akan mencicipi gejalanya hingga beliau keluar dari rumah sakit. Oleh lantaran itu, edukasi pada pasien merupakan hal yang penting. Perawat harus menyuruh pasien supaya melaporkan nyeri yang bersifat intermiten atau nyeri yang menetap pada ketika menahan beban</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> f. Shock</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Shock terjadi lantaran kehilangan banyak darah dan meningkatnya permeabilitas kapiler yang bisa mengakibatkan menurunnya oksigenasi. Ini biasanya terjadi pada fraktur.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> g. Osteomyelitis</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Adalah infeksi dari jaringan tulang yang meliputi sumsum dan korteks tulang sanggup berupa exogenous (infeksi masuk dari luar tubuh) atau hematogenous (infeksi yang berasal dari dalam tubuh). Patogen sanggup masuk melalui luka fraktur terbuka, luka tembus, atau selama operasi. Luka tembak, fraktur tulang panjang, fraktur terbuka yang terlihat tulangnya, luka amputasi lantaran syok dan fraktur – fraktur dengan sindrom kompartemen atau luka vaskular mempunyai risiko osteomyelitis yang lebih besar</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 2. Komplikasi Dalam Waktu Lama</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> a. Delayed Union (Penyatuan tertunda)</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Delayed Union merupakan kegagalan fraktur berkonsolidasi sesuai dengan waktu yang dibutuhkan tulang untuk menyambung. Ini disebabkan lantaran penurunan supai darah ke tulang.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> b. Non union (tak menyatu)</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Penyatuan tulang tidak terjadi,  cacat diisi  oleh  jaringan  fibrosa. Kadang –</div> <div style="text-align: justify;"> kadang sanggup terbentuk sendi palsu pada tempat ini. Faktor – faktor yang sanggup mengakibatkan non union ialah tidak adanya imobilisasi, interposisi jaringan lunak, pemisahan lebar dari fragmen contohnya patella dan fraktur yang bersifat patologis..</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> c. Malunion</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Kelainan penyatuan tulang lantaran penyerasian yang jelek menimbulkan deformitas, angulasi atau pergeseran.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Penatalaksanaan Medis</b></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Empat tujuan utama dari penanganan fraktur ialah :</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 1. Untuk menghilangkan rasa nyeri.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Nyeri yang timbul pada fraktur bukan lantaran frakturnya sendiri, namun lantaran terluka jaringan disekitar tulang yang patah tersebut. Untuk mengurangi nyeri tersebut, sanggup diberikan obat penghilang rasa nyeri dan juga dengan tehnik imobilisasi (tidak menggerakkan tempat yang fraktur). </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Tehnik imobilisasi sanggup dicapai dengan cara pemasangan bidai atau gips.</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Pembidaian : benda keras yang ditempatkan di tempat sekeliling tulang.</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> Pemasangan gips</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Merupakan materi berpengaruh yang dibungkuskan di sekitar tulang yang patah. Gips yang ideal ialah yang membungkus badan sesuai dengan bentuk tubuh. Indikasi dilakukan pemasangan gips ialah :</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Immobilisasi dan penyangga fraktur</li> <li style="text-align: justify;">Istirahatkan dan stabilisasi</li> <li style="text-align: justify;">Koreksi deformitas</li> <li style="text-align: justify;">Mengurangi aktifitas</li> <li style="text-align: justify;">Membuat cetakan badan orthotik</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> Sedangkan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemasangan gips ialah :</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Gips yang pas tidak akan menimbulkan perlukaan</li> <li style="text-align: justify;">Gips patah tidak bisa digunakan</li> <li style="text-align: justify;">Gips yang terlalu kecil atau terlalu longgar sangat membahayakan klien</li> <li style="text-align: justify;">Jangan merusak / menekan gips</li> <li style="text-align: justify;">Jangan pernah memasukkan benda asing ke dalam gips / menggaruk</li> <li style="text-align: justify;">Jangan meletakkan gips lebih rendah dari badan terlalu lama</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> Untuk menghasilkan dan mempertahankan posisi yang ideal dari fraktur.</div> <div style="text-align: justify;"> Bidai dan gips tidak sanggup mempertahankan posisi dalam waktu yang lama. Untuk itu diharapkan lagi tehnik yang lebih mantap ibarat pemasangan traksi kontinyu, fiksasi eksternal, atau fiksasi internal tergantung dari jenis frakturnya sendiri.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> a. Penarikan (traksi) :</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Secara umum traksi dilakukan dengan menempatkan beban dengan tali pada ekstermitas pasien. Tempat tarikan diadaptasi sedemikian rupa sehingga arah tarikan segaris dengan sumbu panjang tulang yang patah. Metode pemasangan traksi antara lain</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Traksi manual</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Tujuannya ialah perbaikan dislokasi, mengurangi fraktur, dan pada keadaan emergenci</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Traksi mekanik, ada 2 macam :</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Traksi kulit (skin traction)</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> Dipasang pada dasar sistem skeletal untuk sturktur yang lain misal otot. Digunakan dalam waktu 4 ahad dan beban < 5 kg.</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Traksi skeletal</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> Merupakan traksi definitif pada orang cukup umur yang merupakan balanced traction. Dilakukan untuk menyempurnakan luka operasi dengan kawat metal / penjepit melalui tulang / jaringan metal.</div> <div style="text-align: justify;"> Kegunaan pemasangan traksi, antara lain :</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Mengurangi nyeri akhir spasme otot</li> <li style="text-align: justify;">Memperbaiki & mencegah deformitas</li> <li style="text-align: justify;">Immobilisasi</li> <li style="text-align: justify;">Difraksi penyakit (dengan pementingan untuk nyeri tulang sendi)</li> <li style="text-align: justify;">Mengencangkan pada perlekatannya</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> Prinsip pemasangan traksi</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Tali utama dipasang di pin rangka sehingga menimbulkan gaya tarik</li> <li style="text-align: justify;">Berat ekstremitas dengan alat penyokong harus seimbang dengan pemberat supaya reduksi sanggup dipertahankan</li> <li style="text-align: justify;">Pada tulang-tulang yang menonjol sebaiknya diberi lapisan khusus</li> <li style="text-align: justify;">Traksi sanggup bergerak bebas dengan katrol</li> <li style="text-align: justify;">Pemberat harus cukup tinggi di atas permukaan lantai</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> Dilakukan pembedahan untuk menempatkan piringan atau batang logam pada pecahan-pecahan tulang.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Pada ketika ini metode penatalaksanaan yang paling banyak keunggulannya mungkin ialah pembedahan. Metode perawatan ini disebut fiksasi interna dan reduksi terbuka. Pada umumnya insisi dilakukan pada tempat yang mengalami cedera dan diteruskan sepanjang bidang anatomik menuju tempat yang mengalami fraktur. Hematoma fraktur dan fragmen-fragmen tulang yang telah mati diirigasi dari luka. Fraktur kemudian direposisi dengan tangan supaya menghasilkan posisi yang normal kembali. Sesudah direduksi, fragmen-fragmen tulang ini dipertahankan dengan alat-alat ortopedik berupa pen, sekrup, pelat, dan paku.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Keuntungan perawatan fraktur dengan pembedahan antara lain :</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Ketelitian reposisi fragmen tulang yang patah</li> <li style="text-align: justify;">Kesempatan untuk menyidik pembuluh darah dan saraf yang berada didekatnya</li> <li style="text-align: justify;">Dapat mencapai stabilitas fiksasi yang cukup memadai</li> <li style="text-align: justify;">Tidak perlu memasang gips dan alat-alat stabilisasi yang lain</li> <li style="text-align: justify;">Perawatan di RS sanggup ditekan seminimal mungkin, terutama pada kasus-kasus yang tanpa komplikasi dan dengan kemampuan mempertahankan fungsi sendi dan fungsi otot hampir normal selama penatalaksanaan dijalankan</li> </ul> <br /> <div style="text-align: justify;"> Fiksasi <i>Interna</i></div> <div style="text-align: justify;"> <i><br /></i></div> <div style="text-align: justify;"> Intramedullary nail ideal untuk fraktur transversal, tetapi untuk fraktur lainnya kurang cocok. Fraktur sanggup dipertahankan lurus dan terhadap panjangnya dengan nail, tetapi fiksasi mungkin tidak cukup berpengaruh untuk mengontrol rotasi. Nailing diindikasikan bila hasil investigasi radiologi memberi kesan bahwa jaringan lunak mengalami interposisi di antara ujung tulang lantaran hal ini hampir selalu mengakibatkan non-union.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Keuntungan intramedullary nailing ialah sanggup memperlihatkan stabilitas longitudinal serta kesejajaran (alignment) serta menciptakan penderita dápat dimobilisasi cukup cepat untuk meninggalkan rumah sakit dalam waktu 2 ahad sehabis fraktur. Kerugian meliput anestesi, syok bedah tambahan dan risiko infeksi.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Closed nailing memungkinkan mobilisasi yang tercepat dengan syok yang minimal, tetapi paling sesuai untuk fraktur transversal tanpa pemendekan. Comminuted fracture paling baik dirawat dengan locking nail yang sanggup mempertahankan panjang dan rotasi</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Fiksasi Eksterna</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Bila fraktur yang dirawat dengan traksi stabil dan massa kalus terlihat pada investigasi radiologis, yang biasanya pada ahad ke enam, cast brace sanggup dipasang. Fraktur dengan intramedullary nail yang tidak memberi fiksasi yang rigid juga cocok untuk tindakan ini.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Agar terjadi penyatuan tulang kembali</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Biasanya tulang yang patah akan mulai menyatu dalam waktu 4 ahad dan akan menyatu dengan tepat dalam waktu 6 bulan. Namun terkadang terdapat gangguan dalam penyatuan tulang, sehingga dibutuhkan graft tulang.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Untuk mengembalikan fungsi ibarat semula</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Imobilisasi yang usang sanggup mengakibatkan mengecilnya otot dan kakunya sendi. Maka dari itu diharapkan upaya mobilisasi secepat mungkin.</div> </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Konsep Asuhan Keperawatan</b></div> <div style="text-align: justify;"> <b><br /></b></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Fokus Pengkajian</b></div> <div style="text-align: justify;">       </div> <div style="text-align: justify;"> Fokus pengkajian pada klien dengan fraktur berdasarkan Doenges, et. al (2000: 761) ialah sebagai berikut:</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 1. Aktivitas istirahat.</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Tanda <span style="white-space: pre;"> </span>:<span style="white-space: pre;"> </span>Keterbatasan atau fungsi pada kepingan yang terkena (mungkin segera, fraktur itu sendiri, atau terjadi secara sekunder dan pembengkakan jaringan, nyeri).</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> 2. Sirkulasi.</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Tanda<span style="white-space: pre;"> </span>:<span style="white-space: pre;"> </span>Hipertensi atau tidak ada nadi pada kepingan distal yang cedera, pengisian kapiler lambat. Pucat pada kepingan yang terkena pembengkakan jariangan atau massa hematoma pada sisi cedera.</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> 3. Neurosensori.</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Gejala:<span style="white-space: pre;"> </span>Hilang gerakan atau sensasi, spasme otot, kebas atau kesemutan (parestesis).</li> <li style="text-align: justify;">Tanda<span style="white-space: pre;"> </span>:<span style="white-space: pre;"> </span>Deformitas lokal, angulasi abnormal, pemendekan, rotasi, krepitasi (bunyi berderit), spasme otot, terlihat kelemahan atau hilang fungsi. Agitasi (mungkin bekerjasama dengan nyeri ansietas atau syok lain).</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> 4. Nyeri / kenyamanan.</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Gejala<span style="white-space: pre;"> </span>:<span style="white-space: pre;"> </span>Nyeri hebat tiba-tiba pada ketika cedera (mungkin terlokalisasi pada area jaringan atau kerusakan tulang, sanggup berkurang pada immobilisasi). Tak ada nyeri akhir kerusakan saraf. Spasme atau kram otot (setelah imobilisasi).</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> 5. Keamanan.</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Tanda<span style="white-space: pre;"> </span>:<span style="white-space: pre;"> </span>Laserasi kulit, avulsi jaringan, perdarahan, perubahan warna, pembengkakan lokal (dapat meningkat secara sedikit demi sedikit atau tiba-tiba).</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> 6. Penyuluhan dan pembelajaran.</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Gejala<span style="white-space: pre;"> </span>:<span style="white-space: pre;"> </span>Lingkungan cedera.</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Diagnosa Keperawatan</b></div> <div style="text-align: justify;"> </div> <ol> <li>Nyeri bekerjasama dengan gerakan fragmen, edema dan cedera pada jaringan lunak.</li> <li>Risiko tinggi terhadap cedera bekerjasama dengan kehilangan integritas tulang.</li> <li>Risiko tinggi terhadap disfungsi neurovaskuler bekerjasama dengan penurunan atau interupsi aliran darah.</li> <li>Kerusakan mobilitas fisik bekerjasama dengan kerusakan rangka neuro muskuler.</li> <li>Risiko tinggi terhadap infeksi bekerjasama dengan tidak adekuatnya pertahanan primer skunder akhir syok jaringan.</li> </ol> <br /> <div style="text-align: justify;"> <b>Intervensi</b></div> <div style="text-align: justify;">       </div> <div style="text-align: justify;"> Menurut Doenges, et. al (2000: 763-774) fokus intervensi pada klien fraktur ialah sebagai berikut:</div> <div style="text-align: justify;"> Diagnosa keperawatan 1</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Nyeri bekerjasama dengan gerakan fragmen, edema dan cedera pada jaringan lunak.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Hasil yang diharapkan:</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Menyatakan nyeri hilang.</li> <li style="text-align: justify;">Menunjukkan tindakan santai: bisa berpartisipasi dalam acara / tidur / istirahat dengan ketat.</li> <li style="text-align: justify;">Menunjukkan penggunaan ketrampilan relaksasi dan acara terapeutik sesuai indikasi untuk situasi individu.</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> Intervensi:</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Pertahankan imobilisasi kepingan yang sakit dengan tirah baring , gips, pembebat, traksi. Rasional : Menghilangkan nyeri dan mencegah kesalahan posisi tulang / tegangan jaringan cedera.</li> <li style="text-align: justify;">Tinggikan dan dukung ekstremitas yang terkena fraktur. Rasional : Meningkatkan aliran balik vena, menurunkan edema dan nyeri.</li> <li style="text-align: justify;">Hindari penggunaan sprei atau bantal plastik di bawah ekstremitas yang di gips. Rasional : Dapat meningkatkan ketidaknyamanan lantaran peningkatan produksi panas dalam gips yang kering.</li> <li style="text-align: justify;">Evaluasi keluhan nyeri atau ketidaknyamanan, perhatikan lokasi dan karakteristik, termasuk intensitas (skala 0-10). Perhatikan petunjuk nyeri non verbal. Rasional : Mempengaruhi pilihan dan pengawasan keefektifan intervensi. </li> <li style="text-align: justify;">Berikan alternatif tindakan kenyamanan, pola pijatan punggung, perubahan posisi. Rasional : Meningkatkan sirkulasi umum, menurunkan area tekanan dan kelelahan otot.</li> <li style="text-align: justify;">Dorong pasien memakai teknik administrasi stress, pola relaksasi progresif atau latihan nafas dalam, imajinasi visualisasi. Rasional : Memfokuskan kembali perhatian, meningkatkan rasa kontrol dan meningkatkan kemampuan koping dalam administrasi nyeri.</li> <li style="text-align: justify;">Selidiki adanya keluhan nyeri yang tak biasa / tiba-tiba atau dalam, lokasi progresif atau jelek tidak hilang dengan analgetik. Rasional<span style="white-space: pre;"> </span>: Dapat membuktikan terjadinya komplikasi ibarat infeksi, iskemia jaringan atau sindrom kompartemen.</li> <li style="text-align: justify;">Lakukan kompres cuek (es) pada 24-48 jam pertama dan sesuai keperluan. Rasional : Menurunkan edema atau pembentukan hematoma dan menurunkan nyeri.</li> <li style="text-align: justify;">Berikan analgetik sesuai indikasi. Rasional : Diberikan untuk menurunkan nyeri dan spasme otot.</li> </ul> <br /> <div style="text-align: justify;"> Diagnosa Keperawatan. 2. </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Risiko tinggi terhadap cedera bekerjasama dengan kehilangan integritas tulang.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Hasil yang diharapkan:</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Mempertahankan stabilisasi dari posisi fraktur.</li> <li style="text-align: justify;">Menunjukkan mekanika badan yang meningkatkan stabilitas pada sisi fraktur.</li> <li style="text-align: justify;">Menunjukkan pembentukan kalus / mulai penyatuan fraktur dengan tepat.</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> Intervensi:</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Pertahankan tirah baring / ekstremitas sesuai indikasi. Berikan sokongan sendi diatas dan dibawah fraktur bila bergerak / membalik. Rasional : Meningkatkan stabilitas, menurunkan kemungkinan gangguan posisi / penyembuhan.</li> <li style="text-align: justify;">Letakkan papan dibawah tempat tidur atau tempatkan pasien pada tempat tidur ortopedik. Rasional : Tempat tidur lembut atau elastis sanggup menciptakan deformasi gips yang masih basah, mematahkan gips yang sudah kering atau menghipnotis penarikan traksi.</li> <li style="text-align: justify;">Sokong fraktur dengan bantal / gulungan selimut. Pertahankan posisi netral pada kepingan yang sakit dengan bantal pasir, pembebat, papan kaki. Rasional : Mencegah gerakan yang tak perlu dan perubahan posisi. Posisi yang tepat dari bantal juga sanggup mencegah tekanan deformitas yang di gips kering.</li> <li style="text-align: justify;">Evaluasi pembebat ekstremitas terhadap resolusi edema. Rasional : Seiring dengan berkurangnya edema, evaluasi kembali pembebat atau penggunaan gips plester mungkin diharapkan untuk mempertahankan kesejajaran fraktur.</li> </ul> <br /> <div style="text-align: justify;"> Diagnosa Keperawatan. 3</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Risiko tinggi terhadap disfungsi neurovaskuler bekerjasama dengan penurunan atau interupsi aliran darah.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Hasil yang diharapkan:</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Mempertahankan perfusi jaringan dibuktikan oleh terabanya nadi, kulit hangat atau kering, sensasi normal, sensori biasa, tanda vital stabil, dan haluaran urin adekuat untuk situasi individu.</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> Intervensi:</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Lepaskan aksesori dari ekstremitas yang sakit. Rasional : Dapat membendung sirkulasi bila terjadi edema.</li> <li style="text-align: justify;">Evaluasi adanya (kualitas) nadi perifer distal terhadap cedera melalui palpasi. Rasiona : Penurunan atau tak adanya nadi sanggup menggambarkan cedera vaskuler.</li> <li style="text-align: justify;">Kaji aliran kapiler, warna kulit dan kehangatan distal pada fraktur. Rasional  : Kembalinya warna kulit harus cepat (3-5 detik). Warna kulit putih, memperlihatkan gangguan arterial, sianosis diduga adanya gangguan vena.</li> <li style="text-align: justify;">Lakukan pengkajian neuromuskuler. Perhatikan perubahan fungsi motor atau sensasi. Minta pasien untuk melokalisasi nyeri. Rasional : Gangguan perasaan kebas, kesemutan, peningkatan atau penyebaran nyeri bila sirkulasi pada saraf tidak adekuat atau saraf rusak.</li> <li style="text-align: justify;">Tes sensasi saraf perifer dengan menusuk pada kedua selaput antara ibu jari dan jari kedua dan kaji kemampuan dorsofleksi ibu jari bila di indikasikan. Rasional : Panjang dan posisi saraf perineal meningkatkan risiko cedera pada fraktur kaki, edema / sindrom kompartemen, malposisi alat traksi.</li> <li style="text-align: justify;">Kaji jaringan disekitar simpulan gips, selidiki keluhan rasa terbakar di bawah gips. Rasional : Faktor ini disebabkan atau mengindikasikan jaringan iskemia, menimbulkan kerusakan / nekrosis.</li> <li style="text-align: justify;">Pertahankan peninggian ekstremitas yang cedera kecuali dikontraindikasikan. Rasional : Meningkatkan drainase vena / menurunkan edema.</li> <li style="text-align: justify;">Kaji keseluruhan panjang ekstremitas untuk pembengkakan / pembentukan edema. Rasional : Peningkatan lingkar ekstremitas yang cedera membuktikan edema jaringan tetapi sanggup juga perdarahan.</li> <li style="text-align: justify;">Selidiki tanda iskemia ekstremitas tiba-tiba (contoh penurunan suhu kulit dan peningkatan nyeri). Rasional : Dislokasi fraktur sendi (terutama lutut) sanggup mengakibatkan kerusakan arteri yang berdekatan dan berakibat hilangnya aliran darah ke distal.</li> <li style="text-align: justify;">Awasi tanda vital. Perhatikan tanda pucat / sianosis umum, kulit dingin, perubahan mental. Rasional : Ketidakadekuatan volume sirkulasi akan menghipnotis sistem perfusi jaringan.</li> <li style="text-align: justify;">Awasi hemoglobin / hematokrit, investigasi faktor koagulasi darah (contoh protrombin). Rasional : Membantu dalam kalkulasi kehilangan darah dan membutuhkan keektifan terapi penggantian.</li> </ul> <br /> <div style="text-align: justify;"> Diagnosa Keperawatan. 4. </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Kerusakan mobilitas fisik bekerjasama dengan kerusakan rangka neuro muskuler.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Hasil yang diharapkan:</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Meningkatkan / mempertahankan mobilitas pada tingkat paling tinggi yang mungkin.</li> <li style="text-align: justify;">Mempertahankan posisi fungsional.</li> <li style="text-align: justify;">Meningkatkan kekuatan / fungsi yang sakit dan mengkompensasi kepingan tubuh.</li> <li style="text-align: justify;">Menunjukkan teknik yang memampukan melaksanakan aktifitas.</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> Intervensi:</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Kaji derajat imobilitas yang dihasilkan oleh pengobatan (terapi restriktif) dan perhatikan persepsi klien terhadap imobilisasi. Rasional<span style="white-space: pre;"> </span>: Pasien mungkin dibatasi oleh persepsi diri perihal keterbatasan fisik aktual, memerlukan informasi / intervensi untuk meningkatkan kemajuan kesehatan.</li> <li style="text-align: justify;">Dorong partisipasi dalam akatifitas terapeutik / rekreasi. Pertahankan rangsang lingkungan ibarat koran, TV, radio, barang pribadi, kalender dll. Rasional : Memberi kesempatan untuk mengeluarkan energi, memfokuskan kembali perhatian, meningkatkan rasa kontrol diri dan membantu menurunkan isolasi sosial.</li> <li style="text-align: justify;">Instruksikan pasien untuk / bantu dalam rentang gerak pasien, pasif untuk ekstremitas yang sakit dan aktif untuk ekstremitas yang sehat. Rasional : Meningkatkan aliran darah ke otot dan tulang untuk meningkatkan tonus otot, mempertahankan gerak sendi, mencegah kontraktur / atrofi dan resorbsi kalsium lantaran tak digunakan.</li> <li style="text-align: justify;">Dorong penggunaan latihan isometrik mulai dari tungkai yang tidak sakit.Rasional : Kontraksi otot isometrik tanpa menekuk sendi atau menggerakkan tungkai dan membantu mempertahankan kekuatan dan massa otot.Dorong / bantu perawatan diri / kebersihan. Rasional : Meningkatkan kekuatan dan sirkulasi, meningkatkan kontrol pasien dalam situasi dan meningkatkan kesehatan diri langsung.</li> <li style="text-align: justify;">Ubah posisi secara periodik dan dorong untuk latihan batuk dan nafas dalam. Rasional : Mencegah / menurunkan insiden komplikasi kulit / pernafasan.</li> <li style="text-align: justify;">Konsul andal terapi fisik / okupasi dan / atau rehabilitasi spesialis. Rasional : Berguna dalam menciptakan acara iindividual / agenda latihan.</li> </ul> <br /> <div style="text-align: justify;"> Diagnosa Keperawatan. 5</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Risiko tinggi terhadap infeksi bekerjasama dengan tidak adekuatnya pertahanan primer skunder akhir syok jaringan.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Hasil yang diharapkan:</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Mencapai penyembuhan luka sesuai waktu, bebas drainase purulen atau eritema dan demam.</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> Intervensi:</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Inspeksi kulit untuk adanya iritasi atau robekan kontinuitas. Rasional<span style="white-space: pre;"> </span>: Pen atau kawat tidak dimasukkan melalui kulit yang terinfeksi, kemerahan atau abrasi.</li> <li style="text-align: justify;">Kaji kulit, perhatikan keluhan peningkatan nyeri / rasa terbakar atau adanya edema, eritema, drainase dan anyir tak enak. Rasional : Dapat mengindikasikan timbulnya infeksi lokal /nekrosis jaringan yang sanggup menimbulkan osteomielitis.</li> <li style="text-align: justify;">Observasi luka untuk pembentukan bula, krepitasi, perubahan warna kulit kecoklatan, anyir drainase yang tak yummy / asam. Rasional : Tanda asumsi gas gangren.</li> <li style="text-align: justify;">Kaji tonus otot, refleks tendon dalam dan kemampuan untuk berbicara. Rasional:Kekakuan otot, spasme tonik otot rahang, dan disfagia memperlihatkan terjadinya tetanus.</li> <li style="text-align: justify;">Berikan obat-obatan sesuai indikasi: antibiotik dan tetanus toksoid. Rasional : Dapat diberikan sebagai profilaksis.</li> </ul> <br /> <div style="text-align: justify;"> <b>Daftar Pustaka</b></div> <ul> <li style="text-align: justify;">Tucker,Susan Martin (1993). Standar Perawatan Pasien, Edisi V, Vol 3. Jakarta. EGC</li> <li style="text-align: justify;">Donges Marilynn, E. (1993). Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, Jakarta. EGC</li> <li style="text-align: justify;">Smeltzer Suzanne, C (1997). Buku Ajar Medikal Bedah, Brunner & Suddart.  Edisi 8. Vol  3. Jakarta. EGC</li> <li style="text-align: justify;">Price Sylvia, A (1994), Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jilid 2 . Edisi 4. Jakarta. EGC.</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> Untuk mendownload laporan fraktur lengkap, pdf dan doc silahkan dibawah :</div> <div style="text-align: justify;"> <ul> <li><b><span style="background-color: cyan;">Laporan pendahuluan fraktur pdf</span>, <i><a href="https://drive.google.com/file/d/1xph06tbcqu2S8XZb_rheauDEIgdNK2Y8/view?usp=sharing" target="_blank">(Ambil File)</a></i></b></li> <li><b><span style="background-color: lime;">Laporan pendahuluan fraktur doc</span>, <i><a href="https://drive.google.com/file/d/1u8izv98hpKRs1ClerwotmvrzYk5JwGC-/view?usp=sharing" target="_blank">(Ambil File)</a></i></b></li> </ul> <div> Link Alternatif</div> <div> <ul> <li><b><a href="https://drive.google.com/file/d/1xph06tbcqu2S8XZb_rheauDEIgdNK2Y8/view?usp=sharing" target="_blank">Alternatif LP Fraktur pdf 1</a></b></li> <li><b><a href="https://drive.google.com/file/d/1u8izv98hpKRs1ClerwotmvrzYk5JwGC-/view?usp=sharing" target="_blank">Alternatif LP Fraktur doc 1</a></b></li> </ul> <ul> <li><b><a href="https://drive.google.com/file/d/1xph06tbcqu2S8XZb_rheauDEIgdNK2Y8/view?usp=sharing" target="_blank">Alternatif LP Fraktur pdf 2</a></b></li> <li><b><a href="https://drive.google.com/file/d/1u8izv98hpKRs1ClerwotmvrzYk5JwGC-/view?usp=sharing" target="_blank">Alternatif LP Fraktur doc 2</a></b></li> </ul> <div> Demikan Postingan laporan pendahuluan fraktur, pdf dan doc kami bagikan, semoga bisa membantu teman - teman sejawat dalam pembuatan kiprah keperawatan ibarat makalah, askep dan laporan pendahuluan. semoga bermanfaat, terima kasih.</div> </div> </div>

Laporan Pendahuluan Fraktur / Lp Patah Tulang Pdf Dan Doc

Kami bagikan laporan pendahuluan fraktur pdf dan doc. Masih dalam ranah laporan pendahuluan, kalau sebelumnya telah kami bagikan lapora...

+ Baca selengkapnya »

Laporan Pendahuluan Kehamilan Serotinus / Lebih Bulan, Download Pdf Dan Doc

<div style="text-align: justify;"> Kami bagikan laporan pendahuluan kehamilan serotinus / lebih bulan pdf dan doc.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Teman-teman sejawat sekalian pada postingan kali ini kami bagikan laporan pendahuluan kehamilan serotinus / lebih bulan, yang telah kami susun selengkap mungkin berdasarkan beberapa referensi terpercaya.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Bertujuan membantu sobat perawat dan bidan disini kami bagikan laporan pendahuluan kehamilan serotinus / lebih bulan dalam dua format berbeda yaitu pdf dan doc. sehingga memudahkan dalam pembuatan kiprah keperawatan, tinggal diedit sesuai kebutuhan.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Untuk mendapat file LP kehamilan serotinus pdf dan doc, telah kami sediakan link unduhan diakhir artikel ini.</div> <div style="text-align: justify;"> <b><br /></b></div> <h3 style="text-align: justify;"> <b>Laporan Pendahuluan Serotinus</b></h3> <div style="text-align: justify;"> <b><br /></b></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Definisi</b></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Kehamilan postterm merupakan kehamilan yang berlangsung selama 42 ahad atau lebih semenjak awal periode haid yang diikuti oleh ovulasi 2 ahad kemudian. Meskipun kehamilan postterm ini mungkin meliputi 10 persen dari seluruh kehamilan, sebagian di antaranya mungkin tidak benar-benar postterm, tetapi lebih disebabkan oleh kekeliruan dalam memperkirakan usia gestasional. Sekali lagi nilai warta yang tepat mengenai usang kehamilan cukup jelas, lantaran pada umumnya semakin usang janin yang benar-benar postterm itu berada didalam  rahim, semakin besar pula resiko bagi janin dan bayi gres lahir untuk mengalami gangguan yang berat (Cunningham, 1995).</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Kehamilan serotinus yakni kehamilan yang melewati 294 hari atau lebih dari 42 ahad lengkap (Sarwono, 1995).</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Kehamilan serotinus yakni kehamilan yang berlangsung lebih usang dari 42 ahad dihitung berdasarkan rumus neagle dengan siklus haid rata-rata 28 hari (Rustam, 1998).</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Kehamilan Serotinus yakni Kehamilan yang melebihi waktu 42 ahad sebelum terjadi persalinan (Manuaba, 1998).</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Kehamilan Serotinus yakni kehamilan yang melewati 294 hari atau 42 ahad lengkap. Diagnosa usia kehamilan didapatkan dengan perhitungn usia kehamilan dengan rumus Naegele atau dengan penghitungan tinggi fundus uteri (Kapita Selekta Kedokteran jilid 1).</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Klasifikasi Serotinus.</b></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Menurut Prawiroharjo (2009 : 691), pembagian terstruktur mengenai pada serotinus / kehamilan bayi lewat bulan yakni :</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Stadium I yaitu kulit memperlihatkan kehilangan verniks kaseosa dan terjadi maserasi menyerupai kulit kering, rapuh, dan gampang mengelupas.</li> <li style="text-align: justify;">Stadium II menyerupai stadium I dan disertai pewarnaan mekonium (kehijauan) di kulit.</li> <li style="text-align: justify;">Stadium III menyerupai stadium I dan disertai dengan pewarnaan kekuningan pada kuku, kulit, dan tali pusat.</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Etiologi</b></div> <div style="text-align: justify;">   </div> <div style="text-align: justify;"> Etiologi kehamilan lewat waktu atau kehamilan serotinus hingga ketika ini belum diketahui secara niscaya beberapa faktor yang dikemukakan penyebab kehamilan serotinus adalah:</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Ketidaktentuan tanggal menstruasi: ketidaksanggupan ibu mengingat HPHT, perdarahan selama kehamilan, siklus haid tidak teratur, kehamilan dalam masa pasca persalinan ( oxorn, 2003 ).</li> <li style="text-align: justify;">Hormone penurunan konsentrasi estrogen yang menandai masalah – masalah kehamilan serotinus dianggap merupakan hal penting, lantaran kadar estrogen tidak cukup untuk menstimulasi produksi dan penyimpanan glikofosfolipid didalam membrane janin. Pada jumlah estrogen yang normal dan uterus meningkat sehingga kepekaan terhadap oksitosin meningkatkan dan merangsang kontraksi ( wiliams, 1995 ).kadarestrogen tidak cepat turun walaupun kehamilan telah cukup bulan, sehingga kepekaan uterus terhadap oksitosin berkurang namun factor yang lebih memilih yakni belum diproduksinya prostaglandin yang besar lengan berkuasa terhadap terjadinya kontraksi uterus pada tamat kehamilan.</li> <li style="text-align: justify;">Herediter lantaran postmaturitas sering dijumpai pada satu keluarga tertentu ( rustam, 1998 )</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Patofisiologi</b></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> a. Jika plasenta terus berfungsi dengan baik, janin akan terus tumbuh yang menjadikan bayi LGA dengan manifestasi duduk masalah menyerupai stress berat lahir dan hipoglikemia.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> b. Jika fungsi plasenta menurun, janin mungkin tidak mendapat nutrisi yang adekuat. Janin akan memakai cadangan lemak subkutan sebagai alergi penyusutan lemak subkutan terjadi yang menjadikan syndrome dismatur janin , terdapat 3 tahap sindrom dismaturitas janin:</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 1. Tahap I insufisiensi plasenta kronis</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Kulit kering, pecah – pecah, mengelupas, longgar dan berkerut.</li> <li style="text-align: justify;">Penampilan malnutrisi</li> <li style="text-align: justify;">Bayi dengan mata terbuka dan terjaga</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> 2. Tahap II insufisiensi plasenta akut</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Seluruh citra tahap I kecuali nomor 3</li> <li style="text-align: justify;">Terwarnai mekonium</li> <li style="text-align: justify;">Depresi perinatal</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> 3. Tahap III insufisiensi plasenta subakut</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Hasil temuan pada tahap I dan tahap II kecuali nomor 3</li> <li style="text-align: justify;">Terwarnai hijau dikulit, kuku, tali pusat dan membrane plasenta</li> <li style="text-align: justify;">Resiko tamat hidup intrapartum atau tamat hidup neonatus lebih tinggi</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> c. Bayi gres lahir beresiko tinggi terhadap perburukan komplikasi yang berafiliasi dengan perfusi utero plasenta yang terganggu dan hipoksia, misalnya: sindrom aspirasi mekonium.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> d. Hipoksia intra uteri kronis mengakibatkan peningkatan eritroptia.lin janin dan produksi sel darah merah yang mengakibatkan polisitemia.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> e. Bayi postmatur rentan terhadap hipoglokemia lantaran penggunaan cadangan glikogen yang cepat.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Pathway Serotinus</div> <div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"> <a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEipGL2Xt50TBx_ypf18F8SME_3-e1FvPjbUdhNYeRZG8vAAA4uL7XGw0qSzN8kH7LlsRUJKYvDV_TErOwQYDqpb7irTD9d3MCAtH5_neqGzM-pdJ4d3lSltljpeH1dPRJe-6wkWp2Y-rpa3/s1600/Pathway+Serotinus.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="436" data-original-width="720" height="386" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEipGL2Xt50TBx_ypf18F8SME_3-e1FvPjbUdhNYeRZG8vAAA4uL7XGw0qSzN8kH7LlsRUJKYvDV_TErOwQYDqpb7irTD9d3MCAtH5_neqGzM-pdJ4d3lSltljpeH1dPRJe-6wkWp2Y-rpa3/s640/Pathway+Serotinus.png" width="640" /></a></div> <div style="text-align: justify;"> Untuk mendapat pathway serotinus format doc, <b style="background-color: cyan;"><a href="https://drive.google.com/file/d/1araXWuYbzbTe61WsbZOIxb9WPR6MqR8E/view?usp=sharing" target="_blank">DISINI</a></b></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Gambaran klinis</b></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Gambaran klinis pada kehamilan post matur antara lain:</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Janin postterm sanggup terus bertambah beratnya di dalam uterus dan dengan demikian menjadi bayi besar yang aneh pada ketika lahir, atau bertambah berat postterm serta berukuran besar berdasarkan usia gestasionalnya.</li> <li style="text-align: justify;">TFU tidak sesuai dengan umur kehamilan.</li> <li style="text-align: justify;">Pada USG ditemukan adanya oligohidramnion dan penurunan jumlah cairan amnion disertai dengan kompresi tali pusat yang sanggup menimbulkan gawat janin, termasuk defekasi dan aspirasi mekonium yang kental.</li> <li style="text-align: justify;">Pada sisi ekstrim lainnya, lingkungan intrauterin sanggup begitu bermusuhan sehingga pertumbuhan janin yang lebih lanjut akan terhenti dan janin menjadi postterm serta mengalami retardasi pertumbuhan.</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> Hasil pengkajian manifestasi klinis meliputi:</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Bayi panjang, kurus dengan penampilan menyusut, kulit menyerupai kertas dan kulit kuku dan tali pusat terwarnai mekonium, kuku panjang dan lanugo tidak ada.</li> <li style="text-align: justify;">Sindrom aspirasi mekonium ditandai dengan hipoksia janin, cairan amnion yang bercampur dengan mekonium, gawat napas waktu lahir dan mekonium mengotori pita suara.</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Pemeriksaan Kehamilan Serotinus</b></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Diagnosa kehamilan serotinus ditegakkan dengan megetahui HPHT dengan rumus neagle yaitu dengan pertambahan tanggal hari pertama haid terakhir yang normal dan impulsif dengan 7 hari kemudian penggurangan 3 bulan penambahan 1 pada tahunnya. Diagnosa penunjang yang dilakukan untuk menegakkan diagnosa kehamilan serotinus adalah:</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> a. Ultrasonografi untuk mengetahui ukuran diameter biparietal, gerakan janin dan jumlah air ketuban.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> b. Pemeriksaan serologi air ketuban yaitu air ketuban diambil dengan amniosintesis baik transvaginal maupun transabdominal (air ketuban akan bercampur dengan lemak dan sel-sel kulit yang dilepas janin sehabis kehamilan mencapai lebih dari 36 minggu. Air ketuban diperoleh dipulas dengan sulfatbirunil, maka sel-sel yang mengandung lemak akan berwarna jingga bila:</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Melebihi 10 % kehamilan di atas 36 minggu</li> <li style="text-align: justify;">Melebihi 50 % kehamilan di atas 39 minggu</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> c. Amnioskopi : melihat derajat kekeruhan air ketuban, berdasarkan warnanya lantaran insufiensi plasenta.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> d. Kardiotokografi : mengawasi dan membaca denyut jantung janin lantaran insufiensi plasenta.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> e. Uji oksitosin (stress test) yaitu induksi oksitosin dilakukan ketika usia kehamilan 42 ahad lebih dan selama ketika melaksanakan induksi, frekuensi denyut janin direkam secara kontinyu. Sepanjang pelanksanaan induksi persalinan selama 8 jam, tidak terlihat adanya suatu tanda yang mengambarkan penurunan frekuensi denyut jantung janin, dan frekuensi denyut jantung janin bertambah cepat dengan gerakan janin; dengan kata lain, terdapat hasil tes stress kontraksi yang reaktif dan negative.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Penatalaksanaan medis</b></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Penalaksanaan pada ibu</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> a. Pengelolaan persalinan</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 1. Bila sudah dipastikan umur kehamilan 41 minggu, pengelolaan tergantung dari derajat kematangan serviks.</div> <div style="text-align: justify;"> 2. Bila serviks matang (skor bishop > 5)</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Dilakukan induksi persalinan asal tidak ada janin besar, kalau janin lebih 4000 gram, dilakukan SC.</li> <li style="text-align: justify;">Pemantauan intrapartum dengan mempergunakan KTG dan kehadiran dokter seorang mahir anak apalagi bila ditemukan mekonium mutlak diperlukan.</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> 3. Pada serviks belum matang (skor bishop < 5) kita perlu menilai keadaan janin lebih lanjut apabila kehamilan tidak diakhiri.</div> <ul> <li style="text-align: justify;">NST dan penilaian kantung amnion. Bila keduanya normal kehamilan dibiarkan berlanjut dan penilaian janin dilanjutkan seminggu 2 kali.</li> <li style="text-align: justify;">Bila ditemukan oligohidramnion (< 2 cm pada kantung yang vertikal atau indeks cairan amnion < 5) atau dijumpai deselerasi variabel pada NST, maka dilakukan induksi persalinan.</li> <li style="text-align: justify;">Bila volume cairan amnion normal dan NST tidak reaktif, test dengan kontraksi (CST) harus dilakukan. Hasil CST faktual janin perlu dilahirkan, bila CST negatif kehamilan dibiarkan berlangsung dan penilaian janin dilakukan lagi 3 hari kemudian.</li> <li style="text-align: justify;">Keadaan serviks (skor bishop harus dinilai ulang setiap kunjungan pasien, dan kehamilan harus diakhiri bila serviks matang.</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> 4. Pasien dengan kehamilan lewat waktu dengan komplikasi menyerupai DM, preeklamsi, PJT, kehamilannya harus diakhiri tanpa memandang keadaan serviks. Tentu saja kehamilan dengan resiko ini dilarang dibiarkan melewati kehamilan lewat waktu.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> b. Pengelolaan intrapartum</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Pasien tidur miring sebelah kiri</li> <li style="text-align: justify;">Pergunakan pemantauan elektrolit jantung janin berikan oksigen bila ditemukan keadaan jantung yang abnormal.</li> <li style="text-align: justify;">Perhatikan jalannya persalinan.</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Penatalaksanaan pada bayi</b></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> a. Menangani sindrom aspirasi mekonium</div> <ul> <li style="text-align: justify;">lakukan penghisapan mulutdan luban hidung bayi sementara kepala berada di perineum dan sebelum nafas yang pertama dilakukan untuk mencegah aspirasi mekonium yang berada dalam jalan nafas.</li> <li style="text-align: justify;">Segera sehabis bayi kering dan berada dalam penghangat lakukan intubasi dengan penghisapan trachea langsung</li> <li style="text-align: justify;">Lakukan fisioterapi dada dengan penghisapan untuk mengeluarkan mekonium dan secret yang berlebihan.</li> <li style="text-align: justify;">Berikan suplemen oksigen dan sumbangan pernafasan sesuai dengan kebutuhan.</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> b. Melakukan pengukuran glukosa darah serial</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> c. Memberi makan lebih awal untuk mencegah hipoglikemia kalau bukan merupakan kontraindikasi pada status pernafasan.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> d. Mempertahankan integritas kulit.</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Pertahankan kulit higienis dan kering</li> <li style="text-align: justify;">Hindari penggunaan bedak,cream, lotion</li> <li style="text-align: justify;">Hidari penggunaan plester</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Komplikasi Serotinus</b></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Komplikasi yang diakibatkan oleh kehamilan serotinus</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> a. Terhadap ibu persalinan serotinus sanggup mengakibatkan distosia dikarenakan oleh:</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Aksi uterus yang tidak terkoordinir dikarenakan kadar progesteron yang tidak turun pada kehamilan serotinus maka kepekaan terhadap oksitosin berkurang sehingga estrogen tidak cukup untuk menyediakan prostaglandin yang berperan  terhadap penipisan serviks dan kontraksi uterus sehingga sering didapatkan agresi uterus yang tidak terkoordinir.</li> <li style="text-align: justify;">Janin besar oleh lantaran pertumbuhan janin yang terus berlangsung dan sanggup menimbulkan CPD dengan derajat yang mengakhawatirkan jadinya persalinan tidak sanggup berlangsung secara normal, maka sering dijumpai persalinan lama, inersia uteri, distosia pundak dan perdarahan post partum.</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> b. Terhadap janin fungsi plasenta mencapai puncaknya pada kehamilan 28 ahad kemudian mulai menurun terurtama sehabis 42 minggu, hal ini sanggup dibuktikan dengan penurunan kadarestriol kadar plasenta dan estrogen. Rendahnya fungsi plasenta berkaitan dengan peningkatan insiden gawat janin dengan  resiko tiga kali. Akibat dari proses penuaan plasenta maka pasokan masakan dan oksigen akan menurun disamping dengan adanya spasme arteri spiralis. Janin akan mengalami pertumbuhan terhambat dan penurunan berat dalam hal ini sanggup disebut dismatur. Sirkulasi utero plasenter akan berkuarang 50% menjadi 250 mm/menit. Kematian janin tanggapan kehamilan serotinus terjadi pada 30 % sebelum persalinan, 50% dalam persalinan dan 15% dalam postnatal. Penyebab utama tamat hidup perinatal yakni hipoksia dan aspirasi mekonium. Tanda-tanda partus postterm dibagi menjadi tiga stadium:</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Stadium I : kulit memperlihatkan kehilangan verniks kaseosa dan maserasi berupa kulit kering, ringkih dan gampang mengelupas.</li> <li style="text-align: justify;">Stadium II : tanda-tanda pada stadium satu ditambah dengan pewarnaan mekonium (kehijauan pada kulit).</li> <li style="text-align: justify;">Stadium III : pewarnaan kekeuningan pada kuku, kulit dan tali pusat.</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> Pada masalah yang lain biasanya terjadi insufisiensi plasenta. Dimana plasenta, baik secara anatomis maupun fisiologis tidak bisa memperlihatkan masakan dan oksigen kepada fetus untuk mempertahankan pertumbuhan dan perkembangan secara norma. Hal ini sanggup mengakibatkan tamat hidup janin dalam kandungan. Volume cairan amnion akan meningkat sesuai dengan bertambahnya kehamilan. Pada kehamilan cukup bulan cairan amnion 1000-1500 ml, warna putih, agak keruh, serta memiliki bau yang khas, amis, dan agak manis, cairan ini mengandung sekitar 98% air. Sisanya terdiri dari garam organik dan anorganik yaitu rambut lanugo (rambut halus yang berasal dari bayi), sel-sel epitel dan forniks kaseosa (lemak yang meliputi kulit bayi.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Produksi cairan amnion sangat dipengaruhi fungsi plasenta. Pada kehamilan serotinus fungsi plasenta akan menurun sehingga jadinya produksi cairan amnion juga akan berkurang. Dengan jumlah cairan amnion dibawah 400 ml pada umur kehamilan 40 ahad atau lebih memiliki hubungan dengan komplikasi janin. Ini dikaitkan dengan fungsi cairan amnion yaitu melindungi janin terhadap stress berat dari luar, memungkinkan janin bergerak bebas, melindungi suhu janin, meratakan tekanan di dalam uterus pada partus sehingga serviks membuka, membersihkan jalan lahir pada permulaan partus kala II. Dengan adanya oligohidramnion maka tekanan pada uterus tidak sempurna, sehingga terkadang disertai kompresi tali pusat dan menimbulkan gawat janin. Janin menjadi stress kemudian mengeluarkan mekonium yang akan mencemari cairan ketuban, sehingga tak jarang terjadi aspirasi mekonium yang kental.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Konsep Asuhan keperawatan</b></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Pengkajian</b></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 1. Data subyektif</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Pada tahap ini semua data dasar dan warta perihal pasien dikumpulkan dan dianalisa untuk mengevaluasi keadaan pasien dan berdasarkan keterangan dari pasien.</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Nama pasien</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> Dimaksud semoga sanggup mengenali klien sehingga mengurangi kekeliruan dengan pasien lain.</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Umur</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> Mengetahui umur pasien sehingga sanggup mengklarifikasi adanya faktor resiko kehamilan lantaran faktor umur sehingga sanggup dijadikan materi pertimbangan dalam penatalaksanaan kehamilan serotinus selanjutnya.</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Agama dan suku bangsa</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> Mengetahui kepercayaan dan moral istiadat pasien sehingga sanggup mempermudah dalam melaksanakan tindakan kebidanan.</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Pendidikan </li> </ul> <div style="text-align: justify;"> Untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan pemahaman ibu dalam memberi warta perihal kehamilan serotinus.</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Pekerjaan </li> </ul> <div style="text-align: justify;"> Mengetahui tingkat ekonomi pasien. Hal ini perlu dikaji untuk mengetahui tumpuan aktifitas pasien berafiliasi dengan pekerjaan.</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Alamat </li> </ul> <div style="text-align: justify;"> Untuk mengetahui pasien tinggal dimana dan untuk menghindari kekeliruan bila ada dua orang pasien dengan nama yang sama serta untuk keperluan kunjungan rumah bila perlu.</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Identitas suami</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> Untuk mengetahui siapa yang bertanggung jawab bila sewaktu – waktu dibutuhkan dan dalam pengambilan keputusan didalam keluarga. Selain itu juga selama proses perawatan.</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Alasan tiba ke rumah sakit</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> Untuk mengetahui pasien tersebut tiba untuk berobat, periksa, konsultasi atau rujukan.</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Keluhan utama</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> Keluhan pasien terutama dikaji mengenai hal-hal yang berkaitan dengan lamanya usia kehamilan yang tidak sesuai dengan asumsi persalinan. Dilihat dari tanda-tanda klinik pasien apakah gerakan janin berkurang dari biasanya.</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Riwayat kesehatan</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> Riwayat kesehatan sekarang</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Untuk mengetahui keadaan atau kondisi pasien serta ditanyakan apakah ketika ini sedang menderita penyakit, semenjak kapan, upaya apa yang telah dilakukan, apakah sudah periksa, hal ini untuk mendeteksi penyakit dalam kehamilan yang sanggup mensugesti proses persalinan.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Riwayat kesehatan lalu</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Dikaji mengenai pernah atau tidaknya ibu mengalami kehamilan serotinus sebelumnya lantaran serotinus cenderung terjadi lagi pada perempuan yang memiliki riwayat kehamilan serotinus sebelumnya.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Riwayat kesehatan keluaga</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Untuk mengetahui kemungkinan ada yang menderita penyakit menular, menurun, kejiwaan yang sanggup mempengaruhiproses kehamilan dan persalinan pasien, jerawat sanggup besar lengan berkuasa pada pertumbuhan dan perkembangan janin sewaktu ibu mengandung.</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Riwayat obstetrik</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> Riwayat perkawinan</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Untuk mengetahui lamanya perkawinan dan adanya infertilitas yang membantu dalam pertimbangan pelaksanaan tindakan.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Riwayat menstruasi</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Teratur / tidaknya haid untuk mengetahui HPHT hal ini perlu dikaji untuk memilih umur kehamilan yang sesungguhnya apabila tidak terang bisa ditanyakan mulai kapan terasa gerakan janin.</div> <div style="text-align: justify;"> Jumlah haid untuk mengetahui apakah jumlah haidnya banyak atau sedikit sehingga pasien bisa memastikan apakah darah tersebut darah haid atauatau fleks – fleks siklus.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Riwayat kehamilan sekarang</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Untuk mengetahui riwayat antenatal ibu apakah teratur atau tidak, apakah sudah mendapat imunisasi TT, obat-obat apa saja yang dikonsumsi ibu selama hamil dan apakah terdapat keluhan ataupun penyakit penyerta kehamilan.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Riwayat kontrasepsi</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Ditanyakan metode yang digunakan dan keluhannya lantaran salah satu imbas samping kontrasepsi yakni haid yang tidak teratur atau tidak haid sehingga sanggup menimbulkan ketidaktepatan dalam memilih HPHT.</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> Pola nutrisi</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Bagaimana tumpuan makan dan kebutuhan cairan, tersedianya nutrisi berkaitan dengan kebutuhan metabolisme tubuh, lantaran duduk masalah yang berkaitan dengan pemenuhan nutrisi dan penyebabnya biasanya saling berkaitan.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Eliminasi</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Menjelaskan tumpuan dari ekskresi, hal ini penting diketahui tumpuan eliminasi dalam keadaan sebelum dan selama hamil lantaran merupakan proses penting dalam tubuh.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Personal hygiene</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Untuk mengetahui tumpuan hidup higienis dalam kehidupan sehari- hari ibu apakah kurang atau tidak lantaran pada masa selama hamil hingga melahirkan rentan terhadap penyakit.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Pola acara dan istirahat</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Untuk mengetahui acara ibu selama hamil , tumpuan istirahat ibu selama hamil apakah cukup atau tidak lantaran kecapaian dan kurang istirahat sanggup menurunkan daya tahan tubuh ibu selanjutnya.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Pola kebutuhan seksual</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Untuk mengetahui apakah ada duduk masalah dalam pemenuhan kebutuhan seksual dan frekuensinya terutama dalam tamat kehamilan lantaran sperma mengandung prostaglandin yang sanggup membantu kontraksi uterus lantaran hal ini baik kalau dilakukan pada kehamilan serotinus.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Data psikososial, spiritual dan emosional</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Bertujuan untuk mengetahui hubungan ibu dengan suami dan keluarga, hubungan kasih sayang, sumbangan dari pihak keluarga. Dan juga perlu dikaji apakah ibu dan keluarga berdoa sesuai dengan kepercayaannya demi kelangsungan dan kelancaran persalinan dan bagaimana emosi ibu selama hamil stabil atau tidak lantaran kemua hal tersebut sanggup membantu proses penyelarasan masalh ibu.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Keadaan sosial ekonomi</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Untuk mengetahui kemampuan pasien berkaitan dengan biaya perawatan dan pengobatan yang akan diberikan di RS.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 2. Data obyektif</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Keadaan umum</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Baik atau lemah, tampak kesakitan atau tidak, kesadarnnya bagaimana, badannya kurus atau gemuk, berapa tekanan darahnya, respirasinya, suhunya, tinggi badan, berat badannya apakah normal atau tidak, hal ini untuk mengetahui adanya ketidaknormalan keadaan umum yang sanggup mensugesti kehamilan dan persalinan ibu.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Pemeriksaan fisik</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Kepala: kulit kepala higienis atau tidak.</li> <li style="text-align: justify;">Muka: pucat atau tidak, skelera ikterik atau tidak, terdapat gerakan otot wajah atau tidak.</li> <li style="text-align: justify;">Mata: apakah pucat atau tidak, konjungtiva anemis atau tidak, sclera ikterik tidak, penglihatan baik atau tidak.</li> <li style="text-align: justify;">Hidung: higienis atau tidak, penciuman terganggu atau tidak, terdapat lendir atau tidak, ada polip atau tidak.</li> <li style="text-align: justify;">Telinga higienis atau tidak, indera pendengaran baik atau tidak, terdapat cairan atau tidak.</li> <li style="text-align: justify;">Mulut: bibir kering atau tidak, lisan higienis atau tidak, terdapat stomatitis atau tidak.</li> <li style="text-align: justify;">Gigi: higienis atau tidak, terdapat caries  atau tidak, gusi gampang berdarah atau tidak.</li> <li style="text-align: justify;">Leher: terdapat pembesaran kelenjar tyroid atau tidak.</li> <li style="text-align: justify;">Ketiak: terdapat pembesaran kelenjar limfe atau tidak.</li> <li style="text-align: justify;">Dada: bentuknya bagaimana, terdapat retraksi dinding dada tidak, pernafasan teratur atau tidak, bunyi jantung bagaimana.</li> <li style="text-align: justify;">Payudara: terdapat benjolan atau tidak.</li> <li style="text-align: justify;">Perut: terdapat luka bekas operasi atau tidak, terdapat pembesaran atau nyeri tekan atau tidak.</li> <li style="text-align: justify;">Vulva:dari faktor predisposisi ketuban pecah dini yakni jerawat pada genetalia.</li> <li style="text-align: justify;">Anus: terdapat hemoroid atau tidak.</li> <li style="text-align: justify;">Ekstremitas  atas dan bawah: bentuk simetris atau tidak, terdapat kelainan anatomi fisiologi tidak, kaki oedem tidak, varices atau tidak.</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> Pemeriksaan obstetrik</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Muka: terdapat kloasma gravidarum atau tidak, oedem atau tidak.</li> <li style="text-align: justify;">Payudara: bentuknya bagaimana, aerola menghitam atau tidak, papilla menonjol atau tidak, kolostrum sudah menonjol atau belum.</li> <li style="text-align: justify;">Perut:</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> a. Inspeksi: bentuknya bagaimana, terdapat strie gravidarum atau tidak, ada linea atau tidak, ada bekas operasi atau tidak.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> b. Palpasi:</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Leopold I: tinggi fundus uteri berapa sesuai dengan umur kehamilan tidak, pada belahan atas teraba belahan apa dan bagaimana.</li> <li style="text-align: justify;">Leopold II: belahan kanan perut ibu teraba apa dan bagaimana, kiri perut ibu teraba apa, ini untuk memilih posisi punggung janin.</li> <li style="text-align: justify;">Leopold III: belahan bawah perut ibu teraba apa, masih bisa digoyang atau tidak,ini untuk memilih presentasi bagain bawah janin dalam panggul ibu dan sudah masuk pintu atas panggul belum.</li> <li style="text-align: justify;">Leopold IV: untuk mengetahui apakah belahan bawah  janin sudah masuk pintu atas panggul ( PAP ) belum dan seberapa masuknya.</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> c. Auskultasi:</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> DIJ: DIJ perlu dikaji untuk mengetahui denyut jantung janin dalam keadaan normal atau distrees. Dengan adanya insufisiensi plasenta maka janin mengalami hipoksia atau kekurangan oksigen dan tekanan vena umbilicus. Hal ini disebut gawat janin. Pentingnya DIJ yakni ada kaitanya dengan tindakan segera yaitu pengakhiran kehamilan.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> d. TBJ (taksiran berat janin)</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Pada kehamilan serotinus pada umumnya ditemukan TBJ tidak sesuai dengan umur kehamilan, ini dimungkinkan bayi menjadi besar atau makin kecil.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> e. TFU (tinggi fundus uteri)</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> TFU pada kehamilan serotinus perlu dijkaji untuk mengetahui apakah bertambah tinggi atau malah mengalami penurunan. Jika mengalami penurunan dimungkinkan terjadi pertumbuhan janin yang terlambat lantaran adannya insufisiensi plasenta.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> f. Gerakan janin</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Ditanyakan apakah gerakan janin berkurang atau tidak, pada kehamilan serotinus biasanya disertai dengan oligohidramnion sehingga gerakan janin terbatas.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> g. Pemeriksaan dalam</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Untuk mengetahui bagaimana keadaan vagina, penipisan serviks, konsistensi serviks, kulit ketuban, penurunan kepala, denominator dan apakah ada belahan yang menumbung. Pemeriksaan dalam pada kehamilan serotinus penting dilakukan untuk mengetahui nilai Bishop score sebagai syarat dilakukannya induksi persalinan dan tindakan selanjutnya.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> h. Pemeriksaan penunjang</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Data penunjang merupakan data yang memperjelas atau menguatkan data subyektif yang telah ada untuk menegakkan diagnosa. Pemeriksaan penunjang yang dilakukan yakni USG, KTG, dan investigasi penunjang yang lainnya menyerupai amniosintesis, investigasi serologi air ketuban.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b><br /></b></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Diagnosa Keperawatan</b></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien dengan serotinus antara lain:</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Diagnosa keperawatan pada bayi</div> <ol> <li style="text-align: justify;">Kerusakan   pertukaran gas berafiliasi dengan asfiksia.</li> <li style="text-align: justify;">Gangguan perfusi jaringan berafiliasi dengan penurunan pasokan oksigen.</li> <li style="text-align: justify;">Perubahan tumpuan nutrisi kurang dari kebutuhan berafiliasi dengan penurunan pasokan nutrisi dan terhentinya pertumbuhan janin.</li> <li style="text-align: justify;">Gangguan termoregulasi : hipotermi berafiliasi dengan suhu tubuh tidak stabil lantaran hilangnya lemak subkutan.</li> <li style="text-align: justify;">Resiko tinggi cedera pada janin berafiliasi dengan distress janin.</li> <li style="text-align: justify;">Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berafiliasi dengan pengelupasan kulit.</li> </ol> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;">  Diagnosa keperawatan pada ibu</div> <ol> <li style="text-align: justify;">Ansietas berafiliasi dengan partus macet</li> <li style="text-align: justify;">Resiko tinggi jerawat berafiliasi dengan terbukanya intrauterin dengan ekstrauterin</li> </ol> <div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> </div> <div> <div style="text-align: justify;"> <b>Intervensi Keperawatan</b></div> </div> <div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> </div> <div> <div style="text-align: justify;"> Intervensi keperawatan bagi bayi</div> </div> <div> <br /> <ul> <li style="text-align: justify;">Untuk intervensi keperawatan bagi bayi lebih bulan serotinus Silahkan, <span style="background-color: cyan;"><b><a href="https://drive.google.com/file/d/1BSUv3dCoFhoUW5Ooa3w6nGjH38QdVP-X/view?usp=sharing" target="_blank">DISINI</a></b></span></li> </ul> <div style="text-align: justify;"> Intervensi Keperawatan bagi ibu</div> <div> <ul> <li style="text-align: justify;">Untuk intervensi keperawatan bagi ibu serotinus silahkan<b>, <span style="background-color: cyan;"><a href="https://drive.google.com/file/d/19FFstZGGGam7Ke-fjC9_PB5qhxkrMG4g/view?usp=sharing" target="_blank">DISINI</a></span></b></li> </ul> </div> </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Daftar Pustaka</b></div> <ul> <li style="text-align: justify;">Achadiat, Dr. Chrisdiono M. 2004. Prosedur Tetap Obstetrik dan Ginekologi. Jakarta : EGC</li> <li style="text-align: justify;">Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2010. Profile Dinas Kesehatan Republik Indonesia tahun 2010. Semarang</li> <li style="text-align: justify;">Freddy Panjaitan. 2012. Kehamilan serotinus. (https:// freddypanjaitan. wordpress. com/2012/01/10kehamilan-lewat-waktu-serotinus/)(Online), diakses pada tanggal 10 januari 2015.</li> <li style="text-align: justify;">Hidayati, Ratna. 2009. Asuhan Keperawatan pada Kehamilan Fisiologis dan Patologis. Jakarta: Salemba Medika</li> <li style="text-align: justify;">Huliana, Mellyna. 2007. Panduan Menjalani Kehamilan Sehat. Jakarta : Puspa Swara</li> <li style="text-align: justify;">Kurniawati, D (dkk). 2009. Obgynacea (Obgyndan Ginekologi).Yogyakarta: TOSCA</li> <li style="text-align: justify;">Manuaba, I.B.G. 2009. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC.</li> <li style="text-align: justify;">Mochtar, Rustam. 2009. Sinopsis Obstetri. Jakarta : EGC.</li> <li style="text-align: justify;">Muslihatun. WN dkk. 2009. Dokumentasi Kebidanan. Yogjakarta : Fitramaya</li> <li style="text-align: justify;">Prawirohardjo, S. 2009. Ilmu Kebidanan. Penerbit Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta.</li> <li style="text-align: justify;">Saminem, HJ. 2009. Kehamilan Normal : Seri Asuhan Kebidanan. Jakarta : EGC</li> <li style="text-align: justify;">Trihendradi dkk. 2010. Wonderpa Indahnya Pendampingan. Yogyakarta : ANDI</li> <li style="text-align: justify;">Wiknjosastro, Hanifa. 2002. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.</li> <li style="text-align: justify;">Wiknjosastro, Hanifa. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.</li> <li style="text-align: justify;">Wildan, M. 2008. Dokumentasi Kebidanan. Jakarta : Salemba Medika.</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> Untuk mendownload laporan pendahuluan serotinus / Kehamilan lebih bulan pdf dan doc, dibawah :</div> <div style="text-align: justify;"> <ul> <li><span style="background-color: cyan;"><b>Laporan pendahuluan serotinus pdf</b></span> <b><i><a href="https://drive.google.com/file/d/15OCBz7VC8Cq-R5UV9fps2h5_yT6jk8tR/view?usp=sharing" target="_blank">(Ambil File)</a></i></b></li> <li><b style="background-color: lime;">Laporan pendahuluan serotinus doc </b><b><i><a href="https://drive.google.com/file/d/1oWyXjWkfrJuBZyc4C5CMty0C4QrhIqL5/view?usp=sharing" target="_blank">(Ambil File)</a></i></b></li> </ul> <div> Link Alternatif</div> <div> <ul> <li><b><a href="https://drive.google.com/file/d/1oWyXjWkfrJuBZyc4C5CMty0C4QrhIqL5/view?usp=sharing" target="_blank">Alternatif LP Serotinus doc 1</a></b></li> <li><b><a href="https://drive.google.com/file/d/15OCBz7VC8Cq-R5UV9fps2h5_yT6jk8tR/view?usp=sharing" target="_blank">Alternatif LP serotinus pdf 1</a></b></li> </ul> <ul> <li><b><a href="https://drive.google.com/file/d/1oWyXjWkfrJuBZyc4C5CMty0C4QrhIqL5/view?usp=sharing" target="_blank">Alternatif LP serotinus doc 2</a></b></li> <li><b><a href="https://drive.google.com/file/d/15OCBz7VC8Cq-R5UV9fps2h5_yT6jk8tR/view?usp=sharing" target="_blank">Alternatif LP serotinus pdf 2</a></b></li> </ul> <div> Demikian laporan pendahuluan serotinus / kehamilan lebih bulan, download pdf dan doc kami bagikan, semoga bisa menjadi referensi sobat perawat sekalian dalam pembuatan kiprah keperawatan baik makalah, askep ataupun LP itu sendiri, terima kasih.</div> </div> </div>

Laporan Pendahuluan Kehamilan Serotinus / Lebih Bulan, Download Pdf Dan Doc

Kami bagikan laporan pendahuluan kehamilan serotinus / lebih bulan pdf dan doc. Teman-teman sejawat sekalian pada postingan kali ini ka...

+ Baca selengkapnya »

Laporan Pendahuluan / Lp Preeklamsia Pdf Dan Doc

<div style="text-align: justify;"> Kami bagikan laporan pendahuluan preeklamsia pdf dan doc.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Pada kesempatan kali ini kembali kami bagikan kiprah keperawatan atau kebidanan yakni laporan pendahuluan, pada postingan kali ini akan kami share perihal preeklamsia yaitu sekumpulan tanda-tanda yang timbul pada waktu perempuan hamil, bersalin ataupun nifas.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Laporan pendahuluan / LP preeklamsia ini kami susun dengan lengkap menurut beberapa rujukan yang diharapkan sanggup membantu memudahkan teman-teman perawat dalam pembuatan askep, makalah ataupun laporan pendahuluan itu sendiri.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Laporan pendahuluan / LP preeklamsia ini juga kami sediakan dalam bentuk dua format yaitu pdf dan doc, yang sanggup di download melalui link unduhan yang telah kami sematkan diakhir artikel ini.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <h3 style="text-align: justify;"> <b>Laporan Pendahuluan Preeklamsia</b></h3> <div style="text-align: justify;"> <b><br /></b></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Pengertian</b></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Pre eklampsia ialah sekumpulan tanda-tanda yang timbul pada perempuan hamil, bersalin dan nifas yang terdiri dari hipertensi, edema dan protein uria tetapi tidak menjukkan tanda-tanda kelainan vaskuler atau hipertensi sebelumnya, sedangkan gejalanya biasanya muncul sesudah kehamilan berumur 28 ahad atau lebih ( Rustam Muctar, 1998 ).</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Pre eklamsia ialah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan edema akhir kehamilan sesudah usia kehamilan 20 ahad atau segera sesudah persalinan.  ( Taufan, 2011).</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Pre eklamsi ialah suatu sindroma klinis dalam kehamilan viable ( usia kehamilan > 20 ahad dan / berat janin 500 gram ) yang ditandai dengan hipertensi, proteinuria dan edema. Gejala ini sanggup timbul sebelum kehamilan 20 ahad bila terjadi penyakit trofoblastik.  ( Taufan, 2011)</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Pre eklamsi ialah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, proteinuria dan edema yang timbul lantaran kehamilan. Penyakit ini umumnya terjadi dalam tri wulan ke 3 pada kehamilan, tetapi sanggup terjadi sebelumnya misalnyan mola hidatidosa. (Prawirohardjo, 2005).</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Klasifikasi</b></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Pre eklamsia Dibagi menjadi 2 golongan, yaitu sebagai berikut :</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 1. Preeklampsia Ringan, bila disertai keadaan sebagai berikut:</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih yang diukur pada posisi berbaring terlentang; atau kenaikan diastolik 15 mmHg atau lebih; atau kenaikan sistolik 30 mmHg atau lebih .Cara pengukuran sekurang-kurangnya pada 2 kali investigasi dengan jarak periksa 1 jam, sebaiknya 6 jam</li> <li style="text-align: justify;">Edema umum, kaki, jari tangan, dan muka, atau kenaikan berat 1 kg atau lebih per minggu.</li> <li style="text-align: justify;">Proteinuria kwantatif 0,3 gr atau lebih per liter; kwalitatif 1 + atau 2 + pada urin kateter.</li> </ul> <br /> <div style="text-align: justify;"> 2. Preeklampsia Berat, ditunjukan dengan tanda-tanda sebagai berikut :</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Tekanan darah 160/110 mmHg atau lebih.</li> <li style="text-align: justify;">Proteinuria 5 gr atau lebih per liter.</li> <li style="text-align: justify;">bila timbul komplikasi berat sebagai berikut :Oliguria, yaitu jumlah urin kurang dari 500 cc per 24 jam, Adanya gangguan serebral, gangguan visus, dan rasa nyeri pada epigastrium, Terdapat edema paru dan sianosis, Nyeri epigastrum, kuadran kanan atas abdomen, Gangguan fungsi hepar. (Icesmi dkk, 2013)</li> </ul> <br /> <div style="text-align: justify;"> <b>Etiologi</b></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Etiologi penyakit ini hingga dikala ini belum diketahui. Banyak teori – teori dikemukakan oleh para jago yang mencoba mengambarkan penyebabnya. Oleh lantaran itu disebut “penyakit teori” namun belum ada memperlihatkan balasan yang memuaskan. Di Indonesia, sesudah perdarahan dan bisul pre eklampsia masih merupakan alasannya ialah utama ajal ibu, dan alasannya ialah ajal perinatal yang tinggi. Oleh lantaran itu diagnosis dini preeklampsia yang merupakan tingkat pendahuluan eklampsia, serta penanganannya perlu segera dilaksanakan untuk menurunkan angka ajal ibu dan anak.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Penyebab preeklampsia hingga kini belum diketahui. Tetapi ada teori yang sanggup menjelaskan perihal penyebab preeklamsia, yaitu :</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Bertambahnya frekuensi pada primigraviditas, kehamilan ganda, hidramnion, dan mola hidatidosa.</li> <li style="text-align: justify;">Bertambahnya frekuensi yang makin tuanya kehamilan.</li> <li style="text-align: justify;">Dapat terjadinya perbaikan keadaan penderita dengan ajal janin dalam uterus.</li> <li style="text-align: justify;">Timbulnya hipertensi, edema, proteinuria, kejang dan koma.</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> Beberapa teori yang menyampaikan bahwa asumsi etiologi dari kelainan tersebut sehingga kelainan ini sering dikenal sebagai the diseases of theory. Adapun teori-teori tersebut antara lain :</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Peran Prostasiklin dan Tromboksan .</li> <li style="text-align: justify;">Peran faktor imunologis.</li> <li style="text-align: justify;">Beberapa studi juga mendapatkan adanya aktivasi system tambahan pada pre-eklampsi/eklampsia.</li> <li style="text-align: justify;">Peran faktor genetik</li> <li style="text-align: justify;">Terdapatnya kecenderungan meningkatnya frekuensi preeklampsi/ eklampsi pada bawah umur dari ibu yang menderita preeklampsi/eklampsi.</li> <li style="text-align: justify;">Kecenderungan meningkatnya frekuensi pre-eklampsi/eklampspia dan anak dan cucu ibu hamil dengan riwayat pre-eklampsi/eklampsia dan bukan pada ipar mereka.</li> </ul> <br /> <div style="text-align: justify;"> <b>Patofisiologi</b></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Pada preeklampsia terdapat penurunan  ajaran darah. Perubahan ini menyebabkan  prostaglandin plasenta menurun dan menimbulkan iskemia uterus. Keadaan iskemia pada uterus , merangsang pelepasan materi tropoblastik yaitu akhir hiperoksidase lemak dan pelepasan renin uterus. Bahan tropoblastik menimbulkan terjadinya endotheliosis menimbulkan pelepasan tromboplastin. Tromboplastin yang dilepaskan menimbulkan pelepasan tomboksan dan aktivasi / agregasi trombosit deposisi fibrin. Pelepasan tromboksan akan menimbulkan terjadinya vasospasme sedangkan aktivasi/ agregasi trombosit deposisi fibrin akan menimbulkan koagulasi intravaskular yang menimbulkan perfusi darah menurun dan konsumtif koagulapati. Konsumtif koagulapati menimbulkan trombosit dan faktor pembekuan darah menurun dan menimbulkan gangguan faal hemostasis.  Renin uterus yang di keluarkan akan mengalir bersama darah hingga organ hati dan bersama- sama angiotensinogen menjadi angiotensi I dan selanjutnya menjadi angiotensin II. Angiotensin II bersama tromboksan akan menimbulkan terjadinya vasospasme. Vasospasme menimbulkan lumen arteriol menyempit. Lumen arteriol yang menyempit menimbulkan lumen hanya sanggup dilewati oleh satu sel darah merah. Tekanan perifer akan meningkat semoga oksigen mencukupi kebutuhab sehingga menimbulkan terjadinya hipertensi. Selain menimbulkan vasospasme, angiotensin II akan merangsang glandula suprarenal untuk mengeluarkan aldosteron. Vasospasme bersama dengan koagulasi intravaskular akan  menimbulkan gangguan perfusi darah dan gangguan multi organ.</div> <div style="text-align: justify;">       </div> <div style="text-align: justify;"> Gangguan multiorgan terjadi pada organ- oragan tubuh diantaranya otak, darah, paru- paru, hati/ liver, renal dan plasenta. Pada otak akan sanggup menimbulkan terjadinya edema serebri dan selanjutnya terjadi peningkatan tekanan intrakranial. Tekanan intrakranial yang meningkat menimbulkan terjadinya gangguan perfusi serebral , nyeri dan terjadinya kejang sehingga menimbulkan diagnosa keperawatan risiko cedera. Pada darah akan terjadi enditheliosis menimbulkan sel darah merah dan pembuluh darah pecah. Pecahnya pembuluh darah akan menimbulkan terjadinya pendarahan,sedangkan sel darah merah yang pecah akan menimbulkan terjadinya anemia hemolitik. Pada paru- paru, LADEP akan meningkat menimbulkan terjadinya kongesti vena pulmonal, perpindahan cairan sehingga akan menimbulkan terjadinya oedema paru. Oedema paru akan menimbulkan terjadinya kerusakan pertukaran gas. Pada hati, vasokontriksi pembuluh darah menimbulkan akan menimbulkan gangguan kontraktilitas miokard sehingga menimbulkan payah jantung dan memunculkan diagnosa keperawatan penurunan curah jantung. Pada ginjal, akhir efek aldosteron, terjadi peningkatan reabsorpsi natrium dan menimbulkan retensi cairan dan sanggup menimbulkan terjadinya edema sehingga sanggup memunculkan diagnosa keperawatan kelebihan volume cairan. Selin itu, vasospasme arteriol pada ginjal akan meyebabkan penurunan GFR dan permeabilitas terrhadap protein akan meningkat. Penurunan GFR tidak diimbangi dengan peningkatan reabsorpsi oleh tubulus sehingga menimbulkan diuresis menurun sehingga menimbulkan terjadinya oligouri dan anuri. Oligouri atau anuri akan memunculkan diagnosa keperawatan gangguan eliminasi urin. Permeabilitas terhadap protein yang meningkat akan menimbulkan banyak protein akan lolos dari filtrasi glomerulus dan menyenabkan proteinuria. Pada mata, akan terjadi spasmus arteriola selanjutnya menimbulkan oedem diskus optikus dan retina. Keadaan ini sanggup menimbulkan terjadinya diplopia dan memunculkan diagnosa keperawatan risiko cedera. Pada plasenta penurunan perfusi akan menimbulkan hipoksia/anoksia sebagai pemicu timbulnya gangguan pertumbuhan plasenta sehinga sanggup berakibat terjadinyaIntra Uterin Growth Retardation serta memunculkan diagnosa keperawatan risiko gawat janin.</div> <div style="text-align: justify;">       </div> <div style="text-align: justify;"> Hipertensi akan merangsang medula oblongata dan sistem saraf parasimpatis akan meningkat. Peningkatan saraf simpatis mempengaruhi traktus gastrointestinal dan ekstrimitas. Pada traktus gastrointestinal sanggup menimbulkan terjadinya hipoksia duodenal dan penumpukan ion H menimbulkan HCl meningkat sehingga sanggup menimbulkan nyeri epigastrik. Selanjutnya akan terjadi akumulasi gas yang meningkat, merangsang mual dan timbulnya muntah sehingga muncul diagnosa keperawatan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. Pada ektrimitas sanggup terjadi metabolisme anaerob menimbulkan ATP diproduksi dalam jumlah yang sedikit yaitu 2 ATP dan pembentukan asam laktat. Terbentuknya asam laktat dan sedikitnya ATP yang diproduksi akan menimbulkan keadaan cepat lelah, lemah sehingga muncul diagnosa keperawatan intoleransi aktivitas. Keadaan hipertensi akan menimbulkan seseorang kurang terpajan informasi dan memunculkan diagnosa keperawatan kurang pengetahuan. </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <h3 style="text-align: justify;"> <b>Pathway Preeklamsia</b></h3> <div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"> <a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhUyPOg0WVlBzUQ-VJLssH4_08kcQJ1cE-Ok1v9Ky_GDYLNqmybDD9Zo9ROD6BPB_4uZmxW0GPW6b_217n_5D9iwi8crboA1VgQCRt6IMWn2qhQF8-yWU-kLDPNog4hCC9uQ5ak6bP2a0fP/s1600/Pathway+Pre+eklamsia.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="542" data-original-width="656" height="528" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhUyPOg0WVlBzUQ-VJLssH4_08kcQJ1cE-Ok1v9Ky_GDYLNqmybDD9Zo9ROD6BPB_4uZmxW0GPW6b_217n_5D9iwi8crboA1VgQCRt6IMWn2qhQF8-yWU-kLDPNog4hCC9uQ5ak6bP2a0fP/s640/Pathway+Pre+eklamsia.png" width="640" /></a></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Untuk mendownload pathway preeklamsia format doc, <span style="background-color: cyan;"><a href="https://drive.google.com/file/d/1WEBBYJD1hyMuv9WAMxpe9UK92HM_8gMM/view?usp=sharing" target="_blank">DISINI</a></span></b></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b><br /></b></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Tanda dan Gejala</b></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Diagnosis eklampsia ditegakkan menurut gejala-gejala preaklampsia disertai kejang atau koma, sedangkan bila terdapat tanda-tanda preeklampsia berat disertai salah satu gejalanya, yaitu sebagai berikut:</div> <ol> <li style="text-align: justify;">Nyeri kepala hebat pada penggalan depan atau belakang kepala yang diikuti dengan peningkatan tekanan darah yang abnormal. Sakit kepala tersebut terus menerus dan tidak berkurang dengan pemberian aspirin atau obat sakit kepala lain.</li> <li style="text-align: justify;">Gangguan penglihatan pasien akan melihat kilatan-kilatan cahaya, pandangan kabur, dan terkadang bisa terjadi kebutaan sementara.</li> <li style="text-align: justify;">Iritabel ibu merasa gelisah dan tidak bisa bertoleransi dengan bunyi berisik atau gangguan lainnya.</li> <li style="text-align: justify;">Nyeri perut pada penggalan ulu hati yang kadang disertai dengan muntah</li> <li style="text-align: justify;">Gangguan pernafasan hingga cyanosis.</li> <li style="text-align: justify;">Terjadi gangguan kesadaran</li> </ol> <br /> <div style="text-align: justify;"> <b>Pemeriksaan Penunjang</b></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 1. Pemeriksaan Laboratorium</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Pemeriksaan darah lengkap dengan hapusan darah</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Penurunan hemoglobin ( nilai rujukan atau kadar normal hemoglobin untuk perempuan hamil ialah 12-14 gr% )</li> <li style="text-align: justify;">Hematokrit meningkat ( nilai rujukan 37 – 43 vol% )</li> <li style="text-align: justify;">Trombosit menurun ( nilai rujukan 150 – 450 ribu/mm3)</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> Urinalisis</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Ditemukan protein dalam urine.</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> Pemeriksaan Fungsi hati</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Bilirubin meningkat ( N= < 1 mg/dl )</li> <li style="text-align: justify;">LDH ( laktat dehidrogenase ) meningkat</li> <li style="text-align: justify;">Aspartat aminomtransferase ( AST ) > 60 ul.</li> <li style="text-align: justify;">Serum Glutamat pirufat transaminase ( SGPT ) meningkat ( N= 15-45 u/ml )</li> <li style="text-align: justify;">Serum glutamat oxaloacetic trasaminase ( SGOT ) meningkat ( N= <31 u/l )</li> <li style="text-align: justify;">Total protein serum menurun ( N= 6,7-8,7 g/dl )</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> Tes kimia darah</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Asam urat meningkat ( N= 2,4-2,7 mg/dl )</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> 2. Radiologi</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Ultrasonografi</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Ditemukan retardasi pertumbuhan janin intra uterus. Pernafasan intrauterus lambat, acara janin lambat, dan volume cairan ketuban sedikit.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Kardiotografi</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Diketahui denyut jantung janin bayi lemah.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Komplikasi</b></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Tergantung pada derajat preeklampsi yang dialami. Namun yang termasuk komplikasi antara lain:</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 1. Pada Ibu</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Eklapmsia</li> <li style="text-align: justify;">Solusio plasenta</li> <li style="text-align: justify;">Pendarahan subkapsula hepar</li> <li style="text-align: justify;">Kelainan pembekuan darah ( DIC )</li> <li style="text-align: justify;">Sindrom HELPP ( hemolisis, elevated, liver,enzymes dan low platelet count )</li> <li style="text-align: justify;">Ablasio retina</li> <li style="text-align: justify;">Gagal jantung hingga syok dan kematian.</li> </ul> <br /> <div style="text-align: justify;"> 2. Pada Janin</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Terhambatnya pertumbuhan dalam uterus</li> <li style="text-align: justify;">Prematur</li> <li style="text-align: justify;">Asfiksia neonatorum</li> <li style="text-align: justify;">Kematian dalam uterus</li> <li style="text-align: justify;">Peningkatan angka ajal dan kesakitan perinatal</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Penatalaksanaan</b></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Penatalaksanaan Pre-Eklamsia</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 1. Penatalaksanaan Pre-Eklampsia Ringan</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Dapat dikatakan tidak memiliki risiko bagi ibu maupun janin</li> <li style="text-align: justify;">Tidak perlu segera diberikan obat antihipertensi atau obat lainnya, tidak perlu dirawat kecuali tekanan darah meningkat terus (batas kondusif 140-150/90-100 mmhg).</li> <li style="text-align: justify;">Istirahat yang cukup (berbaring / tiduran minimal 4 jam pada siang hari dan minimal 8 jam pada malam hari)</li> <li style="text-align: justify;">Pemberian luminal 1-2 x 30 mg/hari bila tidak bisa tidur</li> <li style="text-align: justify;">Pemberian asam asetilsalisilat (aspirin) 1 x 80 mg/hari.</li> <li style="text-align: justify;">Bila tekanan darah tidak turun, dianjurkan dirawat dan diberi obat antihipertensi : metildopa 3 x 125 mg/hari (max.1500 mg/hari), atau nifedipin 3-8 x 5-10 mg/hari, atau nifedipin retard 2-3 x 20 mg/hari, atau pindolol 1-3 x 5 mg/hari (max.30 mg/hari).</li> <li style="text-align: justify;">Diet rendah garam dan diuretik tidak perlu</li> <li style="text-align: justify;">Jika maturitas janin masih lama, lanjutkan kehamilan, periksa tiap 1 minggu</li> <li style="text-align: justify;">Indikasi rawat : jikalau ada perburukan, tekanan darah tidak turun sesudah 2 ahad rawat jalan, peningkatan berat tubuh melebihi 1 kg/minggu 2 kali berturut-turut, atau pasien memperlihatkan tanda-tanda pre-eklampsia berat. Berikan juga obat antihipertensi.</li> <li style="text-align: justify;">Jika dalam perawatan tidak ada perbaikan, tatalaksana sebagai pre-eklampsia berat. Jika perbaikan, lanjutkan rawat jalan.</li> <li style="text-align: justify;">Pengakhiran kehamilan : dinantikan hingga usia 40 minggu, kecuali ditemukan pertumbuhan janin terhambat, gawat janin, solusio plasenta, eklampsia, atau indikasi terminasi lainnya. Minimal usia 38 minggu, janin sudah dinyatakan matur.</li> <li style="text-align: justify;">Persalinan pada pre-eklampsia ringan sanggup dilakukan spontan, atau dengan pemberian ekstraksi untuk mempercepat kala II.</li> </ul> <br /> <div style="text-align: justify;"> 2. Penatalaksanaan Pre-Eklampsia Berat</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Dapat ditangani secara aktif atau konservatif.  Aktif berarti : kehamilan diakhiri / diterminasi bersama dengan pengobatan medisinal. Konservatif berarti : kehamilan dipertahankan bersama dengan pengobatan medisinal. Prinsip : Tetap PEMANTAUAN JANIN dengan klinis, USG, kardiotokografi !!!</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Konsep Asuhan Keperawatan</b></div> <div style="text-align: justify;"> <b><br /></b></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Pengkajian</b></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Data yang dikaji pada ibu dengan pre eklampsia ialah :</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 1. Data subyektif :</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Umur biasanya sering terjadi pada primi gravida , < 20 tahun atau > 35 tahun</li> <li style="text-align: justify;">Riwayat kesehatan ibu kini : terjadi peningkatan tensi, oedema, pusing, nyeri epigastrium, mual muntah, penglihatan kabur.</li> <li style="text-align: justify;">Riwayat kesehatan ibu sebelumnya : penyakit ginjal, anemia, vaskuler esensial, hipertensi kronik, DM.</li> <li style="text-align: justify;">Riwayat kehamilan : riwayat kehamilan ganda, mola hidatidosa, hidramnion serta riwayat kehamilan dengan pre eklamsia atau eklamsia sebelumnya</li> <li style="text-align: justify;">Pola nutrisi : jenis makanan yang dikonsumsi baik makanan pokok maupun selingan</li> <li style="text-align: justify;">Psiko sosial spiritual : Emosi yang tidak stabil sanggup menimbulkan kecemasan, oleh karenanya perlu kesiapan moril untuk menghadapi resikonya</li> </ul> <br /> <div style="text-align: justify;"> 2. Data Obyektif :</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Inspeksi : edema yang tidak hilang dalam kurun waktu 24 jam</li> <li style="text-align: justify;">Palpasi : untuk mengetahui TFU, letak janin, lokasi edema</li> <li style="text-align: justify;">Auskultasi : mendengarkan DJJ untuk mengetahui adanya fetal distress</li> <li style="text-align: justify;">Perkusi : untuk mengetahui refleks patella sebagai syarat pemberian SM ( jikalau refleks + )</li> <li style="text-align: justify;">Pemeriksaan penunjang : Tanda vital yang diukur dalam posisi terbaring atau tidur, diukur 2 kali dengan interval 6 jam, Laboratorium : protein uri dengan kateter atau midstream ( biasanya meningkat hingga 0,3 gr/lt atau +1 hingga +2 pada skala kualitatif ), kadar hematokrit menurun, BJ urine meningkat, serum kreatini meningkat, uric acid biasanya > 7 mg/100 ml, Berat tubuh : peningkatannya lebih dari 1 kg/minggu, Tingkat kesadaran ; penurunan GCS sebagai tanda adanya kelainan pada otak, USG ; untuk mengetahui keadaan janin, NST : untuk mengetahui kesejahteraan janin</li> </ul> <br /> <div style="text-align: justify;"> <b>Diagnosa Keperawatan</b></div> <ol> <li style="text-align: justify;">Resiko tinggi terjadinya kejang pada ibu berafiliasi dengan penurunan fungsi organ ( vasospasme  dan peningkatan tekanan darah ).</li> <li style="text-align: justify;">Resiko tinggi terjadinya foetal distress pada janin berafiliasi dengan perubahan pada plasenta.</li> <li style="text-align: justify;">Gangguan rasa nyaman ( nyeri ) berafiliasi dengan kontraksi uterus dan pembukaan jalan lahir.</li> <li style="text-align: justify;">Gangguan psikologis ( cemas ) berafiliasi dengan koping yang tidak efektif terhadap proses persalinan</li> </ol> <br /> <div style="text-align: justify;"> <b>Intervensi / Rencana Keperawatan</b></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Diagnosa keperawatan I : </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Resiko tinggi terjadinya kejang pada ibu berafiliasi dengan penurunan fungsi organ (vasospasme dan peningkatan tekanan darah).</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Tujuan : </div> <ul> <li style="text-align: justify;">Setelah dilakukan tindakan perawatan tidak terjadi kejang pada ibu</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> Kriteria Hasil :</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Kesadaran : compos mentis, GCS : 15 ( 4-5-6 )</li> <li style="text-align: justify;">Tanda-tanda vital normal</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> Intervensi :</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Monitor tekanan darah tiap 4 jam. R/. Tekanan diastole > 110 mmHg dan sistole 160 atau lebih merupkan indikasi dari PIH.</li> <li style="text-align: justify;">Catat tingkat kesadaran pasien. R/. Penurunan kesadaran sebagai indikasi penurunan ajaran darah otak.</li> <li style="text-align: justify;">Kaji adanya tanda-tanda eklampsia ( hiperaktif, reflek patella dalam, penurunan nadi,dan respirasi, nyeri epigastrium dan oliguria ). R/. Gejala tersebut merupakan manifestasi dari perubahan pada  otak, ginjal, jantung dan paru yang mendahului status kejang.</li> <li style="text-align: justify;">Monitor adanya tanda-tanda dan tanda-tanda persalinan atau adanya kontraksi uterus. R/. Kejang akan meningkatkan kepekaan uterus yang akan memungkinkan terjadinya persalinan</li> <li style="text-align: justify;">Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian anti hipertensi dan SM. R/. Anti hipertensi untuk menurunkan tekanan darah dan SM untuk mencegah terjadinya kejang </li> </ul> <br /> <div style="text-align: justify;"> Diagnosa keperawatan II :</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Resiko tinggi terjadinya foetal distress pada janin berafiliasi dengan perubahan pada plasenta</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Tujuan : </div> <ul> <li style="text-align: justify;">Setelah dilakukan tindakan perawatan tidak terjadi foetal distress pada janin</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> Kriteria Hasil :</div> <ul> <li style="text-align: justify;">DJJ ( + ) : 12-12-12</li> <li style="text-align: justify;">Hasil NST : Normal</li> <li style="text-align: justify;">Hasil USG ; Normal</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> Intervensi :</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Monitor DJJ sesuai indikasi. R/. Peningkatan DJJ sebagai indikasi terjadinya hipoxia, prematur dan solusio plasenta.</li> <li style="text-align: justify;">Kaji perihal pertumbuhan janin. R/. Penurunan fungsi plasenta mungkin diakibatkan lantaran hipertensi sehingga timbul IUGR.</li> <li style="text-align: justify;">Jelaskan adanya tanda-tanda solutio plasenta ( nyeri perut,  perdarahan, rahim tegang, aktifitas janin turun ). R/. Ibu sanggup mengetahui tanda dan tanda-tanda solutio plasenta dan tahu akhir hipoxia bagi janin.</li> <li style="text-align: justify;">Kaji respon janin pada ibu yang diberi SM. R/. Reaksi terapi sanggup menurunkan pernafasan janin dan fungsi jantung serta aktifitas janin</li> <li style="text-align: justify;">Kolaborasi dengan medis dalam investigasi USG dan NST. R/. USG dan NST untuk mengetahui keadaan/kesejahteraan janin</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Diagnosa keperawatan III :</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Gangguan rasa nyaman ( nyeri ) berafiliasi dengan kontraksi uterus dan pembukaan jalan lahir</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Tujuan :</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Setelah dilakukan tindakan perawatan ibu mengerti penyebab nyeri dan sanggup mengantisipasi rasa nyerinya</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> Kriteria Hasil :</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Ibu mengerti penyebab nyerinya</li> <li style="text-align: justify;">Ibu bisa menyesuaikan diri terhadap nyerinya</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> Intervensi :</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Kaji tingkat intensitas nyeri pasien. R/. Ambang nyeri setiap orang berbeda ,dengan demikian akan sanggup memilih tindakan perawatan yang sesuai dengan respon pasien terhadap nyerinya</li> <li style="text-align: justify;">Jelaskan penyebab nyerinya. R/. Ibu sanggup memahami penyebab nyerinya sehingga bisa kooperatif.</li> <li style="text-align: justify;">Ajarkan ibu mengantisipasi nyeri dengan nafas dalam bila HIS timbul. R/. Dengan nafas dalam otot-otot sanggup berelaksasi , terjadi vasodilatasi pembuluh darah, expansi paru optimal sehingga kebutuhan 02 pada jaringan terpenuhi</li> <li style="text-align: justify;">Bantu ibu dengan mengusap/massage pada penggalan yang nyeri</li> <li style="text-align: justify;">R/. untuk mengalihkan perhatian pasien</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Diagnosa keperawatan IV :</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Gangguan psikologis ( cemas ) berafiliasi dengan koping yang tidak efektif terhadap proses persalinan</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Tujuan :</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Setelah dilakukan tindakan perawatan kecemasan ibu berkurang atau hilang</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> Kriteria Hasil :</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Ibu tampak tenang</li> <li style="text-align: justify;">Ibu kooperatif terhadap tindakan perawatan</li> <li style="text-align: justify;">Ibu sanggup mendapatkan kondisi yang dialami sekarang</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> Intervensi :</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Kaji tingkat kecemasan ibu. R/. Tingkat kecemasan ringan dan sedang bisa ditoleransi dengan pemberian pengertian sedangkan yang berat diharapkan tindakan medikamentosa.</li> <li style="text-align: justify;">Jelaskan prosedur proses persalinan. R/. Pengetahuan terhadap proses persalinan diharapkan sanggup mengurangi emosional ibu yang maladaptif.</li> <li style="text-align: justify;">gali dan tingkatkan prosedur koping ibu yang efektif. R/. Kecemasan akan sanggup teratasi jikalau prosedur koping yang dimiliki ibu efektif.</li> <li style="text-align: justify;">Beri support system pada ibu. R/. ibu sanggup memiliki motivasi untuk menghadapi keadaan yang kini secara nrimo asehingga sanggup membawa ketenangan hati </li> </ul> <br /> <div style="text-align: justify;"> <b>Implementasi</b></div> <ul> <li style="text-align: justify;">Pelaksanaan diubahsuaikan dengan intervensi yang telah ditentukan.</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Evaluasi</b></div> <ul> <li style="text-align: justify;">Evaluasi diubahsuaikan dengan criteria hasil yang telah ditentukan.</li> </ul> <br /> <div style="text-align: justify;"> <b>Daftar Pustaka</b></div> <ul> <li style="text-align: justify;">Yasmin Asih, (1995) Dasar-Dasar Keperawatan maternitas, Penerbit EGC , Jakarta</li> <li style="text-align: justify;">JNPKKR – POGI (2000), Pelayanan Kesehatan maternal dan Neonatal, Yayasan Bina Pustaka, Jakarta</li> <li style="text-align: justify;">Taber Ben-Zion, MD (1994) Kapita Selekta : Kedaruratan Obstetri dan Ginekologi, Penerbit EGC, Jakarta</li> <li style="text-align: justify;">Icesmi dkk, 2013.</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> Untuk mendownload laporan pendahuluan preeklamsia pdf dan doc, dibawah :</div> <div> <ul> <li style="text-align: justify;"><b><span style="background-color: cyan;">Laporan pendahuluan preeklamsia pdf</span>, <i><a href="https://drive.google.com/file/d/1d5QWcDsEdEo7Lmvw782dYjs-fC1hBVqs/view?usp=sharing" target="_blank">(Ambil File)</a></i></b></li> <li style="text-align: justify;"><b><span style="background-color: lime;">Laporan pendahuluan preeklamsia doc</span>, <i><a href="https://drive.google.com/file/d/1naBro6_V99PLrcYBSz6TMlEq8ByU3Ei2/view?usp=sharing" target="_blank">(Ambil File)</a></i></b></li> </ul> <div style="text-align: justify;"> Link Alternatif</div> </div> <div> <ul> <li style="text-align: justify;"><b><a href="https://drive.google.com/file/d/1d5QWcDsEdEo7Lmvw782dYjs-fC1hBVqs/view?usp=sharing" target="_blank">Alternatif LP preeklamsia pdf 1</a></b></li> <li style="text-align: justify;"><b><a href="https://drive.google.com/file/d/1naBro6_V99PLrcYBSz6TMlEq8ByU3Ei2/view?usp=sharing" target="_blank">Alternatif LP preeklamsia doc 1</a></b></li> </ul> <ul> <li style="text-align: justify;"><b><a href="https://drive.google.com/file/d/1d5QWcDsEdEo7Lmvw782dYjs-fC1hBVqs/view?usp=sharing" target="_blank">Alternatif LP preeklamsia pdf 2</a></b></li> <li style="text-align: justify;"><b><a href="https://drive.google.com/file/d/1naBro6_V99PLrcYBSz6TMlEq8ByU3Ei2/view?usp=sharing" target="_blank">Alternatif LP preeklamsia doc 2</a></b></li> </ul> <div style="text-align: justify;"> Demikian Laporan pendahuluan / LP preeklamsia pdf dan doc kami bagikan, semoga bisa membantu teman-teman perawat sekalian dalam pembuatan kiprah keperawatan. terima kasih.</div> </div>

Laporan Pendahuluan / Lp Preeklamsia Pdf Dan Doc

Kami bagikan laporan pendahuluan preeklamsia pdf dan doc. Pada kesempatan kali ini kembali kami bagikan kiprah keperawatan atau kebidan...

+ Baca selengkapnya »