Merupakan Kebahagaiaan tersendiri hingga ketika ini bangsal sehat masih sanggup menyediakan materi - materi dan banyak sekali macam LP juga askep. 

Kali ini kami bagikan laporan pendahuluan / LP hiperemesis gravidarum yaitu sebuah tinjauan teori hingga konsep asuhan keperawatan perihal suatu keadaan mual dan muntah yang berlebih sehingga sangat mengganggu pada ibu hamil.

Laporan pendahuluan / LP hiperemesis gravidarum ini telah kami susun dengan lengkap dengan tujuan mempermudah teman-teman perawat ataupun bidan dalam pembuatan kiprah baik itu askep, makalah ataupun LP yang berafiliasi dengan hiperemesis gravida.

Untuk mendownload laporan pendahuluan / LP hiperemesis gravidarum pdf dan doc, telah kami sediakan link unduhan diakhir postingan ini.

Laporan Pendahuluan Hiperemesis Gravidarum


Definisi
   
Hiperemesis gravidarum yaitu tanda-tanda yang masuk akal dan sering kedapatan pada kehamilan trimester I. Mual biasanya terjadi pada pagi hari, tetapi sanggup pula timbul setiap ketika dan malam hari. Gejala-gejala ini kurang lebih terjadi 6 ahad sesudah hari pertama haid terakhir dan berlangsung selama kurang lebih 10 minggu.(Wikinjosastro Hanifah, 2002)
   
Hiperemesis gravidarum yaitu mual dan muntah yang hiperbola pada perempuan hamil hingga menggangu pekerjaan sehari-hari lantaran keadaan umumnya menjadi jelek lantaran dehidrasi. (Rustam Mochtar,1998)
   
Mual (nausea) dan muntah(emesis gravidarum) yaitu tanda-tanda yang masuk akal dan sering kedapatan pada trisemester I.Nausea dan muntah terjadi pada 60% hingga 80% perempuan hamil.Perasaan mual ini disebabkan oleh lantaran meningkatnya kadar hormone estrogen dan HCG dalam serum.Pengaruh fisiologik kenaikan hormone ini belum jelas, mungkin lantaran system saraf pusat atau pengosongan lambung yang kurang.Pada umumnya perempuan sanggup menyesuaikan dengan keadaan ini,meskipun demikian tanda-tanda mual dan muntah yang berat sanggup berlangsung hingga 4 bulan.Pekerjaan sehari-hari menjadi terganggu dan keadaan umumnya menjadi buruk.Keadaan inilah yang disebut hiperemesis gravidarum.1 hingga 200 atau 1 hingga 300 membutuhkan terapi hidrasi parental.
   

Anatomi fisiologi
   
a. Anatomi

1. Alat kelamin luar (genetalia eksterna) 
  •  Monsveneris
Bagian yang menonjol mencakup kepingan simfisis yang terdiri dari jaringan lemak, kawasan ini ditutupi bulu pada masa pubertas.
  • Vulva
Adalah tempat bermuara sistem urogenital. Di sebelah luar vulva dilingkari oleh labio mayora (bibir besar) yang ke belakang, menjadi satu dan membentuk kommisura posterior dan perineam. Di bawah kulitnya terdapat jaringan lemak ibarat yang ada di mons veneris.
  • Labio mayora
Labio mayora (bibir besar) yaitu dua lipatan besar yang membatasi vulva, terdiri atas kulit, jaringan ikat, lemak dan kelenjar sebasca. Saat pubertas tumbuh rambut di mons veneris dan pada sisi lateral.
  • Labio minora
Labio minora (bibir kecil) yaitu dua lipatan kecil diantara labio mayora, dengan banyak kelenjar sebasea. Celah diantara labio minora yaitu vestibulum.
  • Vestibulum
Vestibulum merupakan rongga yang berada diantara bibir kecil (labio minora), maka belakang dibatasi oleh klitoris dan perineum, dalam vestibulum terdapat muara-muara dari liang senggama (introetus vagina uretra), kelenjar bartholimi dan kelenjar skene kiri dan kanan.
  •  Himen (selaput dara)
Lapisan tipis yang menutupi sebagian besar dan liang senggama ditengahnya berlubang supaya kotoran menstruasi sanggup mengalir keluar, letaknya lisan vagina pada kepingan ini, bentuknya berbeda-beda ada yang ibarat bulan sabit, konsistensi ada yang kaku dan yang lunak, lubangnya ada yang seujung jari, ada yang sanggup dilalui satu jari.
  • Perineum
Terbentuk dari korpus perineum, titik temu otot-otot dasar panggul yang ditutupi oleh kulit perineum.

2. Alat kelamin dalam (genetalia interna)
  • Vagina
Tabung, yang dilapisi membran dari jenis jenis epitelium bergaris, khusus dialiri banyak pembuluh darah dan serabut saraf. Panjangnya dari vestibulum hingga uterus 7½ cm. Merupakan penghubung antara introitus vagina dan uterus. Dinding depan liang senggama (vagina) 9 cm, lebih pendek dari dinding belakang. Pada puncak vagina sebelah dalam berlipat-lipat disebut rugae.
  • Uterus
Organ yang tebal, berotot berbentuk buah Pir, terletak di dalam pelvis antara rectum di belakang dan kandung kemih di depan, ototnya disebut miometrium. Uterus terapung di dalam pelvis dengan jaringan ikat dan ligament. Panjang uterus 7½ cm, lebar ? 5 cm, tebal ? 2 cm. Berat 50 gr, dan berat 30-60 gr. Uterus terdiri dari :
  • Fundus uteri (dasar rahim)
Bagian uterus yang terletak antara pangkal saluran telur. Pada investigasi kehamilan, perabaan fundus uteri sanggup memperkirakan usia kehamilan.
  •  Korpus uteri
Bagian uterus yang terbesar pada kehamilan, bgian ini berfungsi sebagai tempat janin berkembang. Rongga yang terdapat pada korpus uteri disebut kavum uteri atau rongga rahim.
  • Servix uteri
Ujung servix yang menuju puncak vagina disebut porsio, hubungan antara kavum uteri dan kanalis servikalis disebut ostium uteri internum.
   
Lapisan-lapisan uterus, mencakup :
  1.  Endometrium
  2. Myometrium
  3. Parametrium
  • Ovarium
Merupakan kelenjar berbentuk kenari, terletak kiri dan kanan uterus dibawah tuba uterine dan terikat di sebelah belakang oleh ligamentum latum uterus.
  • Tuba Fallopi
Tuba fallopi dilapisi oleh epitel bersilia yang tersusun dalam banyak lipatan sehingga memperlambat perjalanan ovum ke dalam uterus. Sebagian sel tuba mensekresikan cairan serosa yang memperlihatkan nutrisi pada ovum. Tuba fallopi disebut juga saluran telur terdapat 2 saluran telur kiri dan kanan. Panjang kira-kira 12 cm tetapi tidak berjalan lurus. Terus pada ujung-ujungnya terdapat fimbria, untuk memeluk ovum ketika ovulasi semoga masuk ke dalam tuba (Tambayong, 2002).

   
Etiologi
   
Penyebab hiperemesis grafidarum belum diketahui secara pasti. Tidak ada bukti bahwa penyakit ini disebabkan lantaran toksik,juga tidak ditemukan kelainan secara kimia. Perubahan-perubahan anatomik pada otak, jantung, hati dan sumsum saraf, disebabkan oleh kekurangan vitaminserta zat-zat lainakibat inanisi.

Beberapa faktor predisposisidan faktor lain yang telah ditemukanoleh beberapa penulis sebagai berikut:
  1. Faktor predisposisi yang sering dikemukakan yaitu primigrafida, mola hidatidosa dan kehamilan ganda. Frekuensi yang tinggi pada mola hidatidosa dan kehamilan ganda menimbulkan dugaan bahwa fakor hormon memegang peranan, lantaran pada kedua keadaan tersebut hormon khorionik gonadotropin dibuat berlebihan.
  2. Masuknya vili korialis dalam sirkulasi maternal dan perubahan metabolik akhir hamil serta resistensi yang menurun dari pihak ibu terhadap perubahan ini merupakan faktor organik.
  3. Alergi. Sebagai salah satu respon dari jaringan ibu terhadap anak, juga disebut sebagai salah satu faktor organik.
  4. faktor psikologik memegang peranan yang penting pada penyakit ini, rumah tangga yang retak, kehilangan pekerjaan, takut terhadap kehamilan dan persalinan, takut terhadap tanggung jawab sebagai ibu, sanggup menimbulkan konflik mental yang sanggup memperberat mual dan muntah sebagai ekspresi tidak sadar terhadap keengganan menjadi hamil atau sebagai pelarian kesukaran hidup.
  5. zat Fe: imbas samping Fe sanggup menimbulkan mual atau muntah. (Wikinjosastro Hanifah, 2002)

Patologi
   
Pada otopsi perempuan meninggal lantaran hiperemesis Gravidarum diperoleh keterangan bahwa terjadinya kelainan pada organ-organ tubuh yaitu sebagai berikut :
  • Heper : pada tingkat ringan hanya ditemukan degenerasi lemak sentrilobuler tanpa nekrosis.
  • Jantung : jantung atrofi,  menjadi lebih kecil dari biasa. Kadang kala dijumpai perdarahan sub-endokardial.
  • Otak : terdapat bercak-bercak perdarahan pada otak dan kelainan ibarat pada ensepalopati wirnicke.
  • Ginjal : ginjal tampak pucatdan degenerasi lem sanggup ditemukan pada tubuli kontorti. 
   
Patofisiologi
   
Perasaan mual yaitu akhir dari meningkatnya kadar estrogrn, yang terjadi pada trimester pertama.hormon estrogen ini tidak jelas, mungkin berasal mungkin berasaldari sistm saraf  pusat atau akhir berkurangnya pengosongan lambung. 
   
Hiperemesis gravidarum yang merupakan komplikasi mual dan muntah pad hamil muda, bila terjadi terus menerus sanggup menimbulkan kekurangan cairan tubuh dan tidak imbangnya elektrolit dengan alkalosis hipokloremik.wanita yang sebelum kehamilan sudah menderita lambung spastik dengan tanda-tanda tak suka maka dan mual, akan mengalami emesis gravidarum yang lebih berat.
   
Hiepremesis gravidarum ini sanggup menimbulkan sanggup menimbulkan cadangan karbohidrat karbohidrat dan lemak habis terpakai untuk keperluan energi.Karena oksidasi lemak yang tak sempurna, terjadilah ketosis dengan tertimbunnya asam aseton-asetik, asam hidrosi butirik dan aseton dalam darah.Kekurangan cairan yang diminum dan kehilangan cairan lantaran muntah menimbulkan dehidrasi,sehingga cairan ekstraseluler dan plasma berkurang.Natrium dan khorida darah turun, demikian pula khorida air kemih.Selain itu kekurangan cairan tubuh menimbulkan hemokonsentrasi, sehingga aliran darah ke jaringan berkurang.Hal ini menimbulkan jumah zat kuliner dan oksigen ke jaringan mengurang pula dan tertimbunnya zat metabolic yang toksik.Kekurangan kalium sebagai akhir dari muntah dan bertambahnya ekresi lewat ginjal, menambah frekuensi muntah-muntah yang lebih banyak,dapat merusak hati dan terjadinya bundar setan yang sulit dipatahkan.Disamping kekurangan cairan tubuh dan terganggunya keseimbangan elektrolit, sanggup terjadi robekan pada selaput lender esophagus dan lambung(sindrom Mallory-Weiss)dengan akhir perdarahan  GI.Pada umumnya robekan ini ringan dan perdarahan sanggup berhenti sendiri.Jarang hingga diharapkan transfuse atau tindakan operatif. 

Pathway Hiperemis gravidarum
Untuk mendownload Pathway hiperemesis gravidarum doc, DISINI


Manifestasi Klinis
   
Batas terperinci antara mual yang masih fisiologik dalam kehamilan dengan hiperemesis gravidarum tidak ada; tetapi bila keadaan umum penderita terpengaruh, sebaiknya ini dianggap sebagai hiperemesis gravidarum. Hiperemesis gravidarum, berdasarkan berat ringannya tanda-tanda sanggup dibagi dalam 3 tingkat:

Tingkatan I:
  • Muntah terus menerus yang menghipnotis keadaan umum penderita
  • Ibu merasa lemah, 
  • Nafsu makan tidak ada,
  • Berat tubuh menurun dan
  • Merasa nyeri pada epigastrium
  • Nadi meningkat sekitar 100 permenit, 
  • Tekanan darah sistolik menurun, 
  • Turgor kulit mengurang, 
  • Lidah mengering 
  • Mata cekung.
Tingkatan II
  • Penderita tampak lebih lemah dan apatis, 
  • Turgor kulit lebih mengurang,
  • Lidah mengering dan tampak kotor,
  • Nadi kecil dan cepat,
  • Suhu kadang-kadang naik 
  • Mata sedikit ikterus. 
  • Berat tubuh turun 
  • Mata menjadi cekung, 
  • Tensi turun, 
  • Hemokonsentrasi, 
  • Oliguria 
  • Konstipasi. 
  • Aseton sanggup tercium dalam hawa pernapasan lantaran memiliki aroma yang khas dan sanggup pula ditemukan dalam  kencing.
Tingkatan III:  
  • Keadaan umum lebih parah , muntah berhenti,
  • Kesadaran menurun dari somnolen hingga koma, 
  • Nadi kecil dan cepat; 
  • Suhu meningkat
  • Tensi menurun. 
  • Komplikasi terjadi pada susunan saraf yang dikenal sebagai ensefalopati. Wernicke, dengan gejala: nistagmus, diplopia dan perubahan mental. Keadaan ini yaitu akhir kekurangan zat makanan, termasuk vitamin B kompleks. Timbulnya ikterus memperlihatkan adanya payah hati. (Wikinjosastro Hanifah, 2002)

Pengeluaran Cairan Tubuh Harian
   
Pengeluaran cairan yang tidak dirasakan (insensible fluid loss). Variasi asupan cairan harus hati-hati diadaptasi dengan pengeluaran cairan harian. Beberapa pengeluaran cairan tidak sanggup diatur dengan tepat. Sebagai contoh, ada pengeluaran cairan yang berlangsung terus menerus melalui evaporasi dari traktus respiratorius dan difusi melalui kulit, yang keduanya mengeluarkan cairan sekitar 700 ml/hari pada keadaan normal. Hal ini lah yang disebut insibie water loss lantaran kita tidak menyadarinya, walupun terjadi terus menerus pada mahluk hidup.
   
Asupan dan pengeluaran cairan harian (dalam ml/hari)

 Jenis
Normal
Asupan
Cairan dari makanan
Dari metabolisme
Asupan total

2100
200
2300
Keluaran
Insensible kulit
Insensible paru
Keringat
Feses
Urin

350
350
100
100
1400
Total pengeluaran
2300

  • Kehilangan cairan lewat keringat.
Jumlah cairan yang hilang melalui keringat sangat bervariasi, bergantung pada acara fisik dan suhu lingkungan. Volume keringat normal hanya sekitar 100 ml/hari, tapi pada keadaan cuaca panas ataupun latihan berat, kehilangan cairan kadang-kadang meningkat hingga 1-2 L/jam. Hal ini akan dengan cepat mengurangi volume cairan tubuh kalau asupan tidak ditingkatkan.
  • Kehilangan cairan lewat feses.
Hanya sejumlah kecil cairan yang dikeluarkan melalui feses (100 ml/hari). Jumlah ini sanggup meningkat hingga beberapa liter sehari pada penderita diare.
  • Kehilangan cairan lewat ginjal. 
Kehilangan cairan tubuh lainnya yaitu dalam urin yang diekskresikan lewat ginjal. Ada prosedur multiple yang mengendalikan kecepatan ekskresi urin. Cara paling penting yang dilakukan oleh tubuh dalam mempertahankan keseimbangan asupan dan keluaran cairan ibarat juga keseimbangan antara asupan dan keluaran hamper semua elektrolit dalam tubuh ialah dengan mengendalikan kecepatan ginjal dalam mengekskresikan zat-zat ini.


Pemeriksaan Penunjang
  1. USG (dengan memakai waktu yang tepat) 
  2. Pemeriksaan darah lengkap
  3. Kadar gula darah
  4. Analisis gas darah
  5. Urinalisis : kultur, mendeteksi bakteri, BUN (Blood Urea Nitrogen)
  6. Pemeriksaan fungsi hepar: AST, ALT dan kadar LDH (Hazlynpotc, 2013).

Penatalaksanaan

1. Pencegahan dengan memperlihatkan informasi dan edukesi perihal kehamilan kepada ibu-ibu dengan maksud menghilangkan factor psikis, rasa takut juga perihal diet ibu hamil, makan jangan sekaligus banyak, tetapi dalam porsi sedikit-sedikit namun sering, jangan tiba-tiba berdiri waktu berdiri pagi,karena akan terasa goyang, mual/ muntah. Defekasi hendaknya diusahakan teratur.

2. Terapi obat memakai sedative (luminal, stesolid); vitamin (B1 dan B2) anti muntah (mediamer B6, drammamin, avomin, torecan), antasida dan anti mulas.

Farmakologi:

Factor pemberian:
  • B1: mempertahankan kesehatan syaraf, jantung, otot dan jaringan GI, meningkatkan pertumbukan dan perbaikan sel.
  • B6:membantu dalam sintesa lemak, dalam pembentukan sel darah merah.
  • B12:mengatur sintesa SDM dan mengatur perkembangan sel-sel saraf fetus.
3. hiperemesis gravidarum tingkat I dan III haris rawat inap di RS.
  • Kadang-kadang pada beberapa wanita, hanya tidur di RS saja telah banyak mengurangi mual muntahnya.
  • Isolasi: jangan terlalu banyak tamu, kalau perlu hanya perawat dan dokter saja yang boleh masuk, adakala hal ini saja tanpa pengobatan khusus telah mengurangi mual muntah.
  • Terapi psikologik: berikan pengertian bahwa kehamilan yaitu suatu hal tang wajar, normal dan fisiologis, jadi tidak perlu takut dan khawatir, cari dan coba hilangkan faktor psikologis ibarat keadaan sosial ekonomi dan pekerjaan serta lingkungan.
  • Penambahan cairan.Berikan infuse dekstrosa atau glukosa 5% sebanyak 2-3 liter dalam 24 jam.
  • Berikan obat-obatan ibarat telah dikemukakan diatas
  • Pada beberapa kasus dan bila terapi tidak sanggup dengan cepat memperbaiki keadaan umum penderita, sanggup dipertimbangkan suatu aboertus buatan.

Komplikasi
   
Komplikasi fatal terjadi pada susunan saraf yang dikenal sebagai esenfalopati warnickle dan tanda-tanda nistagmus diplopia dan perubahan mental. Keadaan ini yaitu akhir sangat kekurangan zat makanan, termasuk vitamin B kompleks. Timbulnya ikterus memperlihatkan adanya payah hati.
   
Secara umum komplikasi hyperemesis gravidarum sebagai berikut
  • Dehidrasi berat
  • Takikardi
  • Ensefalopati Wernicke dengan tanda-tanda nistagmus
  • diplopia dan perubahan mental
  • Alkalosis
  • Ikterik
  • payah hati dengan tanda-tanda timbulnya ikterus (Arif, 2000).

Konsep Asuhan Keperawatan

Pengkajian

Pengkajian merupakan dasar utama dari proses keperawatan, pengumpulan data yang akurat dan sistematis akan membantu pemantauan status kesehatan dan pola pertahanan pasien, mengidentifikasi kekuatan pasien serta merumuskan diagnosa keperawatan (Mocthar, 2006)

a. Data dasar pengkajian
  1. Aktifitas istirahat; tekanan darah sistol menurun, denyut nadi meningkat (>100 kali per menit)
  2. Integritas ego; konflik interpersonal keluarga, kesulitan ekonomi, perubahan persepsi perihal kondisinya, kehamilan tak direncanakan.
  3. Eliminasi; perubahan pada konsistensi, defekasi, peningkatan frekuensi berkemih Urinalis ;peningkatan konsistensi urine.
  4. Makanan/cairan; mual dan muntah yang hiperbola (4-8 minggu), nyeri epigastrium, pengurangan berat tubuh (5-10 kg), membrane mukosa lisan iritasi dan merah, Hb dan Ht rendah, nafas berbau aseton, turgor kulit berkurang, mata cekung dan pengecap kering.
  5. Pernafasan; frekuensi pernapasan meningkat.
  6. Keamanan; suhu kadang naik, tubuh lemah, ikterus, dan sanggup jatuh dalam koma
  7. Seksualitas; penghentian menstruasi, bila keadaan ibu membahayakan maka dilakukan abortus terapeutik.
  8. Interaksi sosial; perubahan status kesehatan/stressor kehamilan, perubahan peran, respon anggota keluarga yang sanggup bervariasi terhadap hospotalisasi dan sakit, system pendukung yang kurang.
  9. Pembelajaran dan penyuluhan; segala yang dimakan dan diminum dimuntahkan, apalagi kalau berlangsung lama, berat tubuh turun lebih dari 1/10 dari berat badab normal, turgor kulit, pengecap kering, adanya aseton dalam urine.

Diagnosa Keperawatan
  1. gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh berafiliasi dengan mual dan muntah
  2. penurunan COP berafiliasi dengan penurunan kontriktilitas jantung.
  3. gangguan perpusi jaringan berafiliasi dengan penurunan perfusi jaringan.
  4. gangguan pola nafas tidak efektif berafiliasi dengan adanya edema pada paru.
  5. hipotermi berafiliasi adanya dehidrasi.

Rencana Asuhan Keperawatan

Untuk intervensi hiperemesis gravidarum lengkap dengan rasional dalam bentuk tabel, DISINI

Diagnosa Keperawatan. 1. 

Ganguan keseimbangan cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh berafiliasi dengan mual/ muntah.

Data obyektif: 
  • HT menurun
  • Konjungtiva pucat
  • TD menurun, suhu meningkat, nadi meningkat, RR meningkat.
  • Mata cekumg.
  • Turgor kulit: tidak elastis.
  • Mukosa lisan kering.
  • Oliguri
  • BUN meningkat
Data subjektif:
  • Haus/ dehidrasi
Tujuan: keseimbangan cairan dan elektrolit sesuai dengan kebutuhan tubuh.

Kriteria hasil:
  • Turgor kulit kembali normal sanggup balik kembali dalam dan delik
  • Haluaran urin normal 3-5 ml/ jam.
  • Mukosa mulut: lembab.
  • Turgor kulit: elastis.
  • BUN normal (of= 10-25 mg/ 100 ml; of= 8-20 mg/ 100 ml)
  • TTV: TD: N (120/ 180 mmHg), T º: 36-37,5 ºC, RR: 16-20 x/ mnt, N: 80-100 x/ mnt, HT: N 37-47 
Intervensi 
  • Kaji suhu dan turgor kulit, membrane mukosa, tekanan darah, suhu, masukan/ haluaran dan berat jenis urin. Timbang berat tubuh klien dengan standar.
  • Anjurkan peningkatan masukan minuman berkarbonat, makan 6 kali sehari dengan jumlah yang sedikit dan kuliner tinggi KH (mis: pop corn, roti kering sebelum berdiri tidur).
  • Tentukan adanya/ frekuensi mual hiperbola atau menetap muntah.
  • Kaji hal-hal yang meningkatkan mual dan muntah. Misalnya bau-bauan yang terlalu, kuliner yang terlalu asin atau manis.
  • Kaji hal-hal yang menurunkan mual dan muntah missal kuliner diberikan waktu hangat, suasana yang menyenangkan.
  • Ajarkan pada ibu waktu berdiri tidur pagi hari: Jangan eksklusif pergi dari tempat tidur. dan Minum air putih.
  • Libatkan keluarga: Menghadirkan suami dan keluarga terdekat klien ketika klien dirawat dan Keluarga/suami berusaha meyakinkan klien bahwa klien tidak perlu cemas menghadapi kehamilannya.
  • Kolaborasi dengan tim medis lain : Pantau hasil investigasi laboratorium sesuai indikasi : Elektrolit, Ht BUN
  • Berikan cairan elektrolit glukosa atau vitamin secara parentera/ sesuai indikasi.
  • Lakukan tes urine.

Diagnosa Keperawatan. 2

Penurunan COP berafiliasi dengan penurunan kontrktilitas jantung

Data obyektif:
  • Dispnea
  • Nadi perifer
  • Kulit dingin/pucat
  • Perubahan status mental
Data subjektif
  • Gelisah
  • Kelemahan
  • Nyeri dada
  • Tujuan: curah jantung kembali normal.
Kriteria hasil:
  • Berpartisipasi pada perilaku/aktivitas yang menurunkan kerja jantung.
  • TTV: TD: 120/80 mmHg, RR 16-20 x/menit, N: regular, 60-100 x/menit, T º: 36-37,5 ºC
  • Kulit hangtat
  • Kesadaran komposmentis
Intervensi
  • Pantau tanda vital, pola frekuensi jantung, TD
  • Catat warna kulit dan adanya kualitas nadi 
  • auskultasi suara nafas dan suara jantung dengarkan murmur

Diagnosa Keperawatan. 3

Ganguan perfusi jaringan berafiliasi dengan perfusi jaringan.

Data obyektif:
  • TD
Data subjektif:
  • Akral dingin
  • Kesadaran menurun
Tujuan: memperlihatkan perfusi adekuat.

Kriteria hasil:
  • TTV stabil:
  • Kulit hangat dan kering
  • Tingkat kesadaran membaik (komposmentis).
  • Haluaran urin normal 2/3 ml/ jam.
Intervensi Mandiri:
  • Pertahankan tirah baring, Bantu dengan acara perawatan.
  • Pantau TTV.
  • Kaji perubahan pada sensori, NN ex kesuraman mental, agitasi, supor, koma, delirium.
  • Kaji kulit terhadap perubahan warna, suhu, kelembaban.
  • Catat haluaran urin setiap jam dan setiap menit.
Kolaborasi:
  • Berikan obat-obatan sesuai petunjuk: kortisteroid
  • Pantau investigasi laboratorium misalnya: GDA, kadar laktat.

Diagnosa Keperawatan. 4

Gangguan pola napas tidak efektif berafiliasi dengan adanya oedema pada paru.

Data obyektif:
  • Takipnea
  • Dispnea (pernafasan tersengal-sengal)
  • Penurunan suara nafas krekels.
  • Batuk (sputum)
Data subjektif:
  • Mengeluh gangguan pola tidur.
  • gelisah
Tujuan: pola pernafasan menjadi efektif.

Kriteria hasil:
  • Menunjukkan pola nafas efektif dengan frekuensi dan kedalaman dalam rentang normal dan pural terperinci bersih.
  • Bunyi nafas: vasikuler.
  • RR: reguler, 16-20 x/ menit.
Intervensi Mandiri:
  • Kaji frekuensi, kedalaman pernafasan dan perluasan dada. Catat upaya pernafasan, termasuk penggunaan otot bantu/ pelebaran nasal.
  • Auskultasi suara nafas dan catat adanya suara nafas adventisius ibarat krekels.
  • Tinggikan kepala dan bantu pengubahan posisi.
  • Observasi pola batuk dan karaktre secret.
  • Dorong/ bantu pasien dalam nafas dalam dan latihan batuk.
Kolaborasi:
  • Berikan O2 tambahan
  • Berikan humidifikasi pemanis mis: nebuliser ultra sonic.
  • Bantu fisioterapi dada (mis: drainase portural dan perkusi area yang tak sakit/ tiupan botol).

Diagnosa Keperawatan. 5

Ganguan integritas kulit berafiliasi dengan penurunan turgor kulit.

Data Objektif:
  • Turgor kulit menurun
  • Membran mukosa menurun
Data Subjektif:
  • Mengeluh kulit kering
Tujuan: Integritas kulit kembali normal

Kriteria hasil:
  • Turgor kulit meningkat
  • Membran mukosa lembab
Intervensi
  • mandikan dengan air hangat dan sabun ringan
  • dorong pasien mengubah posisi dengan sering
  • anjurkan klien untuk menghindari kering kulit apapun, kecuali dengan ijin dokter
  • anjurkan memakai pakaian lembut dan longgar

Daftar Pustaka
  • Carpenito, Lynda Juall. 2000. Buku saku diagnosa keperawatan. Jakarta ; EGC
  • Doenges, Marilynn E. 2001. Rencana Perawatan Maternal atau Bayi. Jakarta ; EGC
  • Farrer, Helen. 1999. Perawatan Maternitas. Jakarta ; EGC
  • Manuaba, Ida Bagus Gde. 1998. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana. Jakarta ; EGC
  • Manuaba, Ida Bagus Gde. 1999. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta ; Arcan 
  • Saifuddin, Abdul Bari. 2002. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta ; Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
  • Wiknjosastro, Hanifa. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta ; Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Untuk mendownload laporan pendahuluan / LP hiperemesis gravidarum format pdf dan doc, dibawah
  • Laporan pendahuluan hiperemesis gravidarum pdf, (Ambil File)
  • Laporan pendahuluan hiperemesis gravidarum doc, (Ambil File)
Link Alternatif
Demikian Laporan pendahuluan / LP hiperemesis gravidarum format pdf dan doc kami bagikan, semoga sanggup menjadi salah satu materi refferensi sahabat sejawat dalam pembuatan kiprah akep, makalah ataupun LP itu sendiri. Terima kasih.
 
Top