Kami bagikan laporan pendahuluan mioma uteri pdf dan doc.

Pada postingan kali ini kami coba bagikan laporan pendahuluan mioma uteri yaitu sebuah tumor jinak yang berada pada dinding rahim, lp mioma uteri ini kami susun selengkap mungkin berdasarkan beberapa referensi.

Laporan pendahuluan mioma uteri ini kami posting bertujuan membantu teman-teman perawat dalam pembuatan kiprah khususnya yang sedang menjalani keprofesian pada staste keperawatan maternitas.

Laporan pendahuluan / LP mioma uteri ini kami sediakan dalam dua format yang berbeda yakni pdf dan doc sehingga memudahkan teman-teman seklian dalam mengeditnya. Dan juga telah kami sediakan link unduhan diakhir artikel ini untuk mendownload nya.

Laporan Pendahuluan Mioma Uteri


Pengertian
   
Mioma Uteri (bahasa Inggris: uterine myoma) ialah tumor jinak pada dinding rahim. Mioma juga disebut mioma, myom, tumor otot rahim atau tumor fibroid, alasannya ialah berasal dari sel jaringan fibro. Myoma uteri atau fibroid, atau yang dikenal dengan sebutan miom, ialah tumor jinak yang berasal dari rahim, yang biasanya berbentuk bulat atau lonjong. 
   
Mioma Uteri ialah suatu tumor jinak, berbatas tegas, tidak berkapsul, yang berasal dari otot polos dan jaringan ikat fibrous. Biasa juga disebut fibromioma uteri, leiomioma uteri atau uterine fibroid. Tumor jinak ini merupakan neoplasma jinak yang paling sering ditemukan pada traktus genitalia wanita,terutama perempuan usai produktif. Walaupun tidak sering, disfungsi reproduksi yang dikaitkan dengan mioma meliputi infertilitas, abortus spontan, persalinan prematur, dan malpresentasi (Crum, 2003).
   
Mioma uteri ialah neoplasma jinak yang berasal dari otot uterus dan jaringan ikat yang menumnpang, sehingga dalam kepustakaan  dikenal dengan istilahFibromioma, leiomioma, atau fibroid (Mansjoer, 2007).
   

Klasifikasi
   
a. Mioma submukosa
   
Berada di bawah endometrium dan menonjol kedalam kavum uteri. Jenis ini dijumpai 6,1% dari seluruh masalah mioma. Jenis ini sering memperlihatkan keluhan gangguan perdarahan. Mioma jenis lain meskipun besar mungkin belum memperlihatkan keluhan perdarahan, tetapi mioma submukosa, walaupun kecil sering memperlihatkan keluhan gangguan perdarahan. Mioma submukosa umumnya sanggup diketahui dari tindakan kuretase, dengan adanya benjolan waktu kuret, dikenal sebagai currete bump dan dengan investigasi histeroskopi sanggup diketahui posisi tangkai tumor. Tumor jenis ini sering mengalami infeksi, terutama pada mioma submukosa pedinkulata. Mioma submukosa pedinkulata ialah jenis mioma submukosa yang mempunyai tangkai. Tumor ini sanggup keluar dari rongga rahim ke vagina, dikenal dengan nama mioma geburt atau mioma yang dilahirkan, yang gampang mengalami infeksi, ulserasi dan infark. Pada beberapa kasus, penderita akan mengalami anemia dan sepsis alasannya ialah proses di atas.
   
b. Mioma intramural (mioma intraepitelial)
   
Terdapat di dinding uterus di antara serabut miometrium. Karena pertumbuhan tumor, jaringan otot sekitarnya akan terdesak dan terbentuk simpai yang mengelilingi tumor. Bila di dalam dinding rahim dijumpai banyak mioma, maka uterus akan mempunyai bentuk yang berbenjol-benjol dengan konsistensi yang padat. Mioma yang terletak pada dinding depan uterus, dalam pertumbuhannya akan menekan dan mendorong kandung kemih ke atas, sehingga sanggup menimbulkan keluhan miksi. Mioma sering tidak memperlihatkan tanda-tanda klinis yang berarti kecuali rasa tidak yummy alasannya ialah adanya massa tumor di kawasan perut sebelah bawah. Kadang kala tumor tumbuh sebagai mioma subserosa dan adakala sebagai mioma submukosa. Di dalam otot rahim sanggup besar, padat (jaringan ikat dominan), lunak (jaringan otot rahim dominan).
   
c. Mioma subserosa
   
Apabila mioma tumbuh keluar dinding uterus sehingga menonjol pada permukaan uterus diliputi oleh serosa. Mioma subserosa sanggup tumbuh di antara kedua lapisan ligamentum latum menjadi mioma intraligamenter.
   
d. Mioma intraligamenter
   
Mioma subserosa yang tumbuh melekat pada jaringan lain, contohnya ke ligamentum atau omentum kemudian membebaskan diri dari uterus sehingga disebut wondering parasitis fibroid. Jarang sekali ditemukan satu macam mioma saja dalam satu uterus. Mioma pada servik sanggup menonjol ke dalam satu saluran servik sehingga ostium uteri eksternum berbentuk bulan sabit.
   

Etiologi

Menurut Manuaba (2007), faktor-faktor penyebab mioma uteri belum diketahui, namun ada 2 teori yang menjelaskan faktor penyebab mioma uteri, yaitu:

a. Teori Stimulasi

Berpendapat bahwa estrogen sebagai faktor etiologi dengan alasan :
  • Mioma uteri sering kali tumbuh lebih cepat pada masa hamil
  • Neoplasma ini tidak pernah ditemukan sebelum monarche
  • Mioma uteri biasanya mengalami atrofi setelah menopause
  • Hiperplasia endometrium sering ditemukan bersama dengan mioma uteri
b. Teori Cellnest atau Genitoblas
   
Terjadinya mioma uteri tergantung pada sel-sel otot imatur yang terdapat pada cell nest yang selanjutnya sanggup dirangsang terus menerus oleh estrogen.
   
Menurut Muzakir (2008) faktor risiko yang menimbulkan mioma uteri adalah:

1. Usia penderita

Mioma uteri ditemukan sekitar 20% pada perempuan usia reproduksi dan sekitar 40%-50% pada perempuan usia di atas 40 tahun. Mioma uteri jarang ditemukan sebelum menarke (sebelum mendapat haid). Sedangkan pada perempuan menopause mioma uteri ditemukan sebesar 10%.

2. Hormon endogen (Endogenous Hormonal)

Mioma uteri sangat sedikit ditemukan pada spesimen yang diambil dari hasil histerektomi perempuan yang telah menopause, diterangkan bahwa hormon esterogen endogen pada wanita-wanita menopause pada level yang rendah/sedikit (Parker, 2007). Otubu et al menemukan bahwa konsentrasi estrogen pada jaringan mioma uteri lebih tinggi dibandingkan jaringan miometrium normal terutama pada fase proliferasi dari siklus menstruasi (Djuwantono, 2004).

3. Riwayat Keluarga
   
Wanita dengan garis keturunan tingkat pertama dengan penderita mioma uteri mempunyai 2,5 kali kemungkinan untuk menderita mioma dibandingkan dengan perempuan tanpa garis keturunan penderita mioma uteri. Penderita mioma yang mempunyai riwayat keluarga penderita mioma mempunyai 2 (dua) kali lipat kekuatan verbal dari VEGF-? (a myoma-related growth factor) dibandingkan dengan penderita mioma yang tidak mempunyai riwayat keluarga penderita mioma uteri (Parker, 2007).

4. Indeks Massa Tubuh (IMT)
   
Obesitas juga berperan dalam terjadinya mioma uteri. Hal ini mungkin berafiliasi dengan konversi hormon androgen menjadi esterogen oleh enzim aromatease di jaringan lemak (Djuwantono, 2004). Hasilnya terjadi peningkatan jumlah esterogen badan yang bisa meningkatkan pprevalensi mioma uteri (Parker, 2007).

5. Makanan

Beberapa penelitian membuktikan hubungan antara masakan dengan prevalensi atau pertumbuhan mioma uteri. Dilaporkan bahwa daging sapi, daging setengah matang (red meat), dan daging babi menigkatkan insiden mioma uteri, namun sayuran hijau menurunkan insiden mioma uteri. Tidak diketahui dengan niscaya apakah vitamin, serat atau phytoestrogen berafiliasi dengan mioma uteri (Parker, 2007).

6. Kehamilan

Kehamilan sanggup menghipnotis mioma uteri alasannya ialah tingginya kadar esterogen dalam kehamilan dan bertambahnya vaskularisasi ke uterus kemungkinan sanggup mempercepat terjadinya pembesaran mioma uteri (Manuaba, 2007).

7. Paritas

Mioma uteri lebih banyak terjadi pada perempuan dengan multipara dibandingkan dengan perempuan yang mempunyai riwayat frekuensi melahirkan 1 (satu) atau 2 (dua) kali.

8. Kebiasaan merokok
   
Merokok sanggup mengurangi insiden mioma uteri. Diterangkan dengan penurunan bioaviabilitas esterogen dan penurunan konversi androgen menjadi estrogen dengan penghambatan enzim aromatase oleh nikotin (Parker, 2007).
   
      
Patofisiologi

Mioma uteri mulai tumbuh sebagai bibit yang kecil di dalam miometrium dan lambat laun membesar alasannya ialah pertumbuhan itu miometrium terdesak menyusun semacam pseudekapsula atau simpai semu yang mengelilingi tumor di dalam uterus mungkin terdapat satu mioma, akan tetapi mioma biasanya banyak. Jika ada satu mioma yang tumbuh intramural dalam korpus uteri maka korpus ini tampak bulat dan konstipasi padat. Bila terletak pada dinding depan uterus, uterus mioma sanggup menonjol ke depan sehingga menekan dan mendorong kandung kencing ke atas sehingga sering menimbulkan keluhan miksi.

Tetapi duduk masalah akan timbul jikalau terjadi: berkurangnya sumbangan darah pada mioma uteri yang menimbulkan tumor membesar, sehingga menimbulkan rasa nyeri dan mual. Selain itu duduk masalah sanggup timbul lagi jikalau terjadi perdarahan absurd pada uterus yang hiperbola sehingga terjadi anemia. Anemia ini bisa menimbulkan kelemahan fisik, kondisi badan lemah, sehingga kebutuhan perawatan diri tidak sanggup terpenuhi. Selain itu dengan perdarahan yang banyak bisa menimbulkan seseorang mengalami kekurangan volume cairan. (Sastrawinata S: 151)

Pathway Mioma Uteri.
Untuk mendownload pathway mioma uteri format doc, DISINI


Tanda dan Gejala

Gejala yang dikeluhkan tergantung letak mioma, besarnya, perubahan sekunder, dan komplikasi. Tanda dan tanda-tanda tersebut sanggup digolongkan sebagai berikut:
  1. Perdaharahan absurd mirip dismenore, menoragi, metroragi
  2. Rasa nyeri alasannya ialah gangguan sirkulasi darah pada sarang mioma yang disertai nekrosis dan peradangan.
  3. Gejala dan tanda pementingan mirip retensio urine, hidronefrosis, hidroureter, poliuri.
  4. Abortus impulsif alasannya ialah distorsi rongga uterus pada mioma submukosum.
  5. Infertilitas bila sarang mioma menutup atau menekan pars interstitialis tuba.

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang yang sanggup dilakukan untuk menegakkan diagnosis mioma uteri , sebagai berikut :
  1. Ultra Sonografi (USG), untuk memilih jenis tumor, lokasi mioma, ketebalan endometrium dan keadaan adneksa dalam rongga pelvis. Mioma juga sanggup dideteksi dengan Computerized Tomografi Scanning (CT scan) ataupun Magnetic Resonance Image ( MRI), tetapi kedua investigasi itu lebih mahal.
  2. Foto Bulk Nier Oversidth (BNO), Intra Vena Pielografi (IVP) pemeriksaaan ini penting untuk menilai massa di rongga pelvis serta menilai fungsi ginjal dan perjalanan ureter.
  3. Histerografi dan histerokopi untuk menilai pasien mioma submukosa disertai dengan infertilitas.
  4. Laparoskopi untuk mengevaluasi massa pada pelvis.
  5. Laboratorium: hitung darah lengkap dan apusan darah, untuk menilai kadar hemoglobin dan hematokrit serta jumlah leukosit.
  6. Tes kehamilan ialah untuk tes hormon Chorionic gonadotropin, alasannya ialah bisa membantu dalam mengevaluasi suatu pembesaran uterus, apakah oleh alasannya ialah kehamilan atau oleh alasannya ialah adanya suatu mioma uteri yang sanggup menimbulkan pembesaran uterus ibarat kehamilan.

Komplikasi

Komplikasi yang sanggup terjadi pada mioma uteri secara umum, yaitu:

1. Pertumbuhan Leiomiosarkoma

Yaitu tumor yang tumbuh dari miometrium, dan merupakan 50 – 70 % dari semua sarkoma uteri. Ini timbul apabila suatu mioma uteri yang selama beberapa tahun tidak membesar, tapi tiba-tiba mengalami pembesaran, apalagi jikalau hal itu terjadi setelah menopause.

2. Torsi (putaran tangkai)

Ada kalanya tungkai pada mioma uteri subserosum mengalami putaran. Kalau proses ini terjadi mendadak, tumor akan mengalami gangguan sirkulasi akut dengan nekrosis jaringan, dan akan nampak citra klinik dari abdomen akut.

3. Nekrosis dan Infeksi

Pada mioma submukosum, yang menjadi polip, ujung tumor adakala sanggup melalui kanalis servikalis dan dilahirkan di vagina. Dalam hal ini ada ada kemungkinan gangguan sirkulasi dengan tanggapan nekrosis dan bisul sekunder.
(Prawiroharjo, 1996)


Penatalaksanaan

1. Penanganan mioma berdasarkan usia, paritas, lokasi dan ukuran tumor

Penanganan mioma uteri tergantung pada usia, paritas, lokasi dan ukuran tumor, dan terbagi atas :

a. Penanganan konservatif

Cara penanganan konservatif sanggup dilakukan sebagai berikut :
  • Observasi dengan investigasi pelvis secara periodik setiap 3-6 bulan.
  • Monitor keadaan Hb
  • Pemberian zat besi
  • Penggunaan agonis GnRH untuk mengurangi ukuran mioma
b.    Penanganan operatif

Intervensi operasi atau pembedahan pada penderita mioma uteri ialah :
  • Perdarahan uterus absurd yang menimbulkan penderita anemia
  • Nyeri pelvis yang hebat
  • Ketidakmampuan untuk mengevaluasi adneksa (biasanya alasannya ialah mioma berukuran kehamilan 12 ahad atau sebesar tinju dewasa)
  • Gangguan buang air kecil (retensi urin)
  • Pertumbuhan mioma setelah menopause
  • Infertilitas
  • Meningkatnya pertumbuhan mioma (Moore, 2001).

Jenis operasi yang dilakukan pada mioma uteri sanggup berupa :

a. Miomektomi

Miomektomi ialah pengambilan sarang mioma tanpa pengangkatan rahim/uterus (Rayburn, 2001).Miomektomi lebih sering di lakukan pada penderita mioma uteri secara umum. Penatalaksanaan ini paling disarankan kepada perempuan yang belum mempunyai keturunan setelah penyebab lain disingkirkan (Chelmow, 2005)

b. Histerektomi

Histerektomi ialah tindakan operatif yang dilakukan untuk mengangkat rahim, baik sebagian (subtotal) tanpa serviks uteri ataupun seluruhnya (total) berikut serviks uteri (Prawirohardjo, 2001). Histerektomi sanggup dilakukan bila pasien tidak menginginkan anak lagi, dan pada penderita yang mempunyai mioma yang simptomatik atau yang sudah bergejala. Ada dua cara histerektomi, yaitu :
  • Histerektomi abdominal, dilakukan bila tumor besar terutama mioma intraligamenter, torsi dan akan dilakukan ooforektomi
  • Histerektomi vaginal, dilakukan bila tumor kecil (ukuran < uterus gravid 12 minggu) atau disertai dengan kelainan di vagina contohnya rektokel, sistokel atau enterokel (Callahan, 2005).
Kriteria berdasarkan American College of Obstetricians Gynecologists (ACOG) untuk histerektomi ialah sebagai berikut :
  • Terdapatnya 1 hingga 3 mioma asimptomatik atau yang sanggup teraba dari luar dan dikeluhkan oleh pasien.
  • Perdarahan uterus berlebihan, meliputi perdarahan yang banyak dan bergumpal-gumpal atau berulang-ulang selama lebih dari 8 hari dan anemia tanggapan kehilangan darah akut atau kronis.
  • Rasa tidak nyaman di pelvis tanggapan mioma uteri meliputi nyeri jago dan akut, rasa tertekan punggung bawah atau perut belahan bawah yang kronis dan pementingan pada vesika urinaria menimbulkan frekuensi miksi yang sering (Chelmow, 2005).

2. Penatalaksanaan mioma uteri pada perempuan hamil

Selama kehamilan, terapi awal yang memadai ialah tirah baring, analgesia dan observasi terhadap mioma. Penatalaksanaan konservatif selalu lebih disukai apabila janin imatur. Seksio sesarea merupakan indikasi untuk kelahiran apabila mioma uteri menimbulkan kelainan letak janin, inersia uteri atau obstruksi mekanik.

3. Perawatan luka

Kondisi balutan luka dilihat pada 1 hari post operasi, bila lembap dan berdarah harus dibuka dan diganti.

4. Perawatan rutin

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam investigasi ialah suhu, tekanan darah, nadi,dan pernafasan.


Konsep Asuhan Keperawatan

Pengkajian

Data biografi pasien

1. Riwayat kesehatan dikala ini, meliputi : keluhan utama masuk RS, faktor pencetus, lamanya keluhan, timbulnya keluhan, faktor yang memperberat, upaya yang dilakukan untuk mengatasi, dan diagnosis medik.

2. Riwayat kesehatan masa lalu, meliputi : penyakit yang pernah dialami, riwayat alergi, imunisasi, kebiasaan merokok,minum kopi, obat-obatan dan alkohol

3. Riwayat kesehatan keluarga

4. Pemeriksaan fisik umum dan keluhan yang dialami. Untuk pasien dengan kanker servik, investigasi fisik dan pengkajian keluhan lebih spesifik ke arah pengkajian obstretri dan ginekologi, meliputi :
  • Riwayat kehamilan, meliputi : gangguan kehamilan, proses persalinan, usang persalinan, tempat persalinan, duduk masalah persalinan, duduk masalah nifas serta laktasi, duduk masalah bayi dan keadaan anak dikala ini
  • Pemeriksaan genetalia
  • Pemeriksaan payudara
  • Riwayat operasi ginekologi
  • Pemeriksaan pap smear
  • Usia menarche
  • Menopause
  • Masalah yang berafiliasi dengan kesehatan reproduksi

3. Kesehatan lingkungan/higiene

4. Aspek psikososial meliputi : rujukan pikir, persepsi diri, suasana hati, hubungan/komunikasi, kebiasaan seksual, pertahanan koping, sistem nilai dan kepercayaan dan tingkat perkembangan.

5. Data laboratorium dan pemeriksaan-pemeriksaan penunjang lain

6. Terapi medis yang diberikan

7. Efek samping dan respon pasien terhadap terapi

8. Persepsi klien terhadap penyakitnya


Diagnosa keperawatan 
  1. Nyeri b.d. gangguan sirkulasi darah pada sarang mioma tanggapan nekrosis dan peradangan.
  2. Cemas b.d. Kurangnya pengetahuan perihal penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan.
  3. Resiko tinggi kekurangan cairan badan b.d. perdarahan pervaginam berlebihan.
  4. Resiko tinggi bisul b.d. tidak adekuat pertahanan badan tanggapan anemia.

Intervensi Keperawatan.

Diagnosa Keperawatan 1. 

Nyeri b.d. gangguan sirkulasi darah pada mioma tanggapan nekrosis dan peradangan. 

Ditandai:
  • DO  : Klien tampak gelisah, sikap berhati-hati, verbal tegang, TTV.
  • DS   : Klien menyatakan ada benjolan di perut belahan bawah rasa berat dan terasa sakit, perut terasa mules.
Tujuan : Nyeri berkurang setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam.

Kriteria Hasil:
  • Klien menyatakan nyeri berkurang (skala 3-5)
  • Klien tampak tenang, eksprei wajah rileks.
  • Tanda vital dalam batas normal : Suhu : 36-37 0C, N     : 80-100 x/m, RR   : 16-24x/m, TD   : Sistole    : 100-130 mmHg, Diastole : 70-80 mmHg
Intervensi :
  • Kaji riwayat nyeri, mis : lokasi nyeri, frekuensi, durasi dan intensitas (kala 0-10) dan tindakan pengurangan yang dilakukan.
  • Bantu pasien mengatur posisi senyaman mungkin.
  • Monitor tanda-tanda vital
  • Ajarkan pasien penggunaan keterampilan administrasi nyeri mis : dengan teknik relaksasi, tertawa, mendengarkan musik dan sentuhan terapeutik.
  • Evaluasi/ kontrol pengurangan nyeri
  • Ciptakan suasana lingkungan damai dan nyaman.
  • Kolaborasi untuk sumbangan analgetik sesuai indikasi.

Diagnosa Keperawatan 2. 

Cemas b.d kurang pengetahuan perihal penyakit, prognosis, dan kebutuhan pengobatan. 

Ditandai:
  • DO : Klien tampak gelisah, tegang, tidak kooperatif dalam mengikuti pengobatan,   TTV.
  • DS    : Klien menyatakan takut dan tidak mengetahui perihal penyakitnya.
Tujuan : Setelah 2 x 15’ tatap muka pengetahuan klien perihal penyakitnya bertambah dan cemas berkurang.

Kriteria Hasil :
  • Klien menyampaikan rasa cemas berkurang
  • Klien kooperatif terhadap prosedur/ berpartisipasi.
  • Klien mengerti perihal penyakitnya.
  • Klien tampak rileks.
  • Tanda-tanda vital dalam batas normal : Suhu : 36- 37 oC, Nadi : 80-100x/m, R: 16-24 x/m TD.: Sistole: 100-130 mmHg,  Diastole : 70-80 mmHg
Intervensi :
  • Kaji ulang tingkat pemahaman pasien perihal penyakitnya.
  • Tanyakan perihal pengalaman klien sendiri/ orang lain sebelumnya yang pernah mengalami penyakit yang sama.
  • Dorong klien untuk mengungkapkan pikiran dan perasaannya
  • Ciptakan lingkungan damai dan terbuka dimana pasien meraa kondusif unuk mendiskusikan perasaannya.
  • Berikan informasi perihal penyakitnya, prognosi, dan pengobatan serta mekanisme secara terang dan akurat.
  • Monitor tanda-tanda vital.
  • Berikan kesempatan klien untuk bertanya perihal hal-hal yang belum jelas.
  • Minta pasien untuk umpan balik perihal apa yang telah dijelaskan.
  • Libatkan orang terdekat sesuai indikasi bila memungkinkan.

Diagnosa Keperawatan 3. 

Resiko tinggi kekurngan volume cairan badan b.d. perdarahan pervaginam berlebihan. 

Ditandai dengan :
  • DO : adanya perdarahan pervaginam
  • DS : -
Tujuan    : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam tidak terjadi kekurangan volume cairan tubuh.

Kriteria Hasil :
  • Tidak ditemukan tanda-tanda kekuranga cairan. Seperti turgor kulit kurang, membran mukosa kering, demam.
  • Pendarahan berhenti, keluaran urine 1 cc/kg BB/jam.
  • Tanda-tanda vital dalam batas normal : Suhu : 36-370C, Nadi : 80 –100 x/m, RR :16-24 x/m, TD : Sistole : 100-130 mmHg, Diastole : 70-80 mmHg
Intervensi :
  • Kaji tanda-tanda kekurangan cairan.
  • Pantau masukan dan haluaran/ monitor balance cairan tiap 24 jam.
  • Monitor tanda-tanda vital. Evaluasi nadi perifer.
  • Observasi pendarahan
  • Anjurkan klien untuk minum + 1500-2000 ,l/hari
  • Kolaborasi untuk sumbangan cairan parenteral dan kalau perlu transfusi sesuai indikasi, investigasi laboratorium. Hb, leko, trombo, ureum, kreatinin.

Diagnosa keperawatan 4. 

Resiko tinggi bisul b.d. pertahanan badan tidak adekuat tanggapan penurunan haemoglobin (anemia).

Ditandai dengan
  • DO : Kadar Haemoglobin kurang dari normal.
  • DS : -
Tujuan     : Infeksi tidak terjadi setelah dilakukan tindakan perawatan selama 2x 24 jam.

Kriteria Hasil :
  • Tidak ditemukan tanda-tanda bisul mirip rubor, color, dolor dan fungsiolesia.
  • Kadar haemoglobin dalam batas normal : 11-14 gr%
  • Pasien tidak demam/ menggigil, suhu : 36-370 C
Intervensi :
  • Kaji adanya tanda-tanda infeksi.
  • Lakukan basuh tangan yang baik sebelum tindakan keperawatan.
  • Gunakan teknik aseptik pada mekanisme perawatan.
  • Monitor tanda-tanda vital dan kadar haemoglobin serta leukosit.
  • Anjurkan pasien untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan.
  • Batasi pengunjung untuk menghindari pemajanan bakteri.
  • Kolaborasi dengan medis untuk sumbangan antibiotika.

Daftar Pustaka
  • Kapita Selekta Kedokteran, 1999, Editor: Arif Mansjoer dkk, Edisi 3, Jilid 1,. Media Aesculapius Fakultas Kedokteran UI, Jakarta.
  • Ilmu Kandungan, 1999, Editor : Hanifa Wiknjosastro dkk, Edisi II, Cetakan 3,  Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta.
  • Doengoes Marillyn E, 1999, Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Alih bahasa : I Made Kariasa dan Ni Made Sumarwati, Editor : Monica Ester, Edisi 3, EGC, Jakarta.
  • Carpenitto Linda Jual, 2000, Asuhan Keperawatan, Edisi 2, EGC, Jakarta. 

Untuk mendownload laporan pendahuluan / LP Mioma Uteri, Download Pdf dan Doc
Link Alternatif
Demikian Laporan pendahuluan / LP mioma uteri, download pdf dan doc kami bagikan, supaya sanggup membantu teman-teman perwata dalam pembuatan kiprah keperawatan khususnya sobat sejawat yang sedang dalam stase keperawatan komunitas. Terima kasih.
 
Top