Kami bagikan laporan pendahuluan tumor paru (Ca bronkogenik) pdf dan doc. Pada umumnya tumor paru terbagi atas tumor jinak (5%) antara lain adenoma, hamartoma dan tumor ganas (90%) ialah karsinoma bronkogenik.

Karena pertimbangan klinis diatas maka yang akan kami bahas pada laporan pendahuluan ini ialah kanker paru atau karsinoma bronkogenik.

Teman-teman sejawat sekalian, selamat tiba kembali di bangsal sehat, kali ini masih perihal LP, yaitu laporan pendahuluan tumor paru (Ca bronkogenik). laporan pendahuluan tumor paru ini telah kami susun dengan sangat lengkap dari tinjauan teori hingga konsep asuhan keperawatan dan juga telah kami selipkan fathway juga dilengkapi dengan daftar pustaka.

Bertujuan membantu sahabat sejawat sekalian dalam pembuatan kiprah keperawatan disini kami sajikan laporan pendahuluan / LP tumor paru (Ca bronkogenik) ini dalam dua file yaitu pdf dan doc, sehingga sahabat perawat sekalian hanya tinggal edit saja sesuai dengan kebutuhan.

Untuk mendownload laporan pendahuluan / LP tumor paru (Ca bronkogenik) format pdf dan doc, telah kami sediakan link unduhan diakhir postingan ini.

Laporan Pendahuluan Tumor Paru (Ca Bronkogenik)


Pengertian

Menurut Hood Alsagaff, dkk. 1993, karsinoma bronkogenik ialah tumor ganas paru primer yang berasal dari jalan masuk napas. Sedangkan berdasarkan Susan Wilson dan June Thompson, 1990, kanker paru ialah suatu pertumbuhan yang tidak terkontrol dari sel anaplastik dalam paru.


Epidemiologi

Kanker pembunuh terbesar ialah tumor/kanker paru-paru, membunuh hampir 90% penderitanya atau hampir 30% dari seluruh ajal akhir kanker. Jumlah penderita kanker paru ialah 170.000 orang dengan jumlah ajal 149.000 orang. Persen ajal orang dengan kanker paru – paru dari seluruh kanker mencapai 28%. Insiden tertinggi terjadi pada usia antara 55-65 tahun.


Klasifikasi/Pentahapan Klinik (Clinical staging)

Klasifikasi berdasarkan TNM : tumor, nodul dan metastase.

1. T
  • T0 : tidak tampak tumor primer
  • T1 : diameter tumor < 3 cm, tanpa invasi ke bronkus
  • T2 : diameter > 3 cm, sanggup disertai atelektasis atau pneumonitis, namun  berjarak lebih dari 2 cm dari karina, serta belum ada efusi pleura.
  • T3 : tumor ukuran besar dengan tanda invasi ke sekitar atau sudah erat karina dan atau disetai efusi pleura.

2. N
  • N0 : tidak didapatkan penjalaran ke kelenjar limfe regional
  • N1 : terdapat penjalaran ke kelenjar limfe hilus ipsilateral
  • N2 : terdapat penjalaran ke kelenjar limfe mediastinum atau kontralateral
  • N3 : terdapat penjalaran ke kelenjar limfe ekstratorakal

3. M
  • M0 : tidak terdapat metastase jauh
  • M1 : sudah terdapat metastase jauh ke organ – organ lain.

Etiologi

Seperti kanker pada umumnya, etiologi yang niscaya dari kanker paru masih belum diketahui, namun diperkirakan bahwa inhalasi jangka panjang dari materi – materi karsiogenik merupakan faktor utama, tanpa mengesampingkan kemungkinan perana predisposisi korelasi keluarga ataupun suku bangsa atau ras serta status imunologis.

1.      Merokok.

Tak diragukan lagi merupakan faktor utama. Suatu korelasi statistik yang defenitif telah ditegakkan antara perokok berat (lebih dari dua puluh batang sehari) dari kanker paru (karsinoma bronkogenik). Perokok menyerupai ini mempunyai kecenderung sepuluh kali lebih besar dari pada perokok ringan. Selanjutnya orang perokok berat yang sebelumnya dan telah meninggalkan kebiasaannya akan kembali ke teladan resiko bukan perokok dalam waktu sekitar 10 tahun. Hidrokarbon karsinogenik telah ditemukan dalam ter dari tembakau rokok yang kalau dikenakan pada kulit hewan, menimbulkan tumor.

2.      Iradiasi.

Insiden karsinoma paru yang tinggi pada penambang kobalt di Schneeberg dan penambang radium di Joachimsthal (lebih dari 50 % meninggal akhir kanker paru) berkaitan dengan adanya materi radioaktif dalam bentuk radon. Bahan ini diduga merupakan distributor etiologi operatif.

3.      Kanker paru akhir kerja.

Terdapat kejadian yang tinggi dari pekerja yang terpapar dengan karbonil nikel (pelebur nikel) dan arsenic (pembasmi rumput). Pekerja pemecah hematite (paru – paru hematite) dan orang – orang yang bekerja dengan asbestos dan dengan kromat juga mengalami peningkatan insiden.

4.      Polusi udara.

Mereka yang tinggal di kota mempunyai angka kanker paru yang lebih tinggi dari pada mereka yang tinggal di desa dan walaupun telah diketahui adanya karsinogen dari industri dan uap diesel dalam atmosfer di kota.

5.      Genetik.

Terdapat perubahan/ mutasi beberapa gen yang berperan dalam kanker paru, yakni :
  • Proton oncogen.
  • Tumor suppressor gene.
  • Gene encoding enzyme.
6.      Diet

Dari beberapa penelitian melaporkan bahwa rendahnya konsumsi terhadap betakarotene, selenium, dan vit. A mengakibatkan tingginya risiko terkena kanker paru.


Patofisiologi.

Kanker paru bervariasi sesuai tipe sel, kawasan asal, dan kecepatan pertumbuhan. Empat tipe sel primer pada kanker paru ialah karsinoma epidermoid (sel skuamosa), karsinoma sel kecil (sel oat), karsinoma sel besar (tak terdeferensiasi) dan adenokarsinoma. Sel skuamosa dan karsinoma sel kecil umumnya terbentuk di jalan napas utama bronkial. Karsinoma sel besar dan adenokarsinoma umumnya tumbuh di cabang bronkus perifer dan alveoli. Karsinoma sel besar dan karsinoma sel oat  tumbuh sangat cepat  sehingga mempunyai prognosis buruk. Sedangkan pada sel skuamosa dan adenokarsinoma prognosis baik lantaran sel ini  pertumbuhan lambat.

Fathway Tumor Paru

Untuk mendownload fathway tumor paru format doc, DISINI


Gejala klinis

Pada waktu masih dini tanda-tanda sangat tidak terang utama menyerupai batuk usang dan nanah jalan masuk pernapasan. Oleh lantaran itu pada pasien dengan batuk usang 2 ahad hingga 1 bulan harus dibuatkan foto X dengan tanda-tanda lain dyspnea, hemoptoe, febris, berat tubuh menurun dan anemia. Pada keadaan  yang sudah berlanjut  akan ada tanda-tanda ekstrapulmoner menyerupai nyeri tulang, stagnasi (vena cava superior syndroma). 

Rata – rata usang hidup pasien dengan kanker paru mulai dari diagnosis awal 2 – 5 tahun. Alasannya ialah pada ketika kanker paru terdiagnosa, sudah metastase ke kawasan limfatik dan lainnya. Pada pasien lansia dan pasien dengan kondisi penyakit lain, usang hidup  mungkin lebih pendek.


Pemeriksaan Diagnostik

1.      Radiologi

a.      Foto thorax posterior – anterior (PA) dan leteral serta Tomografi dada.

Merupakan investigasi awal sederhana yang sanggup mendeteksi adanya kanker paru. Menggambarkan bentuk, ukuran dan lokasi lesi. Dapat menyatakan massa udara pada belahan hilus, effuse pleural, atelektasis pengikisan tulang rusuk atau vertebra.

b.      Bronkhografi.

Untuk melihat tumor di percabangan bronkus.


2.      Laboratorium.

a. Sitologi (sputum, pleural, atau nodus limfe).

Dilakukan untuk mengkaji adanya/ tahap karsinoma.

b. Pemeriksaan fungsi paru dan GDA

Dapat dilakukan untuk mengkaji kapasitas untuk memenuhi kebutuhan ventilasi.

c. Tes kulit, jumlah absolute limfosit

Dapat dilakukan untuk mengevaluasi kompetensi imun (umum pada kanker paru).


3.      Histopatologi.

a.      Bronkoskopi

Memungkinkan visualisasi, pembersihan bagian,dan pembersihan sitologi lesi (besarnya karsinoma bronkogenik sanggup diketahui).

b.      Biopsi Trans Torakal (TTB).

Biopsi dengan TTB terutama untuk lesi yang letaknya perifer dengan ukuran

c.       Torakoskopi.

Biopsi tumor didaerah pleura menawarkan hasil yang lebih baik dengan cara torakoskopi.

d.      Mediastinosopi.

Untuk mendapat tumor metastasis atau kelenjar getah bening yang terlibat.

e.       Torakotomi,

Totakotomi untuk diagnostic kanker paru dikerjakan bila bermacam – macam mekanisme non invasif dan invasif sebelumnya gagal mendapat sel tumor.


4.      Pencitraan.
  • CT-Scanning, untuk mengevaluasi jaringan parenkim paru dan pleura
  • MRI, untuk memperlihatkan keadaan mediastinum.

Penatalaksanaan

1.      Penatalaksanaan Medik

Pembedahan, mempunyai kemungkinan kesembuhan terbaik, namun hanya < 25% kasus yang bisa dioperasi dan hanya 25% diantaranya ( 5% dari semua kasus ) yang telah hidup sehabis 5 tahun. Tingkat mortalitas perioperatif sebesar 3% pada lobektomi dan 6% pada pneumonektomi
  • Radioterapi radikal, dipakai pada kasus kanker paru bukan sel kecil yang tidak bisa dioperasi. Tetapi radikal sesuai untuk penyakit yang bersifat lokal dan hanya menyembuhklan sedikit diantaranya.
  • Radioterapi paliatif, untuk hemoptisis, batuk, sesak napas atau nyeri local
  • Kemoterapi, dipakai pada kanker paru sel kecil, lantaran pembedahan tidak pernah sesuai dengan histologi kanker jenis ini. Peran kemoterapi pada kanker bukan sel kecil belum jelas.
  • Terapi endobronkia, menyerupai kerioterapi, tetapi laser atau penggunaan stent sanggup memulihkan tanda-tanda dengan cepat pada pasien dengan penyakit endobronkial yang signifikan
  • Perawatan faliatif, opiat terutama membantu mengurangi nyeri dan dispnea. Steroid membantu mengurangi tanda-tanda non spesifik dan memperbaiki selera makan

2.      Penatalaksanaan Keperawatan
  • Bantu pasien untuk mencari posisi yang paling sedikit nyerinya
  • Dalam tindakan psikologis kurangi ansietas dengan menawarkan informasi yang sering, sederhana, terang perihal apa yang sedang dilakukan untuk
  • Mengatasi kondisi dan apa makna respons terhadap pengobatan.

Komplikasi
  • Hematorak
  • Pneumotorak
  • Empiema
  • Endokarditis
  • Abses paru
  • Atelektasis

Konsep Asuhan Keperawatan

Pengkajian

a. Riwayat :

Perokok berat dan kronis, terpajan terhadpa lingkungan karsinogen, penyakit paru kronis sebelumnya yang telah menimbulkan pembentukan jaringan parut dan fibrosis pada jaringan paru.

b. Pemeriksaan fisik pada pernapasan

Batuk menetap akhir sekresi cairan, mengi, dyspnea, hemoptisis lantaran pengikisan kapiler di jalan napas, sputum meningkat dengan anyir tak sedap akhir akumulasi sel yang nekrosis di kawasan obstruksi akhir tumor, nanah jalan masuk pernapasan berulang, nyeri dada lantaran penitikberatan saraf pleural oleh tumor, efusi pleura bila tumor mengganggu dinding par, disfagia, edema kawasan muka, leher dan lengan.

c. Nutrisi :

Kelemahan, berat tubuh menurun dan anoreksia

d. Psikososial :

Takut, cemas, tanda –tanda kehilangan.

e. Tanda vital

Penngkatan suhu tubuh, takipnea

f. Pemeriksaan diagnostik.


Diagnosa keperawatan
  1. Tidak efektif bersihan jalan napas bekerjasama dengan obstruksi bronkial sekunder lantaran invasi tumor.
  2. Gangguan rasa nyaman nyeri bekerjasama dengan penitikberatan saraf oleh tumor paru.
  3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh bekerjasama dengan kelelahan dan dyspnea
  4. Aktivitas intolerans bekerjasama dengan kelemahan secara umum.

Rencana Keperawatan

No
Diagnosa Keperawatan
P e r e n c a n a a n
Tujuan dan kriteria  hasil
Intervensi
Rasional
1.
Tidak efektif bersihan jalan napas bekerjasama dengan obstruksi bronkial sekunder lantaran invasi tumor.

Bersihan jalan napas akan paten dengan kriteria batuk hilang, bunyi napas bersih, x –ray bersih.
1.       Auskultasi paru akan ronkii, rales atau mengi.

2.       Monotr ABGs

3.       Monitor hasil sputum sitologi
4.       Beri posisi optimal  kepala tempat tidru ditinggikan.


5.       Atur humifier oksigen

6.       bantu pasien dengan ambulasi atau ubah posisi
7.       anjurkan intake 1,5 – 2 L/hari kecuali kontraindikasi
8.       Bantu pasien yang batuk
Lihat adekuatnya pertukaran gas  dan luasnya obstruksi jalan napas lantaran skeret.
Melihat keseimbangan asam dan basa dan kebutuhan untuk terapi oksigen
Melihat adanya sel kanker
Sekret bergerak sesuai gravitasi sesuai perubaha posisi. Meninggikan kepala tempat tidur  memungkinkan diafragma untuk brkontraksi
Mensuplay oksigen dan mengurangi kerja pernapasan
Sekret bergerak sesuai perubahan tubuh terhadap gravitasi
Mengencerkan sekret

Batuk mengeluarkan sekret yang menunmpuk
2.
Gangguan rasa nyaman nyeri bekerjasama dengan penitikberatan saraf oleh tumor paru.

Mendemonstrasikan bebas nyeri dengan kriteria verbal wajah rileks, pengembangan paru optimal, menyatakan nyeri hilang
1.       Beri analgesik dan penilaian keefektifannya


2.       Untuk meminimalkan nyeri dada pleural : anjurkan untuk menahan dada dengan kedua tangan atau dengan bantal ketika batuk, dorong pasien untuk berhenti merokok, dan berikan pelembab udara sesuai order dan obat antitusif

3.       Untuk meminimalkan nyeri tulang : mmembalik hati - hati dan berikan dukungan, hindari menarik ekstremitas, berikan matras yang lembut, ubah posisi tiap 2 jam.
Rasa nyaman merupakan prioritas dalam pemberian perawatan pasien demgam tumor. Kontrol rasa  nyeri butuh narkotik takaran tinggi.
Napas dalam dan batuk berpengaruh meregangkan membran pleura dan menimbulkan nyeri dada pleuritik.  Nikotin dari tembakau bisa mengakibatkan konstriksi bronkial dan menuruhkan gerakan silia yang melapisi jalan masuk pernapasan. Anti batuk menekan sentra batuk di otak
Metastase ke tulang mengakibatkan nyeri hebat. Pada banyak pasien bahkan sentuhan ringan sanggup menimbjlkan rasa nyeri.
3.
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh bekerjasama dengan kelelahan dan dyspnea

Status nutrisi ditingkatkan dengan kriteria BB bertambah, makan sesuai diet seimbanmg, albumin, limfosit normal, lingkar lengan normal
1.       Kaji diet harian dan kebutuhannya
2.       Timbang BB tiap minggu
3.       Kaji faktor psikologi


4.       Moniitor albumin dan limfosit

5.       Beri oksigen selama makan  sesuai keperluan
6.       Anjurkan oral care sebelum makan

7.       Atur anti emetik sebelum makan

8.       Berikan diet TKTP
9.       Atur pemberian vitamin sesuai order
Bantu memilih diet individu
Sesuai penngkatan nutrisi.
Mengidentifikasi imbas psikologis  yang mempengaruhi menurunnya makan dan minum
Indikasi adekuatnya protein untuk sistem imun
Mengurangi dyspnea denan mengurangi kerja paru
Menghilangkan rasa sputum yang bisa mengurangi napsu makan pasien
Mengurangi mual yang bisa mempengaruhi napsu makan
Mendukung sistem imun
Sebagai diet aksesori atau tambahan

4.
Aktivitas intolerans bekerjasama dengan kelemahan secara umum.

Pasien bisa melaksanakan akvitas tanpa keleahan atau dyspnea dengan kriteria hasil bisa melaksanakan acara hariannya.
1.       Observasi respon terhadap acara
2.       Identifikasi faktor yang mempengaruhi intolerans menyerupai stres, imbas samping obat
3.       rencanakan periode istirahat di antara waktu bekerja
4.       anjurkan untuk lakukan acara sesuai kemampuan pasien
5.       berikan acara latihan acara sesuai toleransi
6.       Rencanakan bersama keluarga mengurangi energi yang hiperbola ketika melaksanakan acara harian

Melihat kemapuan beraktivitas
Intevensi dilaksanakan sesuai faktor yang mempengaruhi

Mengurangi kelelahan melalui isitirahat yang cukup
Menemukan pasien kebutuhannya ttanpa mengakibatkan kelelahan
Meningkatkan independensi pasien sendiri
Identifikasi menyimpan energi .


Implementasi

Dari hasil entervensi yang telah tertulis implementasi / pelaksanaan yang dilakukan diubahsuaikan dengan keadaan pasien dirumah sakit pekasanaan perupakan pengelolahan dan perwujudan, dan planning tindakan yang mencakup beberapa bagina, yaitu validasi, planning keperawatan, menawarkan asuhan keperawatan dan pengumpulan data.


Evaluasi

Evaluasi ialah perbandingan yang sistematik dan bersiklus perihal keresahan klien dengan berdasar tujuan yang telah ditetapkan.

Dalam penilaian tujuan tersebut terdapat 3 alternatif yaitu :
  • Tujuan tercapai : Pasien memperlihatkan perubahan dengan standart yang telah ditetapkan.
  • Tujuan tercapai sebagian : Pasien memperlihatkan perubahan sebagai sebagian sesuai dengan standart yang telah ditetapkan.
  • Tujuan tidak tercapai : Pasien tidak memperlihatkan perubahan dan kemajuan sama sekali.

Kesimpulan

Karsinoma bronkogenik ialah tumor ganas paru primer yang berasal dari jalan masuk napas. Dari etiologi yang menyerang percabangan segmen/ sub bronkus mengakibatkan cilia hilang dan deskuamasi sehingga terjadi pengendapan karsinogen. Dengan adanya pengendapan karsinogen maka mengakibatkan metaplasia,hyperplasia dan displasia. Bila lesi perifer yang disebabkan oleh metaplasia, hyperplasia dan displasia menembus ruang pleura, biasa timbul efusi pleura, dan bisa diikuti invasi pribadi pada kosta dan korpus vertebra.

Manifestasi klinik pada penderita tumor paru yaitu batuk yang terus menerus dan berkepanjangan, napas pendek-pendek dan bunyi parau, batuk berdarah dan berdahak, nyeri pada dada, ketika batuk dan menarik napas yang dalam, hilang nafsu makan dan berat badan


Daftar Pustaka
  • Phipps, Wilma. et al, (1991), Medical Surgical Nursing : Concepts and Clinical Practice, 4th edition, Mosby Year Book, Toronto
  • Doengoes, Marilynn, dkk, (2000), Rencana Asuhan Keperawatan ; Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, edisi 3, alih bahasa : I Made Kariasa dan Ni Made S, EGC, Jakarta
  • Engram, Barbara, (1999), Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah, alih bahasa Suharyati S, volume 1, EGC,  Jakarta
  • Tucker, Martin dkk, (1999), Standar Perawatan Pasient,alih bahasa Yasmin Aih dkk, volume 4, edisi V, EGC, Jakarta
  • Alsagaff, Hood, dkk. (1993), Pengantar Ilmu Penyakit Paru, Airlangga University Press, Surabaya.
  • Lab/UPF Ilmu Penyakit Paru, (1994), Pedoman Diagnosis dan Terapi RSUD Dokter Soetomo, Surabaya
  • Wilson, Susan and Thompson, June (1990), Respiratory Disorders, Mosby Year Book, Toronto.
Untuk mendownload laporan pendahuluan / LP tumor paru (Ca bronkogenik) pdf dan doc, dibawah :

  • Laporan pendahuluan / LP tumor paru (Ca bronkogenik) doc, (Ambil File)
  • Laporan pendahuluan / LP tumor paru (Ca bronkogenik) pdf, (Ambil File)
Link Alternatif

Demikian Laporan pendahuluan / LP tumor paru (Ca bronkogenik) lengkap hingga konsep askep, download pdf dan doc kami bagikan, biar bisa membantu teman-teman perawat sekalian dalam pembuatan kiprah askep, makalah ataupun LP itu sendiri, Terima kasih.
 
Top