Asma merupakan penyakit inflamasi susukan pernafasan yang bersifat kronis, dengan ditandai dengan peningkatan tahanan pada susukan pernafasan akhir oleh stimulus yang dapat banyak sekali macam. Manifest fisiologis berupa penyempitan dari susukan nafas dan penyembuhan tepat setelah pengobatan, disertai gejala sesak, batuk dan mengi.
PREVALENSI DAN ETIOLOGI
Asma merupakan gangguan yang cukup sering di masyarakat dan menunjukkan efek sosial yang cukup besar. Angka kesakitan asma di dunia setiap ketika semakin meningkat, tidak di ketahui apakah hal ini disebabkan perubahan iklim atau memang akhir peningkatan jumlah penduduk itu sendiri. Disebutkan bahwa angka kejadian asma terjadi sebanyak 4 – 5 % dari populasi. Di Amerika Serikat insidensi asma mencapai 13,9 juta penderita rawat jalan, 2 juta penduduk yang memerlukan perlindungan emergensi, dan 423.000 penderita yang membutuhkan perawatan di rumah sakit.
Angka kejadian paling sering pada usia dibawah 10 tahun dan sisanya terjadi sebelum usia 40 tahun. Perbandingan laki dan perempuan yaitu 2 : 1. Kelainan ini dipengaruhi oleh banyak faktor berupa genetik, lingkungan, pekerjaan, dan patogen.
Insidensi astma paling tinggi terjadi pada mereka dengan riwayat keluarga memiliki kelainan yang sama atau reaksi alergi lainnya baik akhir makanan, udara, ataupun debu yang terjadi terutama pada kulit. Tetapi pada sebagian kecil asma terjadi tanpa adanya riwayat keluarga dengan alergi.
PATOGENESIS
Reaksi asma disebabkan oleh akhir adanya pertahanan badan yang berlebihan terhadap benda asing. Apabila suatu alergen (penyebab asma) masuk ke susukan pernafasan dan melekat pada mukosa susukan nafas akan menimbulkan reaksi imunitas, dengan sel-sel darah putih ibarat sel Mast, eosinofil adan limfosit. Sel-sel darah putih ini akan melepaskan zat-zat ke sekitar susukan nafas yang menimbulkan peningkatan permeabilitas dari pembuluh darah yang menimbulkan pengeluaran sel-sel darah putih yang lebih banyak disertai cairan ke jaringan yang menimbulkan bengkaknya susukan nafas. Selain itu kondisi ini diperberat oleh reaksi dari otot-otot susukan nafas yang berkontraksi menimbulkan penyempitan lebih jago dan juga peningkatan produksi lendir di susukan nafas. Pada kondisi yang berlangsung lama dan berulang akan menimbulkan kekakuan dari susukan nafas tersebut.
Stimulus yang dapat menimbulkan asma dibagi menjadi tujuh katagori yaitu : allergen, farmakologi, lingkungan, pekerjaan, infeksi, olahraga, dan emosi.
• Allergen.
Sebagian stimulus asma alergen merupakan benda-benda yang dapat diterbangkan oleh angin. Ketika stimulus ini masuk ke dalam susukan pernafasan , akan segera di tangkap dan dikenali oleh sel imunitas (sel T) dan kemudian dengan adanya kerjasama dengan sel imunitas lainnya (sel B) akan menimbulkan pengeluaran antibodi (IgE) yang spesifik untuk jenis stimulus tersebut. Ketika pemaparan selanjutnya dalam jumlah yang mencukupi akan terjadi reaksi IgE dengan stimulus, menimbulkan bekerjanya sel-sel imunitas dalam jumlah besar dengan mengeluarkan zat-zat (leukotrien) yang pada balasannya menimbulkan asma.
Asma yang disebabkan alergen biasanya bersifat musiman, sering terjadi pada bawah umur dan sampaumur muda. Allergen yang tidak musiman dapat disebabkan oleh bulu binatang, kutu, debu dan jamur. Reaksi badan terhadap alergen hanya beberapa menit dan menimbulkan asma tetapi mengalami perbaikan dalam beberapa ketika pula, tetapi reaksi lambat terjadi pada 6 – 10 jam mendatang. Reaksi yang disebabkan oleh reaksi lambat ini menimbulkan asma yang berat. Tidak semua individu dapat mengalami atau mengetahui adanya reaksi awal asma sehingga yang dikeluhkan yaitu ketika reaksi lambat.
• Farmakologi
Obat-obatan yang bekerjasama dengan asma paling sering yaitu aspirin, pewarna, β-adrenergic antagonist, dan sulfat. Penggunaan aspirin dapat dikurangi reaksi alerginya dengan diberikan secara bertahap aspirin setiap hari, kondisi ini akan menimbulkan perubahan sensitifitas tubuh. Selain itu mereka yang memiliki alergi terhadap aspirin biasanya juga akan alergi terhadap sebagian obat anti-inflamasi non steroid.
Penggunaan obat β-adrenergic antagonist sebagai obat-obat vasodilator pada kasus hipertensi dan kelainan jantung atau juga pada pengobatan glaukoma terbukti meningkatkan angka kejadian asma. Penggunaan zat kimia golongan sulfat terutama pada makanan sebagai materi pengawet juga terbukti dapat meningkatkan angka kejadian asma.
Polusi udara yang menimbulkan insidensi asma sangat bergantung pada kadar dalam udara, sehingga insidensi lebih sering pada daerah-daerah industri. Buangan industri yang dapat menimbulkan asma paling sering yaitu ozone, natrium dioksida, dan belerang dioksida.
• Pekerjaan
Faktor yang menimbulkan asma pada pekerjaan terjadi tidak hanya pada industri tetapi juga pertanian. Berdasarkan berat biro stimulus dapat dibagi menjadi dua yaitu beban ringan dan berat. Stimulus dengan beban berat ibarat debu kayu dan debu sayuran (gabah, tepung, kopi,), debu obat-obatan (antibiotik, piperazine, dan simetidin), enzim (sabun basuh pakaian) dan debu dari binatang ternak. Stimulus dengan beban ringan ibarat debu logam, plastik dan materi kimia.
Bentukan khas dari alergen yang disebabkan oleh pekerjaan berupa keluhan yang tidak selalu asma, dapat berupa pilek, batuk mulai terasa pada selesai shift bekerja, dan bertambah pada ketika penderita sudah pulang dan berangsur-angsur akan mereda. Pada ketika penderita tidak bekerja untuk beberapa hari, maka selama itu pula keluhan tidak didapatkan.
• Infeksi
Infeksi pada susukan nafas juga memiliki tugas besar dalam terjadinya asma. Pada anak kecil sering disebabkan oleh infeksi dari virus syncytial dan para influensa. Pada anak yang lebih sampaumur asma sering disebabkan oleh virus influensa dan rhinovirus. Perkembangan virus dan basil pada susukan nafas akan menimbulkan pembengkakan dan mengawali penyempitan susukan nafas yang lebih hebat. Sistem yang terjadi hampir sama dengan proses asma lainnya, yaitu diawali dengan acara dari sel T.
• Olahraga
Angka kejadian asma yang disebabkan oleh olahraga terbilang tinggi dibandingkan dengan penyebab infeksi. Perbedaan pada kondisi asma ini adalah, asma tidak akan lebih berat dari sebelumnya dan hanya terjadi pada ketika olahraga saja. Hal yang mensugesti asma ini yaitu kelembaban dan kehangatan udara yang masuk ke dalam susukan nafas. Dalam melaksanakan olahraga yang berat dimana pernafasan cepat dengan susukan nafas yang terbuka lebar, akan mengurangi pembiasaan suhu dan kelembaban udara yang masuk ke dalam sistem pernafasan dan mencetuskan terjadinya asma. Olahraga pada udara cuek sangat memprovokasi timbulnya asma, sementara dengan penghatan udara akan mengurangi keluhan ini. Sehingga olahraga dalam udara yang hangat (dalam ruangan, menggunakan kolam hangat) lebih baik bagi penderita kelainan ini.
• Kondisi Emosional
Kondisi emosi seseorang dapat mencetuskan terjadinya asma. Diperkirakan kondisi ini dipengaruhi adanya rangsangan sistem vagal yang menimbulkan penurunan diameter dari susukan pernafasan.
GAMBARAN KLINIS
Terdapat tiga gejala khas asma yaitu batuk, sesak dan mengi. Walaupun terkadang tidak semua gejala ada, tetapi pada ketika serangan penderita akan merasa penyempitan di dada disertai batuk. Pernafasan menjadi terdengar, mengi pada ketika mengambil dan mengeluarkan udara menjadi jelas, pengeluaran udara menjadi lebih lama, pasien sering mencicipi pernafasan yang cepat, peningkatan kerja jantung, bahkan tekanan darah tinggi.
Pernafasan terlihat berat di mana menggunakan seluruh otot dada, dan didapatkan nadi yang paradoxal. Gejala lain yang didapatkan hanya menunjukkan bahwa penderita dalam kondisi nafas yang berat, sehingga apabila diagnosa hanya di tegakkan dengan adanya mengi, sering terlewatkan kondisi asma ini.
Akhir dari serangan asma sering ditandai dengan batuk yang menghasilkan lendir yang tebal, berserabut, yang merupakan lendir yang berasal dari susukan pernafasan dalam. Dalam kondisi yang berat, bunyi mengi akan menghilang, batuk menjadi tidak efektif dan penderita akan bernafas ibarat orang tenggelam. Kondisi ini menunjukkan adanya sumbatan yang jago dari lendir, sehingga diharapkan perlindungan mesin nafas, untuk menstabilkan pasien. Pada kondisi lain serangan asma dapat menimbulkan penyempitan dari paru, atau terperangkapnya udara di rongga paru atau dada.
Kondisi yang lebih jarang yaitu penderita asma sering mengeluhkan batuk hilang timbul yang tidak produktif atau sesak ketika acara berat. Gejala akan hilang pada ketika dilakukan pemeriksaan, tetapi apabila dipaksakan untuk bernafas dalam dalam beberapa waktu akan terdengar bunyi mengi dari sistem pernafasannya.
DIAGNOSA BANDING
Cukup mudah untuk mendiagnosa asma apabila kita melihat gejala yang timbul ibarat di jelaskan sebelumnya. Diagnosa lain yang mungkin mengaburkan berupa sumbatan di susukan nafas adegan atas yang dapat disebabkan oleh adanya tumor, atau pembengkakan akhir trauma. Pasien dengan kondisi ini akan terdengar bunyi pernafasan yang bernafsu tetapi pada adegan yang tersumbat saja, tidak didapatkan mengi pada kedua paru.
Adanya mengi pada lokasi tertentu paru menunjukkan adanya sumbatan pada susukan nafas adegan akhir, yang paling sering disebabkan terhisapnya benda absurd melalui mulut. Beberapa kondisi lain yang mungkin mengaburkan diagnosa asma yaitu metastasis tumor ke paru, emboli paru, infeksi paru yang lama.
PENATALAKSANAAN
Menghindari penderita dari benda-benda yang dapat menimbulkan asma, dan penggunaan imunoterapi sebagai cara semoga badan dapat menyesuaikan diri dengan alergen tertentu mulai sering digunakan.
Penggunaan obat-obatan dengan cara menghambat kontraksi dari otot nafas dengan menggunakan β-adrenergic reseptor, metylxantin dan antikolinergik dan juga menggunakan obat yang mengurangi peradangan di susukan nafas ibarat glukokortikoid, β2 agonist long acting, dan juga semoga lebih baik penggunaan kombinasi kedua jenis obat.
Pada kondisi darurat penggunaan β-agonsit lebih dianjurkan diberikan dalam 20 menit melalui penguapan dan di ulang dalam 2-3 dosis.
Pengobatan untuk kondisi yang kronis bertujuan untuk mengurangi keluhan kronis terutama malam hari, mengurangi angka serangan, tidak ada batasan aktivitas, tidak mengganggu proses bekerja atau belajar, mencapai fungsi paru yang hampir normal, penggunaan obat yang semakin berkurang, dan efek samping obat yang lebih jarang. Pengobatan ini perlu di diskusikan dengan dokter keluarga, sehingga pengobatan akan lebih baik dan efektif.
ANGKA KEMATIAN DAN KESAKITAN
Angka janjkematian akhir asma sangat jarang. Prognosis penderita asma pun baik, karena serangan biasanya terjadi pada usia dini dan berkurang sejalan dengan bertambahnya usia. Angka kejadian asma terus meningkat dari tahun ke tahun terutama disebabkan oleh meningkatnya konsumsi rokok di masyarakat. `