Kami bagikan askep diabetes mellitus tipe 1 dengan tumpuan terbaru dan terlengkap.

Sahabat perawat se Indonesia kami ucapkan selamat tiba diblog kami, semoga semuanya dalam keadaan sehat, pada kesempatan kali ini kami bagikan askep diabetes mellitus tipe 1 yaitu sebuah dokumentasi perencanaan perawat untuk memperlihatkan asuhan keperawatan pada penderita diabetes melitus 1.

sebuah dokumentasi askep dibetes melitus 1 yang baik ialah apabila askep tersebut mempunyai semua komponen yang lengkap dalam format pembuatan askep yang baik.

Bertujuan membantu teman - teman perawat dalam pembuatan kiprah askep diabetes melitus tipe 1 (DM tipe 1) disini kami sajikan askep diabetes mellitus tipe 1 lengkap format doc dan pdf, sehingga teman - teman perawat sekalian tinggal mengedit sedikit dalam pembuatannya.

Untuk mendownload askep dm tipe 1 kami telah menyediakan link unduhan diakhir artikel ini.

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN DM TIPE 1

KONSEP DASAR DM TIPE 1


PENGERTIAN

Diabetes Melitus Tipe 1

Diabetes mellitus tipe 1 disebut insulin-dependent diabetes (IDDM), diabetes yang bergantung pada insulin), dicirikan dengan rusaknya sel beta penghasil insulin pada pulau-pulau langerhans sehingga terjadi kekurangan insulin pada tubuh. Diabetes tipe ini sanggup diderita oleh belum dewasa maupun orang dewasa.

Sampai ketika ini diabetes tipe 1 tidak sanggup dicegah. Kebanyakan penderita diabetes tipe 1 mempunyai kesehatan dan berat tubuh yang baik ketika penyakit ini mulai dideritanya. Selain itu, sensitivitas maupun respons tubuh terhadap insulin umumnya normal pada penderita diabetes tipe ini, terutama pada tahap awal.

Penyebab terbanyak dari kehilangan sel beta pada diabetes tipe 1adalah kesalahan reaksi autoimunitas yang menghancurkan sel beta pankreas. Reaksi autoimunitas tersebut sanggup dipicu oleh adanya abses pada tubuh.


EPIDEMIOLOGI

Pada Diabetes Mellitus tipe 1 biasanya terdapat pada belum dewasa dan remaja , salah satu penyebabnya yaitu seringnya mengkonsumsi fast food. Ibu yang melahirkan bayi dengan berat lebih dari 4 kg juga berisiko mengalami Diabetes Mellitus.

Variasi siklik musiman dalam jangka usang terjadi pada bencana diabetes insipidus tergantung insulin. Kasus yang gres diketahui tampak lebih sering pada bulan-bulan demam isu semi dan demam isu hirau taacuh di belahan bumi uatara dan selatan.

Tabel 1. Prevalensi Kejadian Diabetes Mellitus di Beberapa Negara Tahun 2000

(FKM, Universitas Hasanuddin, Makassar, 2007)

No
Rangking negara tahun 2000
Orang dengan DM (juta)
1.
India
31,7
2.
Cina
20,8
3.
Amerika Serikat
17,7
4.
Indonesia
8,4
5.
Jepang
6,8
6.
Pakistan
5,2
7.
Federasi Rusia
4,6
8.
Brazil
4,6
9.
Italia
4,3
10.
Banglades
3,2

PENYEBAB / FAKTOR PREDISPOSISI

a. Faktor genetic

Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri; tetapi mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah terjadinya DM tipe I. Kecenderungan genetik ini ditemukan pada individu yang mempunyai tipe antigen HLA (human leucosite antigen). HLA merupakan kumpulan gen yang bertanggung jawab atas antigen transplantasi dan proses imun lainnya.

b. Faktor-faktor imunologi

Adanya respons otoimun yang merupakan respons abnormal dimana antibodi terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seperti sebagai jaringan asing, yaitu autoantibodi terhadap sel-sel pulau Langerhans dan insulin endogen.

c. Faktor lingkungan

Virus atau toksin tertentu sanggup memicu proses otoimun yang menimbulkan destruksi sel beta.


KLASIFIKASI

Klasifikasi DM tipe 1, menurut etiologi sebagai berikut :

Pada DM tipe I, dikenal 2 bentuk dengan patofisiologi yang berbeda.

1. Tipe IA, diduga efek genetik dan lingkungan memegang kiprah utama untuk terjadinya kerusakan pankreas. HLA-DR4 ditemukan mempunyai hubungan yang sangat erat dengan fenomena ini.

2. Tipe IB berafiliasi dengan keadaan autoimun primer pada sekelompok penderita yang juga sering memperlihatkan manifestasi autoimun lainnya, menyerupai Hashimoto disease, Graves disease, pernicious anemia, dan myasthenia gravis. Keadaan ini berafiliasi dengan antigen HLA-DR3 dan muncul pada usia sekitar 30 - 50 tahun.


PATOFISIOLOGI TERJADINYA DIABETES MELITUS TIPE 1

Diabetes tipe 1 disebabkan oleh abses atau toksin lingkungan yang menyerang orang dengan sistem imun yang secara genetis merupakan predisposisi untuk terjadinya suatu respon autoimun yang berpengaruh yang menyerang antigen sel B pankreas. Faktor ekstrinsik yang diduga menghipnotis fungsi sel B mencakup kerusakan yang disebabkan oleh virus, menyerupai virus penyakit gondok (mumps) dan virus coxsackie B4, oleh biro kimia yang bersifat toksik, atau oleh sitotoksin perusak dan antibodi yang dirilis oleh imunosit yang disensitisasi. Suatu kerusakan genetis yang mendasari yang berafiliasi dengan replikasi atau fungsi sel B pankreas sanggup mengakibatkan predisposisi terjadinya kegagalan sel B setelah abses virus. Lagipula, gen-gen HLA yang khusus diduga meningkatkan kerentanan terhadap virus diabetogenik atau mungkin dikaitkan dengan gen-gen yang merespon sistem imun tertentu yang mengakibatkan terjadinya predisposisi pada pasien sehingga terjadi respon autoimun terhadap sel-sel pulaunya (islets of Langerhans) sendiri atau yang dikenal dengan istilah autoregresi.

Diabetes tipe 1 merupakan bentuk diabetes parah yang berafiliasi dengan terjadinya ketosis apabila tidak diobati. Diabetes ini muncul ketika pankreas sebagai pabrik insulin tidak sanggup atau kurang bisa memproduksi insulin. Akibatnya, insulin tubuh kurang atau tidak ada sama sekali. Penurunan jumlah insulin mengakibatkan gangguan jalur metabolik antaranya penurunan glikolisis (pemecahan glukosa menjadi air dan karbondioksida), peningkatan glikogenesis (pemecahan glikogen menjadi glukosa), terjadinya glukoneogenesis. Glukoneogenesis merupakan proses pembuatan glukosa dari asam amino , laktat , dan gliserol yang dilakukan counterregulatory hormone (glukagon, epinefrin, dan kortisol). Tanpa insulin , sintesis dan pengambilan protein, trigliserida , asam lemak, dan gliserol dalam sel akan terganggu. Aseharusnya terjadi lipogenesis namun yang terjadi yaitu lipolisis yang menghasilkan tubuh keton.Glukosa menjadi menumpuk dalam peredaran darah lantaran tidak sanggup diangkut ke dalam sel. Kadar glukosa lebih dari 180mg/dl ginjal tidak sanggup mereabsorbsi glukosa dari glomelurus sehingga timbul glikosuria. Glukosa menarik air dan mengakibatkan osmotik diuretik dan mengakibatkan poliuria. Poliuria mengakibatkan hilangnya elektrolit lewat urine, terutama natrium, klorida, kalium, dan fosfat merangsang rasa haus dan peningkatan asupan air (polidipsi). Sel tubuh kekurangan materi bakar (cell starvation ) pasien merasa lapar dan peningkatan asupan masakan (polifagia).

Biasanya, diabetes tipe ini sering terjadi pada anak dan remaja tetapi kadang kala juga terjadi pada orang dewasa, khususnya yang non obesitas dan mereka yang berusia lanjut ketika hiperglikemia tampak pertama kali. Keadaan tersebut merupakan suatu gangguan katabolisme yang disebabkan lantaran hampir tidak terdapat insulin dalam sirkulasi, glukagon plasma meningkat dan sel-sel B pankreas gagal merespon semua stimulus insulinogenik. Oleh lantaran itu, diharapkan dukungan insulin eksogen untuk memperbaiki katabolisme, mencegah ketosis, dan menurunkan hiperglukagonemia dan peningkatan kadar glukosa darah.(Tandra,2007)

PATHWAY DM TIPE 1



MANIFESTASI KLINIS

Keluhan umum pasien DM menyerupai poliuria, polidipsia, polifagia pada DM umumnya tidak ada. Sebaliknya yang sering mengganggu pasien yaitu keluhan akhir komplikasi degeneratif kronik pada pembuluh darah dan saraf.

Manifestasi klinis DM tipe 1 sama dengan manifestasi pada DM tahap awal, yang sering ditemukan :

a) Poliuri (banyak kencing)

Hal ini disebabkan oleh lantaran kadar glukosa darah meningkat hingga melampaui daya serap ginjal terhadap glukosa sehingga terjadi osmotic diuresis yang mana gula banyak menarik cairan dan elektrolit sehingga klien mengeluh banyak kencing.

b) Polidipsi (banyak minum)

Hal ini disebabkan pembakaran terlalu banyak dan kehilangan cairan banyak lantaran poliuri, sehingga untuk mengimbangi klien lebih banyak minum.

c) Polifagia (banyak makan)

Hal ini disebabkan lantaran glukosa tidak hingga ke sel-sel mengalami starvasi (lapar). Sehingga untuk memenuhinya klien akan terus makan. Tetapi walaupun klien banyak makan, tetap saja masakan tersebut hanya akan berada hingga pada pembuluh darah.

d) Berat tubuh menurun, lemas, lekas lelah, tenaga kurang.

Hal ini disebabkan kehabisan glikogen yang telah dilebur jadi glukosa, maka tubuh berusama mendapat peleburan zat dari bahagian tubuh yang lain yaitu lemak dan protein, lantaran tubuh terus mencicipi lapar, maka tubuh selanjutnya akan memecah cadangan masakan yang ada di tubuh termasuk yang berada di jaringan otot dan lemak sehingga klien dengan DM walaupun banyak makan akan tetap kurus

e) Mata kabur

Hal ini disebabkan oleh gangguan lintas polibi (glukosa – sarbitol fruktasi) yang disebabkan lantaran insufisiensi insulin. Akibat terdapat penimbunan sarbitol dari lensa, sehingga mengakibatkan pembentukan katarak.

f) Ketoasidosis.

Anak dengan DM tipe-1 cepat sekali menjurus ke-dalam ketoasidosis diabetik yang disertai atau tanpa koma dengan prognosis yang kurang baik bila tidak diterapi dengan baik.


PEMERIKSAAN FISIK

Diabetes Melitus Tipe 1

Inspeksi : pada DM tipe 1 didapatkan klien mengeluh kehausan, klien tampak banyak makan, klien tampak kurus dengan berat tubuh menurun, terdapat penutunan lapang pandang, klien tampak lemah dan mengalam penurunan tonus otot

Palpasi : denyut nadi meningkat, tekanan darah meningkat yang menunjukan terjadi hipertensi.

Auskultasi : adanya peningkatan tekanan darah


PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan penunjang yang dlakukan pada DM tipe 1 dan 2 umumnya tidak jauh berbeda.

a) Glukosa darah : meningkat 200-100mg/dL
b) Aseton plasma (keton) : faktual secara mencolok
c) Asam lemak bebas : kadar lipid dan kolesterol meningkat
d) Osmolalitas serum : meningkat tetapi biasanya kurang dari 330 mOsm/l
e) Elektrolit :
  • Natrium : mungkin normal, meningkat, atau menurun
  • Kalium : normal atau peningkatan semu ( perpindahan seluler), selanjutnya akan menurun.
  • Fosfor : lebih sering menurun
f) Hemoglobin glikosilat : kadarnya meningkat 2-4 kali lipat dari normal yang mencerminkan control DM yang kurang selama 4 bulan terakhir ( usang hidup SDM) dan karenanaya sangat bermanfaat untuk membedakan DKA dengan control tidak adekuat versus DKA yang berafiliasi dengan bencana ( mis, ISK baru)
g) Gas Darah Arteri : biasanya memperlihatkan pH rendah dan penurunan pada HCO3 ( asidosis metabolic) dengan kompensasi alkalosis respiratorik.
h) Trombosit darah : Ht mungkin meningkat ( dehidrasi) ; leukositosis : hemokonsentrasi ;merupakan respon terhadap stress atau infeksi.
i) Ureum / kreatinin : mungkin meningkat atau normal ( dehidrasi/ penurunan fungsi ginjal)
j) Amilase darah : mungkin meningkat yang mengindikasikan adanya pancreatitis akut sebagai penyebab dari DKA.
k) Insulin darah : mungkin menurun / atau bahka hingga tidak ada ( pada tipe 1) atau normal hingga tinggi ( pada tipe II) yang mengindikasikan insufisiensi insulin/ gangguan dalam penggunaannya (endogen/eksogen). Resisten insulin sanggup berkembang sekunder terhadap pembentukan antibody . ( autoantibody)
l) Pemeriksaan fungsi tiroid : peningkatan acara hormone tiroid sanggup meningkatkan glukosa darah dan kebutuhan akan insulin.
m) Urine : gula dan aseton faktual : berat jenis dan osmolalitas mungkin meningkat.
n) Kultur dan sensitivitas : kemungkinan adanya abses pada akses kemih, abses pernafasan dan abses pada luka.


DIAGNOSTIK / KRITERIA DIAGNOSTIK

Diabetes Melitus Tipe 1

Diagnosis didapatkan dari anamnesis, tanda-tanda klinis, serta data laboratorium, dengan kriteria data lab: Kadar darah sewaktu dan puasa sebagai patokan penyaring diagnosis DM (mg/dl)(WHO)

   Bukan DM
Belum niscaya DM
DM
Kadar glukosa darah sewaktu:
1.      Plasma vena
2.      Darah kapiler


< 100
<  80  


100 – 200
80 – 200


      >200
      >200
Kadar glukosa darah puasa:
1.      Plasma vena
2.      Darah kapiler


< 110
<  90  


110 – 120
90 – 110 


>126
>110

Kriteria diagnostik WHO untuk diabetes mellitus pada sedikitnya 2 kali investigasi :
  • Glukosa plasma sewaktu >200 mg/dl (11,1 mmol/L)
  • Glukosa plasma puasa >140 mg/dl (7,8 mmol/L)
  • Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sehabis mengkonsumsi 75gr karbohidrat (2 jam post prandial (pp) > 200 mg/dl

DIAGNOSIS BANDING

Diabetes Melitus Tipe 1

Produksi hiperbola glukokortikoid atau katekolamin pada :
  • Tumor hipotalamus atau hipofisis
  • Tumor atau hiperplasia adrenal
  • Renal glukosuria (Pada keadaan ini didapatkan glukosuria tanpa hiperglikemia maupun ketosis)
  • Feokromositoma (Pada keadaan ini didapatkan uji toleransi glukosa yang abnormal dan glukosuria tanpa ketosis, yang disebabkan oleh peningkatan glikogenolisis dan glukoneogenesis).

PENATALAKSAAN

Diabetes Melitus baik Tipe 1 dan tipe 2

Ada enam cara dalam penatalaksanaan DM tipe 1 meliputi:

1. Pemberian insulin

Yang harus diperhatikan dalam dukungan insulin yaitu jenis, dosis, kapan pemberian, dan cara penyuntikan serta penyimpanan. Terdapat banyak sekali jenis insulin menurut asal maupun usang kerjanya, menjadi kerja cepat/rapid acting, kerja pendek(regular/soluble), menengah, panjang, dan campuran.

Penatalaksanaan Terapi Insulin.
  • Cara dukungan /penyuntikan hormone insulin
  • Indikasi dan kontra indikasi dukungan /penyuntikan hormone insulin.
  • Efek samping dukungan / penyuntikan hormone insulin.dll
Suntikan insulin untuk pengobatan diabetes dinamakan terapi insulin. Tujuan terapi ini terutama untuk :
  • Mempertahankan glukosa darah dalam kadar yang normal atau mendekati normal
  • Menghambat kemungkinan timbulnya komplikasi kronis pada diabetes.
  • Keberhasilan terapi insulin juga tergantung terhadap gaya hidup menyerupai acara diet dan olahraga secara teratur
Indikasi penggunaan terapi insulin harus memenuhi kriteria di bawah ini :
  • Menggunakan insulin lebih dari 3 kali sehari
  • Kadar glukosa darah sering tidak teratur
  • Ingin mengurangi resiko hipoglikemi
  • Ingin mengurangi resiko komplikasi yang berkelanjutan
  • Ingin lebih bebas beraktifitas dan gaya hidup yang lebih fleksibel

Enam tipe insulin menurut mulai kerja, puncak, dan usang kerja insulin tersebut, yakni :
  • Insulin Keja Cepat (Short-acting Insulin)
  • Insulin Kerja Sangat Cepat (Quick-Acting Insulin)
  • Insulin Kerja Sedang (Intermediate-Acting Insulin)
  • Mixed Insulin
  • Insulin Kerja Panjang (Long-Acting Insulin)
  • Insulin Kerja Sangat Panjang (Very Long Acting Insulin)
Cara Pemberian Insulin

Struktur kimia hormon insulin bisa rusak oleh proses pencernaan sehingga insulin tidak bisa diberikan melalui tablet atau pil. Satu-satunya jalan dukungan insulin yaitu melalui suntikan, bisa suntikan di bawah kulit (subcutan/sc), suntikan ke dalam otot (intramuscular/im), atau suntukan ke dalam pembuluh vena (intravena/iv). Ada pula yang digunakan secara terus menerus dengan pompa (insulin pump/CSII) atau sistem tembak (tekan semprot) ke dalam kulit (insulin medijector).

Dosis anak bervariasi berkisar antara 0,7-1,0 U/kg per hari. Dosis insulin ini berkurang sedikit pada adanya fase remisi yang dikenal sebagai honeymoon periode dan kemudian meningkat pada ketika pubertas.

Saat awal pengobatan insulin diberikan 3-4 kali injeksi. Bila takaran optimal sanggup diperoleh, diusahakan untuk mengurangi jumlah suntikan menjadi 2 kali dengan memakai insulin kerja mengengah atau kombinasi kerja pendekb dan menengah (split-mix regimen). Penyuntikan setiap hari secara subkutan dipaha, lengan atas, sekitar umbilicus secara bergantian. Insulin sebaiknya disimpan dalam lemari es pada suhu 4-80C.

2. Pengaturan makan/diet
  • Jumlah kebutuhan kalori untuk anak usia 1 tahun hingga dengan usia pubertas sanggup juga ditentukan dengan rumus sebagai berikut : 1000 + (usia dalam tahun x 100) = ....... Kalori/hari
  • Komposisi sumber kalori per hari sebaiknya terdiri atas : 50-55% karbohidrat, 10-15% protein (semakin menurun dengan bertambahnya umur), dan 30-35% lemak.
  • Pembagian kalori per 24 jam diberikan 3 kali masakan utama dan 3 kali masakan kecil sebagai berikut :
a. 20% berupa makan pagi.
b. 10% berupa masakan kecil.
c. 25% berupa makan siang.
d. 10% berupa masakan kecil.
e. 25% berupa makan malam.
f. 10% berupa masakan kecil.

Dari sisi masakan penderita diabetes atau kencing manis lebih dianjurkan mengkonsumsi karbohidrat berserat menyerupai kacang-kacangan, sayuran, buah segar menyerupai pepaya, kedondong, apel, tomat, salak, semangka dll. Sedangkan buah-buahan yang terlalu manis menyerupai sawo, jeruk, nanas, rambutan, durian, nangka, anggur, tidak dianjurkan.

Menurut peneliti gizi asal Universitas Airlangga, Surabaya, Prof. Dr. Dr. H. Askandar Tjokroprawiro, menggolongkan diet atas dua bagian, A dan B. Diet B dengan komposisi 68% karbohidrat, 20% lemak, dan 12% protein, lebih cocok buat orang Indonesia dibandingkan dengan diet A yang terdiri atas 40 – 50% karbohidrat, 30 – 35% lemak dan 20 – 25% protein. Diet B selain mengandung karbohidrat tidak mengecewakan tinggi, juga kaya serat dan rendah kolesterol. Berdasarkan penelitian, diet tinggi karbohidrat kompleks dalam takaran terbagi, sanggup memperbaiki kepekaan sel beta pankreas.
  • Serat makanan
Tipe diet ini berperan dalam penurunan kadar total kolesterol dan LDL (low-density lipoprotein) kolesterol dalm darah. Peningkatan kandungan serat dalam diet sanggup pula memperbaiki kadar glukosa darah sehingga kebutuhan insulin dari luar sanggup dikurangi.

Mekanisme kerja serat terlarut diperkirakan berafiliasi dengan pembentukan gel dalam traktus gastrointestinal. Gel ini akan memperlambat pengosongan lambung dan gerakan masakan yang melalui akses cerna kepingan atas. Efek penurunan glukosa yang potensial oleh serat masakan tersebut mungkin disebabkan oleh kecepatan perembesan glukosa yang lebih lambat.

Sementara itu tingginya serat dalam sayuran jenis A(bayam, buncis, kacang panjang, jagung muda, labu siam, wortel, pare, nangka muda) ditambah sayuran jenis B (kembang kol, jamur segar, seledri, taoge, ketimun, gambas, cabe hijau, labu air, terung, tomat, sawi) akan menekan kenaikan kadar glukosa dan kolesterol darah. Bawang merah dan putih (berkhasiat 10 kali bawang merah) serta buncis baik sekali kalau ditambahkan dalam diet diabetes lantaran secara bantu-membantu sanggup menurunkan kadar lemak darah dan glukosa darah.
  • Alkohol
Alkohol sanggup menurunkan reaksi fisiologi normal dalam tubuh yang memproduksi glukosa (glukoneogenesis). Jadi, kalau seorang penderita diabetes minum minuman beralkohol pada ketika lambung kosong, maka kemungkinan terjadinya hipoglikemia akan meningkat. Konsumsi alcohol yang hiperbola sanggup menggganggu kemampuan seseorang untuk mengidentifikasi serta mengatasi keadaan hipoglikemia dengan sempurna dan mengikuti planning makan yang sudah diresepkan untuk mencegah hipoglikemian.

3. Olahraga

Dianjurkan latihan jasmani teratur 3-4 kali tiap ahad selam kurang lebih 30 menit yang sifatnya sesuai CRIPE (Continous Rytmical Interval Progressive Endurance Training). Latihan yang dapa dijadikan pilihan yaitu jalan kaki, jogging, lari, renang, dan bersepeda.

4. Obat hipoglikemik oral (OHO)

Jika pasien telah melaksanakan pengturan makan dan kegiatan jasmani yang teratur, tetapi kadar glukosa darahnya masih belum baik, dipertimbangkan pemakaian obat berhasiat hipoglikemik.

a. Sulfoniurea

Berfungsi untuk menstimulasin pelepasan insulin yang tersimpan, menurunkan ambang sekresi insulin, meningkatkan sekresi insulin sebagai akhir rangsangan glukosa.

b. Biguanid

Menurunkan kadar glukosa darah tapi tidak hingga di bawah normal. Dianjurkan untuk pasien gemuk.

c. Inhibitor α glukosidase

Bersifat kompetitif menghambat kerja enzim α glukosidase sehingga menurunkan penyerapan glukosa dan menurunkan hiperglikemia pascaprandial.

d. Insulin sentizing agent

Berfungsi meningkatkan sensitifitas insulin tanpa mengakibatkan hipoglikemia.

5. Edukasi

Kegiatan edukasi mencakup pemahaman dan pengertian penyakit dan komplikasinya, memotivasi penderita dan keluarga biar patuh berobat.

6. Pemantauan mandiri/home monitoring

Pasien serta keluarga harus sanggup melaksanakan pemantauan kadar glukosa darah dan penyakitnya di rumah. Halini sangat diharapkan karenasangat menunjang upaya pencapaian normoglikemia. Pamantauan sanggup dilakukan secara eksklusif (darah) dan secara tidak eksklusif (urin).

KOMPLIKASI

Komplikasi DM baik pada DM tipe 1 maupun 2, sanggup dibagi menjadi 2 kategori, yaitu komplikasi akut dan komplikasi menahun.

a. Komplikasi Metabolik Akut

1) Ketoasidosis Diabetik (khusus pada DM tipe 1)

Apabila kadar insulin sangat menurun, pasien mengalami hiperglikemi dan glukosuria berat, penurunan glikogenesis, peningkatan glikolisis, dan peningkatan oksidasi asam lemak bebas disertai penumpukkan benda keton, peningkatan keton dalam plasma menimbulkan ketosis, peningkatan ion hidrogen dan asidosis metabolik. Glukosuria dan ketonuria juga menimbulkan diuresis osmotik dengan hasil simpulan dehidasi dan kehilangan elektrolit sehingga hipertensi dan mengalami stress berat yang akibatnya klien sanggup koma dan meninggal

2) Hipoglikemi

Seseorang yang mempunyai Diabetes Mellitus dikatakan mengalami hipoglikemia kalau kadar glukosa darah kurang dari 50 mg/dl. Hipoglikemia sanggup terjadi akhir lupa atau terlambat makan sedangkan penderita mendapat therapi insulin, akhir latihan fisik yang lebih berat dari biasanya tanpa komplemen kalori tambahan, ataupun akhir penurunan takaran insulin. Hipoglikemia umumnya ditandai oleh pucat, takikardi, gelisah, lemah, lapar, palpitasi, berkeringat dingin, mata berkunang-kunang, tremor, pusing/sakit kepala yang disebabkan oleh pelepasan epinefrin, juga akhir kekurangan glukosa dalam otak akan memperlihatkan gejala-gejala menyerupai tingkah laku aneh, sensorium yang tumpul, dan pada akibatnya terjadi penurunan kesadaran dan koma.

b. Komplikasi Vaskular Jangka Panjang (pada DM tipe 1 biasanya terjadi memasuki tahun ke 5)

1. Mikroangiopaty

Merupakan lesi spesifik diabetes yang menyerang kapiler dan arteriola retina (retinopaty diabetik), glomerulus ginjal (nefropatik diabetic/dijumpai pada 1 diantara 3 penderita DM tipe-1), syaraf-syaraf perifer (neuropaty diabetik), otot-otot dan kulit. Manifestasi klinis retinopati berupa mikroaneurisma (pelebaran sakular yang kecil) dari arteriola retina. Akibat terjadi perdarahan, neovasklarisasi dan jaringan parut retina yang sanggup menimbulkan kebutaan. Manifestasi dini nefropaty berupa protein urin dan hipetensi kalau hilangnya fungsi nefron terus berkelanjutan, pasien akan menderita insufisiensi ginjal dan uremia. Neuropaty dan katarak timbul sebagai akhir gangguan jalur poliol (glukosa—sorbitol—fruktosa) akhir kekurangan insulin. Penimbunan sorbitol dalam lensa menimbulkan katarak dan kebutaan. Pada jaringan syaraf terjadi penimbunan sorbitol dan fruktosa dan penurunan kadar mioinositol yang menimbulkan neuropaty. Neuropaty sanggup menyerang syaraf-syaraf perifer, syaraf-syaraf kranial atau sistem syaraf otonom.

2. Makroangiopaty

Gangguan-gangguan yang disebabkan oleh insufisiensi insulin sanggup menjadi penyebab banyak sekali jenis penyakit vaskuler. Gangguan ini berupa :

a) Penimbunan sorbitol dalam intima vascular.
b) Hiperlipoproteinemia
c) Kelainan pembekun darah

Pada akibatnya makroangiopaty diabetik akan menimbulkan penyumbatan vaskular kalau mengenai arteria-arteria perifer maka sanggup mengakibatkan insufisiensi vaskular perifer yang disertai Klaudikasio intermiten dan gangren pada ekstremitas. Jika yang terkena yaitu arteria koronaria, dan aorta maka sanggup menimbulkan angina pektoris dan infark miokardium. Komplikasi diabetik diatas sanggup dicegah kalau pengobatan diabetes cukup efektif untuk menormalkan metabolisme glukosa secara keseluruhan.


PROGNOSIS

DM tipe 1 merupakan penyakit kronik yang memerlukan pengobatan seumur hidup. DM tipe 1 tidak bisa disembuhkan tetapi kualitas hidup penderita sanggup dipertahankan seoptimal mungkin dengan mengusahakan control metabolic yang baik. Yang dimaksud control metabolic yang baik yaitu mengusahakan kadar glukosa darah berada dalam batas normal atau mendekati nilai normal, tanpa mengakibatkan hipoglikemia. Sekitar 60 % pasien DMT1 yang mendapat insulin sanggup bertahan hidup menyerupai orang normal, sisanya sanggup mengalami kebutaan, gagal ginjal kronik, dan kemungkinan untuk meninggal lebih cepat. Anak dengan DM tipe-1 cepat sekali menjurus ke-dalam ketoasidosis diabetik yang disertai atau tanpa koma dengan prognosis yang kurang baik bila tidak diterapi dengan baik. Oleh lantaran itu, pada dugaan DM tipe-1, penderita harus segera dirawat inap.

Prognosis ditentukan oleh regulasi DM dan adanya komplikasi. Regulasi teratur dan baik akan memperlihatkan prognosis baik.

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN KASUS DM TIPE 1

PENGKAJIAN

Pengkajian pada klien dengan gangguan sistem endokrin diabetes mellitus dilakukan mulai dari pengumpulan data yang mencakup : biodata, keadaan umum pasien, tanda-tanda vital, riwayat kesehatan, keluhan utama, sifat keluhan, riwayat kesehatan masa lalu, investigasi fisik, teladan kegiatan sehari-hari.

a. Identitas

Merupakan identitas klien mencakup : nama, umur, jenis kelamin, agama, suku bangsa, alamat, tanggal masuk rumah sakit, nomor register, tanggal pengkajian dan diagnosa medis. Identitas ini digunakan untuk membedakan klien satu dengan yang lain. Jenis kelamin, umur dan alamat dan lingkungan kotor sanggup mempercepat atau memperberat keadaan penyakit infeksi.

b. Keluhan utama

Merupakan kebutuhan yang mendorong penderita untuk masuk RS.

Ds yg mungkin timbul :
  • Klien mengeluh sering kesemutan.
  • Klien mengeluh sering buang air kecil ketika malam hari
  • Klien mengeluh sering merasa haus
  • Klien mengeluh mengalami rasa lapar yang hiperbola (polifagia)
  • Klien mengeluh merasa lemah
  • Klien mengeluh pandangannya kabur
Do :
  • Klien tampak lemas.
  • Terjadi penurunan berat badan
  • Tonus otot menurun
  • Terjadi atropi otot
  • Kulit dan membrane mukosa tampak kering
  • Tampak adanya luka ganggren
  • Tampak adanya pernapasan yang cepat dan dalam
c. Keadaan Umum

Meliputi kondisi menyerupai tingkat ketegangan/kelelahan, tingkat kesadaran kualitatif atau GCS dan respon verbal klien.

d. Tanda-tanda Vital

Meliputi pemeriksaan:
  • Tekanan darah: sebaiknya diperiksa dalam posisi yang berbeda, kaji tekanan nadi, dan kondisi patologis. Biasanya pada DM type 1, klien cenderung mempunyai TD yang meningkat/ tinggi/ hipertensi.
  • Pulse rate
  • Respiratory rate
  • Suhu
e. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik pada penyakit ini biasanya didapatkan :
  • Inspeksi : kulit dan membrane mukosa tampak kering, tampak adanya atropi otot, adanya luka ganggren, tampak pernapasan cepat dan dalam, tampak adanya retinopati, kekaburan pandangan.
  • Palpasi : kulit teraba kering, tonus otot menuru.
  • Auskultasi : adanya peningkatan tekanan darah.
f. Pemeriksaan penunjang

1) Glukosa darah : meningkat 200-100mg/dL
2) Aseton plasma (keton) : faktual secara mencolok
3) Asam lemak bebas : kadar lipid dan kolesterol meningkat
4) Osmolalitas serum : meningkat tetapi biasanya kurang dari 330 mOsm/l
5) Elektrolit :
  • Natrium : mungkin normal, meningkat, atau menurun
  • Kalium : normal atau peningkatan semu ( perpindahan seluler), selanjutnya akan menurun.
  • Fosfor : lebih sering menurun
6) Hemoglobin glikosilat : kadarnya meningkat 2-4 kali lipat dari normal yang mencerminkan control DM yang kurang selama 4 bulan terakhir ( usang hidup SDM) dan karenanaya sangat bermanfaat untuk membedakan DKA dengan control tidak adekuat versus DKA yang berafiliasi dengan bencana ( mis, ISK baru)
7) Gas Darah Arteri : biasanya memperlihatkan pH rendah dan penurunan pada HCO3 ( asidosis metabolic) dengan kompensasi alkalosis respiratorik.
8) Trombosit darah : Ht mungkin meningkat ( dehidrasi) ; leukositosis : hemokonsentrasi ;merupakan respon terhadap stress atau infeksi.
9) Ureum / kreatinin : mungkin meningkat atau normal ( dehidrasi/ penurunan fungsi ginjal)
10) Amilase darah : mungkin meningkat yang mengindikasikan adanya pancreatitis akut sebagai penyebab dari DKA.
11) Insulin darah : mungkin menurun / atau bahka hingga tidak ada ( pada tipe 1) atau normal hingga tinggi ( pada tipe II) yang mengindikasikan insufisiensi insulin/ gangguan dalam penggunaannya (endogen/eksogen). Resisten insulin sanggup berkembang sekunder terhadap pembentukan antibody . ( autoantibody)
12) Pemeriksaan fungsi tiroid : peningkatan acara hormone tiroid sanggup meningkatkan glukosa darah dan kebutuhan akan insulin.
13) Urine : gula dan aseton faktual : berat jenis dan osmolalitas mungkin meningkat.
14) Kultur dan sensitivitas : kemungkinan adanya abses pada akses kemih, abses pernafasan dan abses pada luka.

g. Riwayat Kesehatan
  • Riwayat Kesehatan Keluarga
Adakah keluarga yang menderita penyakit menyerupai klien ?
  • Riwayat Kesehatan Pasien dan Pengobatan Sebelumnya
Berapa usang klien menderita DM, bagaimana penanganannya, mendapat terapi insulin jenis apa, bagaimana cara minum obatnya apakah teratur atau tidak, apa saja yang dilakukan klien untuk menanggulangi penyakitnya.

Hal – hal yang biasanya didapat dari pengkajian pada klien dengan diabetes mellitus :

1. Aktivitas/ Istirahat

Letih, Lemah, Sulit Bergerak / berjalan, kram otot, tonus otot menurun.

2. Sirkulasi

Adakah riwayat hipertensi, AMI, klaudikasi, kebas, kesemutan pada ekstremitas, ulkus pada kaki yang penyembuhannya lama, takikardi, perubahan tekanan darah

3. Integritas Ego

Stress, ansietas

4. Eliminasi

Perubahan teladan berkemih ( poliuria, nokturia, anuria ), diare

5. Makanan / Cairan

Anoreksia, mual muntah, tidak mengikuti diet, penurunan berat badan, haus, penggunaan diuretik.

6. Neurosensori

Pusing, sakit kepala, kesemutan, kebas kelemahan pada otot, parestesia,gangguan penglihatan.

7. Nyeri / Kenyamanan

Abdomen tegang, nyeri (sedang / berat)

8. Pernapasan

Batuk dengan/tanpa sputum purulen (tergangung adanya abses / tidak)

9. Keamanan

Kulit kering, gatal, ulkus kulit.


DIAGNOSA KEPERAWATAN

Diagnosa keperawatan yang sanggup muncul pada pasien dengan DM type 1 meliputi:
  1. Kekurangan volume cairan berafiliasi dengan osmotik, kehilangan gastrik berlebihan, masukan yang terbatas.
  2. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berafiliasi dengan ketidak cukupan insulin penurunan masukan oral, status hipermetabolisme.
  3. Resti abses berafiliasi dengan kadar glukosa tinggi, penurunan fungsi leukosit, perubahan sirkulasi.
  4. Resti perubahan sensori perseptual berafiliasi dengan perubahan kimia endogen (ketidak seimbangan glukosa/insulin dan elektrolit.
  5. Ketidakberdayaan berafiliasi dengan ketergantungan pada orang lain, penyakit jangka panjang.
  6. Kurang pengetahuan mengenai penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan berafiliasi dengan tidak mengenal sumber informasi. (Doengoes, 2000)

RENCANA INTERVENSI

Diagnosa 1,Kekurangan volume cairan berafiliasi dengan diuresis osmotik, kehilangan gastrik berlebihan, masukan yang terbatas.

Intervensi dan Rasional
  1. Pantau tanda vital. R/ Hipovolemia sanggup ditandai dengan hipotensi dan takikardi.
  2. Kaji suhu, warna kulit dan kelembaban. R/ Demam, kulit kemerahan, kering sebagai cerminan dari dehidrasi.
  3. Pantau masukan dan pengeluaran, catat bj urin. R/ Memberikan asumsi kebutuhan akan cairanpengganti, fungsi ginjal dan keefektifan terapi.
  4. Ukur BB setiap hari. R/ Memberikan hasil pengkajian yang terbaik dan status cairan yang sedang berlangsung dan selanjutnya dalam memperlihatkan cairan pengganti.
  5. Pertahankan cairan  2500 cc/hari kalau pemasukan secara oral sudah sanggup diberikan. R/ Mempertahankan hidrasi/volume sirkulasi
  6. Tingkatkan lingkungan yang nyaman selimuti dengan selimut tipis. R/ Menghindari pemanasan yang hiperbola pada pasien yang akan menimbulkan kehilangan cairan.
  7. Catat hal-hal yang dilaporkan menyerupai mual, nyeri abdomen, muntah, distensi lambung. R/ Kekurangan cairan dan elektrolit mengubah motilitas lambung, yang sering menimbulkan muntah sehingga terjadi kekurangan cairan atau elektrolit.
  8. Kolaborasi
  9. Berikan terapi cairan sesuai indikasi. R/ Tipe dan jumlah cairan tergantung pada derajat kekurangan cairan dan respons pasien secara individual.
  10. Pasang selang NGT dan lakukan penghisapan sesuai dengan indikasi. R /Mendekompresi lambung dan sanggup menghilangkan muntah.

Diagnosa. 2. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berafiliasi dengan ketidak cukupan insulin, penurunan masukan oral,hipermetabolisme

Intervensi dan Rasional
  1. Timbang BB setiap hari. R/ Mengkaji pemasukan makananyang adekuat (termasuk absorpsi).
  2. Tentukan acara diet dan teladan makan pasien dan bandingkan dengan masakan yang dihabiskan pasien. R/ Mengidentifikasi kekurangan dan penyimpangan dari kebutuhan.
  3. Auskultasi bising usus, catat adanya nyeri, abdomen, mual, muntah. R /Hiperglikemi sanggup menurunkan motilitas/ fungsi lambung (distensi atau ileus paralitik) yang akan menghipnotis pilihan intervensi.
  4. Identifikasi masakan yang disukai. R / Jika masakan yang disukai sanggup dimasukkan dalam pencernaan makanan, kerjasama ini sanggup diupayakan setelah pulang.
  5. Libatkan keluarga pada perencanaan makan sesuai indikasi. R/ Memberikan informasi pada keluarga untuk memahami kebutuhan nutrisi pasien.
  6. Kolaborasi dengan hebat diet. R/ Sangat bermanfaat dalam perhitungan dan adaptasi diet untuk memenuhi kebutuhan pasien.

3. Resiko tinggi abses berafiliasi dengan kadar glukosa tinggi, penurunan fungsi lekosit/perubahan sirkulasi.

Intervensi dan Rasional
  1. Observasi tanda-tanda abses dan peradangan. R/ Pasien mungkin masuk dengan abses yang biasanya telah mencetuskan keadaan ketuasidosis atau abses nasokomial.
  2. Tingkatkan upaya pencegahan dengan mencuci tangan bagi semua orang yang berafiliasi dengan pasien, meskipun pasien itu sendiri. R/ Mencegah timbulnya abses nasokomial.
  3. Pertahankan teknik aseptik mekanisme invasif. R/ Kadar glukosa tinggi akan menjadi media terbaik bagi pertumbuhan kuman.
  4. Berikan perawatan kulit dengan teratur dan sungguh-sugguh, massage tempat yang tertekan. Jaga kulit tetap kering, linen tetap kering dan kencang. R/ Sirkulasi perifer bisa terganggu yang menempatkan pasien pada peningkatan resiko terjadinya iritasi kulit dan infeksi.
  5. Bantu pasien melaksanakan oral higiene. R /Menurunkan resiko terjadinya penyakit mulut.
  6. Anjurkan untuk makan dan minum adekuat. R/ Menurunkan kemungkinan terjadinya infeksi.
  7. Kolaborasi ihwal dukungan antibiotik yang sesuai. R/ Penanganan awal sanggup membantu mencegah timbulnya sepsis.

IMPLEMENTASI

Implementasi merupakan pelaksanaan dari perencanaan yang dibuat.


EVALUASI
  1. Kekurangan volume cairan berafiliasi dengan osmotik teratasi.
  2. Keseimbangan nutrisi adekuat , glukosa darah dalam rentang normal, berat tubuh normal.
  3. Glukosa darah terpantau stabil dalam rentang normal. Puasa (70-110 mg/dl) , 2 jan PP (120-200 mg/dl), sewaktu (< 200 mg/dl).
  4. Pasien lebih berdikari .
  5. Pasien lebih mengenal apa itu dm tipe 1 berkat pendidikan yang diberikan ooleh perawat.

PENDIDIKAN KESEHATAN
  • Berikan klarifikasi kepada keluarga mengenai penyakitnya, apa yang menyebabkan, pengobatan, komplikasi dan pencegahannya.
  • Berikan klarifikasi mengenai penggunaan insulin yang tepat.
  • Anjurkan klien untuk selalu menyediakan permen dan mengenali tanda-tanda hipodlikemia.
  • Berikan klarifikasi mengenai tanda-tanda pertumbuuhan dan perkembangan yang ditoleransi klien.
  • Anjurkan keluarga klien mencatat hasil investigasi gula darah dan berkonsultasi dengan pelayan kesehatan untuk mengontrol gula darah secara berkala

DAFTAR PUSTAKA
  • Pratiwi, Andi Diah. 2007. Epidemiologi, Program Penanggulangan, dan Isu Mutakhir Diabetes Mellitus. https://caramembuatmaskerwajah.blogspot.com//search?q=10/epidemiologi-dm-dan-isu-mutakhirnya/. (Akses 17 Maret 2010)
  • Carpenito, Lynda Juall. 1992. Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada Praktik Klinis, Edisi 6. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
  • Doengoes, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
  • Faizi, Mohamad. 2010. Diabetes Tipe 1. http:// www. pediatrik.com/ 2010/02/diabetestipe1.. (Akses 17 Maret 2010)
  • Guyton, Arthur C. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 11. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
  • Suddarth, & Brunner. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Silahkan diunduh file askep diabetes mellitus 1 melalui link dibawah ini
  • Askep diabetes mellitus dm tipe 1 lengkap, format doc (Ambil File)
  • Askep diabetes mellitus dm tipe 1 lengkap, format pdf (Ambil File)
Apabila link diatas tidak bisa silahkan gunakan link alternatif dibawah ini.
  • Askep diabetes mellitus dm tipe 1 lengkap, doc Alternatif 1
  • Askep diabetes mellitus dm tipe 1 lengkap, pdf Alternatif 1
  • Askep diabetes mellitus dm tipe 1 lengkap, doc Alternatif 2
  • Askep diabetes mellitus dm tipe 1 lengkap, pdf Alternatif 2
  • Askep diabetes mellitus dm tipe 1 lengkap, doc Alternatif 3
  • Askep diabetes mellitus dm tipe 1 lengkap, pdf Alternatif 3
  • Askep diabetes mellitus dm tipe 1 lengkap, doc Alternatif 4
  • Askep diabetes mellitus dm tipe 1 lengkap, pdf Alternatif 4
Demikian askep diabetes mellitus 1 lengkap kami bagikan, semoga bermanfaat.
 
Top