Dehidrasi merupakan suatu keadaan dimana tubuh mengalami kehilangan cairan dan elektrolit. Penyebab yang paling sering ialah diare, terlebih pada bayi dan anak-anak, selain itu kehilangan cairan tubuh juga disebabkan oleh peningkatan kebutuhan cairan tubuh ibarat demam, suhu lingkungan yang tinggi dan acara berat.

Derajat Dehidrasi

Menurut AFIC (1999) dalam Kit dan Teng (2008), derajat keparahan kehilangan cairan tubuh sanggup dibagi 3 yaitu :

1. Dehidrasi Ringan/ Dehidrasi Jangka Pendek

Ditandai dengan rasa haus, sakit kepala, kelelahan, wajah memerah, ekspresi dan kerongkongan kering. Dehidrasi ringan ini merupakan kehilangan cairan tubuh yang terjadi dalam jangka waktu pendek dan tidak terlalu parah tetapi apabila dibiarkan maka akan berdampak buruk bagi kesehatan tubuh.

2. Dehidrasi Sedang

Ditandai dengan detak jantung yang cepat, pusing, tekanan darah rendah, lemah, volume urin rendah namun konsentrasinya tinggi.

3. Dehidrasi berat/ Dehidrasi Jangka Panjang

Ditandai dengan kejang otot, pengecap bisul (swollen tongue), sirkulasi darah tidak lancar, tubuh semakin melemah dan kegagalan fungsi ginjal. Dehidrasi berat ini merupakan kehilangan cairan tubuh jangka panjang yang sanggup berdampak buruk bagi kesehatan bahkan sanggup menimbulkan kematian.

Metode Penialaian Dehidrasi

Ketiga derajat kehilangan cairan tubuh diatas sanggup ditentukan dengan memakai lima metode dibawah ini :

1. Penurunan berat badan,
Metode penurunan berat tubuh lebih cocok dipakai pada subyek yang mengalami kurang air tubuh mendadak atau akut (olahraga sedang/berat dan muntah/diare).

2. Berat jenis urin
Metode berat jenis urin berkorelasi berpengaruh dengan metode osmolalitas urin. Osmolalitas urin mungkin tidak secara akurat mencerminkan status kehilangan cairan tubuh (Armstrong, 2005). Selain itu, warna urin berkorelasi berpengaruh dengan berat jenis urin (r2=0,80) maupun osmolalitas urin (r2=0,82). Oleh lantaran itu, pada tingkat laboratorium, metode berat jenis urin sanggup dipakai sedangkan pada tingkat masyarakat, metode warna urin sanggup dipakai untuk penilaian kecukupan air (Santoso dkk, 2012).

3. Volume urin 24 jam
Pengukuran volume urin 24 jam lebih sesuai diterapkan pada subyek pasien rawat inap.

4. Warna urin
Metode warna urin memakai nomor skala yang mengatakan rentang warna urin mulai dari jernih dengan skala 1 sampai yang pekat (coklat kehijauan) dengan skala 8 (Armstrong, 2005).

5. Rasa haus
Metode rasa haus sangat subjektif dan dipengaruhi umur. Rasa haus muncul sehabis tubuh mengalami kurang air sekitar 0,5% (Santoso dkk, 2012).

Selain lima metode diatas sanggup pula dengan memakai 3 tabel dibawah ini :

Tabel 1. derajat kehilangan cairan tubuh menurut persentase kehilangan berat badan

Derajat Dehidrasi
Dewasa
Bayi & Anak
Dehidrasi ringan
Dehidrasi sedang
Dehidrasi berat
4% dari berat badan
6% dari berat badan
8% dari berat badan
5% dari berat badan
10% dari berat badan
15% dari berat badan

Tabel 2. Derajat kehilangan cairan tubuh menurut skor WHO

Yang Dinilai
Skor
A
B
C
Keadaan Umum
Baik
Lesu/haus
Gelisa, cemas, mengantuk, sampai syok
Mata
Biasa
Cekung
Sangat cekung
Mulut
Biasa
Kering
Sangat kering
Turgor Kulit
Baik
Kurang
Jelek

Catatan:
< 2 tanda dikolom B dan C : tanpa dehidrasi
> 2 tanda dikolom B : kehilangan cairan tubuh rinagn-sedang
≥ 2 tanda dikolom c : kehilangan cairan tubuh berat

Tanda Klinis Dehidrasi

Tanda Klinis kehilangan cairan tubuh menurut derajat keparahannya

Derajat kehilangan cairan tubuh berdampak pada tanda klinis. Makin berat dehidrasi, gangguan hemodinamik makin nyata. Produksi urin dan kesadaran sanggup menjadi tolok ukur penilaian klinis dehidrasi.

Berikut tabel tanda klinis dehidrasi

Ringan
Sedang
Berat
Defisit cairan
3-5%
6-8%
>10%
Hemodinamik
Takikardi
Nadi lemah
Takikardi
Nadi sangat lemah
Volume kolaps
Hipotensi orstostatik
Takikardi
Nadi tidak teraba
Akral hirau taacuh dan sianosis
Jaringan
Lidah kering
Turgor menurun
Lidah keriput
Turgor menurun
Atonia
Turgor jelek
Urin
Pekat
Jumlah turun
Oliguria
Sistem Saraf Pusat
Mengantuk
Apatis
Koma

Penatalaksanaan / penanganan dehidrasi

Penatalaksanaan / penangan kehilangan cairan tubuh sanggup diubahsuaikan dengan derajat keperahan kehilangan cairan tubuh dengan tujuan yang sama yaitu mengembalikan cairan dan elektrolit yang hilang.

1. Penanganan kehilangan cairan tubuh ringan dan sedang

Dehidrasi ringan dan sedang sanggup ditangani dengan dukungan cairan melalui oral atau ORS (oral rehidration solution) untuk mengembalikan volume intraveskuler dan mengoreksi asidosis. Namun jikalau tidak memungkinkan melalui oral atau ORS sanggup pula melalui intravena apabila penderita mengalami obstruksi usus, ileus, atau kondisi abdomen akut. 

Banyak cairan tidak cocok dipakai sebagai cairan pengganti, contohnya jus apel, susu, air jahe, dan air kaldu ayam lantaran mengandung glukosa terlalu tinggi dan atau rendah natrium. Cairan pengganti yang tidak sempurna akan membuat diare osmotik, sehingga akan makin memperburuk kondisi dehidrasinya. Jenis ORS yang diterima sebagai cairan rehidrasi ialah dengan kandungan glukosa 2-3 g/dL, natrium 45-90 mEq/L, basa 30 mEq/L, kalium 20-25 mEq/L, dan osmolalitas 200-310 mOsm/L.

2. Penatalaksanaan kehilangan cairan tubuh berat

Pada kehilangan cairan tubuh berat diperlukan penilaian laboratorium dan terapi rehidrasi intravena, Penyebab kehilangan cairan tubuh harus digali dan ditangani dengan baik.Penanganan kondisi ini dibagi menjadi 2 tahap:

Tahap Pertama 

Tahap ini berfokus untuk mengatasi kedaruratan dehidrasi, yaitu stress berat hipovolemia yang membutuhkan penanganan cepat. Pada tahap ini sanggup diberikan cairan kristaloid isotonik, ibarat ringer lactate (RL) atau NaCl 0,9% sebesar 20 mL/kgBB. Perbaikan cairan intravaskuler sanggup dilihat dari perbaikan takikardi, denyut nadi, produksi urin, dan status mental pasien.

Apabila perbaikan belum terjadi sehabis cairan diberikan dengan kecepatan sampai 60 mL/kgBB, maka etiologi lain stress berat harus dipikirkan (misalnya anafi laksis, sepsis, stress berat kardiogenik). Pengawasan hemodinamik dan golongan inotropik sanggup diindikasikan.

Tahap Kedua 

Tahap ini berfokus pada mengatasi defi sit, dukungan cairan pemeliharaan dan penggantian kehilangan yang masih berlangsung.

Kebutuhan cairan pemeliharaan diukur dari jumlah kehilangan cairan (urin, tinja) ditambah IWL. Jumlah
WL ialah antara 400-500 mL/m2 luas permukaan tubuh dan sanggup meningkat pada kondisi demam dan takipnea. Secara garang kebutuhan cairan menurut berat tubuh adalah:
  • Berat tubuh < 10 kg = 100 mL/kgBB
  • Berat tubuh 10-20 kg = 1000 + 50 mL/kgBB untuk setiap kilogram berat tubuh di atas 10 kg
  • Berat tubuh > 20 kg = 1500 + 20 mL/kgBB untuk setiap kilogram berat tubuh di atas 20 kg
Untuk mengambil File kehilangan cairan tubuh DISINI
 
Top