Poliomielitis merupakan jerawat dari virus jenis enteroviral yang dapat bermanifestasi dalam 4 bentuk yaitu, jerawat yang tidak jelas, menetap, nonparalitik, dan paralitik. Sebelum masa 19 polimielitis menyebar secara mendunia, dan pada puncaknya tahun 1950. dengan ditemukannya vaksin menurunkan angka kejadian ini hingga serendah-rendahnya.

PATOFISIOLOGI 
Poliovirus merupakan RNA virus yang di transmisikan memalalui rute oral-fekal, melalui konsumsi dari air yang terkontaminasi feses (kotoran manusia). Terdapat tiga jenis yang dapat menyebabkan jerawat pada manusia. Masa inkubasi membutuhkan waktu 5 – 35 hari. Apabila virus masnuk kedalam badan melalui jalur makan, akan menetap dan berkembang biak di kelenjar getah bening nasofaring atau usus, dan kemudian menyebar melalui darah ke seluruh tubuh. Setelah virus masuk kedalam jaringan tubuh, virus akan mengeluarkan neurotropik yang akan merusak akhiran saraf pada otot, yang menyebabkan kelumpuhan dari organ gerak bahkan hingga otot mata. 

FREKUENSI 
Di Amerika Serikat tidak lagi dilaporkan adanya insidensi ini semenjak tahun 1979, sebab jadwal imunisasi yang berkala dengan baik. Secara dunia insidensi sudah menurun lebih dari 99% semenjak 1988. Di benua Eropa tidak terdapat suatu jerawat dalam jumlah yang besar semenjak 1991. Infeksi masih didapatkan di negara-negara berkembang menyerupai Asia dan Afrika, sehingga jadwal dunia untuk pemberantasan polio berpusat di benua tersebut terutama India, Pakistan, Afganistan, dan Nigeria.

Antara pria dan wanita memiliki angka insidensi yang sama. Berdasarkan usia, insidensi polio paling sering terjadi pada anak-anak, tetapi tidak menutup kemungkinan terjadi pada setiap usia. Insidensi polio meningkat pula di kalangan penderita gangguan sistem pertahan badan (HIV).

MORTALITAS DAN MORBIDITAS
Angka ajal terjadi pada penderita yang berafiliasi dengan adanya kelumpuhan otot, yang terus berkembang hingga terjadi kelumpuhan otot pernafasan. Walaupun 90 – 95 % kasus polio bersifat tidak bergejala, tetapi masih ada 5 – 10 % yang mengakibatkan keluhan. 



GEJALA KLINIS 
Berdasarkan keluhan awal penderita akan mengeluh menyerupai adanya jerawat ringan menyerupai akhir flu, atau batuk. Pada kasus jerawat yang tidak jelas, keluhan disertai dengan adanay mual, muntah, nyeri perut, yang berlangsung selama kurang dari 5 hari, dan menjelma iritasi dari selaput otak. Pada paralitik osteomyelitis keluhan akan terus berkembang dari kelemahan anggota gerak hingga gangguan pernafasan. Penderita yang telah sembuh dari polio akan mengakibatkan gejala sindroma postpolio berupa kelemahan dan ketidak seimbangan pada anggota gerak yang terinfeksi sebelumnya. Keluhan ini timbul dalam rentang waktu 20 – 40 tahun. 

PEMERIKSAAN KLINIS 

Pada kasus ringan akan ditemukan gejala berupa : 

• Demam 
• Sakit kepala 
• Mual 
• Muntah
• Nyeri perut 
• Peradangan tenggorokan 

Pada kasus nonparalisis akan ditemukan gejala : 
• Kaku kuduk 
• Sakit kepala yang hebat
• Nyeri di adegan belakang anggota gerak bawah 
• Perdangan selaput otak 

Pada kasus paralisis akan ditemukan gejala : 
• Gangguan pada saraf-saraf otot pada lokasi tertentu atau menyebar
• Gangguan fungsi otot yang tidak simetris (berbeda antara kiri-kanan)
• Pengecilan ukuran otot (beberapa minggu)
• Kesembuhan dapat total, sebagian atau tidak 

PEMERIKSAAN LABORATORIUM 
Pada pasien dengan kecurigaan suatu polio dapat dilakukan pemeriksaan spesimen dari cairan cerbrospinal, feses dan lendir mukosa tenggorokan dan dilakukan kultur dari virus. Dari pemeriksaan darah dapat dilakukan pemeriksaan antibodi immunoglobulin G (IgG) akan didapatkan peningkatan hingga 4 kali angka normal. Pemeriksaan pada dikala fase akut dapat dilakukan dengan pemeriksaan antibodi immunoglobulin M (IgM) yang akan didapatkan hasil yang positif. 

PENCEGAHAN 
Vaksin polio dibagi menjadi dua yaitu inactivated polio virus (IPV) yang diberikan secara suntikan dan attenuated polio virus (OPV) yang diberikan tetesan dibawah lidah. 

IPV merupakan vaksin yang pertama tersedia secara menyeluruh pada tahun 1950an. Kelebihan dari IPV yaitu berisi virus yang lemah, sehingga tidak berafiliasi dengan kejadian poliomielitis akhir perlindungan vaksin. Formulasi yang lebih baik yaitu enhanced inactivated poliovirus vaccine (eIPV). Vaksin ini diberikan pada usia 2 bulan, 4 bulan, dan 6 – 12 bulan dan sebelum masuk sekolah (usia 4 tahun). 
Pemberian OPV terutama semenjak tahun 1960an. Immunisasi dengan cara ini menyebabkan penurunan yang signifikan pada kasus-kasus poliomielitis di dunia. Pemberian secara oral menunjukkan kelebihan dengan adanya pertahana badan terhadap virus tersebut di mukosa susukan nafas dan pencernaan. Kerugian OPV yaitu dapat menyebabkan vaccine-associated paralytic poliomyelitis (VAPP). Pemberian vaksin ini diberikan pada usia 2 bulan, 4 bulan, 6 bulan dan perlindungan booster setiap 4 tahun. 

Varian OPV gres berupa monovalent oral poliovirus type 1 vaccine (mOPV1) diperkenalkan pertama kali di India pada bulan April 2005. Dari penelitan didapatkan bahwa varian gres ini 3 kali lebih efektif dan jauh lebih sedikit angka efek samping dibandingkan perlindungan OPV pertama, sehingga menjadi rekomendasi internasional untuk menghilangkan poliovirus.

PENATALAKSANAAN 
Tidak ada obat antivirus yang efektif untuk poliovirus, sehingga terapi yang utama yaitu mengurangi keluhan (suportif). Antinyeri diberikan untuk keluhan nyeri kepala. Penggunaan ventilator dilakukan pada pasien dengan gangguan otot pernafasan, dan apabila diperkirakan penggunaan ventilator akan berlangsung lama dapat dilakukan tracheostomy. Terapi rehabilitasi dilakukan pada pasien dengan paralisis otot dan adanya luka akhir tekanan (dekubitus). Pemberian pencahar diharapkan sebab mobilisasi yang kurang sehingga pencernaan akan terjadi gangguan dan juga perlindungan diit lunak dan tinggi serat. 

Terapi bedah berupa penggabungan sendi panggul diharapkan pada pasien dengan efek samping gangguan bentuk atau pengeroposan dari sendi panggul.
 
Top