Masih perihal laporan pendahuluan, kali ini kami bagikan laporan pendahuluan / LP perdarahan kanal cerna lengkap atas dan bawah. yaitu sebuah laporan pendahuluan yang sering dibentuk mahasiswa perawat yang sedang menjalani profesi ners pada stage kegawat daruratan.

Laporan pendahuluan / LP perdarahan kanal cerna ini telah kami susun selengkap mungkin berdasarkan beberapa rujukan yang terpercaya mulai dari pengertian, klasifikasi, etiologi, patofisiologi, pathway, tanda dan gejala, investigasi penunjang, penatalaksanaan hingga konsep asuhan keperawatan.

Untuk sanggup mempermudah sahabat perawat sekalian, telah kami sediakan link unduhan diakhir artikel untuk mendownload lp perdarahan kanal cerna dalam format doc dan pdf. 


Laporan Pendahuluan Perdarahan Saluran Cerna

Pengertian 

Perdarahan pada kanal cerna terutama disebabkan oleh tukak lambung atau gastritis.  Perdarahan kanal cerna dibagi menjadi perdarahan kanal cerna potongan atas dan potongan bawah.  Perdarahan yang terjadi di kanal cerna bila disebabkan oleh adanya abrasi arteri akan mengeluarkan darah lebih banyak dan tidak sanggup dilarang dengan penatalaksanaan medis saja.

Perdarahan kanal cerna yakni suatu perdarahan yang bisa terjadi dimana saja di sepanjang kanal pencernaan, mulai dari verbal hingga anus. Bisa berupa ditemukannya darah dalam tinja atau muntah darah, tetapi tanda-tanda bisa juga tersembunyi dan hanya bisa diketahui melalui investigasi tertentu. Perdarahan yang terjadi di kanal cerna bila disebabkan oleh adanya abrasi arteri akan mengeluarkan darah lebih banyak dan tidak sanggup dilarang dengan penatalaksanaan medis saja. (Mansjoer, 2000)


Klasifikasi

Perdarahan kanal cerna sanggup dibagi menjadi 2 yaitu
  1. Perdarahan kanal cerna potongan atas
  2. Perdarahan kanal cerna potongan bawah /Lower gastrointestinal bleeding (LGIB). (Mansjoer, 2000)

Etiologi 

Penyebab perdarahan kanal cerna potongan atas terbanyak di Indonesia yakni lantaran pecahnya varises esophagus, dengan rata-rata 45-50% seluruh perdarahan kanal cerna potongan atas.

1. Perdarahan kanal cerna potongan atas
  • Esophageal : varises, inflamasi, ulkus, tumor, Perlukaan Mallory-Weiss.
  • Gaster : Ulkus, gastritis, tumor, angiodiplasia
  • Usus Halus : ulkus peptikum, angiodiplasia, Penyakit Chron, Divertikulum Meckel.

2. Perdarahan kanal cerna potongan bawah
  • Tumor ganas
  • Polip
  • Kolitis ulseratif
  • Penyakit Chron
  • Angiodiplasia
  • Divertikula
  • Hemorhoid
  • Fistula rectal
  • Hemoragik massif kanal cerna potongan atas

Patofisiologi 

Pada gagal hepar sirosis kronis, kematian sel dalam hepar menimbulkan peningkatan tekanan vena porta. Sebagai karenanya terbentuk kanal kolateral dalam submukosa esopagus dan rektum serta pada dinding abdomen anterior untuk mengalihkan darah dari sirkulasi splenik menjauhi hepar. 

Dengan meningkatnya teklanan dalam vena ini, maka vena tersebut menjadi mengembang dan membesar (dilatasi) oleh darah (disebut varises). Varises sanggup pecah, menimbulkan perdarahan gastrointestinal masif. Selanjutnya sanggup menimbulkan kehilangan darah tiba-tiba, penurunan arus balik vena ke jantung, dan penurunan curah jantung. Jika perdarahan menjadi berlebihan, maka akan menimbulkan penurunan perfusi jaringan. Dalam berespon terhadap penurunan curah jantung, tubuh melaksanakan prosedur kompensasi untuk mencoba mempertahankan perfusi. 

Mekanisme ini merangsang tanda-tanda dan gejala-gejala utama yang terlihat pada dikala pengkajian awal. Jika volume darah tidak digantikan, penurunan perfusi jaringan menimbulkan disfungsi seluler. Sel-sel akan menjelma metabolsime anaerobi, dan terbentuk asam laktat. Penurunan anutan darah akan menawarkan imbas pada seluruh sistem tubuh, dan tanpa suplai oksigen yang mencukupi sistem tersebut akan mengalami kegagalan

Pathway


Tanda Dan Gejala

Gejalanya bisa berupa : 
  1. Muntah darah (hematemesis). Hematemesis yakni muntah darah dan biasanya disebabkan oleh penyakit kanal cerna potongan atas. Melena yakni keluarnya feses berwarna hitam per rektal yang mengandung adonan darah, biasanya disebabkan oleh perdarahan usus proksimal (Grace & Borley, 2007)
  2. Mengeluarkan tinja yang kehitaman (melena). Tinja yang kehitaman biasanya merupakan akhir dari perdarahan di kanal pencernaan potongan atas, contohnya lambung atau usus dua belas jari. Warna hitam terjadi lantaran darah terkotori oleh asam lambung dan oleh pencernaan basil selama beberapa jam sebelum keluar dari tubuh. Sekitar 200 gram darah sanggup menghasilkan tinja yang berwarna kehitaman. 
  3. Mengeluarkan darah dari rektum (hematoskezia) 
  4. Waterbrash merupakan regurgitasi isi lambung kedalam rongga mulut. Gangguan ini dirasakan terdapat pada tenggorokan sebagai rasa asam atau cairan panas yang pahit
  5. Pirosis ( nyeri uluhati ). Pirosis sering ditandai sensasi panas. Nyeri uluhati sanggup disebabkan oleh refluks asam lambung atau sekrat empedu kedalam esofahus potongan bawah, keduanya sangat mengiritasi mukosa. 
  6. Penderita dengan perdarahan jangka panjang, bisa memperlihatkan gejala-gejala anemia, menyerupai gampang lelah, terlihat pucat, nyeri dada dan pusing. Jika terdapat gejala-gejala tersebut, dokter bisa mengetahui adanya penurunan absurd tekanan darah, pada dikala penderita bangun sesudah sebelumnya berbaring. 
  7. Gejala yang pertanda adanya kehilangan darah yang serius yakni denyut nadi yang cepat, tekanan darah rendah dan berkurangnya pembentukan air kemih. Tangan dan kaki penderita juga akan teraba hambar dan basah. Berkurangnya anutan darah ke otak lantaran kehilangan darah, bisa mengakibatkan bingung, disorientasi, rasa mengantuk dan bahkan syok
  8. Pada penderita perdarahan kanal pencernaan yang serius, tanda-tanda dari penyakit lainnya, menyerupai gagal jantung, tekanan darah tinggi, penyakit paru-paru dan gagal ginjal, bisa bertmbah buruk. Pada penderita penyakit hati, perdarahan ke dalam usus bisa mengakibatkan pembentukan racun yang akan menimbulkan tanda-tanda menyerupai perubahan kepribadian, perubahan kesiagaan dan perubahan kemampuan mental (ensefalopati hepatik). (Sylfia A. Price, 1994 : 359)

 Pemeriksaan Penunjang
  • Hitung darah lengakap : Pe ↓ Hb, pe ↓ Ht, pe ↑ SDP
  • Elektrolit : Pe ↓ Kalium, pe ↑ Natrium, pe ↑ glukosa, ↑ asam laktat
  • Hematologi : Perpanjangan masa protrombin, perpanjangan masa tromboplastin
  • Analisa gas darah : Alkalosis respiratorik, hipoksemia

Penatalaksanaan Medis

Penatalaksanaan kolaboratif, intervensinya meliputi 4 langkah :
  • Kaji keparahan perdarahan
  • Gantikan cairan dan produk darah, untuk mencegah syok
  • Tegakkan diagnosa penyebab perdarahan
  • Rencanakan dan laksanakan perawatan definitive dengan ;Terapi endoskopi, bilas lambung, derma Pitresin, menguarngi asam lambung, Memperbaiki status hipokoagulai, balon tamponade.
  • Terapi pembedahan ( antrektomi, gastrektomi, gastroenterostomi, dan vagotomi.

Komplikasi
  • Koma hepatikum ( encephalopathy hepatikum )

Konsep Asuhan Keperawatan

Pengkajian

Pengkajian yakni langkah awal dan dasar bagi seorang perawat dalam melaksanakan pendekatan secara sistematis untuk mengumpulkan data dan menganalisa, sehingga sanggup diketahui kebutuhan klien tersebut. Pengumpulan data yang akurat dan sistematis akan membantu memilih status kesehatan dan contoh pertahanan klien serta memudahkan dalam perumusan diagnosa keperawatan. (Doenges,2000).

Cara pengumpulan data sanggup dilakukan dengan beberapa cara yaitu observasi, wawancara dan investigasi fisik. Selain itu sanggup juga dengan catatan klien menyerupai catatan klinik, dokumentasi dan kasus klien, dan literatur yang meliputi semua material, buku-buku, majalah dan surat kabar.
Pengkajian pada klien Hematemesis Melena yang merujuk pada kasus Perdarahan Gastrointestinal atas berdasarkan Doenges (2000):

a. Anamnesis, Pemeriksaan Fisik dan Laboratorium

Anamnesis: perlu ditanyakan tentang:
  • Riwayat penyakit dahulu: hepatitis, penyakit hati menahun, alkohlisme, penyakit lambung, pemakaian obat-obat ulserogenik dan penyakit darah menyerupai leuikemia, dll.
  • Pada perdarahan lantaran pecahnya varises esophgaus, tidak ditemukan keluhan nyeri atau pedih di kawasan epigastrium
  • Tanda-gejala hemel timbul mendadak
  • Tanyakan prakiraan jumlah darah: contohnya satu gelas, dua gelas atau lainnya
Pemeriksaan Fisik:
  • Keadaan umum
  • Kesadaran
  • Nadi, tekanan darah
  • Tanda-tanda anemia
  • Gejala hipovolemia
  • Tanda-tanda hipertensi portal dan sirosis hati: spider nevi, ginekomasti, eritema palmaris, capit medusae, adanya kolateral, asites, hepatosplenomegali dan edema tungkai.
a. Laboratorium:
  • Hitung darah lengkap: penurunan Hb, Ht, peningkatan leukosit
  • Elektrolit: penurunan kalium serum; peningkatan natrium, glukosa serum dan laktat.
  • Profil hematologi: perpanjangan masa protrombin, tromboplastin
  • Gas darah arteri: alkalosis respiratori, hipoksemia.
b. Pemeriksaan Radiologis
  • Dilakukan dengan investigasi esopagogram untuk kawasan esopagus dan double contrast untuk lambung dan duodenum.
  • Pemeriksaan tersebut dilakukan pada banyak sekali posisi terutama pada 1/3 distal esopagus, kardia dan fundus lambung untuk mencari ada tidaknya varises, sedini mungkin sesudah hematemisis berhenti.
c. Pemeriksaan Endoskopi
  • Untuk memilih asal dan sumber perdarahan
  • Keuntungan lain: sanggup diambil foto, aspirasi cairan dan biopsi untuk investigasi sitopatologik
  • Dilakukan sedini mungkin sesudah hematemisis berhenti.

Diagnosa Keperawatan
  1. Resiko tinggi terhadap nanah berafiliasi dengan anutan intravena.
  2. Kekurangan volume cairan berafiliasi dengan perdarahan (kehilangan secara aktif)
  3. Resiko gangguan perfusi jaringan berafiliasi dengan hipovolemik lantaran perdarahan.
  4. Kurangnya pengetahuan berafiliasi dengan kurangnya gosip perihal penyakitnya.

Intervensi Keperawatan

Diagnosa Keperawatan. 1. 

Resiko tinggi terhadap nanah berafiliasi dengan anutan intravena. 

Tujuan : Pasien tidak akan mengalami nanah nosokomial Pantau adanya distensi abdomen

Intervensi
  • Baringkan pasien pada potongan kepala tempat tidur yang ditinggikan kalau segalanya memungkinkan
  • Pertahankan fungsi dan patensi NGT dengan tepat
  • Atasi segera mual
  • Pertahankan kestabilan selang intravena.
  • Ukur suhu tubuh setiap jam
  • Pantau sistem intravena terhadap patensi, infiltrasi, dan tanda-tanda infeksi
  • Ganti letak intravena setiap 48-72 jam dan kalau perlu
  • Ganti larutan intravena sedikitnya tiap 24 jam
  • Letak insersi setiap shift
  • Gunakan tehnik aseptik dikala mengganti balutan dan selang. Pertahankan balutan higienis dan steril

Diagnosa keperawatan. 2

Kekurangan voleme cairan berafiliasi dengan perdarahan (kehilangan secara aktif).

Tujuan : Kebutuhan cairan terpenuhi.

Intervensi : 
  • Catat karakteristik muntah dan/ atau drainase.
  • Awasi tanda vital; bandingkan dengan hasil normal klien/sebelumnya. Ukur TD dengan posisi duduk, berbaring, bangun bila mungkin .
  • Catat respons fisiologis individual pasien terhadap perdarahan, contohnya perubahan mental, kelemahan, gelisah, ansietas, pucat, berkeringat, takipnea, peningkatan suhu.
  • Awasi masukan dan haluaran dan hubungkan dengan perubahan berat badan. Ukur kehilangan darah/ cairan melalui muntah dan defekasi.
  • Pertahankan tirah baring; mencegah muntah dan tegangan pada dikala defekasi. Jadwalkan kegiatan untuk menawarkan periode istirahat tanpa gangguan. Hilangkan rangsangan berbahaya.
  • Tinggikan kepala tempat tidur selama derma antasida.
Kolaborasi:
  • Berikan cairan/darah sesuai indikasi.
  • Berikan obat antibiotik sesuai indikasi.
  • Awasi investigasi laboratorium; contohnya Hb/ Ht

Diagnosa Keperawatan. 3

Resiko gangguan perfusi jaringan berafiliasi dengan hipovolemik lantaran perdarahan.

Tujuan : Resiko gangguan perfusi jaringan tidak terjadi.

Intervensi
  • Selidiki perubahan tingkat kesadaran, keluhan pusing/ sakit kepala.
  • Auskultasi nadi apikal. Awasi kecepatan jantung/irama bila EKG kontinu ada.
  • Kaji kulit terhadap dingin, pucat, berkeringat, pengisian kapiler lambat, dan nadi perifer lemah.
  • Catat laporan nyeri abdomen, khususnya tiba-tiba nyeri andal atau nyeri menyebar ke bahu.
  • Observasi kulit untuk pucat, kemerahan. Pijat dengan minyak. Ubah posisi dengan sering.
Kolaborasi
  • Berikan oksigen pelengkap sesuai indikasi
  • Berikan cairan IV sesuai indikasi.

Diagnosa Keperawatan. 4. 

Kurangnya pengetahua berafiliasi dengan kurangnya gosip perihal penyakitnya

Tujuan : Pengetahuan klien perihal perawatan di rumah bertambah sesudah diberikan pendidikan kesehatan.

Intervensi
  • Kaji sejauh mana ketidakmengertian klien dan keluarga perihal penyakit yang diderita.
  • Diskusikan dengan klien untuk melaksanakan pendidikan kesehatan.
  • Berikan klarifikasi perihal penyakit yang klien derita, cara pengobatan dan perawatan di rumah serta pencegahan kekambuhan penyakit.
  • Berikan kesempatan klien dan keluarga untuk berpartisipasi aktif dalam pendidikan kesehatan.
  • Berikan penilaian terhadap keefektifan pendidikan kesehatan.

Daftar Pustaka
  • Eliastam, M., Sternbach, G., & Bresler, M. (1998). Buku saku : Penuntun kedaruratan medis. ( edisi 5 ). Jakarta ; EGC.
  • Hudak dan Galo. (1996). Keperawatan kritis: Pendekatan holistik. (Vol. II, edisi 6). Jakarta: EGC.
  • Suparman. (1987). Ilmu penyakit dalam. (Jilid I, edisi kedua). Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
  • Eliastam, M., Sternbach, G., & Bresler, M. (1998). Buku saku : Penuntun kedaruratan medis. ( edisi 5 ). Jakarta ; EGC.
  • Hudak & Gallo.(1994). Critical care nursing : a holistic approach. (7th edition). Lippincott : Philadelphia..
  • Thelan, et.al. (1994).  Critical care nursing ; Diagnosis and management. (2nd edition). St. louis ; Mosby Company.

Untuk mendownload laporan pendahuluan / LP perdarahan kanal cerna lengkap atas dan bawah, download doc dan pdf, dibawah :
  • Laporan pendahuluan perdarahan kanal cerna doc, (Ambil File)
  • Laporan pendahuluan perdarahan kanal cerna pdf, (Ambil File)
Link Alternatif
Demikian laporan pendahuluan / LP perdarahan kanal cerna lengkap atas dan bawah, download doc dan pdf kami bagikan, agar bisa membantu teman-teman perawat sekalian dalam pembuatan tugas. silahkan didownload dan diedit sesuai dengan kebutuhan.
 
Top