Laporan Pendahuluan / Lp Bronkiektasis Lengkap, Download Doc Dan Pdf

<div style="text-align: justify;"> Teman Sejawat sekalian, tak henti-hentinya kami selalu menyajikan laporan pendahuluan dengan aneka macam judul, tak terkecuali kali ini, kali ini kami bagikan laporan pendahuluan / LP bronkiektasis yaitu suatu kelainan yang terjadi pada salah satu sistem alat pernafasan manusia, lebih tepatnya pada bronkus.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Laporan pendahuluan / LP bronkiektasis yang kami bagikan ini telah kami susun selengkap mungkin menurut beberapa refferensi yang telah kami tuliskan pada daftar pustaka. kelengkapan lp bronkiektasis ini mulai dari pengertian, klasifikasi, etiologi, patofisiologi, pathway, manifestasi klinik, investigasi penunjang, penatalaksanaan hingga konsep asuhan keperawatan / askep pada pasien bronkiektasis.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Dan juga untuk mempermudah sahabat sejawat sekalian laporan pendahuluan / lp bronkiektasis ini telah kami sediakan dalam dua bentuk file dengan format doc dan pdf, yang sanggup teman-teman sekalian download melalui link unduhan yang telah kami selipkan diakhir artikel.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <h3 style="text-align: justify;"> <b>Laporan Pendahuluan Bronkiektasis</b></h3> <div style="text-align: justify;"> <b>Pengertian.</b></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Bronkiektasis merupakan kelainan morfologis yang terdiri dari pelebaran bronkus yang gila dan menetap disebabkan kerusakan komponen lentur dan muscular dinding bronkus ( Soeparman & Sarwono, 1990)</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Bronkiektasis berarti suatu  dilatasi yang tak sanggup pulih lagi dari bronchial yang disebabkan oleh episode pnemonitis  berulang dan memanjang,aspirasi benda asing, atau massa ( mis. Neoplasma) yang menghambat lumen bronchial dengan obstruksi ( Hudak & Gallo,1997). </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Bronkiektasis yakni dilatasi permanen gila dari salah satu atau lebih cabang-vabang bronkus yang besar ( Barbara E, 1998).</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Klasifikasi</b></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Berdasarkan bronkografi dan patologi bronkiektasis sanggup dibagi menjadi 3 yaitu :</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Bronkiektasis silindris</li> <li style="text-align: justify;">Bronkiektasis fusiform</li> <li style="text-align: justify;">Bronkiektasis kistik atau sakular.</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Etiologi</b></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Menurut Suyono(2001) etiologi dari penyakit bronkiektasis yakni :</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 1. Infeksi</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Bronkiektasis sering terjadi setelah seorang anak menderita pneumonia yang sering kambuh dan berlangsung lama.Pneumonia ini umumnya merupakan komplikasi pertusis maupun influenza yang diderita semasa anak, tuberculosis paru, dan sebagainya.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 2. Kelainan herediter atau kelainan konginetal</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Dalam hal ini bronkiektasis terjadi semenjak dalam kandungan. Faktor genetik atau faktor pertumbuhan dan perkembangan fetus memegang kiprah penting. Biasanya mempunyai ciri mengenai hampir seluruh cabang bronkus pada satu atau dua paru. Biasanya disertai dengan penyakit kongenital lainnya.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 3. Obstruksi bronkus</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Obstruksi yang dimaksud ibarat korpus alienum, karsinoma bronkus dan tekanan dari luar lainnya terhadap bronkus..</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Menurut teori lain bronkiektasis disebabkan oleh :</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 1. Infeksi primer (bakteri, jamur dan virus)</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Bronkiektasis mungkin sebagai sequel dari nekrosis setelah infeksi akhir pengobatan yang jelek atau tidak diobati sama sekali. Infeksi sanggup disebabkan oleh kuman tipikal ibarat Klebsiela, Staphilococcus aureus, Mycobacterium tuberculosis, Mycoplasma pneumonia, measles, pertusis, influenza, herpes simplex dan beberapa tipe adenovirus. Pada anak respiratory syncytial virus sanggup mengakibatkan bronkiektasis. Bronkiektasis juga sanggup juga disebabkan oleh Mycobacterium avium complex (MAC) yang terjadi pada penderita HIV dan imunokompremis.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 2. Obstruksi bronkus</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Tumor endobronkial, benda asing atau stenosis bronkus lantaran pementingan akhir kelenjar getah bening leher yang membesar sanggup mengakibatkan BE. Sindrom lobus tengah kanan merupakan bentuk spesifik obstruksi bronkus yang karenanya akan mengakibatkan BE lantaran angulasi gila lobus tersebut. Timbulnya obstruksi bronkus dan infeksi kronik merupakan faktor predisposisi terbentuknya bronkiektasis</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 3. Fibrosis kistik</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Ini merupakan penyakit autosomal resesif dengan kelainan utama pada paru dengan citra umum bronkiektasis. Bronkiektasis bekerjasama dengan fibrosis kistik terjadi secara sekunder lantaran terkumpulnya mucus pada jalan napas potongan atas dan terjadinya infeksi kronis.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 4. Sindroma Young</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Gambaran klinis sama denga fibrosis kistik. Sindrom ini ditemukan BE disertai sinusitis dan azoospermia, sering terjadi pada laki-laki usia pertengahan.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 5. Diskinesia siliar primer</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Manifestasinya yakni immotile dan/atau diskinetik silia dan spermatozoa. Keadaan ini mengakibatkan gangguan bersihan mukosilier infeksi berulang dan karenanya terjadi bronkiektasis. Sindrom Kartagener dengan triad citra klinik berupa situs inversus, sinusitis dan bronkiektasis yakni sebagai akhir immobility silia pada saluran napas.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 6. Aspergilosis bronkopulmoner alergi</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Merupakan reaksi hipersensitiviti terhadap inhalan antigen Aspergilus dengan citra bronkospasme, bronkiektasis dan reaksi imunologi oleh spesies Aspergilus. Dikatakan aspergilus bronkopulmoner alergi yakni apabila pada penderita tersebut ditemukan batuk produktif dan juga mempunyai riwayat asma yang tidak respons dengan terapi konvensional.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 7. Keadaan imunodefisiensi</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Imunodefisiensi sanggup terjadii secara congenital maupun didapat. Imunodefisiensi ini melibatkan gangguan gangguan fungsi limfosit B. penderita dengan hipogammaglobulinemia biasanya muncul dikala anak dengan riwayat sinusitis atau infeksi paru berulang. Penderita HIV/AIDS merupakan implikasi terjadinya bronkiektasis dan digambarkan dengan timbulnya percepatan</div> <div style="text-align: justify;"> kerusakan bronkus lantaran infeksi berulang.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 8. Defek anatomi kongenital</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Skuester bronkopulmoner, sindroma Williams-Campbell (defisiensi congenital kartilago), Sindrom Mounier-Kuhn (tracheobronkomegali), Sindrome Swyer-Jamer (unilateral hyperlucent lung) dan sindrom yellow-nail mempermudah timbulnya bronkiektasis.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 9. Defisiensi alpha 1-antitripsin</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Patogenesisnya belum jelas</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 10. Penyakit reumatik</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Komplikasi rheumatoid arthritis dan sindrom Sjogren sanggup terjadi bronkiektasis, tetapi patogenesisnya belum jelas.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 11. Traksi bronkiektasis</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Ini merupakan distorsi jalan napas sekunder lantaran distorsi parenkim paru dari fibrosis pulmoner.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 12. Merokok</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Bagaimana merokok sanggup mengakibatkan terjadinya bronkiektasis masih belum terang namun demikian asap rokok dan infeksi berulang sanggup mempercepat kerusakan dinding bronkus.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Patofisiologi</b></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Bronkiektasis yakni dilatasi gila bronkus, pada kawasan proksimal bronkus (diameter > 2 mm) disertai destruksi komponen otot dan jaringan elastik dinding bronkus yang sanggup terjadi secara kongenital ataupun didapat lantaran alasannya infeksi kronik saluran napas. Bronkiektasis kongenital terjadi pada bayi dan anak sebagai akhir kegagalan pembentukan cabang-cabang bronkus. Kerusakan komponen otot dan jaringan elastik dinding bronkus merupakan respon tubuh terhadap infeksi berupa proses inflamasi yang melibatkan sitokin, oksida nitrit dan neutrofil protease sehingga terjadi kerusakan pada jaringan alveolar peribronkial dan selanjutnya terjadi fibrosis peribronkial. Akhirnya terjadi kerusakan dinding bronkus dan inflamasi transmural sehingga terjadi dilatasi gila bronkus. Pada keadaan ini biasanya ditemukan gangguan pencucian sekresi (mucous clearance) pada bronkus dan cabang-cabangnya. Kegagalan proses pencucian sekresi mengakibatkan kolonisasi kuman dan timbul infeksi oleh kuman pathogen yang ikut berperan dalam pembentukan mucus yang purulen pada penderita bronkiektasis.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Menurut Brunner dan Suddarth (2002) patofisiologi dari bronkiektasis dimulai dari Infeksi merusak dinding bronkial, mengakibatkan kehilangan struktur pendukungnya dan menghasilkan sputum kental yang karenanya sanggup menyumbat bronki. Dinding bronkial menjadi teregang secara permanen akhir batuk hebat, infeksi melebar hingga ke peribronkial, sehingga dalam kasus bronkiektasis sekular, setiap tuba yang berdilatasi bekerjsama yakni jerawat paru, yang eksudatnya mengalir bebas melalui bronkus. Brokiektasis biasanya setempat, menyerang lobus segmen paru. Lobus yang paling bawah sering terkena.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Retensi sekresi dan obstruksi yang diakibatkannya pada karenanya mengakibatkan alveoli disebelah distal obstruksi mengalami kolaps (atelektasis). Jaringan parut atau fibrosis akhir reaksi inflamasi menggantikan jaringan paru yang berfungsi. Pada waktunya pasien mengalami insufisiensi pernapasan dengan penurunan kapasitas vital, penurunan ventilasi, dan peningkatan rasio volume residual terhadap kapasitas paru total. Terjadi kerusakan adonan gas yang di ide (ketidakseimbangan ventilasi-perfusi) dan hipoksimia.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Pathway Bronkiektasis</b></div> <div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"> <img border="0" data-original-height="486" data-original-width="670" height="464" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEipQVOfdGoqD32ECjQZG4tvFoEgn5Z0RrRh3tXmf2lm-NlPddqI1MkOyjqp1OB__INsi2wv66GPac2X9E1PY9Ei675zw-Ohobczxw3B5ktkusYx3cA5gwYIrN_RLpNGLvlF-lvwBuyUM_bp/s640/Pathway+bronkiektasis.png" width="640" /></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Manifestasi Klinik</b></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Bronkiektasis merupakan penyakit yang sering dijumpai pada usia muda, 69 % penderita berumur  kurang dari 20 tahun. Gejala dimulai semenjak masa kanak-kanak, 60 % dari penderita gejalanya timbul semenjak umur kurang dari 10 tahun. Gejalanya tergantung dari luas, berat, lokasi ada atau tidaknya komplikasi.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Adapun tanda dan tanda-tanda bronkiektasis, antara lain :</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Batuk kronik dan pembentukan sputum purulen dalam jumlah yang sangat banyakterutama pada pagi hari, setelah tiduran dan berbaring. Specimen sputum akan secara khas “membentuk lapisan” menjadi tiga lapisan dari atas, yaitu: lapisan atas berbusa, lapisan tengah yang bening, dan lapisan bawah berpartikel tebal.</li> <li style="text-align: justify;">Batuk dengan sputum menyertai batuk pilek selama 1-2 ahad atau tidak ada tanda-tanda sama sekali ( Bronkiektasisringan ).</li> <li style="text-align: justify;">Batuk yang terus menerus dengan sputum yang banyak kurang lebih 200 - 300 cc, disertai demam, tidak ada nafsu makan, penurunan berat badan, anemia, nyeri pleura, dan lemah tubuh kadang kala sesak nafas dan sianosis, sputum sering mengandung bercak darah,dan batuk darah.</li> <li style="text-align: justify;">Ditemukan jari-jari tabuh (clubbing finger) pada 30-50 % kasus.</li> <li style="text-align: justify;">Wheezing (bunyi napas mengi)</li> <li style="text-align: justify;">Sianosis</li> <li style="text-align: justify;">Pucat</li> <li style="text-align: justify;">Bau mulut</li> <li style="text-align: justify;">Hemoptisis</li> <li style="text-align: justify;">Infeksi paru berulang.</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Bronkiektasis tidak gampang didiagnosis lantaran gejala-gejalanya sanggup tertukar dengan bronchitis kronik. Tanda yang niscaya yakni riwayat batuk produktif yang berkepanjangan, dengan sputum yang secara konsisten negative terhadap tuberkel basil.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Pemeriksaan Penunjang</b></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 1. Pemerisaan Laboratorium.</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Pemeriksaan sputum mencakup Volume sputum, warna sputum, sel-sel dan basil dalam sputum. </li> </ul> <div style="text-align: justify;"> Bila terdapat infeksi volume sputum akan meningkat, dan menjadi purulen dan mengandung lebih banyak leukosit dan bakteri. Biakan sputum sanggup menghasilkan tanaman normal dari nasofaring, streptokokus pneumoniae, hemofilus influenza, stapilokokus aereus,klebsiela, aerobakter,proteus, pseudomonas aeroginosa. Apabila ditemukan sputum berbau busuk  menunjukkan adanya infeksi kuman anaerob.</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Pemeriksaan darah tepi.</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> Biasanya ditemukan dalam batas normal. Kadang  ditemukan adanya leukositosis menunjukkan adanya supurasi yang aktif dan anemia menunjukkan adanya infeksi yang menahun.</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Pemeriksaan urin</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> Ditemukan dalam batas normal, kadang  ditemukan adanya proteinuria yang bermakna yang disebabkan oleh amiloidosis, Namun Imunoglobulin serum biasanya dalam batas normal Kadan sanggup meningkat atau menurun.</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Pemeriksaan EKG</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> EKG biasa dalam batas normal kecuali pada kasus lanjut yang sudah ada komplikasi korpulmonal atau tanda pendorongan jantung. Spirometri pada kasus ringan mungkin normal tetapi pada kasus berat ada kelainan obstruksi dengan penurunan volume ekspirasi paksa 1 menit  atau penurunan kapasitas vital, biasanya disertai insufisiensi pernafasan  yang sanggup menjadikan :</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Ketidakseimbangan ventilasi dan perfusi </li> <li style="text-align: justify;">Kenaikan perbedaan tekanan PO2 alveoli-arteri</li> <li style="text-align: justify;">Hipoksemia</li> <li style="text-align: justify;">Hiperkapnia</li> <li style="text-align: justify;">Pemeriksaan tambahan untuk mengetahui faktor predisposisi dilakukan pemerisaan : Pemeriksaan imunologi, Pemeriksaan spermatozoa, Biopsi bronkus dan mukosa nasal( bronkopulmonal berulang).</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 2. Pemeriksaan Radiologi.</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Foto dada  PA dan Lateral</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> Biasanya ditemukan corakan paru menjadi lebih kasar  dan batas-batas corakan menjadi kabur, mengelompok,kadang-kadang ada citra sarang tawon  serta citra kistik dan batas-batas permukaan udara cairan. Paling banyak mengenai lobus paru kiri, lantaran mempunyai diameter yang lebih kecil kanan dan letaknya menyilang mediastinum,segmen lingual lobus atas kiri  dan lobus medius paru kanan.</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Pemeriksaan bronkografi</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> Bronkografi tidak rutin dikerjakan namun bila ada indikasi dimana untuk mengevaluasi penderita yang akan dioperasi yaitu pendereita dengan pneumoni yang terbatas pada suatu tempat dan berulang yang tidak menunjukkan perbaikan klinis setelah menerima pengobatan konservatif  atau penderita dengan hemoptisis yang masif.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Bronkografi dilakukan sertalah keadaan stabil,setalah pemberian antibiotik dan postural drainage yang adekuat sehingga bronkus  higienis dari sekret.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Penatalaksanaan</b></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Tujuan pengobatan yakni memperbaiki drainage sekret dan mengobati infeksi.</div> <div style="text-align: justify;"> Penatalaksanaan mencakup :</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Pemberian antibiotik dengan spekrum luas ( Ampisillin,Kotrimoksasol, atau amoksisilin ) selama 5- 7 hari pemberian</li> <li style="text-align: justify;">Drainage postural dan latihan fisioterapi untuk pernafasan.serta batuk yang efektif untuk mengeluarkan sekret secara maksimal </li> </ul> <div style="text-align: justify;"> Pada dikala dilakukan drainage perlu diberikan  bronkodilator  untuk mencegah bronkospasme dan memperbaiki drainage sekret. Serta dilakukan hidrasi yang adekuat untuk mencegah sekret menjadi kental dan dilengkapi dengan alat pelembab serta nebulizer untuk melembabkan sekret.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Konsep Asuhan Keperawatan</b></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Pengkajian data dasar</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 1. Riwayat atau adeanya faktor-faktor penunjang</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Merokok produk tembakau sebagai factor penyebab utama</li> <li style="text-align: justify;">Tinggal atau bekerja kawasan dengan polusi udara berat</li> <li style="text-align: justify;">Riwayat alergi pada keluarga</li> <li style="text-align: justify;">Ada riwayat asam pada masa anak-anak</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> 2. Riwayat atau  adanya faktor-faktor penggagas eksaserbasi ibarat :</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Allergen ( serbuk, debu, kulit, serbuk sari atau jamur)</li> <li style="text-align: justify;">Sress emosional</li> <li style="text-align: justify;">Aktivitas fisik yang berlebihan </li> <li style="text-align: justify;">Polusi udara</li> <li style="text-align: justify;">Infeksi saluran nafas</li> <li style="text-align: justify;">Kegagalan acara pengobatan yang dianjurkan</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> 3. Pemeriksaan fisik menurut focus pada system pernafasan yang mencakup :</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Kaji frekuensi dan irama pernafasan</li> <li style="text-align: justify;">Inpeksi warna kulit dan warna menbran mukosa</li> <li style="text-align: justify;">Auskultasi suara nafas</li> <li style="text-align: justify;">Pastikan bila pasien memakai otot-otot perhiasan bila bernafas :</li> <li style="text-align: justify;">Mengangkat pundak pada dikala bernafas</li> <li style="text-align: justify;">Retraksi otot-otot abdomen pada dikala bernafas</li> <li style="text-align: justify;">Pernafasan cuping hidung</li> <li style="text-align: justify;">Kaji bila perluasan dada simetris atau asimetris</li> <li style="text-align: justify;">Kaji bila nyeri dada pada pernafasan</li> <li style="text-align: justify;">Kaji batuk (apakah produktif atau nonproduktif). Bila produktif tentukan warna sputum.</li> <li style="text-align: justify;">Tentukan bila pasien mengalami  dispneu atau orthopneu</li> <li style="text-align: justify;">Kaji tingkat kesadaran.</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> 4. Pemeriksaan diagnostik mencakup :</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Gas darah arteri (GDA) menunjukkan PaO2 rendah dan PaCO2 tinggi</li> <li style="text-align: justify;">Sinar X dada memunjukkan peningkatan kapasitas paru dan volume  cadangan</li> <li style="text-align: justify;">Klutur sputum kasatmata bila ada infeksi</li> <li style="text-align: justify;">Esei imunoglobolin menunjukkan adanya peningkatan IgE serum</li> <li style="text-align: justify;">Tes fungsi paru untuk mengetahui penyebab dispneu dan menentukan apakah fungsi gila paru ( obstruksi atau restriksi).</li> <li style="text-align: justify;">Tes hemoglobolin.</li> <li style="text-align: justify;">EKG ( peninggian gelombang P pada lead II, III, AVF dan aksis vertikal.</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> 5. Kaji persepsi diri pasien</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 6. Kaji berat tubuh dan masukan rata-rata cairan dan diet.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Diagnosa keperawatan</b></div> <ol> <li style="text-align: justify;">Tak efektif bersihan jalan nafas bekerjasama dengan peningkatan produksi sekret atau sekresi kental</li> <li style="text-align: justify;">Gangguan pertukaran gas bekerjasama dengan gangguan suplai oksigen dan kerusakan alveoli</li> <li style="text-align: justify;">Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh bekerjasama dengan mual muntah,produksi sputum, dispneu</li> <li style="text-align: justify;">Resiko tinggi terhadap infeksi bekerjasama dengan proses penyakit kronis, malnutrisi. </li> <li style="text-align: justify;">Ansietas bekerjasama dengan takut kesulitan bernafas selama fase eksaserbasi,  kurang pengetahuan perihal pengobatan yang akan dilaksanakan</li> <li style="text-align: justify;">Intoleransi acara bekerjasama dengan kerusakan pertukaran gas</li> </ol> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Intervensi keperawatan</b></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Diagnosa Keperawatan. 1</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Tidak efektif bersihan jalan nafas bekerjasama dengan peningkatan produksi   sekret, sekret kental.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Tujuan : Mempertahakan jalan nafas paten dengan suara nafas bersih/jelas.<span style="white-space: pre;"> </span></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Kriteria hasil : Menujukkan sikap untuk memperbaiki bersihan jalan nafas( batuk yang     efektif, dan mengeluarkan secret.<span style="white-space: pre;"> </span></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Rencana Tindakan :</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Kaji /pantau frekuensi pernafasan.Catat rasio ide dan ekspirasi. R/ Tachipneu biasanya ada pada beberapa derajat sanggup ditemukan pada penerimaan atau selam stress/ proses infeksi akut. Pernafasan melambat dan frekuensi ekspirasi memanjang disbanding inspirasi</li> <li style="text-align: justify;">Auskultasi suara nafas dan catat adanya suara nafas. R/  Derajat spasme bronkus terjadi dengan obstruksi jalan nafas dan sanggup /tak dimanisfestasikan adanya suara nafas.</li> <li style="text-align: justify;">Kaji pasien untuk posisi yang nyaman,Tinggi kepala tempat tidur dan duduk pada sandaran  tempat tidur. R/  Peninggian kepala tempat tidur mempermudah fungsi pernafasan dengan mempergunakan gravitasi. Dan mempermudah untuk bernafas serta membantu menurunkan kelemahan otot-otot dan sanggup sebagai alat perluasan dada.</li> <li style="text-align: justify;">Bantu latihan nafas abdomen atau bibir. R/   Untuk mengatasi dan mengontrol dispneu dan menurunkan jebakan udara.</li> <li style="text-align: justify;">Observasi karakteriktik  batuk dan Bantu tindakan untuk efektifan upaya batuk. R/   Mengetahui keefktifan batuk </li> <li style="text-align: justify;">Tingkatan masukan cairan samapi 3000ml/hari sesuai toleransi jantung serta berikan hangat dan masukan cairan antara sebagai penganti makan. R/ Hidrasi membantu menurunkan kekentalan secret,mempermudah pengeluaran.cairan hangat sanggup menurunkan spasme bronkus. Cairan antara makan sanggup meningkatkan distensi gaster dan tekana diafragma.</li> <li style="text-align: justify;">Berikan obat sesuai indikasi. R/   Mempercepat proses penyembuhan.</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Diagnosa Keperawatan. 2</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Gangguan pertukaran gas bekerjasama dengan gangguan suplai oksigen dan   kerusakan alveoli.<span style="white-space: pre;"> </span></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Tujuan : Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan adekuat dengan GDA dalam rentang normal dan bebas tanda-tanda distress pernafasan.<span style="white-space: pre;"> </span></div> <div style="text-align: justify;">        </div> <div style="text-align: justify;"> Kriteria hasil : GDA dalam batas normal, warna kulit membaik, frekuensi nafas 12-  24x/mt,bunyi nafas bersih, tidak ada batuk,frekuensi nadi 60-100x/mt,tidak dispneu.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Rencana Tindakan :</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Kaji frekuensi, kedalaman pernafasan serta catat penggunaan otot aksesori. R/  untuk mengevaluasi derajat distress pernafsan/ kronisnya suatu penyakit.</li> <li style="text-align: justify;">Tingikan kepala tempat tidur dan Bantu untuk menentukan posisi yang gampang untuk bernafas .Kaji / awasi secara rutin kulit dan warna membran mukosa. R/  Suplai oksigen sanggup diperbaiki dengan posisi duduk tinggi dan latihan nafas untuk menurunkan kolaps jalan nafas.</li> <li style="text-align: justify;">Dorong untuk pengeluaran sputum/ penghisapan bila ada indikasi. R/  Sputum menganggu proses pertukaran gas  serta penghisapan dilakukan bila batuk tidak efektif.</li> <li style="text-align: justify;">Awasi tingkat kesadaran / status mental. R/ Manisfestasi umum dari hipoksia</li> <li style="text-align: justify;">Awasi tanda vital dan status jantung. R/ Perubahan tekanan darah menunjukkan imbas hipoksia sistemik pada fungsi jantung</li> <li style="text-align: justify;">Berikan oksigen tambahan dan pertahankan ventilasi mekanik dan Bantu intubasi. R/  Dapat memperbaiki atau mencegah terjadinya hipoksia dan kegagalan nafas serta tindakan untuk evakuasi hidup.</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Diagnosa Keperawatan. 3</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh bekerjasama dengan mual muntah,produksi sputum, dispneu</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Tujuan  : Peningkatan dalam status nutrisi dan berta tubuh pasien</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Kriteria hasil : Pasien tidak mengalami kehilangan berat tubuh lebih lanjut atau mempertahankan berat badan.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Rencana tindakan :</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Pantau masukan dan keluaran tiap 8 jam, jumlah makanan yang dikonsumsi serta timbang berta tubuh tiap minggu. R/ Untuk mengidentifikasi adanya kemajuan atau penyimpangan dari yang diharapkan</li> <li style="text-align: justify;">Ciptakan suasana yang menyenangkan ,lingkungan yang bebas dari anyir selama waktu makan. R/ suasana dan lingkungan yang tak sedap selama waktu makan sanggup meyebakan anoreksia</li> <li style="text-align: justify;">Rujuk pasien ke andal diet untuk memantau merencanakan makanan yang akan dikonsumsi. R/ Dapat membantu pasien dalam merencanakan makan dengan gisi yang sesuai.</li> <li style="text-align: justify;">Dorong klien untuk minum minimal 3 liter cairan perhari, jikalau tidak menerima infus. R/ untuk mengatasi kehilangan cairan tubuh pada pasien</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Diagnosa Keperawatan. 4</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Resiko tinggi terhadap infeksi bekerjasama dengan proses penyakit kronis, malnutrisi.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Tujuan : Tidak terjadi/ adanya tanda-tanda –gejala infeksi</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Kriteria hasil : Tidak terjadi infeksi suhu tbuh berkisar 36-37 0c,Sel darah putih 5000-10000/mm.batuk produktif tidak ada.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Rencana intervensi :</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Pantau suhu pasien tiap 4 jam, hasil kultur sputum dan hasil investigasi leokusit serta warna dan konsistensi sputum. R/  Untuk mengidentifikasi  kemajuan yang sanggup dicapai dan penyimpangan dari sasaran yang diharapkan ( infeksi yang mungkin terjadi ).</li> <li style="text-align: justify;">Lakukan investigasi sputum untuk investigasi kultur. R/Dapat membantu menegakkan diagnosa infeksi saluran nafas dan mengidentifikasi kuman penyebabnya.</li> <li style="text-align: justify;">Berikan nutrisi yan adekuat. R/ malnutrisi sanggup mempengaruhi kesehatan umum dan menurunkan tahan terhadap infeksi.</li> <li style="text-align: justify;">Berikan antibiotik sesuai anjuran dan penilaian keefektifannya. R/ Sebagai pencegahan dan pengobatan infeksi dan mempercepat proses penyembuhan.</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Diagnosa Keperawatan. 5</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Ansietas bekerjasama dengan takut kesulitan bernafas selama fase eksaserbasi,  kurang pengetahuan perihal pengobatan yang akan dilaksanakan.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Tujuan : Hilangnya ansietas</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Kriteria hasil :  Ekspresi wajah rileks, frekuensi nafas antara 12-24 x/mt,frekuensi   nadi 60-100x/mt.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Intervensi Keperawatan :</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Selama periode distress pernafasan akut : Batasi jumlah dan frekuensi pengunjung, Mulai berikan oksigen lewat kanula sebanyak 2 ltr/mt, Demontrasikan untuk kontrol pernafasan, Ijinkan seseorang untuk menemani pasien, Pertahankan posisi fowler dengan posisi lengan menopang. R/  Membantu pasien untuk mengontrol keadaannya dengan meningkatkan relaksasi  dan meningkatkan jumlah udara yang masuk paru-paru</li> <li style="text-align: justify;">Hindari pemberian informasi  dan arahan yang bertele-tele/sederhana mungkin ketika pasien mengalami distress dan lakukan pendekatan dengan pasien secara damai dan menyakinkan. R/   Pasien sanggup mendapatkan sedikit informasi dalam keadaan gelisah dan terlalu banyak informasi sanggup meningkatkan ansietas dan memberitauhkan apa yang diharpkan makakan sanggup membantu penurunan ansietas.</li> <li style="text-align: justify;">Gunakan obat sedatif sesui dengan yang diresepkan. R/ Obat penenang sanggup mengontrol tingkat ansietasnya.</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Diagnosa Keperawatan. 6</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Intoleransi acara bekerjasama dengan kerusakan pertukaran gas</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Tujuan :Klien menunjukkan peningkatan toleransi terhadap aktivitas</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Kriteria hasil : Menurunnya keluhan perihal napas pendek dan lemah dalam melakukan aktivitas</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Rencana Tindakan</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Pantau nadi dan frekuensi nafas sebelum dan setelah aktivitas. R/  Mengidentifikasi kemabali penyimpangan tujuan yang diharapkan.</li> <li style="text-align: justify;">Berikan sumbangan dalam melakukan acara sesuai yang diperlukan  dan dilakukan secara bertahap. R/  Dapat mengurangi pengunaan energi yang berlebihan</li> <li style="text-align: justify;">Anjurkan makanan dalam porsi kecil tapi sering dengan makanan yang gampang dikunyah. R/  Makanan dalam porsi besar sasah dikunyah dan memerlukan banyak energi</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Daftar Pustaka</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Soeparman & Sarwono W, (1998), Ilmu penyakit dalam Jilid II Balai Penerbit FKUI, Jakarta</li> <li style="text-align: justify;">Barbara E.,(1999), Rencana Asuhan keperawatan Medikal- Bedah Volume I, EGC, Jakarta</li> <li style="text-align: justify;">Barbara E.,(1999), Rencana Asuhan keperawatan Medikal- Bedah Volume  III, EGC, Jakarta</li> <li style="text-align: justify;">Barbara C. long,( 1996), Perawatan Medikal Bedah : suatu pendekatan proses keperawatan, Alih bahasa Yayasan ikatan alumni pendidikan keperawatan bandung,Yayasan IAPK, Bandung</li> <li style="text-align: justify;">Hudak & Gallo, ( 1997), Keperawatan Kritis : Pendekatan Holistik, EGC, Jakarta</li> <li style="text-align: justify;">Marylin E doengoes. (2000). Rencana Asuhan keperawatan Pedoman untuk Perencnaan /pendokumentasian Perawatan Pasien. EGC.Jakarta.</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> Untuk mendownload laporan pendahuluan / lp bronkiektasis doc dan pdf dibawah.</div> <div> <ul> <li style="text-align: justify;"><b>Laporan pendahuluan bronkiektasis doc, <i><a href="https://drive.google.com/file/d/1dablmax4fyiYABMMIrI81ULtLoIFe_mK/view?usp=sharing" target="_blank">(Ambil File)</a></i></b></li> <li style="text-align: justify;"><b>Laporan pendahuluan bronkiektasis pdf, <i><a href="https://drive.google.com/file/d/1kG5f6Tz3de54TAltWOzXBtOdtpEi2buJ/view?usp=sharing" target="_blank">(Ambil File)</a></i></b></li> </ul> <div style="text-align: justify;"> Link Alternatif</div> </div> <div> <ul> <li style="text-align: justify;"><b><a href="https://drive.google.com/file/d/1dablmax4fyiYABMMIrI81ULtLoIFe_mK/view?usp=sharing" target="_blank">LP Bronkiektasis doc</a></b></li> <li style="text-align: justify;"><b><a href="https://drive.google.com/file/d/1kG5f6Tz3de54TAltWOzXBtOdtpEi2buJ/view?usp=sharing" target="_blank">LP Bronkiektasis pdf</a></b></li> </ul> <div style="text-align: justify;"> Demikian laporan pendahuluan / LP bronkiektasis lengkap, download doc dan pdf kami bagikan, agar sanggup membantu sahabat perawat sekalian dalam pembuatan kiprah keperawatan khusunya laporan pendahuluan. </div> </div>

Laporan Pendahuluan / Lp Bronkiektasis Lengkap, Download Doc Dan Pdf

Teman Sejawat sekalian, tak henti-hentinya kami selalu menyajikan laporan pendahuluan dengan aneka macam judul, tak terkecuali kali ini, ka...

+ Baca selengkapnya »

Laporan Pendahuluan / Lp Stroke Non Hemoragik Atau Snh, Download Pdf Dan Doc

<div style="text-align: justify;"> Teman -teman perawat dimanapun berada, terima kasih telah setia mengunjungi bangsal sehat, biar kesehatan selalu menyertai.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Kebahagiaan tersendiri bagi kami hingga dikala ini bangsal sehat masih bisa share materi dan kiprah keperawatan, ibarat bahasan kita kali ini ialah <a href="https://caramembuatmaskerwajah.blogspot.com//search?q=laporan-pendahuluan-lp-stroke-lengkap" target="_blank">LP stroke</a>, kalau sebelumnya telah kami share <a href="https://caramembuatmaskerwajah.blogspot.com//search?q=laporan-pendahuluan-lp-stroke-lengkap" target="_blank">LP stroke hemoragik</a> kali ini kami bagikan lagi LP stroke non hemoragik.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Laporan pendahuluan / LP stroke non hemoragik ini telah kami susun dengan lengkap mulai tinjauan teori hingga konsep askep berdasarkan beberapa refferensi terpercaya yang telah kami lampirkan didaftar pustaka pecahan bawah.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Laporan pendahuluan / LP stroke non hemoragik atau SNH ini kami sediakan dalam format pdf dan doc yang sanggup didownload melalui link unduhan yang telah kami sediakan diakhir artikel.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <h3 style="text-align: justify;"> <b>Laporan Pendahuluan Stroke Non Hemoragik</b></h3> <div style="text-align: justify;"> <b><br /></b></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Pengertian</b></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Stroke yaitu disfungsi neurologis akut yang disebabkan oleh gangguan aliran darah yang timbul secara mendadak dengan tanda dan tanda-tanda sesuai dengan kawasan fokal pada otak yang terganggu (WHO, 1989).</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Cidera serebro vaskuler atau stroke mencakup awitan tiba-tiba defisit neurologis lantaran insufisiensi suplai darah kesuatu pecahan dari otak. Insufisiensi suplai darah disebabkan oleh thrombus, biasanya sekunder pada arteri sclerosis, terhadap embolisme barasal dari tempat lain dalam badan atau terhadap perdarahan akhir rupfur arteri (aneurisma). (Linda Juall Carpenito, 1995).</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Stroke non hemoregik yaitu sindroma klinis yang awalnya timbul mendadak, progresi cepat berupa deficit neurologis fokal atau global yang berlangsung 24 jam atau lebih atau pribadi menimbul maut yang disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak non straumatik (Arif Mansjoer, 2000, hal- 17).</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Stroke non hemoragik merupakan proses terjadinya iskemia akhir emboli dan trombosis serebral biasanya terjadi setelah usang beristirahat, gres bangkit tidur atau di pagi hari dan tidak terjadi perdarahan. Namun terjadi iskemia yang menimbulkan hipoksia dan selanjutnya sanggup timbul edema sekunder. (Arif Muttaqin, 2008, hlm. 130).</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Klasifikasi</b></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Secara non hemoragik, stroke sanggup dibagi berdasarkan manifestasi klinik dan proses patologik (kausal):</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 1. Berdasarkan manifestasi klinis</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> a. Serangan Iskemik Sepintas/Transient Ischemic Attack (TIA)</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Gejala neurologik yang timbul akhir gangguan peredaran darah di otak akan menghilang dalam waktu 24 jam.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> b. Defisit Neurologik Iskemik Sepintas/Reversible Ischemic Neurological Deficit (RIND)</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Gejala neurologik yang timbul akan menghilang dalam waktu lebih usang dari 24 jam, tapi tidak lebih dari seminggu.</div> <div style="text-align: justify;"> c. Stroke Progresif (Progressive Stroke/Stroke In Evaluation)</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Gejala neurologik makin usang makin berat.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> d. Stroke komplet (Completed Stroke/Permanent Stroke)</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Kelainan neurologik sudah menetap, dan tidak berkembang lagi.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 2. Berdasarkan kausal</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> a. Stroke Trombotik</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Stroke trombotik terjadi lantaran adanya penggumpalan pada pembuluh darah di otak. Trombotik sanggup terjadi pada pembuluh darah yang besar dan pembuluh darah yang kecil. Pada pembuluh darah besar trombotik terjadi akhir aterosklerosis yang diikuti oleh terbentuknya gumpalan darah yang cepat. Selain itu, trombotik juga diakibatkan oleh tingginya kadar kolesterol jahat atau Low Density Lipoprotein(LDL). Sedangkan pada pembuluh darah kecil, trombotik terjadi lantaran aliran darah ke pembuluh darah arteri kecil terhalang. Ini terkait dengan hipertensi dan merupakan indikator penyakit aterosklerosis.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> b. Stroke Emboli/Non Trombotik</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Stroke emboli terjadi lantaran adanya gumpalan dari jantung atau lapisan lemak yang lepas. Sehingga, terjadi penyumbatan pembuluh darah yang menjadikan darah tidak bisa mengaliri oksigen dan nutrisi ke otak.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Etiologi</b></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Berdasarkan Pendapat beberapa mahir stroke non hemoragik sanggup timbul akhir salah satu penyebab dibawah ini.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 1. Trombosis cerebral</div> <div style="text-align: justify;"> Thrombosit ini terjadi pada pembuluh darah yang mengalami oklusi sehingga menimbulkan iskemi jaringan otak yang sanggup menimbulkan oedema dan kongesti disekitarnya.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Keadaan yang sanggup menimbulkan thrombosit cerebral:</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Atherosklerosis/arterioskerosis</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> yaitu mengerasnya pembuluh darah serta berkurangnya ketentuan atau elastisitas pembuluh darah</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Hypercoagulasi pada polysitemia</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> Darah bertambah kental, peningkatan viskositas hematokrit meningkat sanggup melambatkan aliran darah serebral</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Arteritis (radang pada arteri)</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 2. Emboli</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Emboli serebral merupakan penyumbatan pembuluh darah otak oleh darah, lemak dan udara. Pada umumnya emboli berasal dari thrombus di jantung yang terlepas dan menyumbat sistem arteri serebral. Emboli tersebut berlangsung cepat dan tanda-tanda timbul kurang dari 10-30 detik.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 3. Haemortologi</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Perdarahan intrakranial atau intra serebral termasuk perdarahan dalam ruang sub arachnoid/kedalam jaringan otak sendiri. Ini terjadi lantaran atherosklerosis dan hypertensi. Akibat pecahnya pembuluh darah otak menimbulkan peresapan darah kedalam parenkim otak yang sanggup menjadikan penekanan, pengerasan dan pemisahan jaringan otak yang berdekatan sehingga otak akan membengkak, jaringan otak tertekan sehingga terjadi infark otak, oedema dan mungkin hemiasi otak.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 4. Hypoksia Umum</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Hipertensi yang parah</li> <li style="text-align: justify;">Cardiac pulmonary arrest</li> <li style="text-align: justify;">CO turun akhir aritmia</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> 5. Hypoksia setempat</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Spasme arteri serebral yang disertai perdarahan sub aradinoid</li> <li style="text-align: justify;">Vasokontriksi arteri otak disertai sakit kepala migran.</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Patofisiologi</b></div> <div style="text-align: justify;"> <span style="white-space: pre;"> </span></div> <div style="text-align: justify;"> Suplai darah ke otak sanggup berubah pada gangguan fokal (thrombus, emboli, perdarahan dan spasme vaskuler) atau oleh lantaran gangguan umum (Hypoksia lantaran gangguan paru dan jantung). Arterosklerosis sering/cenderung sebagai faktor penting trhadap otak. Thrombus sanggup berasal dari flak arterosklerotik atau darah sanggup beku pada area yang stenosis, dimana aliran darah akan lambat atau terjadi turbulensi. Oklusi pada pembuluh darah serebral oleh embolus menimbulkan oedema dan nekrosis diikuti thrombosis dan hypertensi pembuluh darah. Perdarahan intraserebral yang sangat luas akan menimbulkan maut dibandingkan dari keseluruhan penyakit cerebrovaskuler. Jika sirkulasi serebral terhambat, sanggup berkembang cerebral. Perubahan disebabkan oleh anoksia serebral sanggup revensibel untuk jangka waktu 4-6 menit. Perubahan irreversible sanggup anoksia lebih dari 10 menit. Anoksia serebral sanggup terjadi oleh lantaran gangguan yang bervariasi, salah satunya cardiac arrest.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"> <img border="0" data-original-height="643" data-original-width="510" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgwOGcL_X1omS88sWNuVZpVXEM3WK8ZtX-1r9NS4AbBtYpP3tELXnkpcfiaUhMn2t8rUpOJhoCGcKw6jMM6d8aiqKT07cHTzSAnX-rk0mMoOt1lK22XI_gn62-tmi_VJ-SjqGtVePNgEShS/s1600/Pathway+SNH.png" /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Untuk mendownload pathway SNH, <span style="background-color: cyan;"><a href="https://drive.google.com/file/d/17njFFV0HTQBKoRqQaRmQW8094q0NFEPV/view?usp=sharing" target="_blank">DISINI</a></span></b></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Manifestasi Klinik</b></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Gejala - tanda-tanda stroke muncul akhir kawasan tertentu tak berfungsi yang disebabkan oleh terganggunya aliran darah ke tempat tersebut. Gejala itu muncul bervariasi, bergantung pecahan otak yang terganggu.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Gejala-gejala itu antara lain bersifat:</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> a. Sementara</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Timbul hanya sebentar selama beberapa menit hingga beberapa jam dan hilang sendiri dengan atau tanpa pengobatan. Hal ini disebut Transient ischemic attack (TIA). Serangan bisa muncul lagi dalam wujud sama, memperberat atau malah menetap.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> b. Sementara,namun lebih dari 24 jam</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Gejala timbul lebih dari 24 jam dan ini dissebut reversible ischemic neurologic defisit (RIND)</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> c. Gejala makin usang makin berat (progresif)</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Hal ini desebabkan gangguan aliran darah makin usang makin berat yang disebut progressing stroke atau stroke inevolution</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> d. Sudah menetap/permanen (Harsono,1996, hal 67)</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Tanda dan tanda-tanda dari stroke berdasarkan Baughman, C Diane.dkk yaitu sebagai berikut:</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 1. Kehilangan motorik</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Disfungsi motorik paling umum yaitu hemiplegia (paralisis pada salah satu sisi) dan hemiparesis (kelemahan salah satu sisi) dan disfagia</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 2. Kehilangan komunikasi</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Disfungsi bahasa dan komunikasi yaitu disatria (kesulitan berbicara) atau afasia (kehilangan berbicara).</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 3. Gangguan persepsi</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Meliputi disfungsi persepsi visual humanus, heminapsia atau kehilangan penglihatan perifer dan diplopia, gangguan kekerabatan visual, Istimewa dan kehilangan sensori.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 4. Kerusakan fungsi kognitif parestesia (terjadi pada sisi yang berlawanan).</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 5. Disfungsi kandung kemih meliputi: inkontinensiaurinarius transier, inkontinensia urinarius peristen atau retensi urin (mungkin simtomatik dari kerusakan otak bilateral), Inkontinensia urinarius dan defekasiyang berlanjut (dapat mencerminkan kerusakan neurologi ekstensif).</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Tanda dan tanda-tanda yang muncul sangat tergantung dengan kawasan otak yang terkena:</div> <ol> <li style="text-align: justify;">Pengaruh terhadap status mental: tidak sadar, konfus, lupa badan sebelah</li> <li style="text-align: justify;">Pengaruh secara fisik: paralise, disfagia, gangguan sentuhan dan sensasi, gangguan penglihatan</li> <li style="text-align: justify;">Pengaruh terhadap komunikasi, bicara tidak jelas, kehilangan bahasa.</li> </ol> <div style="text-align: justify;"> Dilihat dari pecahan hemisfer yang terkena tanda dan tanda-tanda sanggup berupa:</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <table border="0" cellpadding="0" cellspacing="0" class="MsoNormalTable" style="background: rgb(127, 255, 212); border-collapse: collapse; margin-left: 22.5pt; text-align: justify;"> <tbody> <tr> <td style="border: solid black 1.0pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 239.4pt;" valign="top" width="319"><div class="MsoNormal"> Hemisfer kiri<o:p></o:p></div> </td> <td style="border-left: none; border: solid black 1.0pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 239.4pt;" valign="top" width="319"><div class="MsoNormal"> Hemisfer kanan<o:p></o:p></div> </td> </tr> <tr> <td style="border-top: none; border: solid black 1.0pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 239.4pt;" valign="top" width="319"><div class="MsoNormal"> ·         Mengalami hemiparese kanan<o:p></o:p></div> <div class="MsoNormal"> ·         Perilaku lambat dan hati-hati<o:p></o:p></div> <div class="MsoNormal"> ·         Kelainan lapan pandang kanan<o:p></o:p></div> <div class="MsoNormal"> ·         Disfagia global<o:p></o:p></div> <div class="MsoNormal"> ·         Afasia<o:p></o:p></div> <div class="MsoNormal"> ·         Mudah frustasi<o:p></o:p></div> </td> <td style="border-bottom: solid black 1.0pt; border-left: none; border-right: solid black 1.0pt; border-top: none; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 239.4pt;" valign="top" width="319"><div class="MsoNormal"> ·         Hemiparese sebelah kiri tubuh<o:p></o:p></div> <div class="MsoNormal"> ·         Penilaian buruk<o:p></o:p></div> <div class="MsoNormal"> ·         Mempunyai kerentanan terhadap sisi kontralateral sehingga memungkinkan terjatuh ke sisi yang berlawanan tersebut<o:p></o:p></div> </td> </tr> </tbody></table> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Pemeriksaan Penunjang</b></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 1. CT Scan<span style="white-space: pre;"> </span></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Memperlihatkan adanya edema , hematoma, iskemia dan adanya infark</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 2. Angiografi serebral</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> membantu memilih penyebab stroke secara spesifik ibarat perdarahan atau obstruksi arteri</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 3. Pungsi Lumbal</div> <ul> <li style="text-align: justify;">menunjukan adanya tekanan normal</li> <li style="text-align: justify;">tekanan meningkat dan cairan yang mengandung darah menunjukan adanya  perdarahan </li> </ul> <div style="text-align: justify;"> 4. MRI : Menunjukan kawasan yang mengalami infark, hemoragik.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 5. EEG: Memperlihatkan kawasan lesi yang spesifik</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 6. Ultrasonografi Dopler : Mengidentifikasi penyakit arteriovena</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 7. Sinar X Tengkorak : Menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pineal. (DoengesE, Marilynn,2000 hal 292)</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Penatalaksanaan</b></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Tujuan intervensi yaitu berusaha menstabilkan tanda-tanda vital dengan melaksanakan tindakan sebagai berikut:</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Mempertahankan kanal nafas yang paten yaitu lakukan pengisapan lendiryang sering, oksigenasi, kalau perlu lakukan trakeostomi, membantu pernafasan.</li> <li style="text-align: justify;">Mengendalikan tekanan darah berdasarkan kondisi pasien, termasuk untuk perjuangan memperbaiki hipotensi dan hipertensi.</li> <li style="text-align: justify;">Berusaha memilih dan memperbaiki aritmia jantung.</li> <li style="text-align: justify;">Menempatkan pasien dalam posisi yang tepat, harus dilakukan secepat mungkin pasien harus dirubah posisi tiap 2 jam dan dilakukan latihan-latihan gerak pasif.</li> <li style="text-align: justify;">Mengendalikan hipertensi dan menurunkan TIK, Dengan meninggikan kepala 15-30 menghindari flexi dan rotasi kepala yang berlebihan,</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> Pengobatan Konservatif</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Vasodilator meningkatkan aliran darah serebral (ADS) secara percobaan, tetapi maknanya: pada badan insan belum sanggup dibuktikan.</li> <li style="text-align: justify;">Dapat diberikan histamin, aminophilin, asetazolamid, papaverin intra arterial.</li> <li style="text-align: justify;">Anti agregasi thrombosis ibarat aspirin dipakai untuk menghambat reaksi pelepasan agregasi thrombosis yang terjadi setelah ulserasi alteroma.</li> <li style="text-align: justify;">Anti koagulan sanggup diresepkan untuk mencegah terjadinya/ memberatnya trombosis atau emboli di tempat lain di sistem kardiovaskuler.</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> Pengobatan Pembedahan</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Tujuan utama yaitu memperbaiki aliran darah serebral :</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Endosterektomi karotis membentuk kembali arteri karotis, yaitu dengan membuka arteri karotis di leher.</li> <li style="text-align: justify;">Revaskularisasi terutama merupakan tindakan pembedahan dan keuntungannya paling dirasakan oleh pasien TIA.</li> <li style="text-align: justify;">Evaluasi bekuan darah dilakukan pada stroke akut</li> <li style="text-align: justify;">Ugasi arteri karotis komunis di leher khususnya pada aneurisma</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Konsep Asuhan Keperawatan</b></div> <div style="text-align: justify;"> <b><br /></b></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Pengkajian</b></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> a. Pengkajian Primer</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Airway</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> Adanya sumbatan/obstruksi jalan napas oleh adanya penumpukan sekret akhir kelemahan reflek batuk</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Breathing</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> Kelemahan menelan/ batuk/ melindungi jalan napas, timbulnya pernapasan yang sulit dan / atau tak teratur, bunyi nafas terdengar ronchi /aspirasi</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Circulation</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> TD sanggup normal atau meningkat , hipotensi terjadi pada tahap lanjut, takikardi, bunyi jantung normal pada tahap dini, disritmia, kulit dan membran mukosa pucat, dingin, sianosis pada tahap lanjut</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> b. Pengkajian Sekunder</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 1. Aktivitas dan istirahat</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Data Subyektif:</div> <ul> <li style="text-align: justify;">kesulitan dalam beraktivitas ; kelemahan, kehilangan sensasi atau paralysis.</li> <li style="text-align: justify;">mudah lelah, kesulitan istirahat ( nyeri atau kejang otot )</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> Data obyektif:</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Perubahan tingkat kesadaran </li> <li style="text-align: justify;">Perubahan tonus otot  ( flaksid atau spastic),  paraliysis ( hemiplegia ) , kelemahan umum.</li> <li style="text-align: justify;">gangguan penglihatan</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> 2. Sirkulasi</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Data Subyektif:</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Riwayat penyakit jantung (  penyakit katup jantung, disritmia, gagal jantung , endokarditis bacterial ), polisitemia.</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> Data obyektif:</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Hipertensi arterial</li> <li style="text-align: justify;">Disritmia, perubahan EKG</li> <li style="text-align: justify;">Pulsasi : kemungkinan bervariasi </li> <li style="text-align: justify;">Denyut karotis, femoral dan arteri iliaka atau aorta abdominal</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> 3. Integritas ego</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Data Subyektif:</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Perasaan tidak berdaya, hilang harapan</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> Data obyektif:</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Emosi yang labil dan murka yang tidak tepat, kesediahan , kegembiraan</li> <li style="text-align: justify;">kesulitan berekspresi diri</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> 4. Eliminasi</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Data Subyektif:</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Inkontinensia, anuria</li> <li style="text-align: justify;">distensi abdomen ( kandung kemih sangat penuh ),  tidak adanya bunyi usus( ileus paralitik )</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> 5. Makan/ minum</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Data Subyektif:</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Nafsu makan hilang</li> <li style="text-align: justify;">Nausea / vomitus pertanda adanya PTIK</li> <li style="text-align: justify;">Kehilangan sensasi pengecap , pipi , tenggorokan, disfagia</li> <li style="text-align: justify;">Riwayat DM, Peningkatan lemak dalam darah</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> Data obyektif:</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Problem dalam mengunyah ( menurunnya reflek palatum dan faring )</li> <li style="text-align: justify;">Obesitas ( factor resiko )</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> 6. Sensori neural</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Data Subyektif:</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Pusing / syncope  (sebelum CVA / sementara selama TIA)</li> <li style="text-align: justify;">nyeri kepala : pada perdarahan intra serebral  atau perdarahan sub arachnoid.</li> <li style="text-align: justify;">Kelemahan, kesemutan/kebas, sisi yang terkena terlihat ibarat lumpuh/mati</li> <li style="text-align: justify;">Penglihatan berkurang</li> <li style="text-align: justify;">Sentuhan  : kehilangan sensor pada sisi kolateral pada ekstremitas dan pada muka ipsilateral ( sisi yang sama )</li> <li style="text-align: justify;">Gangguan rasa pengecapan dan penciuman</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> Data obyektif:</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Status mental ; koma biasanya menandai stadium perdarahan , gangguan tingkah laku (seperti: letergi, apatis, menyerang) dan gangguan fungsi kognitif</li> <li style="text-align: justify;">Ekstremitas : kelemahan / paraliysis ( kontralateral pada semua jenis stroke, genggaman tangan tidak imbang, berkurangnya reflek tendon dalam  ( kontralateral )</li> <li style="text-align: justify;">Wajah: paralisis / parese ( ipsilateral )</li> <li style="text-align: justify;">Afasia  ( kerusakan atau kehilangan fungsi bahasa, kemungkinan ekspresif/ kesulitan berkata kata, reseptif / kesulitan berkata kata komprehensif, global / kombinasi dari keduanya.</li> <li style="text-align: justify;">Kehilangan kemampuan mengenal atau melihat, pendengaran, stimuli taktil</li> <li style="text-align: justify;">Apraksia : kehilangan kemampuan memakai motorik</li> <li style="text-align: justify;">Reaksi dan ukuran pupil : tidak sama dilatasi dan tak bereaksi pada sisi ipsi lateral</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> 7. Nyeri / kenyamanan</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Data Subyektif:</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Sakit kepala yang bervariasi intensitasnya</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> Data obyektif:</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Tingkah laku yang tidak stabil, gelisah, ketegangan otot / fasial</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> 8. Respirasi</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Data Subyektif:</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Perokok ( factor resiko )</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> 9. Keamanan</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Data obyektif:</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Motorik/sensorik : problem dengan penglihatan</li> <li style="text-align: justify;">Perubahan persepsi terhadap tubuh, kesulitan untuk melihat objek, hilang kewasadaan terhadap pecahan badan yang sakit</li> <li style="text-align: justify;">Tidak bisa mengenali objek, warna, kata, dan wajah yang pernah dikenali</li> <li style="text-align: justify;">Gangguan berespon terhadap panas, dan dingin/gangguan regulasi suhu tubuh</li> <li style="text-align: justify;">Gangguan dalam memutuskan, perhatian sedikit terhadap keamanan, berkurang kesadaran diri</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> 10. Interaksi social</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Data obyektif:</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Problem berbicara, ketidakmampuan berkomunikasi (Doenges E, Marilynn,2000 hal 292)</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Diagnosa Keperawatan</b></div> <br /> <ol> <li style="text-align: justify;">Perubahan perfusi jaringan serebral b.d terputusnya aliran darah  : penyakit oklusi,  perdarahan, spasme pembuluh darah serebral, edema serebral</li> <li style="text-align: justify;">Ketidakefektifan bersihan jalan napas b.d kerusakan batuk, ketidakmampuan mengatasi lendir</li> <li style="text-align: justify;">Pola nafas tak efektif bekerjasama dengan adanya depresan sentra pernapasan</li> </ol> <br /> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Intervensi Keperawatan</b></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Diagnosa keperawatan. 1.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Perubahan perfusi jaringan serebral b.d terputusnya aliran darah  : penyakit oklusi,  perdarahan, spasme pembuluh darah serebral, edema serebral</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Dibuktikan oleh  :</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Perubahan tingkat kesadaran , kehilangan memori</li> <li style="text-align: justify;">Perubahan respon sensorik / motorik, kegelisahan</li> <li style="text-align: justify;">Deficit sensori , bahasa, intelektual dan emosional</li> <li style="text-align: justify;">Perubahan tanda tanda vital</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> Tujuan  Pasien / criteria penilaian ;</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Terpelihara dan meningkatnya tingkat kesadaran, kognisi dan fungsi sensori / motor</li> <li style="text-align: justify;">Menampakan stabilisasi tanda vital dan tidak ada PTIK</li> <li style="text-align: justify;">Peran pasien menampakan tidak adanya kemunduran  / kekambuhan</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> Intervensi ;</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Mandiri</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Tentukan factor factor yang bekerjasama dengan situasi  individu/ penyebab koma / penurunan perfusi serebral dan potensial PTIK</li> <li style="text-align: justify;">Monitor dan catat status neurologist secara  teratur </li> <li style="text-align: justify;">Monitor tanda tanda vital</li> <li style="text-align: justify;">Evaluasi pupil  (ukuran bentuk kesamaan dan reaksi terhadap cahaya )</li> <li style="text-align: justify;">Bantu untuk mengubah pandangan , misalnay pandangan kabur, perubahan lapang pandang  / persepsi lapang pandang</li> <li style="text-align: justify;">Bantu meningkatakan fungsi, termasuk bicara kalau pasien mengalami gangguan fungsi</li> <li style="text-align: justify;">Kepala dielevasikan perlahan lahan pada posisi netral . </li> <li style="text-align: justify;">Pertahankan tirah baring , sediakan lingkungan yang damai , atur kunjungan sesuai indikasi</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> Kolaborasi</div> <ul> <li style="text-align: justify;">berikan komplemen oksigen sesuai indikasi</li> <li style="text-align: justify;">berikan medikasi sesuai indikasi :Antifibrolitik, misal aminocaproic acid ( amicar ), Antihipertensi, Vasodilator perifer, missal cyclandelate,  isoxsuprine, Manitol</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Diagnosa Keperawatan. 2.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Ketidakefektifan bersihan jalan napas b.d kerusakan batuk, ketidakmampuan mengatasi lendir</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Kriteria hasil:</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Pasien menunjukkan kepatenan jalan napas</li> <li style="text-align: justify;">Ekspansi dada simetris</li> <li style="text-align: justify;">Bunyi napas higienis dikala auskultasi</li> <li style="text-align: justify;">Tidak terdapat tanda distress pernapasan</li> <li style="text-align: justify;">GDA dan tanda vital dalam batas normal</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> Intervensi:</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Kaji dan pantau pernapasan, reflek batuk dan sekresi</li> <li style="text-align: justify;">Posisikan badan dan kepala untuk menghindari obstruksi jalan napas dan menunjukkan pengeluaran sekresi yang optimal</li> <li style="text-align: justify;">Penghisapan sekresi</li> <li style="text-align: justify;">Auskultasi dada untuk mendengarkan bunyi jalan napas setiap 4 jam</li> <li style="text-align: justify;">Berikan oksigenasi sesuai advis</li> <li style="text-align: justify;">Pantau BGA dan Hb sesuai indikasi</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Diagnosa Keperawatan. 3</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Pola nafas tak efektif bekerjasama dengan adanya depresan sentra pernapasan</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Tujuan :</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Pola nafas efektif</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> Kriteria hasil:</div> <ul> <li style="text-align: justify;">RR 18-20 x permenit</li> <li style="text-align: justify;">Ekspansi dada normal</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> Intervensi :</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Kaji frekuensi, irama, kedalaman pernafasan.</li> <li style="text-align: justify;">Auskultasi  bunyi nafas.</li> <li style="text-align: justify;">Pantau penurunan bunyi nafas.</li> <li style="text-align: justify;">Pastikan kepatenan O2 binasal</li> <li style="text-align: justify;">Berikan posisi yang nyaman : semi fowler</li> <li style="text-align: justify;">Berikan instruksi untuk latihan nafas dalam</li> <li style="text-align: justify;">Catat kemajuan yang ada pada klien perihal pernafasan</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Daftar Pustaka</b></div> <ul> <li style="text-align: justify;">Long C, Barbara, Perawatan Medikal Bedah, Jilid 2, Bandung, Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran, 1996</li> <li style="text-align: justify;">Tuti Pahria, dkk, Asuhan Keperawatan  pada Pasien dengan Ganguan Sistem Persyarafan, Jakarta, EGC, 1993</li> <li style="text-align: justify;">Pusat pendidikan Tenaga Kesehatan Departemen Kesehatan, Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem Persarafan , Jakarta, Depkes, 1996</li> <li style="text-align: justify;">Smeltzer C. Suzanne, Brunner & Suddarth,   Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Jakarta, EGC ,2002</li> <li style="text-align: justify;">Marilynn E, Doengoes, 2000, Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, Jakarta,  EGC, 2000</li> <li style="text-align: justify;">Harsono, Buku Ajar : Neurologi Klinis,Yogyakarta, Gajah Mada university press, 1996.</li> </ul> <div> <div style="text-align: justify;"> Untuk mendownload laporan pendahuluan / LP stroke non hemoragik atau SNH pdf dan doc, dibawah.</div> </div> <div> <ul> <li style="text-align: justify;"><b><span style="background-color: cyan;">Laporan Pendahuluan stroke non hemoragik pdf</span>, <i><a href="https://drive.google.com/file/d/1mp17LTCjBC1GbMDkCbG5T23OInFnFMnH/view?usp=sharing" target="_blank">(Ambil File)</a></i></b></li> <li style="text-align: justify;"><b><span style="background-color: lime;">Laporan Pendahuluan stroke non hemoragik doc</span>, <i><a href="https://drive.google.com/file/d/1o9_BxZez9Loz7T8lgQoZnnlh4TYQ9Q2D/view?usp=sharing" target="_blank">(Ambil File)</a></i></b></li> </ul> <div> <div style="text-align: justify;"> Link Alternatif</div> </div> </div> <div> <ul> <li style="text-align: justify;"><b><a href="https://drive.google.com/file/d/1o9_BxZez9Loz7T8lgQoZnnlh4TYQ9Q2D/view?usp=sharing" target="_blank">LP Stroke Non Hemoragik doc</a></b></li> <li style="text-align: justify;"><b><a href="https://drive.google.com/file/d/1mp17LTCjBC1GbMDkCbG5T23OInFnFMnH/view?usp=sharing" target="_blank">LP Stroke Non Hemoragik pdf</a></b></li> </ul> <div> <div style="text-align: justify;"> Demikian laporan pendahuluan / LP stroke non hemoragik atau SNH, download pdf dan doc kami bagikan, biar bisa menjadi refferensi teman-teman perawat sekalian, terima kasih.</div> </div> </div>

Laporan Pendahuluan / Lp Stroke Non Hemoragik Atau Snh, Download Pdf Dan Doc

Teman -teman perawat dimanapun berada, terima kasih telah setia mengunjungi bangsal sehat, biar kesehatan selalu menyertai. Kebahagiaan...

+ Baca selengkapnya »

Laporan Pendahuluan / Lp Bisul Kanal Kemih / Isk Lengkap Dan Terbaru, Download Doc Dan Pdf

<div style="text-align: justify;"> Kami bagikan laporan pendahuluan infeksi terusan kemih pdf dan doc.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Pada postingan kali ini kami share laporan pendahuluan / LP infeksi terusan kemih terbaru dan lengkap, disusun menurut beberapa tumpuan terpercaya mulai dari tinjauan teori hingga konsep asuhan keperawatan.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Adapun isi dari laporan pendahuluan / lp infeksi terusan kemih / ISK ini meliputi :</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Tinjauan teori</div> <ol> <li style="text-align: justify;">Pengertian </li> <li style="text-align: justify;">Klasifikasi</li> <li style="text-align: justify;">Etiologi </li> <li style="text-align: justify;">Patofisiologi dan pathway</li> <li style="text-align: justify;">Tanda dan gejala</li> <li style="text-align: justify;">Komplikasi</li> <li style="text-align: justify;">Pemeriksaan penunjang</li> <li style="text-align: justify;">Penatalaksanaan</li> </ol> <div style="text-align: justify;"> Konsep asuhan keperawatan</div> <ol> <li style="text-align: justify;">Pengkajian keperawatan</li> <li style="text-align: justify;">Diagnosa Keperawatan</li> <li style="text-align: justify;">Intervensi Keperawatan</li> <li style="text-align: justify;">Daftar Pustaka</li> </ol> <div style="text-align: justify;"> Laporan pendahuluan / LP infeksi terusan kemih / ISK ini kami sediakan dalam dua format penulisan yaitu doc dan pdf, yang sanggup didownload melalui link unduhan yang kami selipkan diakhir artikel.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <h3 style="text-align: justify;"> <b>Laporan pendahuluan infeksi terusan kemih / ISK</b></h3> <div style="text-align: justify;"> <b>Pengertian</b></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Infeksi Saluran Kemih (ISK) atau Urinarius Tractus Infection (UTI) yakni suatu keadaan adanya infasi mikroorganisme pada terusan kemih.(Agus Tessy, 2001)</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Infeksi Saluran Kemih (ISK) yakni suatu keadaan adanya infeksi basil pada terusan kemih. (Enggram, Barbara, 1998)</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Infeksi Saluran Kemih (ISK) yakni infeksi yang terjadi sepanjang terusan kemih, terutama masuk ginjal itu sendiri akhir proliferasi suatu organisme (Corwin, 2001 : 480)</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Infeksi Saluran Kemih (ISK) yakni berkembangnya mikroorganisme di dalam terusan kemih yang dalam keadaan normal tidak mengandung bakteri, virus/mikroorganisme lain.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Klasifikasi</b></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Berdasarkan organ perkemihan yang terinfeksi, Jenis Infeksi Saluran Kemih, / ISK sanggup dibedakan antara lain:</div> <ol> <li style="text-align: justify;">Kandung kemih (sistitis)</li> <li style="text-align: justify;">uretra (uretritis)</li> <li style="text-align: justify;">prostat (prostatitis)</li> <li style="text-align: justify;">ginjal (pielonefritis)</li> </ol> <div style="text-align: justify;"> Berdasarkan tingkat keperahan dan komplikasi Infeksi Saluran Kemih (ISK) dpat dibedakan menjadi:</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 1. ISK uncomplicated (simple)</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> ISK sederhana yang terjadi pada penderita dengan terusan kencing tidak baik, anatomic maupun fungsional normal. ISK lebih sering mengenai penderita perempuan dan infeksi hanya mengenai mukosa superficial kandung kemih. </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 2. ISK complicated </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Sering menimbulkan banyak problem lantaran sering kali kuman penyebab sulit diberantas, kuman penyebab sering resisten terhadap beberapa macam antibiotika, sering terjadi bakterimia, sepsis dan shock. ISK ini terjadi bila terdapat keadaan-keadaan sebagi berikut:</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Kelainan absurd terusan kencing, contohnya batu, reflex vesiko uretral obstruksi, atoni kandung kemih, paraplegia, kateter kandung kencing menetap dan prostatitis.</li> <li style="text-align: justify;">Kelainan faal ginjal: GGA maupun GGK.</li> <li style="text-align: justify;">Gangguan daya tahan tubuh</li> <li style="text-align: justify;">Infeksi yang disebabkan lantaran organisme virulen sperti prosteus spp yang memproduksi urease.</li> </ul> <br /> <div style="text-align: justify;"> <b>Etiologi</b></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Salah satu penyebab infeksi terusan kemih / ISK merupakan bakteri, adapun Jenis-jenis mikroorganisme yang mengakibatkan ISK, antara lain:</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Escherichia Coli: 90 % penyebab ISK uncomplicated (simple)</li> <li style="text-align: justify;">Pseudomonas, Proteus, Klebsiella : penyebab ISK complicated</li> <li style="text-align: justify;">Enterobacter, staphylococcus epidemidis, enterococci, dan-lain-lain.</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> Prevalensi penyebab ISK antara lain:</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat akhir pengosongan kandung kemih yang kurang efektif</li> <li style="text-align: justify;">Mobilitas menurun</li> <li style="text-align: justify;">Nutrisi yang sering kurang baik</li> <li style="text-align: justify;">Sistem imunitas menurun, baik seluler maupun humoral</li> <li style="text-align: justify;">Adanya kendala pada anutan urin</li> <li style="text-align: justify;">Hilangnya imbas bakterisid dari sekresi prostat</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> Pada umumnya faktor-faktor resiko yang bekerjasama dengan perkembangan infeksi terusan kemih yakni :</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 1. Wanita cenderung gampang terjangkit dibandingkan dengan laki-laki.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Faktor-faktor postulasi dari tingkat infeksi yang tinggi terdiri dari urethra erat kepada rektum dan kurang perlindungan sekresi prostat dibandingkan dengan pria.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 2. Abnormalitas Struktural dan Fungsional</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Mekanisme yang bekerjasama termasuk stasis urine yang merupakan media untuk kultur bakteri, refluks urine yang infeksi lebih tinggi pada terusan kemih dan peningkatan tekanan hidrostatik.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Contoh : strikur,anomali ketidak sempurnaan hubungan uretero vesicalis</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 3. Obstruksi</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Contoh : Tumor, Hipertofi prostat</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 4. Gangguan inervasi kandung kemih</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Contoh : Malformasi sum-sum tulang belakang kongenital, multiple sklerosis</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 5. Penyakit kronis</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Contoh : Gout, DM, hipertensi</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 6. Instrumentasi</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Contoh : mekanisme kateterisasi</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Patofisiologi</b></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Infeksi Saluran Kemih disebabkan oleh adanya mikroorganisme patogenik dalam traktus urinarius. Mikroorganisme ini masuk melalui : kontak pribadi dari daerah infeksi terdekat, hematogen, limfogen. Ada dua jalur utama terjadinya ISK, asending dan hematogen. </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Secara asending yaitu: </div> <ul> <li style="text-align: justify;">masuknya mikroorganisme dalm kandung kemih, antara lain: factor anatomi dimana pada perempuan mempunyai uretra yang lebih pendek daripada laki-laki sehingga bencana terjadinya ISK lebih tinggi, factor tekanan urine ketika miksi, kontaminasi fekal, pemasangan alat ke dalam traktus urinarius (pemeriksaan sistoskopik, pemakaian kateter), adanya dekubitus yang terinfeksi.</li> <li style="text-align: justify;">Naiknya basil dari kandung kemih ke ginjal</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> Secara hematogen yaitu: </div> <ul> <li style="text-align: justify;">sering terjadi pada  pasien yang system imunnya rendah sehingga mempermudah penyebaran infeksi secara hematogen Ada beberapa hal yang mensugesti struktur dan fungsi ginjal sehingga mempermudah penyebaran hematogen, yaitu: adanya bendungan total urine yang mengakibatkan distensi kandung kemih, bendungan intrarenal akhir jaringan parut, dan lain-lain.</li> </ul> <br /> <div style="text-align: justify;"> <b>Pathway infeksi terusan kemih / ISK</b></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"> <img border="0" data-original-height="852" data-original-width="1232" height="442" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg4-gBIip-nPgumnVFauesEDgtdOr9OG7McTFlko31g_dEOpzNTkwxbwTteQ0BZqMlgt4dhFJgSpNPaRdhew-Ix3YiH0epR86YIlLucX5wRDqlY_15TFndcrCz6tICMke1JR2oW09tUIzya/s640/Pathway+isk+1.png" width="640" /></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Tanda dan Gejala</b></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Tanda dan tanda-tanda pada infeksi terusan kemih sangat bervariasi bahkan tidak menimbukan tanda-tanda apapun. </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Pada infeksi terusan kemih cuilan bawah (sistisis) mencakup:</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Nyeri yang sering</li> <li style="text-align: justify;">Rasa panas ketika berkemih</li> <li style="text-align: justify;">Kadang-kadang disertai spasme pada kandung kemih dan area suprapubis</li> <li style="text-align: justify;">Hematuria</li> <li style="text-align: justify;">Nyeri punggung</li> <li style="text-align: justify;">Peningkatan frekuensi berkemih</li> <li style="text-align: justify;">Perasaan ingin berkemih</li> <li style="text-align: justify;">Adanya sel-sel darah putih dalam urin</li> <li style="text-align: justify;">Demam yang disertai adanya darah dalam urin pada kasus yang para</li> </ul> <br /> <div style="text-align: justify;"> <b>Komplikasi</b></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Komplikasi yang sanggup terjadi pada infeksi terusan kemih antara lain:</div> <ol> <li style="text-align: justify;">Batu terusan kemih</li> <li style="text-align: justify;">Obstruksi terusan kemih</li> <li style="text-align: justify;">Sepsis</li> <li style="text-align: justify;">Infeksi kuman yang multisystem</li> <li style="text-align: justify;">Gangguan fungsi ginjal</li> </ol> <div style="text-align: justify;"> Komplikasi lain yang mungkin terjadi setelah terjadi ISK yang terjadi jangka panjang yakni terjadinya renal scar yang bekerjasama erat dengan terjadinya hipertensi dan gagal ginjal kronik.</div> <div style="text-align: justify;"> ISK pada kehamilan dengan BAS (Basiluria Asimtomatik) yang tidak diobati akan menyebabkan:</div> <ol> <li style="text-align: justify;">Pielonefritis</li> <li style="text-align: justify;">Bayi premature</li> <li style="text-align: justify;">Anemia</li> <li style="text-align: justify;">Pregnancy-induced hypertension</li> </ol> <div style="text-align: justify;"> Selain itu ISK pada kehamilan juga menyebabkan:</div> <ol> <li style="text-align: justify;">Retardasi mental pada bayi,</li> <li style="text-align: justify;">Pertumbuhan bayi lambat</li> <li style="text-align: justify;">Cerebral palsy</li> <li style="text-align: justify;">Fetal death.</li> </ol> <br /> <div style="text-align: justify;"> <b>Pemeriksaan Penunjang</b></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 1. Urinalisis</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Leukosuria atau piuria: merupakan salah satu petunjuk penting adanya ISK. Leukosuria positif bila terdapat lebih dari 5 leukosit/lapang pandang besar (LPB) sediment air kemih</li> <li style="text-align: justify;">Hematuria: hematuria positif bila terdapat 5-10 eritrosit/LPB sediment air kemih. Hematuria disebabkan oleh banyak sekali keadaan patologis baik berupa kerusakan glomerulus ataupun urolitiasis.</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> 2. Bakteriologis</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Mikroskopis</li> <li style="text-align: justify;">Biakan bakteri</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> 3. Kultur urine untuk mengidentifikasi adanya organisme spesifik</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 4. Hitung koloni: hitung koloni sekitar 100.000 koloni per milliliter urin dari urin tampung anutan tengah atau dari specimen dalam kateter dianggap sebagai criteria utama adanya infeksi.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 5. Metode tes</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Tes dipstick multistrip untuk WBC (tes esterase lekosit) dan nitrit (tes Griess untuk pengurangan nitrat). Tes esterase lekosit positif: maka psien mengalami piuria. Tes pengurangan nitrat, Griess positif  jikalau terdapat basil yang mengurangi nitrat urin normal menjadi nitrit.</li> <li style="text-align: justify;">Tes Penyakit Menular Seksual (PMS): Uretritia akut akhir organisme menular secara seksual (misal, klamidia trakomatis, neisseria gonorrhoeae, herpes simplek).</li> <li style="text-align: justify;">Tes- tes tambahan: Urogram intravena (IVU). Pielografi (IVP), msistografi, dan ultrasonografi juga sanggup dilakukan untuk memilih apakah infeksi akhir dari keanehan traktus urinarius, adanya batu, massa renal atau abses, hodronerosis atau hiperplasie prostate. Urogram IV atau penilaian ultrasonic, sistoskopi dan mekanisme urodinamik sanggup dilakukan untuk mengidentifikasi penyebab kambuhnya infeksi yang resisten.</li> </ul> <br /> <div style="text-align: justify;"> <b>Penatalaksanaan</b></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Penanganan Infeksi Saluran Kemih (ISK) yang ideal yakni agens antibacterial yang secara efektif menghilangkan basil dari traktus urinarius dengan imbas minimal terhaap tanaman fekal dan vagina. </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Terapi  Infeksi Saluran Kemih (ISK) sanggup dibedakan atas:</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Terapi antibiotika takaran tunggal</li> <li style="text-align: justify;">Terapi antibiotika konvensional: 5-14 hari</li> <li style="text-align: justify;">Terapi antibiotika jangka lama: 4-6 minggu</li> <li style="text-align: justify;">Terapi dosis  rendah untuk supresi</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> Pemakaian antimicrobial jangka panjang menurunkan resiko kekambuhan infeksi. Jika kekambuhan disebabkan oleh basil persisten di awal infeksi, factor kausatif (mis: batu, abses), jikalau muncul salah satu, harus segera ditangani. Setelah penanganan dan sterilisasi urin, terapi preventif takaran rendah.</div> <div style="text-align: justify;"> Penggunaan medikasi yang umum mencakup: sulfisoxazole (gastrisin), trimethoprim/sulfamethoxazole (TMP/SMZ, bactrim, septra), kadang ampicillin atau amoksisilin digunakan, tetapi E. Coli telah resisten terhadap basil ini. Pyridium, suatu analgesic urinarius jug adapt dipakai untuk mengurangi ketidaknyamanan akhir infeksi.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Pemakaian  obat pada usia lanjut perlu dipikirkan kemungkinan adanya:</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Gangguan absorbsi dalam alat pencernaan</li> <li style="text-align: justify;">Interansi obat</li> <li style="text-align: justify;">Efek samping obat</li> <li style="text-align: justify;">Gangguan akumulasi obat terutama obat-obat yang ekskresinya melalui ginjal</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> Resiko tunjangan obat pada usia lanjut dalam kaitannya dengan faal ginjal:</div> <ol> <li style="text-align: justify;">Efek nefrotosik obat</li> <li style="text-align: justify;">Efek toksisitas obat</li> </ol> <div style="text-align: justify;"> Pemakaian obat pada usia lanjut hendaknya setiasp ketika dievalusi keefektifannya dan hendaknya selalu menjawab pertanyaan sebagai berikut:</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Apakah obat-obat yang diberikan benar-benar berguna/diperlukan/</li> <li style="text-align: justify;">Apakah obat yang diberikan mengakibatkan keadaan lebih baik atau malh membahnayakan/</li> <li style="text-align: justify;">Apakah obat yang diberikan masih tetap diberikan?</li> <li style="text-align: justify;">Dapatkah sebagian obat dikuranngi dosisnya atau dihentikan?</li> </ul> <br /> <div style="text-align: justify;"> <b>Konsep Asuhan Keperawatan</b></div> <div style="text-align: justify;"> <b><br /></b></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Pengkajian</b></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 1. Pemerikasaan fisik: dilakukan secara head to toe dan system tubuh</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> 2. Riwayat atau adanya faktor-faktor resiko:</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Adakah riwayat infeksi sebelumnya?</li> <li style="text-align: justify;">Adakah obstruksi pada terusan kemih?</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> 3. Adanya factor yang menjadi predisposisi pasien terhadap infeksi nosokomial.</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Bagaimana dengan pemasangan kateter foley?</li> <li style="text-align: justify;">Imobilisasi dalam waktu yang lama.</li> <li style="text-align: justify;">Apakah terjadi inkontinensia urine?</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> 4. Pengkajian dari manifestasi klinik infeksi terusan kemih</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Bagaimana contoh berkemih pasien? untuk mendeteksi factor predisposisi terjadinya ISK pasien (dorongan, frekuensi, dan jumlah)  </li> <li style="text-align: justify;">Adakah disuria?</li> <li style="text-align: justify;">Adakah urgensi?</li> <li style="text-align: justify;">Adakah hesitancy?</li> <li style="text-align: justify;">Adakah anyir urine yang menyengat?</li> <li style="text-align: justify;">Bagaimana haluaran volume orine, warna (keabu-abuan) dan konsentrasi urine?</li> <li style="text-align: justify;">Adakah nyeri-biasanya suprapubik pada infeksi terusan kemih cuilan bawah</li> <li style="text-align: justify;">Adakah nyesi pangggul atau pinggang-biasanya pada infeksi terusan kemih cuilan atas</li> <li style="text-align: justify;">Peningkatan suhu badan biasanya pada infeksi terusan kemih cuilan atas.</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> 5. Pengkajian psikologi pasien:</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Bagaimana perasaan pasien terhadap hasil tindakan dan pengobatan yang telah dilakukan? Adakakan perasaan aib atau takut kekambuhan terhadap penyakitnya.</li> </ul> <br /> <div style="text-align: justify;"> <b>Diagnosa Keperawatan</b></div> <ol> <li style="text-align: justify;">Nyeri dan ketidaknyamanan bekerjasama dengan inflamasi dan infeksi uretra, kandung kemih dan sruktur traktus urinarius lain.</li> <li style="text-align: justify;">Perubahan contoh eliminasi bekerjasama dengan obstruksi mekanik pada kandung kemih ataupun struktur traktus urinarius  lain.</li> <li style="text-align: justify;">Kurangnya pengetahuan wacana kondisi, prognosis, dan kebutuhan pengobatan bekerjasama dengan kurangnya sumber informasi.</li> </ol> <br /> <div style="text-align: justify;"> <b>Intervensi Keperawatan</b></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Diagnosa Keperawatan. 1 </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Nyeri dan ketidaknyamanan bekerjasama dengan inflamasi dan infeksi uretra, kandung kemih dan struktur traktus urinarius lain.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Kriteria evaluasi: Tidak nyeri waktu berkemih, tidak nyeri pada perkusi panggul</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Intervensi:</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Pantau haluaran urine terhadap perubahan warna, baud an contoh berkemih, masukan dan haluaran setiap 8 jam dan pantau hasil urinalisis ulang. Rasional: untuk mengidentifikasi indikasi kemajuan atau penyimpangan dari hasil yang diharapkan.</li> <li style="text-align: justify;">Catat lokasi, lamanya intensitas skala (1-10) penyebaran nyeri. Rasional: membantu mengevaluasi daerah obstruksi dan penyebab nyeri.</li> <li style="text-align: justify;">Berikan tindakan nyaman, seprti pijatan punggung, lingkungan istirahat. Rasional: meningkatkan relaksasi, menurunkan tegangan otot.</li> <li style="text-align: justify;">Bantu atau dorong penggunaan nafas berfokus. Relaksasi: membantu mengarahkan kembali perhatian dan untuk relaksasi otot.</li> <li style="text-align: justify;">Berikan perawatan perineal. Rasional: untuk mencegah kontaminasi uretra</li> <li style="text-align: justify;">Jika dipasang kateter indwelling, berikan perawatan kateter 2 nkali per hari. Rasional: Kateter memperlihatkan jalan basil untuk memasuki kandung kemih dan naik ke terusan perkemihan.</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> Kolaborasi:</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Konsul dokter bila: sebelumnya kuning gading-urine kuning, jingga gelap, berkabut atau keruh. Pla berkemih berubah, sring berkemih dengan jumlah sedikit, perasaan ingin kencing, menetes setelah berkemih. Nyeri menetap atau bertambah sakit. Rasional: Temuan- temuan ini sanggup memeberi tanda kerusakan jaringan lanjut dan perlu investigasi luas.</li> <li style="text-align: justify;">Berikan analgesic sesuia kebutuhan dan penilaian keberhasilannya. Rasional: analgesic memblok lintasan nyeri sehingga mengurangi nyeri.</li> <li style="text-align: justify;">Berikan antibiotic. Buat banyak sekali variasi sediaan minum, termasuk air segar . Pemberian air hingga 2400 ml/hari. Rasional: akibta dari haluaran urin memudahkan berkemih sering dan membentu membilas terusan berkemih</li> </ul> <br /> <div style="text-align: justify;"> Diagnosa Keperawatan. 2</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Perubahan contoh eliminasi bekerjasama dengan obstruksi mekanik pada kandung kemih ataupun struktur traktus urinarius  lain.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Kriteria Evaluasi: Pola eliminasi membaik, tidak terjadi tanda-tanda gangguan berkemih (urgensi, oliguri, disuria)</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Intervensi:</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Awasi pemasukan dan pengeluaran karakteristi urin. Rasional: memperlihatkan informasi wacana fungsi ginjal dan adanya komplikasi</li> <li style="text-align: justify;">Tentukan contoh berkemih pasien </li> <li style="text-align: justify;">Dorong meningkatkan pemasukan cairan. Rasional: peningkatan hidrasi membilas bakteri.</li> <li style="text-align: justify;">Kaji keluhan kandung kemih penuh. Rasional: retensi urin sanggup terjadi mengakibatkan distensi jaringan(kandung kemih/ginjal)</li> <li style="text-align: justify;">Observasi perubahan status mental:, sikap atau tingkat kesadaran. Rasional: akumulasi sisa uremik dan ketidakseimbangan elektrolit sanggup menjadi toksik pada susunan saraf pusat.</li> <li style="text-align: justify;">Kecuali dikontraindikasikan: ubah posisi pasien setiap dua jam. Rasional: untuk mencegah statis urin</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> Kolaborasi:</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Awasi investigasi laboratorium; elektrolit, BUN, kreatinin. Rasional: pengawasan terhadap disfungsi ginjal.</li> <li style="text-align: justify;">Lakukan tindakan untuk memelihara asam urin: tingkatkan masukan sari buah berri dan berikan obat-obat untuk meningkatkan aam urin. Rasional: aam urin menghalangi tumbuhnya kuman. Peningkatan masukan sari buah dapt besar lengan berkuasa dalm pengobatan infeksi terusan kemih.<span style="white-space: pre;"> </span></li> </ul> <div style="text-align: justify;"> <span style="white-space: pre;"><br /></span></div> <div style="text-align: justify;"> Diagnosa Keperawatan. 3</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Kurangnya pengetahuan wacana kondisi, prognosis, dan kebutuhan pengobatan bekerjasama dengan kurangnya sumber informasi.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Kriteria Evaluasi: menyatakna mengerti wacana kondisi, investigasi diagnostic, planning pengobatan, dan tindakan perawatan diri preventif.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Intervensi:</div> <ul> <li style="text-align: justify;">Kaji ulang prose pemyakit dan keinginan yang akan datanng. Rasional: memperlihatkan pengetahuan dasar dimana pasien sanggup menciptakan pilihan beradasarkan informasi.</li> <li style="text-align: justify;">Berikan informasi tentang: sumber infeksi, tindakan untuk mencegah penyebaran, jelaskna tunjangan antibiotic, investigasi diagnostic: tujuan, citra singkat, persiapan ynag dibutuhkan sebelum pemeriksaan, perawatan sehabis pemeriksaan. Rasional: pengetahuan apa yang diharapkan sanggup mengurangi ansietas dan m,embantu mengembankan kepatuhan klien terhadap rencan terapetik.</li> <li style="text-align: justify;">Pastikan pasien atau orang terdekat telah menulis perjanjian untuk perawatan lanjut dan arahan tertulis untuk perawatn sehabis pemeriksaan. Rasional: arahan verbal sanggup dengan gampang dilupakan.</li> <li style="text-align: justify;">Instruksikan pasien untuk memakai obat  yang diberikan, inum sebanyak kurang lebih delapan gelas per hari khususnya sari buah berri. Rasional: Pasien sering menghentikan obat mereka, jikalau tanda-tanda penyakit mereda. Cairan menolong membilas ginjal. Asam piruvat dari sari buah berri membantu mempertahankan keadaan asam urin dan mencegah pertumbuhan bakteri</li> <li style="text-align: justify;">Berikan kesempatan kepada pasien untuk mengekspresikan perasaan dan problem wacana planning pengobatan. Rasional: Untuk mendeteksi isyarat indikatif kemungkinan ketidakpatuhan dan membantu membuatkan penerimaan planning terapeutik.</li> </ul> <br /> <div style="text-align: justify;"> <b>Daftar Pustaka</b></div> <ul> <li style="text-align: justify;">Doenges, Marilyn E. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan: pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien. Alih Bahasa: I Made Kariasa, Ni made Sumarwati. Edisi: 3. Jakrta: EGC.</li> <li style="text-align: justify;">Enggram, Barbara. (1998). Rencana Asuhan Keperawatan</li> <li style="text-align: justify;">Nugroho, Wahyudi. (2000). Keperawatan Gerontik. Edisi: 2. Jakarta: EGC.</li> <li style="text-align: justify;">Parsudi, Imam A. (1999). Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut). Jakarta: FKUI</li> <li style="text-align: justify;">Price, Sylvia Andrson. (1995). Patofisiologi: konsep klinis proses-proses penyakit: pathophysiologi clinical concept of disease processes. Alih Bahasa: Peter Anugrah. Edisi: 4. Jakarta: EGC</li> <li style="text-align: justify;">Smeltzer, Suzanne C. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddart. Alih Bhasa: Agung Waluyo. Edisi: 8. Jakarta: EGC.</li> <li style="text-align: justify;">Tessy Agus, Ardaya, Suwanto. (2001). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam: Infeksi Saluran Kemih. Edisi: 3. Jakarta: FKUI.</li> </ul> <br /> <div style="text-align: justify;"> Untuk mendownload laporan pendahuluan / lp infeksi terusan kemih / ISK pdf dan doc dibawah :</div> <ul> <li style="text-align: justify;"><b>Laporan pendahuluan infeksi terusan kemih / ISK doc, <i><a href="https://drive.google.com/file/d/19jdFljKI183Ti9lBNTOW5Cj7qMc5Cx7C/view?usp=sharing" target="_blank">(Ambil File)</a></i></b></li> <li style="text-align: justify;"><b>Laporan pendahuluan infeksi terusan kemih / ISK pdf, <i><a href="https://drive.google.com/file/d/12CMVTPBQ-mWu7QHZRV5zWCep7q3DhYC_/view?usp=sharing" target="_blank">(Ambil File)</a></i></b></li> </ul> <div style="text-align: justify;"> Link Alternatif</div> <div> <ul> <li style="text-align: justify;"><b><a href="https://drive.google.com/file/d/19jdFljKI183Ti9lBNTOW5Cj7qMc5Cx7C/view?usp=sharing" target="_blank">LP ISK doc</a></b></li> <li style="text-align: justify;"><b><a href="https://drive.google.com/file/d/12CMVTPBQ-mWu7QHZRV5zWCep7q3DhYC_/view?usp=sharing" target="_blank">LP ISK pdf</a></b></li> </ul> <div style="text-align: justify;"> Demikian laporan pendahuluan / lp infeksi terusan kemih / ISK lengkap dan terbaru, download doc dan pdf kami bagikan, supaya sanggup bermanfaat dan menjadi reffernsi teman-teman perawat sekalian dalam pembuatan kiprah keperawatan.</div> </div>

Laporan Pendahuluan / Lp Bisul Kanal Kemih / Isk Lengkap Dan Terbaru, Download Doc Dan Pdf

Kami bagikan laporan pendahuluan infeksi terusan kemih pdf dan doc. Pada postingan kali ini kami share laporan pendahuluan / LP infeksi...

+ Baca selengkapnya »